“Ari!” sapa Jennie dari belakang.
“Dari mana kamu tahu tentang Arya dan apa yang telah dia lakukan?” desak Ari tiba-tiba.
Aneh jika murid baru bisa mengetahui sesuatu yang bahkan belum pernah sekalipun Ari ceritakan kepada orang lain.
“I-itu, dari ...”
Mampus Jennie terpojok, bagaimana caranya menjelaskan semua ini kepada Ari, apalagi dirinya sudah berjanji kepada lelaki itu untuk tidak memberi tahu Ari apa pun yang terjadi.
“Sudahlah, lupakan! Apa pun itu, aku hanya ingin kamu merahasiakan semuanya, sekarang pergilah!”
“Kau mengusirku?” keluh Jennie.
“Mungkin,”
‘Ish, dingin sekali dia!’ batin Jennie kesal.
Jennie merajuk dan melangkah perlahan, tentu dengan raut wajah kesal, berharap tiba-tiba Ari akan memanggil dan menghentikan dirinya, sungguh Jennie ingin sekali mendapatkan perhatian lebih dari sosok itu.
Perlahan menolehkan wajahnya, dan Ari masih tetap fokus dengan bukunya, “Hah, apa ini? Bahkan dia tidak berusaha menghentikan diriku?” keluh Jennie lagi.
Tin! Tin! Tin!
“Hah, aaaaaa!!!”
Dengan gerakan cepat lengan Jennie ditarik dan langsung masuk ke dalam pelukan Ari. Napasnya menderu, dia ketakutan dan masih belum memberanikan diri membuka matanya.
“Apa kau gila! Bagaimana bisa kau berjalan tanpa memperhatikan sekeliling! Terlambat sedikit saja maka_”
“Maaf ... Terima kasih, Ari.”
Jennie semakin mengeratkan pelukannya, dia ketakutan, hampir saja menjadi korban kecelakaan. Untung saja Ari menariknya dengan cepat. Dalam batinnya, Jennie kembali merutuki dirinya yang bodoh karena berjalan tidak fokus.
“Kau sudah selesai?” ucap Ari membuyarkan lamunan Jennie dari rasa yang selalu membahagiakan jika dapat merasakan kehangatan dari seseorang di pelukannya kali ini.
“Ah, iya! Maaf, aku lupa!”
“Lupa apa?”
Jennie hanya diam, menundukkan kepalanya lalu sadar jika dirinya lupa memastikan apa Ari baik-baik saja.
“Kamu baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka?”
Karena terlalu fokus dengan pertanyaannya, dan tatapan yang enggan diarahkan langsung kepada empunya, Jennie terkejut saat tahu ternyata Ari sudah tidak ada di hadapannya.
‘Hah, Ari di mana?’ batin Jennie mencari-cari keberadaan Ari yang menghilang bagai angin.
Hingga Jennie berteriak, memastikan keberadaan Ari, melihat dan berputar ke sekeliling, tapi tetap saja tidak menemukan sosok itu hingga ...,
“Ada apa?”
“Aaaaa, maaf pak! Maaf ... Tadi seharusnya aku berjalan dengan melihat ke kanan dan kiri, maaf ...!” tutur Jennie kemudian membalikkan badan ke arah seseorang yang ia sangka adalah pengemudi yang jalannya terpaksa diganggu akibat ulahnya di tengah jalan.
“Dasar, cewek aneh!”
“Ha? Ish, kukira kau pengemudi tadi!” keluh Jennie yang sadar sudah salah orang.
“Apa bagimu suaraku terdengar seperti laki-laki?” tanya Ari karena mendapatkan respon seperti itu dari Jennie.
Jennie hanya menggeleng, tetapi bagi Jennie, Ari adalah seseorang yang penting, dan semua yang ada dalam dirinya adalah bagian paling spesial yang selalu Jennie kagumi.
“Sudahlah, duduk!”
Jennie masih tidak mengerti dengan maksud Ari memintanya duduk, sampai dengan cepat Ari menekan ke dua pundak Jennie memaksanya untuk duduk tanpa berkata lagi.
Ternyata bagian siku Jennie sedikit tergores, dan itu disebabkan saat Ari menarik lengan Jennie yang sedikit mengenai bagian pelat nomor kendaraan.
Dengan telaten Ari membersihkan luka gores itu dan memasangkan plester di siku Jennie.
Ya, sebenarnya Ari tadi pergi membeli obat merah kapas dan plester untuk luka Jennie, tapi ya, itulah Ari yang tak pernah memberi tahu siapa pun mengenai apa yang ingin dirinya lakukan.
Dari sini Jennie semakin menyadari, jika Ari memang orang terbaik yang pernah ia temui, haruskah meminta orang tuanya mengurus surat pindah sekolah kemari? Karena setiap Jennie mengingat batas waktunya di negara ini, itu adalah kenyataan yang kurang ia sukai. Dengan begitu berarti dirinya tak akan lagi bertemu dengan Ari.
Sosok gadis tsundere yang ia kagumi walau mendadak, inilah awal dari tugas seorang pelindung dimulai. Karena Jennie _reinkarnasi putri Liudra_ sudah mulai mengagumi kembali sosok yang dianggap pernah mengambil bagian terpenting dalam dirinya di masa lalu.
Walau kenyataannya adalah, dialah sosok Dewi yang kehilangan gelarnya demi mewujudkan kisah cinta yang indah dengan pujaan hatinya. Pangeran Aji Saka Dewandaru yang terhormat.
“Terima kasih, Ari!” ucap Jennie sambil menunjukkan senyuman terbaiknya.
Tanpa berpikir kata apa pun lagi, Ari berdiri dari bangku taman itu, bergegas menuju ke ruang kelasnya, dirinya ada janji untuk bertemu kembali dengan dosen saat jam pelajaran berakhir.
“Tunggu, Ari!”
“Aku ada janji hari ini, jangan merecokiku jika kamu saja sadar itu bukan hal yang penting.” Ari berkata sambil melepaskan genggaman tangan Jennie.
“Baiklah, kalau begitu aku akan menunggumu di pintu gerbang, aku ingin meminta pendapat darimu akan sesuatu, boleh?” pinta Jennie sungguh-sungguh.
Ari menarik napas panjang, kemudian berkata, “Apa kamu tidak memiliki teman lain?”
“Memakan waktu lama, ya?”
“Iya! Jadi akan lebih baik bagimu untuk pergi saja!”
Jennie terlihat berpikir kemudian berkata jika tak apa walaupun lama, dirinya akan tetap menunggu, tidak lupa mengatakan jika hal yang ingin ia sampaikan ini adalah sesuatu yang penting.
“Ari! Asdos memanggilmu ...!” teriak seseorang.
Bersambung ...
“Hai! Nama kamu, Ari, ya?” tanya seorang lelaki muda yang Ari tahu adalah salah satu mahasiswa jurusan hukum.Lelaki itu bertanya sambil mengikuti langkah Ari dengan menaiki motornya tanpa menyalakan mesin. Menunjukkan senyum, seolah memang keduanya sudah saling mengenal.Ari hanya tersenyum, mempercepat langkah yang terus-menerus diikuti lagi dan lagi oleh Arya.Sebelum akhirnya Ari menyerah dan menghentikan langkah kaki lalu bertanya apa tujuan Arya.“Jika boleh tahu, adakah yang bisa saya bantu?”“Emm ... tentu saja ada, tapi tidak sekarang. Tunggu sampai jam makan siang nanti, aku akan melakukan sesuatu sesuai dengan feeling ku,” ujarnya berkata dengan senyuman manis.Tidak butuh waktu lama, jam makan siang tiba, di tengah-tengah lapangan olahraga, Arya berdiri. Membuat kerumunan banyak mahasiswa dan mahasiswi di sana, entah apa yang laki-laki itu coba katakan.Sampai Ari mencoba melihat sedikit
“Hei, kau! Yang disana!” bentak seseorang di belakang Ari.Salah, bukan Ari yang saat itu dimaksud.Terlihat seorang lelaki datang menghampiri Biru yang saat itu berada di belakangnya agak jauh.“Bagaimana kabarmu, kawan?”“Jangan membentak ...!” jawab Biru sambil menepuk pundak temannya itu.Terdengar mereka berdua yang saling bercanda juga berbicara, mungkin itu dikarenakan lamanya waktu sampai akhirnya dapat bertemu kembali.Ari tersadar, untuk apa dirinya tetap berdiri terpaku di sana, ada hal yang lebih penting dari ini untuk segera ia lakukan.Sama seperti hari-hari biasanya, Ari melakukan setiap jadwal padatnya di kampus, lalu pulang kembali ke rumahnya dengan damai.Hari ini Ari memiliki jadwal untuk pulang lebih awal karena harus mengirim beberapa paket yang akan ia kirimkan kepada Kira. Sahabat baiknya dari negeri kincir angin.Tidak seperti para remaja pada umumnya, Ari lebi
Ari menyodorkan jaketnya, meminta Jennie memakainya, dan menawarkan diri untuk mengantarnya sampai ke rumah.“Ini sudah senja, sebentar lagi malam, tidak baik jika kau pulang sendirian!” tutur Ari.Di perjalanan, Jennie terus mendekap tubuh Ari erat-erat, membenamkan wajahnya di punggung gadis itu.Bagi Ari itu hanya biasa saja, lagi pula, dilihat dari segi umur Jennie lebih muda darinya, lebih tepatnya seperti adik bagi Ari.“Ini rumahmu?”“Heem,” jawab Jennie dengan anggukan.“Ya sudah, aku pergi dulu,” pamit Ari.Sampai tangan Jennie menghentikan pergerakan Ari untuk pergi.Dengan cepat Jennie mencium pipi kiri Ari singkat, kemudian tersenyum dan berterima kasih.“Setelah ini kau akan pergi ke mana?”“kurasa aku tidak perlu menjelaskannya,” tukas Ari singkat.Dengan cepat Ari mengencangkan helm nya dan melaju ke jalan besar.M
Duarrr!!Petir menyambar, dengan hebat di detik berikutnya terdengar tangisan bayi, dari ruangan di salah satu rumah megah bak istana di kawasan perumahan elite paling utama.“Dia sudah lahir?”“Sudah, Tuan!” ucap salah satu suster yang ikut menangani proses tersebut.Di sisi lain ...“Di keluarga mana reinkarnasi pangeran Aji Saka Dewandaru dilahirkan?”“Di sana, di keluarga itu!” tunjuk salah satu pengawas langit.Sesuai kutukan yang telah di jatuhkan kepada pangeran, maka reinkarnasi itu, akan memiliki takdir menjadi pelindung dari reinkarnasi putri Liudra. Itu pun dengan jenis kelamin perempuan.“Pastikan jika kehidupan kali ini, gadis itu tidak akan mudah berbahagia, selagi masih ada abdi untuk melindungi, maka dirinya akan selamat. Pastikan juga tercatat dengan jelas gadis itu tidak bisa memiliki takdir mencintai seseorang hingga ke persatuan terindah!” ucap Ruth
Dewa penguasa waktu tiba-tiba muncul, dengan sebuah kilat dan cahaya yang bahkan bisa merusak penglihatan jika sedikit saja menatap dalam waktu beberapa detik dengan mata kosong.“Salam, dewa!”“Terima hormatku, dewa!”“Kalian sedang memperdebatkan apa?”Cerita dan kejadian yang terjadi di masa pemerintahan raja Bayu Dewandaru di jelaskan satu-persatu.Begitu pula kutukan yang harus di terima oleh reinkarnasi berikutnya dari tubuh pangeran Aji Saka Dewandaru, yang dikenal selalu bersikap angkuh dan enggan untuk menjaga hati ibunya sendiri. Suatu ketika Dewi Api turun ke bumi dan menjelma menjadi putri Liudra, berusaha merubah kepribadian buruk pangeran Aji Saka, karena Dewi itu tahu, Aji Saka tidak seburuk yang orang-orang tahu. Atau lebih tepatnya, Dewi sudah jatuh cinta kepada manusia biasa, yakni Aji saka.Itu bertentangan dengan hukum langit, Dewi dihukum dan harus menjalani kehidupan sebagai manusia,
Arya, lelaki itu sudah lama di kirim untuk tugas di luar kota, anggaplah pelatihan dan tidak pernah sekalipun mencoba menghubungi Ari, entah untuk alasan apa. Akan tetapi hari ini, bertepatan pula dengan acara liburan ke villa, juga Arya yang baru saja kembali dari urusannya datang. Dan dengan akses yang Arya miliki di universitas membuatnya yang adalah mahasiswa jurusan hukum bisa ikut bergabung dengan para murid di jurusan teknologi _kelas Ari_Lelaki itu mencari keberadaan Ari, dipanggilnya dari jauh saat mengetahui gadis itu berada tidak jauh dari posisinya.“Ari, sayang!”Ari sadar suara memuakkan siapa yang baru saja menyebutkan namanya, dan dengan gerakan yang tidak di sadari, Jennie berdiri tepat di hadapan Ari sesaat ketika Arya ingin menarik lengan Ari.Plakkk“Jangan berani-berani kamu menyentuh, Ari!” seru Jennie yang entah datang dari mana, dan langsung melancarkan sebuah tamparan keras kepada Arya.&ldqu
“Ari!” sapa Jennie dari belakang.“Dari mana kamu tahu tentang Arya dan apa yang telah dia lakukan?” desak Ari tiba-tiba.Aneh jika murid baru bisa mengetahui sesuatu yang bahkan belum pernah sekalipun Ari ceritakan kepada orang lain.“I-itu, dari ...”Mampus Jennie terpojok, bagaimana caranya menjelaskan semua ini kepada Ari, apalagi dirinya sudah berjanji kepada lelaki itu untuk tidak memberi tahu Ari apa pun yang terjadi.“Sudahlah, lupakan! Apa pun itu, aku hanya ingin kamu merahasiakan semuanya, sekarang pergilah!”“Kau mengusirku?” keluh Jennie.“Mungkin,”‘Ish, dingin sekali dia!’ batin Jennie kesal.Jennie merajuk dan melangkah perlahan, tentu dengan raut wajah kesal, berharap tiba-tiba Ari akan memanggil dan menghentikan dirinya, sungguh Jennie ingin sekali mendapatkan perhatian lebih dari sosok itu.Perlahan menolehkan wa
Arya, lelaki itu sudah lama di kirim untuk tugas di luar kota, anggaplah pelatihan dan tidak pernah sekalipun mencoba menghubungi Ari, entah untuk alasan apa. Akan tetapi hari ini, bertepatan pula dengan acara liburan ke villa, juga Arya yang baru saja kembali dari urusannya datang. Dan dengan akses yang Arya miliki di universitas membuatnya yang adalah mahasiswa jurusan hukum bisa ikut bergabung dengan para murid di jurusan teknologi _kelas Ari_Lelaki itu mencari keberadaan Ari, dipanggilnya dari jauh saat mengetahui gadis itu berada tidak jauh dari posisinya.“Ari, sayang!”Ari sadar suara memuakkan siapa yang baru saja menyebutkan namanya, dan dengan gerakan yang tidak di sadari, Jennie berdiri tepat di hadapan Ari sesaat ketika Arya ingin menarik lengan Ari.Plakkk“Jangan berani-berani kamu menyentuh, Ari!” seru Jennie yang entah datang dari mana, dan langsung melancarkan sebuah tamparan keras kepada Arya.&ldqu
Dewa penguasa waktu tiba-tiba muncul, dengan sebuah kilat dan cahaya yang bahkan bisa merusak penglihatan jika sedikit saja menatap dalam waktu beberapa detik dengan mata kosong.“Salam, dewa!”“Terima hormatku, dewa!”“Kalian sedang memperdebatkan apa?”Cerita dan kejadian yang terjadi di masa pemerintahan raja Bayu Dewandaru di jelaskan satu-persatu.Begitu pula kutukan yang harus di terima oleh reinkarnasi berikutnya dari tubuh pangeran Aji Saka Dewandaru, yang dikenal selalu bersikap angkuh dan enggan untuk menjaga hati ibunya sendiri. Suatu ketika Dewi Api turun ke bumi dan menjelma menjadi putri Liudra, berusaha merubah kepribadian buruk pangeran Aji Saka, karena Dewi itu tahu, Aji Saka tidak seburuk yang orang-orang tahu. Atau lebih tepatnya, Dewi sudah jatuh cinta kepada manusia biasa, yakni Aji saka.Itu bertentangan dengan hukum langit, Dewi dihukum dan harus menjalani kehidupan sebagai manusia,
Duarrr!!Petir menyambar, dengan hebat di detik berikutnya terdengar tangisan bayi, dari ruangan di salah satu rumah megah bak istana di kawasan perumahan elite paling utama.“Dia sudah lahir?”“Sudah, Tuan!” ucap salah satu suster yang ikut menangani proses tersebut.Di sisi lain ...“Di keluarga mana reinkarnasi pangeran Aji Saka Dewandaru dilahirkan?”“Di sana, di keluarga itu!” tunjuk salah satu pengawas langit.Sesuai kutukan yang telah di jatuhkan kepada pangeran, maka reinkarnasi itu, akan memiliki takdir menjadi pelindung dari reinkarnasi putri Liudra. Itu pun dengan jenis kelamin perempuan.“Pastikan jika kehidupan kali ini, gadis itu tidak akan mudah berbahagia, selagi masih ada abdi untuk melindungi, maka dirinya akan selamat. Pastikan juga tercatat dengan jelas gadis itu tidak bisa memiliki takdir mencintai seseorang hingga ke persatuan terindah!” ucap Ruth
Ari menyodorkan jaketnya, meminta Jennie memakainya, dan menawarkan diri untuk mengantarnya sampai ke rumah.“Ini sudah senja, sebentar lagi malam, tidak baik jika kau pulang sendirian!” tutur Ari.Di perjalanan, Jennie terus mendekap tubuh Ari erat-erat, membenamkan wajahnya di punggung gadis itu.Bagi Ari itu hanya biasa saja, lagi pula, dilihat dari segi umur Jennie lebih muda darinya, lebih tepatnya seperti adik bagi Ari.“Ini rumahmu?”“Heem,” jawab Jennie dengan anggukan.“Ya sudah, aku pergi dulu,” pamit Ari.Sampai tangan Jennie menghentikan pergerakan Ari untuk pergi.Dengan cepat Jennie mencium pipi kiri Ari singkat, kemudian tersenyum dan berterima kasih.“Setelah ini kau akan pergi ke mana?”“kurasa aku tidak perlu menjelaskannya,” tukas Ari singkat.Dengan cepat Ari mengencangkan helm nya dan melaju ke jalan besar.M
“Hei, kau! Yang disana!” bentak seseorang di belakang Ari.Salah, bukan Ari yang saat itu dimaksud.Terlihat seorang lelaki datang menghampiri Biru yang saat itu berada di belakangnya agak jauh.“Bagaimana kabarmu, kawan?”“Jangan membentak ...!” jawab Biru sambil menepuk pundak temannya itu.Terdengar mereka berdua yang saling bercanda juga berbicara, mungkin itu dikarenakan lamanya waktu sampai akhirnya dapat bertemu kembali.Ari tersadar, untuk apa dirinya tetap berdiri terpaku di sana, ada hal yang lebih penting dari ini untuk segera ia lakukan.Sama seperti hari-hari biasanya, Ari melakukan setiap jadwal padatnya di kampus, lalu pulang kembali ke rumahnya dengan damai.Hari ini Ari memiliki jadwal untuk pulang lebih awal karena harus mengirim beberapa paket yang akan ia kirimkan kepada Kira. Sahabat baiknya dari negeri kincir angin.Tidak seperti para remaja pada umumnya, Ari lebi
“Hai! Nama kamu, Ari, ya?” tanya seorang lelaki muda yang Ari tahu adalah salah satu mahasiswa jurusan hukum.Lelaki itu bertanya sambil mengikuti langkah Ari dengan menaiki motornya tanpa menyalakan mesin. Menunjukkan senyum, seolah memang keduanya sudah saling mengenal.Ari hanya tersenyum, mempercepat langkah yang terus-menerus diikuti lagi dan lagi oleh Arya.Sebelum akhirnya Ari menyerah dan menghentikan langkah kaki lalu bertanya apa tujuan Arya.“Jika boleh tahu, adakah yang bisa saya bantu?”“Emm ... tentu saja ada, tapi tidak sekarang. Tunggu sampai jam makan siang nanti, aku akan melakukan sesuatu sesuai dengan feeling ku,” ujarnya berkata dengan senyuman manis.Tidak butuh waktu lama, jam makan siang tiba, di tengah-tengah lapangan olahraga, Arya berdiri. Membuat kerumunan banyak mahasiswa dan mahasiswi di sana, entah apa yang laki-laki itu coba katakan.Sampai Ari mencoba melihat sedikit