ホーム / Romansa / Menulis Ulang Takdir / Bab 6 - Masa Depan Tak Terduga

共有

Bab 6 - Masa Depan Tak Terduga

作者: vitafajar
last update 最終更新日: 2025-04-18 23:48:32

Lyra duduk termenung di kamarnya yang hening. Hari kemarin terasa seperti mimpi panjang. Kembali ke masa lalu, sesuatu yang tidak pernah dia sangka, kini sungguh terjadi. Senyum tipis mengembang di bibirnya, membuat wajahnya yang muda dan cantik semakin cerah. Sebuah semangat membara menyala dalam dirinya. Lyra bangkit, menatap bayangannya di cermin, lalu bergegas menuju kamar mandi untuk memulai hari.

 

Ketika dia keluar dari kamar mandi, terdengar suara ketukan pintu kamarnya. Daisy masuk dan menatapnya terkejut seolah sedang melihat hantu.

 

"Daisy, kamu kenapa?" tanya Lyra, dia menoleh ke dalam kamar mandi yang berada di belakangnya.

 

"Luar biasa!" Daisy terperangah, tangannya menutup mulutnya yang membuka lebar. "Nona Lyra bangun pagi sekali tanpa harus kubangunkan. Benar-benar menakjubkan."

 

Suaranya kecil tapi Lyra masih bisa mendengarnya. Dia tertawa kecil sambil berjalan menuju meja rias. "Daisy, apa aku bisa minta tolong padamu?" tanya Lyra, membiarkan Daisy yang mulai mengeringkan rambutnya.

 

Lyra 19 tahun adalah gadis manja yang bahkan tidak bisa menyisir rambutnya sendiri. Dia telah belajar sejak kemarin bahwa semua yang bisa dilakukannya pada usia 39 tahun harus dilakukan secara perlahan. Dia tidak mau menimbulkan pertanyaan yang jawabannya akan membuat "orang itu" mencabut nyawanya saat ini juga.

 

Daisy menatap Lyra di cermin, raut wajahnya serius. "Apa yang bisa saya lakukan untuk Nona?" tanyanya dengan lembut.

 

Lyra mengambil napas dalam sebelum akhirnya bertanya, "Apa kamu tau pria yang saat ini menjadi kekasihku?"

 

"Tentu saja! Dia adalah pria paling brengsek yang pernah saya lihat. Dia-" Daisy terhenti, tangannya menutup mulut yang terbuka lebar. Matanya membulat, menunjukkan ketakutan yang luar biasa. Lyra selalu membenci siapa pun yang berani menjelek-jelekkan Adrian, dan Daisy baru menyadari betapa besar kesalahannya.

 

Daisy berlutut di depan Lyra, air mata membasahi wajahnya. "Nona, mohon ampuni saya," isaknya. Tangannya terkatup di depan dada, menyesali kesalahannya yang mendalam. 

 

Lyra tertegun. Reaksi Daisy yang berlebihan itu mengejutkannya. Separah itukah dirinya di masa lalu? Sebegitu menakutkannya hingga membuat pelayannya berlutut memohon ampun seperti ini? 

 

Mungkin, dia perlu berhati-hati dalam bersikap. Dia harus belajar memahami orang-orang yang berada di sekitarnya, memperbaiki kesalahan yang pernah dia buat. 

 

Lyra membantunya berdiri. "Tenanglah, Daisy," katanya. "Aku tidak akan menyakitimu."

 

Daisy mengangkat wajah, menatap Lyra dengan mata berkaca-kaca, ketakutan tergambar jelas. Apakah ini artinya dia akan dipecat? Pikiran itu menghantuinya, mengancam menghancurkan satu-satunya sumber penghidupannya.

 

"Saya mohon jangan pecat saya, Nona," pinta Daisy lirih.

 

Lyra tersenyum. "Aku tidak akan memecatmu, Daisy." Dia mengambil sapu tangannya lalu memberikannya pada Daisy.

 

Daisy menggeleng, menolaknya.  "Tidak, Nona. Saya tidak bisa menggunakannya. Itu pemberian Tuan Adrian, dan sangat berharga bagi Nona."

 

Lyra mengamati sapu tangan pemberian Adrian. Motif dan warnanya memang biasa saja, jauh dari kesukaannya. Namun, reaksi antusiasnya saat itu, sebuah bukti betapa cinta telah membutakan penilaiannya. Dia telah begitu terlena oleh pesona Adrian hingga kehilangan kemampuan untuk berpikir jernih.

 

Lyra menggeleng. "Tidak, aku sudah tidak peduli dengannya," ucap Lyra memberikan sapu tangan itu.

 

Perubahan yang terjadi pada Lyra, membuat Daisy kebingungan. Dia khawatir bahwa sikap baik Lyra hanyalah kamuflase dan nantinya akan membuat dia dalam masalah besar. Meski begitu, dia tetap menerima sapu tangan Lyra dan berusaha menenangkan dirinya.

 

"Tadi Nona mau bicara apa?" tanya Daisy setelah berhasil menguasai dirinya.

 

"Apa kamu bisa bantu aku memesankan tempat untukku dan mamaku?"

 

Daisy membuka mulutnya tapi tak satupun kata-kata keluar. Wajahnya terlihat ragu dan Lyra langsung bisa memahaminya. 

 

"Tidak apa-apa. Beberapa bulan ini aku memang menyerah mengambil hati mamaku, tapi aku yakin bahwa darah lebih kental daripada air. Aku yakin kalau aku berusaha, mama pasti akan melihatku dan akhirnya bersikap baik padaku," ujar Lyra penuh semangat.

 

"Baik, Nona. Saya akan memesankan tempat di restaurant kesukaan Nyonya."

 

"Bagus! Terima kasih, Daisy. Aku mengandalkanmu," ucap Lyra tersenyum bahagia lalu kembali memoles wajahnya dengan bedak dan pewarna bibir.

 

Lyra menuju ruang makan. Orangtuanya sudah duduk, berdampingan tanpa sepatah kata pun, sibuk dengan makanan mereka masing-masing. Suasana yang dingin dan hampa. Sejak kapan keluarga ini terasa begitu sepi dan hampa? Padahal kenangan masa kecilnya, penuh dengan kehangatan, canda tawa, dan kasih sayang. Namun, kenangan itu kini terasa seperti mimpi yang jauh.

 

"Udah bangun kamu." 

 

Tidak ada kehangatan dalam suara ibunya. Keceriaan yang tadi Lyra siapkan, seolah menguap begitu saja. Senyumannya langsung memudar, Lyra menarik napas dalam, berusaha meredam kesedihan.

 

"Iya, Ma," jawab Lyra bergabung bersama mereka. 

 

Lyra mengambil dua lembar roti dan mengoleskannya dengan selai kacang. Ayahnya meletakkan sebuah paper bag di samping piringnya, tatapannya tetap tertuju pada makanan.

 

"Ini apa, Pa?" tanya Lyra, sambil membuka paper bag tersebut. Tiga buku bisnis tersusun di dalamnya.

 

Sebelum Lyra sempat bertanya lebih lanjut, Ayahnya berkata dengan tenang, "Buku-buku itu akan membantumu belajar."

 

Lyra menatap ketiga buku tersebut, dia bisa merasakan kembali kehangatan yang sempat menguap. Ayahnya yang dingin dan cenderung cuek, ternyata memikirkannya. Itu yang membuat dia bisa langsung sekejap melupakan sikap dingin ibunya.

 

Charles meminum segelas air lalu menyambar kemejanya. "Sampai bertemu nanti malam."

 

Lyra mengangguk meski ayahnya tidak melihat. Kesunyian dingin kembali menghampiri. Hanya suara dentingan dentingan sendok dan garpu ibunya yang terdengar di ruang makan. Ibunya, dengan sikap dinginnya yang tak tersentuh, jauh lebih menakutkan daripada ayahnya. 

 

Victoria sama sekali tidak bisa bersahabat dengannya meski Lyra sudah berusaha. Bahkan sifatnya untuk tidak berada dalam satu tuangan yang sama dengan Lyra, terlihat jelas. Baru saja memikirkan hal itu, Victoria bangkit dan berjalan pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. 

 

Lyra hanya bisa pasrah ketika punggung sang ibu dengan cepat pergi dari pandangannya. Dia akan mencoba bicara nanti malam pada Victoria untuk mau pergi bersama dengannya.

 

Lyra menyelesaikan sarapannya dengan cepat, lalu berangkat dengan mobil. Selama perjalanan, dia memanfaatkan waktu untuk belajar. Kehidupan kali ini begitu berbeda, tidak ada yang bisa diprediksi. Dia harus siap menghadapi apa pun yang terjadi. 

 

Mobil berhenti mendadak, sebuah hentakan keras mengguncang seluruh tubuh Lyra. Buku-bukunya berserakan di lantai. Sabuk pengaman menyelamatkannya dari benturan yang cukup keras untuk membuat kepalanya terbentur.

 

"Pak Bill, hati-hati! Jangan berhenti mendadak seperti itu!" Lyra berseru kesal.

 

"Maaf, Nona. Saya tidak bermaksud berhenti mendadak. Tapi, tiba-tiba mobil itu berhenti di depan mobil kita." Bill menunjuk sebuah Tesla hitam yang dikenal Lyra. 

 

"Apapun yang terjadi, jangan buka pintu mobil!" perintah Lyra.

 

Suasana langsung berubah penuh kengerian ketika pintu kemudi mobil itu terbuka. Wajah Adrian yang penuh amarah, terlihat semakin jelas ketika pria itu berjalan mendekati mobil Lyra. 

 

Lyra sudah menunggu, bersiap jika Adrian melakukan yang terburuk.

 

***

 

Bersambung~

 

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

関連チャプター

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 7 - Dia Tidak Terluka

    "Sepertinya saya harus keluar sekarang." Pak Bill membuka sabuk pengaman tapi Lyra segera menahannya. "Jangan Pak Bill! Biarkan saja!" tegasnya. "Tapi, sepertinya orang itu akan berbuat nekat jika kita tidak keluar." Bill tetap keluar dan tidak mengindahkan perkataan Lyra. Dari dalam, Lyra tidak bisa mendengarkan apa yang dikatakan oleh Adrian pada supirnya. Kegelisahannya memuncak. Dia buru-buru keluar dan mendengar makian-makian pedas Adrian yang ditujukan pada Bill, suaranya keras dan penuh kemarahan. "Kamu hanya pesuruh, berani sekali kamu memerintahku!" Wajah Adrian memerah, matanya melotot tajam. Lyra membeku. Adrian yang sekarang ini begitu berbeda dari Adrian yang dikenalnya di kehidupan sebelumnya. Sisi gelapnya yang mengerikan ini sungguh mengejutkan. "Adrian!" teriak Lyra. Darahnya mendidih melihat orangnya diperlakukan secara tidak baik. Adrian menoleh, saat itu senyumannya yang terkembang. Dia memandang remeh Bill lalu menghampiri Lyra. "Sayang, akhirnya kamu

    最終更新日 : 2025-04-21
  • Menulis Ulang Takdir   BAB 8 - Dia Selingkuhanmu?

    "Della, kamu masuk saja dulu," Lyra berkata sambil berlari mengejar pria itu, tidak menghiraukan panggilan Della. Napasnya tersengal-sengal saat dia meraih bahu pria itu, menghentikan langkahnya yang terburu-buru. Pria itu berbalik, menatap Lyra tanpa ekspresi. Lyra berusaha mengatur napasnya, berkata dengan tersengal, "Kamu... yang tadi... itu, kan ...?" Pria itu mengangguk singkat. Dia melepaskan tangan Lyra dari bahunya lalu kembali berjalan. Lyra tidak menyerah, dia terus mengikuti pria itu meskipun diabaikan. Dengan napas sedikit tersengal, dia mengeluarkan ponsel lipat, berdiri tegak di depan pria itu, menghentikan langkahnya. "Berikan nomor teleponmu," katanya, "Aku akan membalas kebaikanmu nanti." Lyra berhasil mendapatkan perhatiannya. Pria itu melirik ponselnya sekilas sambil berkata dengan dingin, "Aku menolongmu bukan untuk mendapatkan balasan." Lyra memegang lengannya. "Oke, tapi aku tetap minta nomor teleponmu," ucapnya tanpa malu. Bagi wanita di tahun 2004, memi

    最終更新日 : 2025-04-23
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 1 - Terbangun di Masa Lalu

    Angin menerpa wajah Lyra, dingin menusuk tulang. Dadanya terasa nyeri, adegan pengkhianatan yang diberikan oleh suami dan sahabatnya, terus terbayang di kepala. Mereka membuat luka tak nampak yang sulit untuk disembuhkan. Lyra sama sekali tidak menyangka bahwa dua orang yang sangat dia percaya, tega menusuknya dengan pedang yang ternyata sudah diasah sebelumnya. Padahal dia memercayakan semuanya pada mereka, bahkan berpikir untuk bangkit bersama. Namun, ternyata harapan itu hancur berkeping-keping di depan matanya. Lyra merasakan dunia di sekelilingnya seolah runtuh. Setiap kenangan indah yang pernah mereka bagi—tawa, canda, dan mimpi-mimpi yang tampaknya tak terpisahkan—sekarang terasa seperti ilusi yang penuh derita.Dengan langkah gontai, Lyra berjalan tanpa arah. Menyusuri trotoar ibu kota yang masih disibukkan dengan para pejalan kaki meski malam kian larut. Dia ingin pulang, dia ingin tidur di kamarnya, di ranjangnya yang hangat dan berharap bahwa semua yang dilalui hari ini, h

    最終更新日 : 2025-03-18
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 2 - Peringatan

    Mata Lyra semakin membulat ketika melihat seorang gadis muda yang dulu selalu melayaninya. Dulu Lyra sangat tidak menyukainya karena orang tuanya selalu membandingkannya dengan dia. Gadis ini lebih muda dari Lyra tapi sudah tau tata krama ketika bicara dengan orang dewasa. Dia sangat sopan, berbeda dengan Lyra yang berjiwa bebas dan terkadang membuat onar. Kening Lyra berkerut, berusaha mengingat nama gadis ini. Namun, tak satupun nama yang bisa diingat. Mungkin karena dia tidak menyukainya. Saat itu dia bahkan enggan untuk melihat wajahnya."Nona?" Pelayan itu kembali memanggil, rambutnya yang terikat rapi sedikit berantakan, menunjukkan sedikit kekhawatiran di balik sikapnya yang selalu terkontrol. "Apa Nona baik-baik saja?"Lyra memperhatikan detail-detail kecil tersebut. Gadis ini memang sopan, bahkan terlalu sopan, dengan tutur katanya yang formal dan terukur, seakan-akan selalu menjaga jarak dan menghindari hal-hal yang bersifat personal. Sikap yang dulu Lyra anggap sebagai ses

    最終更新日 : 2025-03-18
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 3 - Memulai Dari Awal

    Lyra merasakan berat di kelopak matanya, meski begitu dia tetap berusaha untuk membuka mata. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah cemas orang tuanya, seketika hatinya menghangat karena ini adalah pertama kalinya dia melihat mereka menampakkan ekspresi wajah mengkhawatirkannya."Sudah bangun?" Seketika senyum lemah di wajah Lyra menghilang saat mendengar suara dingin sang ibu. "Kalau kamu sudah sehat, bangun dan bersiaplah." Victoria melihat jam yang melingkar di tangannya lalu berkata pada Charles, "Aku sudah terlambat. Sampai jumpa nanti malam."Pintu kembali tertutup, menyisakan keheningan di antara Lyra dan ayahnya. Charles masih duduk di tempatnya, tatapannya tak lepas dari Lyra. Suasana tegang terasa menyesakkan. Setelah beberapa saat yang terasa sangat lama, dia akhirnya bertanya, suaranya berat dan rendah, "Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan tadi?"Lyra menutup bibirnya rapat-rapat. Dia sudah mendapatkan peringatan, dia tidak mau kesempatannya hilang. Perlahan bibirnya me

    最終更新日 : 2025-03-19
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 4 - Sikap yang Mulai Berubah

    Lyra memandang pria itu dengan tajam. Dadanya bergemuruh seperti guntur yang siap meledak. Tatapannya menusuk, seolah ingin menembus kedalaman jiwa pria itu. Wajahnya memerah, menahan amarah. Tangannya mengepal erat, urat-urat di tangannya menegang. Lyra bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar, dipenuhi oleh energi yang siap meletus. Adegan pengkhianatan itu kembali terngiang dalam kepala. Dia ingin meluapkan emosi pada pria itu. Mempertanyakan, di mana letak kesalahan yang dia buat sampai tega menyakitinya seperti ini? Namun, tiba-tiba sebuah tepukan kecil Della menyadarkannya. Menariknya ke kenyataan bahwa dia kini berada di 20 tahun sebelum mereka menghancurkan hidupnya. "Lyra, kamu kenapa?" tanya Della, wajahnya terlihat sangat khawatir tapi itu tidak akan membuat Lyra tertipu lagi. "Tidak apa-apa," jawabnya singkat. Lyra segera berjalan menuju meja kosong yang ada di paling belakang. Mengabaikan pandangan Adrian dan Della yang kebingungan. "Lyra," panggil Adrian. Dia men

    最終更新日 : 2025-03-21
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 5 - Diremehkan Orang Tua

    Senyum tipis muncul di wajah Lyra. Saat dia mencoba memutus hubungan dengan Adrian, Lyra baru menyadari bahwa itu tidak akan mengubah takdirnya. Maka, dia harus mengubah strategi. Dengan membuat mereka tetap bersama, perselingkuhan itu akan terbongkar, dan dia bisa menulis ulang takdirnya. Lyra berjalan menuju pintu gerbang, melewati deretan mobil di parkiran. Pandangannya tidak sengaja bertemu dengan pria di perpustakaan tadi yang tengah masuk ke dalam mobilnya.Sesaat sebelum pintunya menutup, matanya bertemu dengan mata Lyra. Membuat jantung Lyra terhenti beberapa saat sebelum akhirnya pintu menutup sempurna. Mobil pria itu tidak pergi, hanya diam dengan mesin mobil yang menyala. Lyra tidak tahu apa yang terjadi di dalam, tapi dia merasa seolah dirinya sedang diawasi.Lyra menggelengkan kepala, mencoba menenangkan dirinya. Ini hanya perasaan saja, dia harus tetap tenang dan berpikir rasional. Namun, beberapa menit dia berdiri di sana menunggu jemputannya, mobil itu belum juga perg

    最終更新日 : 2025-03-22

最新チャプター

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 8 - Dia Selingkuhanmu?

    "Della, kamu masuk saja dulu," Lyra berkata sambil berlari mengejar pria itu, tidak menghiraukan panggilan Della. Napasnya tersengal-sengal saat dia meraih bahu pria itu, menghentikan langkahnya yang terburu-buru. Pria itu berbalik, menatap Lyra tanpa ekspresi. Lyra berusaha mengatur napasnya, berkata dengan tersengal, "Kamu... yang tadi... itu, kan ...?" Pria itu mengangguk singkat. Dia melepaskan tangan Lyra dari bahunya lalu kembali berjalan. Lyra tidak menyerah, dia terus mengikuti pria itu meskipun diabaikan. Dengan napas sedikit tersengal, dia mengeluarkan ponsel lipat, berdiri tegak di depan pria itu, menghentikan langkahnya. "Berikan nomor teleponmu," katanya, "Aku akan membalas kebaikanmu nanti." Lyra berhasil mendapatkan perhatiannya. Pria itu melirik ponselnya sekilas sambil berkata dengan dingin, "Aku menolongmu bukan untuk mendapatkan balasan." Lyra memegang lengannya. "Oke, tapi aku tetap minta nomor teleponmu," ucapnya tanpa malu. Bagi wanita di tahun 2004, memi

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 7 - Dia Tidak Terluka

    "Sepertinya saya harus keluar sekarang." Pak Bill membuka sabuk pengaman tapi Lyra segera menahannya. "Jangan Pak Bill! Biarkan saja!" tegasnya. "Tapi, sepertinya orang itu akan berbuat nekat jika kita tidak keluar." Bill tetap keluar dan tidak mengindahkan perkataan Lyra. Dari dalam, Lyra tidak bisa mendengarkan apa yang dikatakan oleh Adrian pada supirnya. Kegelisahannya memuncak. Dia buru-buru keluar dan mendengar makian-makian pedas Adrian yang ditujukan pada Bill, suaranya keras dan penuh kemarahan. "Kamu hanya pesuruh, berani sekali kamu memerintahku!" Wajah Adrian memerah, matanya melotot tajam. Lyra membeku. Adrian yang sekarang ini begitu berbeda dari Adrian yang dikenalnya di kehidupan sebelumnya. Sisi gelapnya yang mengerikan ini sungguh mengejutkan. "Adrian!" teriak Lyra. Darahnya mendidih melihat orangnya diperlakukan secara tidak baik. Adrian menoleh, saat itu senyumannya yang terkembang. Dia memandang remeh Bill lalu menghampiri Lyra. "Sayang, akhirnya kamu

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 6 - Masa Depan Tak Terduga

    Lyra duduk termenung di kamarnya yang hening. Hari kemarin terasa seperti mimpi panjang. Kembali ke masa lalu, sesuatu yang tidak pernah dia sangka, kini sungguh terjadi. Senyum tipis mengembang di bibirnya, membuat wajahnya yang muda dan cantik semakin cerah. Sebuah semangat membara menyala dalam dirinya. Lyra bangkit, menatap bayangannya di cermin, lalu bergegas menuju kamar mandi untuk memulai hari.Ketika dia keluar dari kamar mandi, terdengar suara ketukan pintu kamarnya. Daisy masuk dan menatapnya terkejut seolah sedang melihat hantu."Daisy, kamu kenapa?" tanya Lyra, dia menoleh ke dalam kamar mandi yang berada di belakangnya."Luar biasa!" Daisy terperangah, tangannya menutup mulutnya yang membuka lebar. "Nona Lyra bangun pagi sekali tanpa harus kubangunkan. Benar-benar menakjubkan."Suaranya kecil tapi Lyra masih bisa mendengarnya. Dia tertawa kecil sambil berjalan menuju meja rias. "Daisy, apa aku bisa minta tolong padamu?" tanya Lyra, membiarkan Daisy yang mulai mengeringka

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 5 - Diremehkan Orang Tua

    Senyum tipis muncul di wajah Lyra. Saat dia mencoba memutus hubungan dengan Adrian, Lyra baru menyadari bahwa itu tidak akan mengubah takdirnya. Maka, dia harus mengubah strategi. Dengan membuat mereka tetap bersama, perselingkuhan itu akan terbongkar, dan dia bisa menulis ulang takdirnya. Lyra berjalan menuju pintu gerbang, melewati deretan mobil di parkiran. Pandangannya tidak sengaja bertemu dengan pria di perpustakaan tadi yang tengah masuk ke dalam mobilnya.Sesaat sebelum pintunya menutup, matanya bertemu dengan mata Lyra. Membuat jantung Lyra terhenti beberapa saat sebelum akhirnya pintu menutup sempurna. Mobil pria itu tidak pergi, hanya diam dengan mesin mobil yang menyala. Lyra tidak tahu apa yang terjadi di dalam, tapi dia merasa seolah dirinya sedang diawasi.Lyra menggelengkan kepala, mencoba menenangkan dirinya. Ini hanya perasaan saja, dia harus tetap tenang dan berpikir rasional. Namun, beberapa menit dia berdiri di sana menunggu jemputannya, mobil itu belum juga perg

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 4 - Sikap yang Mulai Berubah

    Lyra memandang pria itu dengan tajam. Dadanya bergemuruh seperti guntur yang siap meledak. Tatapannya menusuk, seolah ingin menembus kedalaman jiwa pria itu. Wajahnya memerah, menahan amarah. Tangannya mengepal erat, urat-urat di tangannya menegang. Lyra bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar, dipenuhi oleh energi yang siap meletus. Adegan pengkhianatan itu kembali terngiang dalam kepala. Dia ingin meluapkan emosi pada pria itu. Mempertanyakan, di mana letak kesalahan yang dia buat sampai tega menyakitinya seperti ini? Namun, tiba-tiba sebuah tepukan kecil Della menyadarkannya. Menariknya ke kenyataan bahwa dia kini berada di 20 tahun sebelum mereka menghancurkan hidupnya. "Lyra, kamu kenapa?" tanya Della, wajahnya terlihat sangat khawatir tapi itu tidak akan membuat Lyra tertipu lagi. "Tidak apa-apa," jawabnya singkat. Lyra segera berjalan menuju meja kosong yang ada di paling belakang. Mengabaikan pandangan Adrian dan Della yang kebingungan. "Lyra," panggil Adrian. Dia men

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 3 - Memulai Dari Awal

    Lyra merasakan berat di kelopak matanya, meski begitu dia tetap berusaha untuk membuka mata. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah cemas orang tuanya, seketika hatinya menghangat karena ini adalah pertama kalinya dia melihat mereka menampakkan ekspresi wajah mengkhawatirkannya."Sudah bangun?" Seketika senyum lemah di wajah Lyra menghilang saat mendengar suara dingin sang ibu. "Kalau kamu sudah sehat, bangun dan bersiaplah." Victoria melihat jam yang melingkar di tangannya lalu berkata pada Charles, "Aku sudah terlambat. Sampai jumpa nanti malam."Pintu kembali tertutup, menyisakan keheningan di antara Lyra dan ayahnya. Charles masih duduk di tempatnya, tatapannya tak lepas dari Lyra. Suasana tegang terasa menyesakkan. Setelah beberapa saat yang terasa sangat lama, dia akhirnya bertanya, suaranya berat dan rendah, "Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan tadi?"Lyra menutup bibirnya rapat-rapat. Dia sudah mendapatkan peringatan, dia tidak mau kesempatannya hilang. Perlahan bibirnya me

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 2 - Peringatan

    Mata Lyra semakin membulat ketika melihat seorang gadis muda yang dulu selalu melayaninya. Dulu Lyra sangat tidak menyukainya karena orang tuanya selalu membandingkannya dengan dia. Gadis ini lebih muda dari Lyra tapi sudah tau tata krama ketika bicara dengan orang dewasa. Dia sangat sopan, berbeda dengan Lyra yang berjiwa bebas dan terkadang membuat onar. Kening Lyra berkerut, berusaha mengingat nama gadis ini. Namun, tak satupun nama yang bisa diingat. Mungkin karena dia tidak menyukainya. Saat itu dia bahkan enggan untuk melihat wajahnya."Nona?" Pelayan itu kembali memanggil, rambutnya yang terikat rapi sedikit berantakan, menunjukkan sedikit kekhawatiran di balik sikapnya yang selalu terkontrol. "Apa Nona baik-baik saja?"Lyra memperhatikan detail-detail kecil tersebut. Gadis ini memang sopan, bahkan terlalu sopan, dengan tutur katanya yang formal dan terukur, seakan-akan selalu menjaga jarak dan menghindari hal-hal yang bersifat personal. Sikap yang dulu Lyra anggap sebagai ses

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 1 - Terbangun di Masa Lalu

    Angin menerpa wajah Lyra, dingin menusuk tulang. Dadanya terasa nyeri, adegan pengkhianatan yang diberikan oleh suami dan sahabatnya, terus terbayang di kepala. Mereka membuat luka tak nampak yang sulit untuk disembuhkan. Lyra sama sekali tidak menyangka bahwa dua orang yang sangat dia percaya, tega menusuknya dengan pedang yang ternyata sudah diasah sebelumnya. Padahal dia memercayakan semuanya pada mereka, bahkan berpikir untuk bangkit bersama. Namun, ternyata harapan itu hancur berkeping-keping di depan matanya. Lyra merasakan dunia di sekelilingnya seolah runtuh. Setiap kenangan indah yang pernah mereka bagi—tawa, canda, dan mimpi-mimpi yang tampaknya tak terpisahkan—sekarang terasa seperti ilusi yang penuh derita.Dengan langkah gontai, Lyra berjalan tanpa arah. Menyusuri trotoar ibu kota yang masih disibukkan dengan para pejalan kaki meski malam kian larut. Dia ingin pulang, dia ingin tidur di kamarnya, di ranjangnya yang hangat dan berharap bahwa semua yang dilalui hari ini, h

無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status