Wilona mencoba memeriksa sisa uang yang berada di dompet. Untungnya, masih ada uang yang bisa Wilona pergunakan untuk naik ojek online agar bisa pulang tanpa harus berjalan kaki. Wilona menghubungi salah satu driver ojek online dan katanya aku harus menunggu. Wilona mengiyakan dan memutuskan menunggunya di Alfamart samping gang lima.
Karena merasa haus, Wilona mampir sebentar ke dalam Alfamart itu dan membeli satu botol teh hijau dan membayarnya ke kasir. Sembari menunggu, Wilona pun keluar dari dalam Alfamart dan duduk ke kursi yang telah disediakan pihak Alfamart sebagai tempat buat nongkrong. Wilona membuka minuman teh tersebut dan menenggaknya beberapa kali.“Permisi, apa boleh ikut gabung?”Wilona melihat sekilas orang yang tengah berdiri dihadapannya itu. Wilona mengangguk dan pemuda itu pun mulai duduk disampingnya. Karena sudah berada di meja yang sama, pemuda itu pun berinisiatif untuk memperkenalkan dirinya.“Hai, perkenalkan namaku Brian” Sambil memperkenalkan diri, Brian juga mengulurkan tangannya ke arah Wilona.“Aku Wilona” ujar Wilona tanpa membalas jabatan tangan dari Brian kepadanya.“Kamu sedang menunggu siapa disini? Apa.... Menunggu pacar?”Belum sempat Wilona membalas pertanyaan Brian karena ojek online yang ia tunggu telah datang. Ojek itu menghampiri Wilona dan menanyakan namanya.“Maaf, izin bertanya? Apa mbak yang bernama Wilona?” tanyanya.“Iya, saya sendiri” ujar Wilona.Wilona mulai memberikan alamat yang ingin ia tuju kepada si ojek lalu Wilona pun meninggalkan Brian yang tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan barusan. Selama diperjalanan, Wilona kembali mengingat dirinya sewaktu masih bersahabat dengan Syahnaz ketika masih duduk di bangku sekolah menengah atas.Saat itu, Wilona dikenal sebagai langganan siswa berprestasi sedangkan Syahnaz sebaliknya. Setiap ada tugas, Wilona sendiri yang selalu mengingatkan tugas itu pada Syahnaz sedangkan Syahnaz sibuk merias wajah. Dengan entengnya Syahnaz juga meminta Wilona agar mau membantunya dalam mengerjakan tugas. Dengan ikhlas tanpa pamrih, Wilona pun menurut saja.Kini, Wilona tidak habis pikir bahwa sahabatnya itu telah membalas kebaikannya dengan hadiah yang tak ia inginkan. Seketika air matanya jauh setiap mengingat betapa banyaknya kebaikan yang ia berikan kepada Syahnaz.“Sudah sampai Mbak” ujar ojek online yang berhasil membuyarkan lamunannya.Wilona melihat ada rumah tak berpenghuni dan rumah itu adalah rumahnya sendiri. Dengan cepat Wilona turun dari motor itu dan mengambil dompet.“Ini uangnya, terimakasih Mas” Wilona memberikan uang sesuai harga ojek yang sudah tertera. Orang tersebut sangat ramah dan ia pun pergi. Sementara Wilona memutuskan untuk masuk ke dalam rumah yang suasananya sangat sepi.Wilona berjalan menuju ke arah rumahnya dan ia mengingat saat pertama kali membeli rumah itu. Begitu banyak pengorbanan yang ia tempuh terlebih dahulu. Bekerja dan menyisihkan uang hingga bisa membeli rumah sendiri. Meskipun rumah itu terlihat sederhana, namun rasa bersyukur atas apa yang dicapai sangat melekat pada hati Wilona.Wilona juga tidak ingin tinggal di rumah ibunya karena ia tidak mau menyicipi hasil warisan itu.Memang, sanak saudara Wilona disana pada baik-baik terutama terhadap Siska, hanya saja Wilona merasa tidak enak hati berada disana. Selain itu, Wilona memilih untuk menghilang dari hadapan keluarganya yang lain agar terkesan dirinya sedang baik-baik saja.Saat melihat beberapa ruangan, Wilona menggelengkan kepalanya dan bersin-bersin saat menghirup udara yang pengap di dalam sana. Semenjak dirinya menikah, Wilona sudah tidak mengurusi rumah itu lagi. Jadi, tidak heran bila rumah itu terlihat seperti tidak terurus. Ditambah lagi, di sisi kiri rumahnya terdapat kuburan yang semakin membuat suasana semakin terlihat menyeramkan.“Aku harus bersih-bersih sekarang juga” gumam Wilona.Wilona memutuskan untuk menaruh barang-barangnya di atas meja. Setelah itu ia mulai bersih-bersih. Dimulai dari menyapu lantai, mengepel lantai, mengelap jendela, mengganti sprei dan lain-lain.Dilain sisi, Syahnaz melihat mobil Wilona yang masih terparkir. Dengan wajah kemenangan ia pun masuk ke dalam mobil itu dan bergumam, “Oh... Sebenarnya mobil ini mobil murahan sih! Tapi, melihat Wilona sengsara rasanya aku semakin suka merebut haknya”Syahnaz turun dari mobil dan berjalan dengan penuh percaya diri. Banyak karyawan hanya bisa menunduk dan memberikan hormat kepadanya setiap kali berpapasan dengan Syahnaz. Syahnaz sudah hampir menguasai perkantoran besar dari suamiku. Namun, melihat Aris yang belum mengurusi perceraiannya, tentu membuat Syahnaz sedikit cemas.Syahnaz tidak ingin Aris berubah pikiran terhadap keputusannya. Hingga Syahnaz pun mencoba menuju ke ruangan Aris dan berniat untuk menyuruh Aris segera mengurusi surat perceraian tersebut. Syahnaz mengetok pintu dan Aris pun membuka pintu. Dengan wajah tampan dan gagah Aris mempersilahkan Syahnaz untuk masuk.“Sayang.... Kenapa kamu cemberut seperti itu?” tanya Aris sembari tangannya memeluk pinggang Syahnaz dengan erat.Aris meremas dua tonjolan besar di tubuh Syahnaz yang membuat Syahnaz ikut bergairah. Namun, Syahnaz tetap mempertahankan niatnya itu. Syahnaz yang cemberut tersebut lantas berkata, “Mas! Kamu sudah mengurusi surat perceraian mu sama si Wilona yang kampungan itu?”“Loh... Kenapa tiba-tiba kamu membahas itu?” tanya Aris yang sudah mulai tidak tahan melihat tubuh Syahnaz.“Aku tidak ingin menunggu lama!” seru Syahnaz dengan tegas. Aris tersenyum lalu mengecup leher Syahnaz dengan panas.“Sayang, pokoknya kamu tenang saja. Amu pasti akan segera mengurusinya” ujar Aris.Syahnaz yang melihat Aris sudah bergairah tentu Syahnaz pun peka akan hal itu. Syahnaz yang juga tergila-gila kepadaAris tentu sangat menginginkan untuk di mainkan oleh Aris yang kekar ini.“Sayang, cepat dong mainin aku!” pinta Syahnaz.“Iya, Sayang... Aku mau main lewat belakang” ujar Aris.Syahnaz hanya bisa bersender di dinding sementara Aris tengah bermain dibelakang. Terlihat Syahnaz begitu keenakan hingga mendesah-desah. Mereka bercinta kembali dengan sangat panas hingga mereka tidak menyadari bahwa terdengar suara ketukan pintu dari arah luar.Salah satu karyawan yang bermaksud untuk memberikan laporan ke ruangan mas Aris namun karena Aris belum juga mengetuk pintu membuatnya kebingungan. Ditambah lagi saat ia tidak sengaja mendengar suara desahan Syahnaz di dalam ruangan.Ia mencoba mendekatkan telinganya di pintu agar semakin jelas mendengarnya. Dengan berkeringat dingin ia pun bergumam, “Kok mereka ribut diruangan? Apa yang sedang mereka lakukan?” tanyanya pada diri sendiri.“Frisya!” teriak seseorang memanggilnya. Frisya yang ketara menguping tentu semakin berkeringat dingin.“Kenapa, Prilly?” tanya Frisya.“Kamu aku suruh buat membawa berkas itu ke pak Aris... Kok malah diam saja di depan pintu ruangan pak Aris sih?” tanya Prilly dengan keheranan.Frisya memberi kode kepada Prilly agar diam tak bersuara. Lalu menyuruh Prilly untuk ikut menguping di pintu dan benar saja, betapa kagetnya Prilly saat mendengar suara Syahnaz dan Aris di dalam sana.Di dalam ruangan, kini Syahnaz berada di atas. Ia merasakan tubuhnya sedang di sengat namun yang menyengat bukanlah serangga. Tubuhnya yang ideal tersebut hanya bisa naik turun menyesuaikan yang dirasakannya.“Ouuhh Mas!”Syahnaz benar-benar merasa terpuaskan dengan permainan Aris yang sangat perkasa. Selama ia bermain dengan suaminya sendiri, Syahnaz belum pernah merasa terpuaskan seperti ini namun saat bersama selingkuhannya, semuanya terpenuhi sesuai yang ia inginkan. Baginya, suaminya sangat tidak memberikan kepuasan untuk dirinya sehingga Syahnaz memilih mencari kenikmatan bersama pria lain.“Sayang, kamu benar-benar seksi” puji Aris kepada Syahnaz.“Ahhh... Mas! Kamu benar-benar perkasa!” seru Syahnaz yang masih berada di atas.Tangan kekar Aris meraih pinggang Syahnaz dan semakin mempercepat gerakannya sehingga terdengar suara seperti sedang bertepuk tangan.“Ahhh”“Ouuhh”Syahnaz pun ambruk di tubuh Aris sementara Aris dengan tenang tetap melanjutkan aksinya dan menyuruh Syahnaz berbaring. Melihat itu, Aris pun langsung meraih dua buah yang besar dan kenyal tersebut dan mulai mencicipinya dengan lembut. Walaupun lembut, tetap saja membuat Syahnaz merasa keenakan.“Mas Aris... Ah! Lebih cepat lagi dong!” rengek Syahnaz yang merasa ingin lebih.“Kamu benar-benar wanita kuat” puji Aris.Sementara itu, dibalik pintu Prilly dan Frisya memutuskan untuk pergi karena bagi mereka perbuat Aris dan Syahnaz sangatlah menjijikkan. Beberapa karyawan lainnya melihat gelagat aneh dari kedua wanita muda tersebut lantaran keduanya malah masih memegang berkas.Anik menanyakan mengapa berkasnya belum di kumpulkan? Lalu Prilly mengatakan bahwa Aris masih sibuk. Mereka mempercayai apa yang dikatakan oleh Prilly. Frisya yang masih trauma dengan apa yang ia dengar tentu mendadak diam saja. Anik melihatnya dan mengira bahwa Frisya sedang sakit.“Frisya, kamu sakit?” tanya Anik.Dengan wajah merona dan malu-malu Frisya pun ingin mengatakan sesuatu. Prilly menggelengkan kepalanya agar Frisya tidak membocorkan rahasia tersebut. Namun.... Hal ini malah membuat Anik dan karyawan lainnya menjadi tambah penasaran.“Sebenarnya ada apaan sih?” tanya Anik kembali.“Pak Aris sama Bu Syahnaz....” ujar Frisya dengan ragu-ragu.“Iya, ada apa???” tanya Anik dengan penasaran.“Mereka beranu-anu!!!” seru Frisya. Membuat Anik dan karyawan lain terkejut. Namun, Prilly meminta mereka agar menjaga rahasia itu. Mereka pun mengangguk dan kembali beraktivitas.Frisya yang masih syok memutuskan untuk duduk di kursi kerjanya. Prilly memberikannya air minum agar Frisya dapat lebih tenang. Frisya pun menerimanya dan langsung meminum hingga habis. “Terimakasih Prilly” ujar Frisya.“Iya, santai saja!” “Kalau kamu masih trauma sama yang barusa. itu biar aku saja membawa berkasnya tapi nanti biar mereka selesai bermain dulu ha ha” tawa Prilly.Prilly memang orangnya gampang tertawa dan mudah mencairkan suasana. Berbeda halnya dengan Frisya, dia sangat kalem namun tahu suaranya sopan santun terhadap orang lain. Karena saking kalemnya, membuat Anik dan Prilly suka mengajaknya bercanda. Barang kali, berkat mereka Frisya dapat ikut tertawa lepas.“Terimakasih” ujar Frisya pada Prilly.“Santai sis! Btw, aku kerja dulu ya!!!” seru Prilly.Jam istirahat pun telah berbunyi dan P
Wilona fokus merapihkan seluruh beda-beda di rumah lamanya. Rasanya hampir separuh tulang ditubuhnya mulai mengilu. Wilona mengistirahatkan diri di kursi yang terbuat dari bambu asli. Sesekali melakukan peregangan otot. Sambil melakukan peregangan otot, Wilona melirik ruangan di hadapannya yang kini sudah lebih membaik daripada sebelumnya.DRETTTWilona melirik ponselnya yang tengah berbunyi dan Wilona melihat nomor yang tidak Wilona simpan sedang meneleponnya. “Apa aku angkat saja teleponnya?” gumam Wilona dalam hati. “Hallo?” Wilona mencoba mendahului. “Hai, Wilona!” terdengar suara laki-laki lembut dibalik telepon. Wilona belum memastikan siapa pemuda itu? “Maaf, ini siapa?” tanya Wilona memastikan.“Apa kamu sudah lupa sama orang yang telah menabrakmu?” tanyanya.Wilona baru menyadari bahwa Reyhan yang kini menelepon dirinya. Namun, Wilona bingung mengapa Reyhan bisa menghubungi dirinya? Sedangkan Wilona tidak pernah merasa memberikan nomor pribadinya pada orang asing.“Wilona,
Wilona berjalan beriringan dengan Reyhan. Namun kali ini ada cerita lucu yang berkaitan dengan pemuda itu, bagaimana tidak? Reyhan memilih untuk naik mobil sewaan bersama Wilona, padahal sudah jelas-jelas ia memiliki mobil pribadi. Atau jangan-jangan... Reyhan sengaja menyembunyikan mobilnya karena belum melunasi hutang? itu yang dipikirkan oleh Wilona.Wilona hanya merasa curiga saat Reyhan begitu menutup diri depan umum, seperti siang-siang bolong memakai jaket tebal, hingga masker mulut dan topi. Wilona tidak mempermasalahkan Reyhan miskin atau kaya karena Wilona pun juga pernah merasakan hidup melarat. Karena penasaran, Wilona pun langsung mempertanyakan hal itu pada Reyhan.“Kamu pasti lagi sembunyi dari kejaran hutang?” Terlihat, Reyhan terkejut ketika mendengar pertanyaan Wilona yang menganggapnya bersembunyi. Namun, Reyhan tidak menggubrisnya dan malah menarik tangan Wilona hingga ke arah toko emas yang ada di seberang jalan! Pegangan tangannya yang erat, membuat Wilona merasa
Sebuah tamparan keras kini tengah dirasakan Reyhan. Tuan Harizon benar-benar keras terhadap putranya itu namun Nyonya Fitrya merasa tidak tega. Dia meminta agar suaminya tidak memarahi putranya lagi. Reyhan sendiri hanya bisa diam, seakan tidak merasakan sakit. Nyonya Fitrya menghampiri putranya dengan khawatir.“Apa pipi kamu terasa sakit?” tanya Nyonya Fitrya.“Tidak, Bu” ujar Reyhan.Tuan Harizon kembali memperingati putranya bahwa Reyhan tidak boleh asal mendekati seorang wanita. Apalagi, wanita itu tidak sederajat dengan dirinya. Nyonya Fitrya sendiri meminta Reyhan agar masuk ke dalam kamar tidurnya. “Baik, Reyhan pergi” setelah Reyhan keluar dari ruangan itu, tuan Harizon dan Nyonya Fitrya terlihat seperti tidak memiliki hubungan harmonis. Sama-sama menjaga harga diri dan tidak mau mengalah satu sama lain.Namun, untuk urusan Reyhan, tuan Harizon meminta istrinya agar lebih tegas lagi terhadap putranya mereka. Nyonya Fitrya mengangguk seakan setuju dengan perintah suaminya. Kar
Malam ini Reyhan terlihat begitu rapih karena ia baru saja selesai mandi di rumah Wilona. Di saat Reyhan tengah berganti pakaian di kamar tidurnya, Wilona berpikir ingin bertanya pada Reyhan dengan pertanyaan yang cukup sederhana yakni apakah sekarang dia akan pulang? Namun rasanya Wilona sedikit canggung setiap kali harus menatap kedua bola mata Reyhan yang terlihat menarik.Saat ini Wilona tengah menunggu Reyhan di ruang tamu dengan diselimuti kegelisahan dan kebimbangan. Reyhan pun keluar dari kamar tidur dengan bau khas shampo dan sabun cair milik Wilona yang dipakai sedikit oleh Rayhan.“Wilona, apakah ada sisir rambut?” seketika Reyhan bertanya kepada Wilona. Wilona langsung menyahut, “Ada. Tunggu sebentar!” Wilona meraih sisir miliknya di kamar tidur lalu dengan cepat memberikan sisir itu kepada Reyhan.Reyhan meraih sisir tersebut dan segera menyisir rambutnya sendiri. Saat Reyhan menyisir rambut beberapa kali tetesan air di rambut basahnya mengenai wajah Wilona, sontak Wilona
Kedatangan putri Gaulya bersama kedua orang tuanya ke rumah Tuan Harizon adalah untuk mempertegas hubungan kedua putra putrinya. Nyonya Ratu dan Tuan Airlangga ingin Putri sematang wayangnya mendapatkan kepastian dari pihak lelaki. Saat sampai di rumah Tuan Harizon, mereka sangat disambut baik oleh Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya.“Astaga... Cantik sekali kamu Sayang” puji Nyonya Fitrya kepada calon menantunya.“Terimakasih Tante Fitrya” ujar Putri Gaulya.Ibu putri Gaulya melihat calon menantunya tidak datang menyambut mereka. Lalu dengan cepat ia bertanya kepada Tuan Harizon dan Nyonya Fitrya. “Saya ingin sekali melihat calon suami Putri saya. Dimanakah dia sekarang, Tuan Harizon, Nyonya Fitrya?” Dengan wajah tanpa kebohongan Nyonya Fitrya pun mengatakan bahwa putranya sedang sibuk melaksanakan kegiatan rutin. Sedangkan Tuan Harizon menyuruh mereka untuk duduk dan mengatakan bahwa putranya akan segera pulang.Pembantu di rumah itu pun membawa beberapa makanan dan minuman lalu menar
Hari ini Wilona harus menghadiri pengadilan sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh surat cerai tersebut. Wilona mencoba untuk menenangkan dirinya ke cermin. Seakan bercermin mampu membuatnya kuat sebelum menghadapi Aris. Wilona juga sudah pasrah saat Siska telah mengetahuinya. Bahkan, Siska sangat mendukung Wilona untuk bisa bangkit dan lepas dari bajingan itu. Wilona melirik jam sudah menunjukkan pukul 10:00 dan saat ini hanya menunggu kedatangan tantenya saja.DRETTTWilona melirik ponselnya dan melihat siapa yang saat ini sedang meneleponnya. Tidak lain dan tidak bukan, Siska telah menelepon Wilona dan dengan cepat Wilona mengangkat telepon tantenya.“Hallo, Wilona! Kamu ada dimana sekarang? Tante sudah ada didepan pintu pagar rumah kamu” ujar Siska. Wilona meminta tantenya untuk bersabar karena saat ini dirinya tengah sibuk mengunci kamar tidur hingga pintu depan rumahnya. Setelah itu, Wilona mulai membukakan pintu pagar rumah dan melihat ada mobil Avanza didepan. Siska turun
“Aku ingin segera dinikahi sama pemuda itu!” teriak Putri Gaulya didepan ibunya. Nyonya Ratu tersenyum melihat ketidaksabaran putrinya untuk menikah. “Sayang... Kamu tenang saja, pemuda itu akan menjadi milik kamu seorang. Hanya saja kita perlu menunggu dari pihak sana kapan waktunya diselenggarakan upacara pertunangan kamu sama putra mereka” ujar Nyonya Ratu dengan santai.“Aku hanya takut Reyhan mencintai wanita lain, Bu. Aku tidak ingin kehilangannya dan aku juga tidak mau reputasiku berkurang! Apalagi, ada ribuan pemuda yang mengantri dibelakang untuk mendapatkanku” ujar Putri Gaulya.“Nanti Ibu akan sampaikan keluhanmu itu kepada Ayahmu. Sekarang, beristirahatlah dulu dan jangan banyak berpikir hal yang tidak pasti” Nyonya Ratu pun pergi dari kamar tidur putrinya.Putri Gaulya menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk lalu memejamkan kedua bola matanya. Sambil memejamkan mata, putri Gaulya pun bergumam, “Mengapa dia bisa mengambil hatiku?” Putri Gaulya membuka kedua bola matanya dan
Rahandi membelokkan mobilnya ke arah kiri sementara Reyhan tetap mengikutinya. Hingga mobil Rahandi berhenti ketika suasana di sekeliling dipastikan sepi dari pemukiman. Terlihat sisi kiri ada banyak hutan dan didepannya ada lapangan kosong. Seakan Rahandi telah mempersiapkan sesuatu hal buruk pada Reyhan.Rahandi maupun Viona turun dari mobil dan secara terang-terangan memperlihatkan wajah mereka. Seakan mereka menantang Reyhan. Tanpa basa-basi, Rahandi pun memanggil Reyhan dengan suara angkuh.“Saya tau kau telah mengikuti saya sedari tadi. Kau... Putra pewaris dari kakakku Tuan Harizon!” seru Rahandi.“Cepat kau maju dan tunjukkan wajah kau!” tantang Rahandi pada Reyhan.Tidak berselang lama, Reyhan keluar dari persembunyiannya. Rahandi maupun Viona tersenyum sinis seakan mereka sedang meremehkan kehadiran Reyhan.“Rupanya kau cukup pemberani wahai keponakanku” ujar Rahandi.“Hai, apa kamu masih menganggap aku kakakmu? Upz... Aku memang kakak sepupu kamu karena Papa kamu dan Papa a
Reyhan sebelumnya sedang berdiri di pintu dapur. Melihat Viona begitu pucat, Reyhan pun menanyakan hal itu. Viona tertawa canggung karena dirinya tidak mungkin berkata hal yang sebenarnya. Dengan berbohong, Viona pun mengatakan bahwa salah satu temannya sedang masuk di rumah sakit. Reyhan melihat bola mata maupun bibir yang diucapkan oleh kakaknya terlihat bertolak belakang. Namun, Reyhan mengiyakan saja.Dengan cepat, Viona pun bergegas pergi. Sementara itu, tanpa Viona sadari Reyhan juga diam-diam mengikutinya. Selama diperjalanan, Viona mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Reyhan sedikit kewalahan untuk mengejar kakaknya tersebut. Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, Reyhan tidak ingin melepaskan Syahnaz yang sedang terburu-buru itu. Reyhan merasa hilangnya Wilona dan Reyna ada hubungannya dengan Syahnaz.Di lain sisi, Wulan mengantar Wilona ke rumah Reyhan. Sampai di sana, tidak ada Reyhan namun ada beberapa teman-teman Reyhan yang belum pulang dari sana
Ketika dokter mengatakan bahwa Reyna hanya mengalami syok ringan, membuat Wulan merasa lebih tenang. Dirinya tidak habis pikir jika Reyna tidak bisa diselamatkan, Wulan pasti benar-benar tidak apa bisa memaafkan dirinya sendiri. Sementara itu, Wilona masuk ke dalam ruangan UGD. Wilona hanya ingin melihat anak itu secara langsung dengan waktu yang lebih lama. “Kenapa aku seperti tidak asing melihat anak ini?” gumam Wilona dalam hati.Wilona meraih tangan Reyna dengan lembut seakan mereka memiliki ikatan batin. Seketika saja Wilona merasa pusing di kepalanya dan terlihat bayangan-bayangan tidak jelas kini muncul begitu saja. Di lain sisi, Wulan masih duduk di luar dengan maksud untuk menenangkan dirinya. Viona melintas dan mereka tidak sengaja saling berpapasan satu sama lain. Wulan yang melihat Viona, seketika dendamnya muncul. Dia berdiri lalu langsung menjambak rambut Viona dengan beringas hingga Viona meringis kesakitan. Andai saja Wulan tahu bahwa wanita yang saat ini dia lawan b
Anisa segera dibawa ke ruang operasi karena kini akan segera melahirkan. Bram dalam pikiran kacau, antara marah ataupun haru semuanya menjadi satu dalam hari yang sama. Reyna diam namun dalam hatinya mendoakan Anisa dan bayi yang dikandung Anisa dapat terselamatkan. Dokter yang telah memeriksanya meminta keputusan kepada bram selaku suami dari Anisa.“Kondisi istri anda sangat lemah dan kami takut air ketubannya kering jika terlalu lama tidak ditindaklanjuti. Apakah anda mengizinkan kamu untuk melakukan tindakan operasi pada pasien?” tanya dokter pada Bram.“Apapun itu dok, asalkan anak saya baik-baik saja” ujar Bram dengan tegas.Bram tidak memikirkan Anisa dan seketika itu juga cintanya telah kandas begitu saja. Viona telah berhasil membuat gram berubah seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Viona hanya bisa tersenyum ketika melihat situasi yang sangat indah menurut dirinya. Viona meminta izin untuk keluar dari ruangan kepada Bram sementara Reyna mencoba mengikuti kemana pe
Sebelum Reyhan berangkat bekerja, Viona sudah menyiapkan susu dan roti tawar di meja. Sembari menunggu Reyhan datang, Viona mencoba mengatur senyumannya semanis mungkin. Viona masih berpura-pura menjadi Syahnaz dan ia berniat untuk menghabisi nyawa Reyhan.Setelah menunggu beberapa menit, Reyhan pun lewat dan Viona menyapanya. Matanya terlihat berniar seakan hari ini merupakan hari yang ia tunggu-tunggu sejauh hari.“Reyhan, ayo saran pagi” ajak Viona.“Maaf kak, aku lagi buru-buru” ujar Reyhan yang berjalan ke depan. Viona yang tidak terima lantas berdiri dan mengejar adiknya itu.“Tunggu... !” teriak Viona.Reyhan memberhentikan langkahnya karena Viona kini berada di depan dirinya. Reyhan mengernyitkan dahi seakan memikirkan tingkah laku kakaknya.“Ayo dong kita sarapan pagi!” ajak Viona yang kini terlihat memaksa dan menarik tangan Reyhan agar duduk di kursi.Viona menaruh susu tersebut di samping Reyhan agar Reyhan meminumnya. Dengan santai Reyhan meraih susu itu dan memberikannya
Wulan dan Wilona telah sampai di rumah Wulan. Wulan mempersilahkan Wilona untuk masuk ke dalam rumahnya dan mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu. “Bu Wilona mau minum apa?” tanya Wulan terlebih dahulu kepada Wilona.“Aku minta air putih saja” ujar Wilona yang masih kebingungan.“Baik, Bu. Aku ke dapur dulu” ujar Wulan.Setelah Wilona sendirian di ruang tamu, dia hanya bisa menatap beberapa foto yang terpanjang di tembok. Terlihat, foto seorang wanita sedang menggendong seorang bayi mungil yang lucu dan imut. Wilona dapat mengenali wajah wanita itu yang kini sedang bersamanya. Ya, foto itu adalah Wulan. Namun, Wilona kembali teringat ketika Wulan mengatakan bahwa dirinya tinggal seorang diri. Lantas, Siapa dan dimana anak itu? Wilona nampaknya mulai bertanya-tanya tentang hal itu. Bukan tanpa alasan, Wilona seakan melihat wajah si bayi seperti tidak asing dimatanya. Tidak lama kemudian, Wulan kembali dengan membawa hidangan. Dia memberikan Wilona air putih dan bebera
“Lepaskan aku!” teriak seorang Wanita yang diikat kedua tangannya. Wanita itu tidak lain adalah Syahnaz yang asli.“Inilah akibatnya kalau kamu melanggar perintah!” paman Rahandi berdiri tepat di wajah Syahnaz.Syahnaz menggelengkan kepalanya dan menangis. Ia menasihati papanya agar segera menyerahkan diri ke kantor polisi. Alih-alih Rahandi mau mendengarkan nasihatnya putrinya, yang ada malah menamparnya dengan keras.“Anak tidak berguna!” seru Rahandi.“Tapi untungnya kamu memiliki kembaran yang bisa Papa andalkan” ujarnya.“Pa, mengapa Papa seperti ini? Dulu, aku menjadi jahat itu juga karena didikan Papa. Sekarang aku sadar... Aku telah berbuat dosa dan aku menyesali semua perbuatanku” ujar Syahnaz.“Dulu Papa memuji kelicikanmu. Sekarang kamu telah menjadi wanita lemah... Papa berharap Viona akan menggantikan posisimu yang dulu” ujar paman Rahandi sembari berlalu.Di tempat yang berbeda, Viona yang kini menyamar sebagai Syahnaz tengah asyik bermain ponsel hingga ia tidak sadar ba
Hari sudah gelap dan kini Reyhan sudah berada didepan rumah. Sementara Syahnaz menghampirinya dengan tersenyum lebar. Setelah Reyhan sudah dekat dengan dirinya, Syahnaz pun menyapa.“Habis darimana kamu?” tanyanya santai.Reyhan tidak menggubris dan memilih masuk kedalam rumah. Terlihat, Syahnaz mengernyitkan dahinya ketika dirinya diacuhkan oleh Reyhan. Lalu dia menutup kembali pintu tersebut dan menuju ke dalam kamar tidur. Reyhan merebahkan tubuhnya ke kasur. Wajahnya lesu dan matanya menatap atap langit. Tak terasa butiran air mata jatuh membasahi pipinya. Reyhan yang hampir tidak pernah menangis kini berhasil mengeluarkan air matanya.Dia menatap foto pengantin yang terlihat begitu mesra. Reyhan ingat ketika itu ia begitu bahagia bersama diriku di hari istimewa mereka. Namun kini, semuanya pudar. “Wilona, dimana kamu berada? Maafkan aku bila aku tidak sempat menolongmu waktu itu. Wilona sungguh tidak becus menjadi seorang suami hiks” gumam Reyhan.Malam ini, Reyhan tidak bisa ter
Sudah satu bulan lamanya Wilona tinggal bersama ibu Tuti dan Adi. Selama satu bulan itu juga aku tidak kunjung mengingat ingatan Wilona kembali. Hingga ibu Tuti berkata secara terang-terangan kepada Wilona, beliau ikhlas bila menganggap Wilona sebagai anaknya. Hal itu berarti, Wilona harus mengikhlaskan masa lalu yang tidak Wilona ingat dan kembali membuka lembaran baru. Antara senang dan sedih kini bercampur aduk dihati Wilona. Senang karena ibu Tuti begitu baik padaku dan sedih karena Wilona meninggalkan keluarga kandung Wilona. Ibu Tuti menyisir rambut Wilona yang hitam dan lebat. Dia memuji rambut Wilona yang katanya bagus dan Wilona hanya membalasnya dengan senyuman terbaik. Wilona yang tidak ingat nama sendiri kini telah memiliki nama yang baru. Yakni Andini, nama yang anggun dan Wilona menyukainya. Ibu Tuti telah selesai mengikat rambutku dan sekarang menyuruh Wilona untuk beristirahat. Sementara dirinya kembali sibuk dengan urusan pertanian. Sebenarnya Wilona ingin membantu i