Beranda / Romansa / Menulis Ulang Takdir / Bab 5 - Diremehkan Orang Tua

Share

Bab 5 - Diremehkan Orang Tua

Penulis: vitafajar
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-22 22:40:30

Senyum tipis muncul di wajah Lyra. Saat dia mencoba memutus hubungan dengan Adrian, Lyra baru menyadari bahwa itu tidak akan mengubah takdirnya. Maka, dia harus mengubah strategi. Dengan membuat mereka tetap bersama, perselingkuhan itu akan terbongkar, dan dia bisa menulis ulang takdirnya. 

 

Lyra berjalan menuju pintu gerbang, melewati deretan mobil di parkiran. Pandangannya tidak sengaja bertemu dengan pria di perpustakaan tadi yang tengah masuk ke dalam mobilnya.

 

Sesaat sebelum pintunya menutup, matanya bertemu dengan mata Lyra. Membuat jantung Lyra terhenti beberapa saat sebelum akhirnya pintu menutup sempurna. Mobil pria itu tidak pergi, hanya diam dengan mesin mobil yang menyala. Lyra tidak tahu apa yang terjadi di dalam, tapi dia merasa seolah dirinya sedang diawasi.

 

Lyra menggelengkan kepala, mencoba menenangkan dirinya. Ini hanya perasaan saja, dia harus tetap tenang dan berpikir rasional. Namun, beberapa menit dia berdiri di sana menunggu jemputannya, mobil itu belum juga pergi.

 

Lyra meneguk saliva, dia menoleh, matanya menyipit. Berusaha untuk melihat ke bagian dalam dari kaca depan mobil. Seketika dia tersentak, pria itu ternyata sedang memperhatikannya. Lyra langsung menunduk, dengan pikiran yang terus berkecamuk.

 

Siapa dia? Kenapa sepertinya Lyra pernah bertemu dengannya? Tapi dimana, dan kapan? Kenangan itu samar, seperti bayangan yang sulit ditangkap, meninggalkan Lyra dengan rasa penasaran yang mengganjal.

 

Suasana tegang sirna seketika dengan kedatangan mobilnya. Lyra merasa lega, dia segera masuk dan meninggalkan tempat itu, mencoba melupakan pertemuan tidak terduga dengan pria misterius tersebut.

 

Lyra menarik napas dalam, dia menggelengkan kepala. Saat ini ada hal yang lebih penting daripada mengingat kenangan yang tidak jelas. 

 

Berita mengenai Lyra yang memilih untuk berpindah jurusan, dengan cepat sampai ke telinga ayahnya. Malam hari setelah makan malam, Charles langsung bertanya, "Apa benar kamu memilih sekolah bisnis?" 

 

Tubuh Lyra menegang. Sejak awal dia memilih seni lukis, ayahnya menentang dengan keras. Bahkan mengancam untuk tidak membayar uang kuliahnya. Namun, ketika Lyra tetap mendaftar seni lukis, dan sang ayah tidak merealisasikan ucapannya. 

 

Sekarang ketika dia sudah melakukan sesuai dengan keinginan ayahnya, apakah dia akan mendapatkan pujian? Apresiasi yang tidak pernah didapatkannya, apakah dia akan menerimanya?

 

Lyra adalah gadis yang pintar. Dia selalu mendapatkan peringkat satu. Lyra tidak pernah bermain dan selalu melakukan sesuai yang diinginkan oleh orang tuanya. Dia rela belajar sampai kelelahan hanya demi mendapatkan perhatian mereka.

 

Namun, ketika dia berada di semester akhir bangku SMA, ketika dia bertemu dengan Della dan Adrian, Lyra menyerah untuk terus mendapatkan perhatian orang tuanya. Dia menyadari bahwa sekeras apapun dia berusaha, orang tuanya akan selalu mementingkan pekerjaan dibandingkan dirinya. 

 

Tentu saja semua berubah ketika Lyra menjalani kehidupan hingga usianya 39 tahun, sampai dia dikhianati oleh sahabat dan suaminya. Lyra bertekad untuk menjalani kehidupan keduanya dengan baik dan menendang dua orang jahat itu dari hidupnya.

 

Lyra tersenyum tipis, dia mengangguk lalu menjawab, "Iya, Pa. Aku ingin sekolah bisnis"

 

"Kenapa?"

 

Keheningan menyelimuti mereka. Pertanyaan ayahnya sederhana namun berat. Suaranya meskipun tenang, seperti ada beban yang menindih Lyra. Dia terdiam, terhimpit oleh tekanan yang tidak terlihat namun begitu nyata.

 

"Karena aku sadar bahwa aku adalah satu-satunya anak yang harus meneruskan usaha keluarga." Senyuman Lyra semakin dalam, kepercayaan dirinya tiba-tiba muncul di tengah tatapan sang ayah yang tajam dan penuh pertimbangan.

 

"Aku tahu bahwa Papa sudah bekerja keras untuk membesarkan perusahaan yang sudah susah payah dibangun Kakek. Dan aku juga tahu, Papa tidak mau perusahaan jatuh ke tangan orang yang salah."

 

Lyra menarik napas dalam, matanya tidak lepas dari wajah ayahnya. Dia tidak bisa membaca pikiran Charles. Meskipun tidak yakin sepenuhnya, tapi dia berharap penjelasannya telah mampu meluluhkan hati sang ayah.

 

"Aku tahu bahwa ini tidak akan berjalan mudah, tapi aku berharap, Papa bisa memberikanku kesempatan untuk mempelajarinya," sambungnya, suaranya lembut namun penuh keyakinan.

 

Ekspresi Charles sama sekali tidak berubah. Dia hanya mengangguk kemudian meneruskan makan malamnya. Itu membuat Lyra agak sedikit kecewa. Dia tersenyum getir, betapa bodohnya dia menginginkan pujian dari orang tua yang tidak akan memuji hal baik dalam dirinya.

 

Setelah selesai makan malam, Charles kembali ke kamarnya meninggalkan Lyra dan Victoria. Suasana berubah canggung, berulang kali Lyra berusaha menarik napas untuk membuat dadanya tidak semakin berdebar. 

 

Mereka sudah lama sekali tidak duduk berdua sebagai seorang ibu dan anak. Jarak yang ada di antara keduanya sangat tinggi sehingga sulit sekali untuk dirobohkan. Lyra tidak tahu awal mulanya tapi sejak kembali ke masa lalu, dia bertekad ingin memperbaiki hubungannya dengan ibunya.

 

"Kamu yakin mau belajar bisnis?" tanya Victoria, alisnya terangkat sebelah, tatapannya tajam dan meremehkan, seolah Lyra adalah seorang anak kecil yang bermain-main dengan hal yang terlalu besar baginya.

 

Lyra awalnya sudah memuka mulut, ingin mengajaknya bicara sesama wanita. Dia jadi mengurungkan niatnya, kepalanya otomatis tertunduk, kesedihan menyelimuti hatinya.

 

"Kenapa? Mama tidak setuju kalau aku belajar bisnis?" tanya Lyra setelah berusaha mengumpulkan kembali kepercayaan dirinya.

 

Victoria mengedikkan bahu, sorot matanya semakin dalam. "Entahlah. Sejujurnya mama tidak begitu yakin dengan kemampuanmu," ucapnya acuh tak acuh.

 

Sejak kecil, semua yang berurusan dengan sekolah Lyra, sudah diatur oleh suaminya. Dia tahu bahwa Lyra adalah anak yang pintar tapi yang dia tahu, Lyra lebih berbakat di bidang seni. Namun, mendengar Lyra tiba-tiba ingin meneruskan perusahaan keluarga, membuatnya ragu. Keraguan dan kebingungan merayap di hatinya.

 

Tangan Lyra terkepal erat di bawah meja, dia berusaha keras menahan air matanya. Sejak kecil, ibunya tidak pernah mempedulikannya. Selalu bersikap seolah Lyra tidak ada. Entah apa kesalahannya, padahal dia adalah anak kandung, tapi seperti dia adalah anak tiri.

 

"Apa yang membuat Mama tidak yakin padaku, padahal Mama bahkan tidak pernah melihat kemampuan yang sebenarnya ada dalam diriku?" Suara Lyra gemetar, berusaha keras menahan emosinya yang meluap-luap dalam kekecewaan.

 

Victoria tidak langsung menjawab, melihat mata Lyra berkaca-kaca, dia merasakan gejolak aneh dalam dadanya. Rasa bersalah merayap dalam hati. Namun, dengan cepat Victoria menepis semua pemikirannya. 

 

"Karena yang mama tahu, kamu hanya pandai melukis. Itu saja." Victoria berdiri, dia berbalik dan belum sempat dia melangkah pergi, dia berkata, "Dan karena alasan itu, mama tidak mau kamu menghancurkan perusahaan keluarga dan berakhir dengan kebangkrutan."

 

Victoria melangkah pergi meninggalkan Lyra, namun ketika sampai di ambang pintu, dia berucap, "Jika kamu bersikeras melakukannya, lakukan saja dengan benar."

 

Lyra berbalik, dia melihat punggung ibunya yang menjauhi ruang makan. Saat itu dia tidak bisa membendung air mata. Semuanya tumpah dalam kesendirian dan kekecewaan. 

 

Sebenarnya kenapa? Kenapa ibunya sangat membenci dia? Apa yang sudah Lyra lakukan sampai pantas mendapatkan kebencian seperti ini dari ibu kandungnya?

 

***

 

Bersambung~

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 6 - Masa Depan Tak Terduga

    Lyra duduk termenung di kamarnya yang hening. Hari kemarin terasa seperti mimpi panjang. Kembali ke masa lalu, sesuatu yang tidak pernah dia sangka, kini sungguh terjadi. Senyum tipis mengembang di bibirnya, membuat wajahnya yang muda dan cantik semakin cerah. Sebuah semangat membara menyala dalam dirinya. Lyra bangkit, menatap bayangannya di cermin, lalu bergegas menuju kamar mandi untuk memulai hari.Ketika dia keluar dari kamar mandi, terdengar suara ketukan pintu kamarnya. Daisy masuk dan menatapnya terkejut seolah sedang melihat hantu."Daisy, kamu kenapa?" tanya Lyra, dia menoleh ke dalam kamar mandi yang berada di belakangnya."Luar biasa!" Daisy terperangah, tangannya menutup mulutnya yang membuka lebar. "Nona Lyra bangun pagi sekali tanpa harus kubangunkan. Benar-benar menakjubkan."Suaranya kecil tapi Lyra masih bisa mendengarnya. Dia tertawa kecil sambil berjalan menuju meja rias. "Daisy, apa aku bisa minta tolong padamu?" tanya Lyra, membiarkan Daisy yang mulai mengeringka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Menulis Ulang Takdir   BAB 7 - Dia Tidak Terluka

    "Sepertinya saya harus keluar sekarang." Pak Bill membuka sabuk pengaman tapi Lyra segera menahannya. "Jangan Pak Bill! Biarkan saja!" tegasnya. "Tapi, sepertinya orang itu akan berbuat nekat jika kita tidak keluar." Bill tetap keluar dan tidak mengindahkan perkataan Lyra. Dari dalam, Lyra tidak bisa mendengarkan apa yang dikatakan oleh Adrian pada supirnya. Kegelisahannya memuncak. Dia buru-buru keluar dan mendengar makian-makian pedas Adrian yang ditujukan pada Bill, suaranya keras dan penuh kemarahan. "Kamu hanya pesuruh, berani sekali kamu memerintahku!" Wajah Adrian memerah, matanya melotot tajam. Lyra membeku. Adrian yang sekarang ini begitu berbeda dari Adrian yang dikenalnya di kehidupan sebelumnya. Sisi gelapnya yang mengerikan ini sungguh mengejutkan. "Adrian!" teriak Lyra. Darahnya mendidih melihat orangnya diperlakukan secara tidak baik. Adrian menoleh, saat itu senyumannya yang terkembang. Dia memandang remeh Bill lalu menghampiri Lyra. "Sayang, akhirnya kamu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • Menulis Ulang Takdir   BAB 8 - Dia Selingkuhanmu?

    "Della, kamu masuk saja dulu," Lyra berkata sambil berlari mengejar pria itu, tidak menghiraukan panggilan Della. Napasnya tersengal-sengal saat dia meraih bahu pria itu, menghentikan langkahnya yang terburu-buru. Pria itu berbalik, menatap Lyra tanpa ekspresi. Lyra berusaha mengatur napasnya, berkata dengan tersengal, "Kamu... yang tadi... itu, kan ...?" Pria itu mengangguk singkat. Dia melepaskan tangan Lyra dari bahunya lalu kembali berjalan. Lyra tidak menyerah, dia terus mengikuti pria itu meskipun diabaikan. Dengan napas sedikit tersengal, dia mengeluarkan ponsel lipat, berdiri tegak di depan pria itu, menghentikan langkahnya. "Berikan nomor teleponmu," katanya, "Aku akan membalas kebaikanmu nanti." Lyra berhasil mendapatkan perhatiannya. Pria itu melirik ponselnya sekilas sambil berkata dengan dingin, "Aku menolongmu bukan untuk mendapatkan balasan." Lyra memegang lengannya. "Oke, tapi aku tetap minta nomor teleponmu," ucapnya tanpa malu. Bagi wanita di tahun 2004, memi

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 1 - Terbangun di Masa Lalu

    Angin menerpa wajah Lyra, dingin menusuk tulang. Dadanya terasa nyeri, adegan pengkhianatan yang diberikan oleh suami dan sahabatnya, terus terbayang di kepala. Mereka membuat luka tak nampak yang sulit untuk disembuhkan. Lyra sama sekali tidak menyangka bahwa dua orang yang sangat dia percaya, tega menusuknya dengan pedang yang ternyata sudah diasah sebelumnya. Padahal dia memercayakan semuanya pada mereka, bahkan berpikir untuk bangkit bersama. Namun, ternyata harapan itu hancur berkeping-keping di depan matanya. Lyra merasakan dunia di sekelilingnya seolah runtuh. Setiap kenangan indah yang pernah mereka bagi—tawa, canda, dan mimpi-mimpi yang tampaknya tak terpisahkan—sekarang terasa seperti ilusi yang penuh derita.Dengan langkah gontai, Lyra berjalan tanpa arah. Menyusuri trotoar ibu kota yang masih disibukkan dengan para pejalan kaki meski malam kian larut. Dia ingin pulang, dia ingin tidur di kamarnya, di ranjangnya yang hangat dan berharap bahwa semua yang dilalui hari ini, h

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 2 - Peringatan

    Mata Lyra semakin membulat ketika melihat seorang gadis muda yang dulu selalu melayaninya. Dulu Lyra sangat tidak menyukainya karena orang tuanya selalu membandingkannya dengan dia. Gadis ini lebih muda dari Lyra tapi sudah tau tata krama ketika bicara dengan orang dewasa. Dia sangat sopan, berbeda dengan Lyra yang berjiwa bebas dan terkadang membuat onar. Kening Lyra berkerut, berusaha mengingat nama gadis ini. Namun, tak satupun nama yang bisa diingat. Mungkin karena dia tidak menyukainya. Saat itu dia bahkan enggan untuk melihat wajahnya."Nona?" Pelayan itu kembali memanggil, rambutnya yang terikat rapi sedikit berantakan, menunjukkan sedikit kekhawatiran di balik sikapnya yang selalu terkontrol. "Apa Nona baik-baik saja?"Lyra memperhatikan detail-detail kecil tersebut. Gadis ini memang sopan, bahkan terlalu sopan, dengan tutur katanya yang formal dan terukur, seakan-akan selalu menjaga jarak dan menghindari hal-hal yang bersifat personal. Sikap yang dulu Lyra anggap sebagai ses

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 3 - Memulai Dari Awal

    Lyra merasakan berat di kelopak matanya, meski begitu dia tetap berusaha untuk membuka mata. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah cemas orang tuanya, seketika hatinya menghangat karena ini adalah pertama kalinya dia melihat mereka menampakkan ekspresi wajah mengkhawatirkannya."Sudah bangun?" Seketika senyum lemah di wajah Lyra menghilang saat mendengar suara dingin sang ibu. "Kalau kamu sudah sehat, bangun dan bersiaplah." Victoria melihat jam yang melingkar di tangannya lalu berkata pada Charles, "Aku sudah terlambat. Sampai jumpa nanti malam."Pintu kembali tertutup, menyisakan keheningan di antara Lyra dan ayahnya. Charles masih duduk di tempatnya, tatapannya tak lepas dari Lyra. Suasana tegang terasa menyesakkan. Setelah beberapa saat yang terasa sangat lama, dia akhirnya bertanya, suaranya berat dan rendah, "Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan tadi?"Lyra menutup bibirnya rapat-rapat. Dia sudah mendapatkan peringatan, dia tidak mau kesempatannya hilang. Perlahan bibirnya me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 4 - Sikap yang Mulai Berubah

    Lyra memandang pria itu dengan tajam. Dadanya bergemuruh seperti guntur yang siap meledak. Tatapannya menusuk, seolah ingin menembus kedalaman jiwa pria itu. Wajahnya memerah, menahan amarah. Tangannya mengepal erat, urat-urat di tangannya menegang. Lyra bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar, dipenuhi oleh energi yang siap meletus. Adegan pengkhianatan itu kembali terngiang dalam kepala. Dia ingin meluapkan emosi pada pria itu. Mempertanyakan, di mana letak kesalahan yang dia buat sampai tega menyakitinya seperti ini? Namun, tiba-tiba sebuah tepukan kecil Della menyadarkannya. Menariknya ke kenyataan bahwa dia kini berada di 20 tahun sebelum mereka menghancurkan hidupnya. "Lyra, kamu kenapa?" tanya Della, wajahnya terlihat sangat khawatir tapi itu tidak akan membuat Lyra tertipu lagi. "Tidak apa-apa," jawabnya singkat. Lyra segera berjalan menuju meja kosong yang ada di paling belakang. Mengabaikan pandangan Adrian dan Della yang kebingungan. "Lyra," panggil Adrian. Dia men

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21

Bab terbaru

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 8 - Dia Selingkuhanmu?

    "Della, kamu masuk saja dulu," Lyra berkata sambil berlari mengejar pria itu, tidak menghiraukan panggilan Della. Napasnya tersengal-sengal saat dia meraih bahu pria itu, menghentikan langkahnya yang terburu-buru. Pria itu berbalik, menatap Lyra tanpa ekspresi. Lyra berusaha mengatur napasnya, berkata dengan tersengal, "Kamu... yang tadi... itu, kan ...?" Pria itu mengangguk singkat. Dia melepaskan tangan Lyra dari bahunya lalu kembali berjalan. Lyra tidak menyerah, dia terus mengikuti pria itu meskipun diabaikan. Dengan napas sedikit tersengal, dia mengeluarkan ponsel lipat, berdiri tegak di depan pria itu, menghentikan langkahnya. "Berikan nomor teleponmu," katanya, "Aku akan membalas kebaikanmu nanti." Lyra berhasil mendapatkan perhatiannya. Pria itu melirik ponselnya sekilas sambil berkata dengan dingin, "Aku menolongmu bukan untuk mendapatkan balasan." Lyra memegang lengannya. "Oke, tapi aku tetap minta nomor teleponmu," ucapnya tanpa malu. Bagi wanita di tahun 2004, memi

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 7 - Dia Tidak Terluka

    "Sepertinya saya harus keluar sekarang." Pak Bill membuka sabuk pengaman tapi Lyra segera menahannya. "Jangan Pak Bill! Biarkan saja!" tegasnya. "Tapi, sepertinya orang itu akan berbuat nekat jika kita tidak keluar." Bill tetap keluar dan tidak mengindahkan perkataan Lyra. Dari dalam, Lyra tidak bisa mendengarkan apa yang dikatakan oleh Adrian pada supirnya. Kegelisahannya memuncak. Dia buru-buru keluar dan mendengar makian-makian pedas Adrian yang ditujukan pada Bill, suaranya keras dan penuh kemarahan. "Kamu hanya pesuruh, berani sekali kamu memerintahku!" Wajah Adrian memerah, matanya melotot tajam. Lyra membeku. Adrian yang sekarang ini begitu berbeda dari Adrian yang dikenalnya di kehidupan sebelumnya. Sisi gelapnya yang mengerikan ini sungguh mengejutkan. "Adrian!" teriak Lyra. Darahnya mendidih melihat orangnya diperlakukan secara tidak baik. Adrian menoleh, saat itu senyumannya yang terkembang. Dia memandang remeh Bill lalu menghampiri Lyra. "Sayang, akhirnya kamu

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 6 - Masa Depan Tak Terduga

    Lyra duduk termenung di kamarnya yang hening. Hari kemarin terasa seperti mimpi panjang. Kembali ke masa lalu, sesuatu yang tidak pernah dia sangka, kini sungguh terjadi. Senyum tipis mengembang di bibirnya, membuat wajahnya yang muda dan cantik semakin cerah. Sebuah semangat membara menyala dalam dirinya. Lyra bangkit, menatap bayangannya di cermin, lalu bergegas menuju kamar mandi untuk memulai hari.Ketika dia keluar dari kamar mandi, terdengar suara ketukan pintu kamarnya. Daisy masuk dan menatapnya terkejut seolah sedang melihat hantu."Daisy, kamu kenapa?" tanya Lyra, dia menoleh ke dalam kamar mandi yang berada di belakangnya."Luar biasa!" Daisy terperangah, tangannya menutup mulutnya yang membuka lebar. "Nona Lyra bangun pagi sekali tanpa harus kubangunkan. Benar-benar menakjubkan."Suaranya kecil tapi Lyra masih bisa mendengarnya. Dia tertawa kecil sambil berjalan menuju meja rias. "Daisy, apa aku bisa minta tolong padamu?" tanya Lyra, membiarkan Daisy yang mulai mengeringka

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 5 - Diremehkan Orang Tua

    Senyum tipis muncul di wajah Lyra. Saat dia mencoba memutus hubungan dengan Adrian, Lyra baru menyadari bahwa itu tidak akan mengubah takdirnya. Maka, dia harus mengubah strategi. Dengan membuat mereka tetap bersama, perselingkuhan itu akan terbongkar, dan dia bisa menulis ulang takdirnya. Lyra berjalan menuju pintu gerbang, melewati deretan mobil di parkiran. Pandangannya tidak sengaja bertemu dengan pria di perpustakaan tadi yang tengah masuk ke dalam mobilnya.Sesaat sebelum pintunya menutup, matanya bertemu dengan mata Lyra. Membuat jantung Lyra terhenti beberapa saat sebelum akhirnya pintu menutup sempurna. Mobil pria itu tidak pergi, hanya diam dengan mesin mobil yang menyala. Lyra tidak tahu apa yang terjadi di dalam, tapi dia merasa seolah dirinya sedang diawasi.Lyra menggelengkan kepala, mencoba menenangkan dirinya. Ini hanya perasaan saja, dia harus tetap tenang dan berpikir rasional. Namun, beberapa menit dia berdiri di sana menunggu jemputannya, mobil itu belum juga perg

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 4 - Sikap yang Mulai Berubah

    Lyra memandang pria itu dengan tajam. Dadanya bergemuruh seperti guntur yang siap meledak. Tatapannya menusuk, seolah ingin menembus kedalaman jiwa pria itu. Wajahnya memerah, menahan amarah. Tangannya mengepal erat, urat-urat di tangannya menegang. Lyra bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar, dipenuhi oleh energi yang siap meletus. Adegan pengkhianatan itu kembali terngiang dalam kepala. Dia ingin meluapkan emosi pada pria itu. Mempertanyakan, di mana letak kesalahan yang dia buat sampai tega menyakitinya seperti ini? Namun, tiba-tiba sebuah tepukan kecil Della menyadarkannya. Menariknya ke kenyataan bahwa dia kini berada di 20 tahun sebelum mereka menghancurkan hidupnya. "Lyra, kamu kenapa?" tanya Della, wajahnya terlihat sangat khawatir tapi itu tidak akan membuat Lyra tertipu lagi. "Tidak apa-apa," jawabnya singkat. Lyra segera berjalan menuju meja kosong yang ada di paling belakang. Mengabaikan pandangan Adrian dan Della yang kebingungan. "Lyra," panggil Adrian. Dia men

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 3 - Memulai Dari Awal

    Lyra merasakan berat di kelopak matanya, meski begitu dia tetap berusaha untuk membuka mata. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah cemas orang tuanya, seketika hatinya menghangat karena ini adalah pertama kalinya dia melihat mereka menampakkan ekspresi wajah mengkhawatirkannya."Sudah bangun?" Seketika senyum lemah di wajah Lyra menghilang saat mendengar suara dingin sang ibu. "Kalau kamu sudah sehat, bangun dan bersiaplah." Victoria melihat jam yang melingkar di tangannya lalu berkata pada Charles, "Aku sudah terlambat. Sampai jumpa nanti malam."Pintu kembali tertutup, menyisakan keheningan di antara Lyra dan ayahnya. Charles masih duduk di tempatnya, tatapannya tak lepas dari Lyra. Suasana tegang terasa menyesakkan. Setelah beberapa saat yang terasa sangat lama, dia akhirnya bertanya, suaranya berat dan rendah, "Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan tadi?"Lyra menutup bibirnya rapat-rapat. Dia sudah mendapatkan peringatan, dia tidak mau kesempatannya hilang. Perlahan bibirnya me

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 2 - Peringatan

    Mata Lyra semakin membulat ketika melihat seorang gadis muda yang dulu selalu melayaninya. Dulu Lyra sangat tidak menyukainya karena orang tuanya selalu membandingkannya dengan dia. Gadis ini lebih muda dari Lyra tapi sudah tau tata krama ketika bicara dengan orang dewasa. Dia sangat sopan, berbeda dengan Lyra yang berjiwa bebas dan terkadang membuat onar. Kening Lyra berkerut, berusaha mengingat nama gadis ini. Namun, tak satupun nama yang bisa diingat. Mungkin karena dia tidak menyukainya. Saat itu dia bahkan enggan untuk melihat wajahnya."Nona?" Pelayan itu kembali memanggil, rambutnya yang terikat rapi sedikit berantakan, menunjukkan sedikit kekhawatiran di balik sikapnya yang selalu terkontrol. "Apa Nona baik-baik saja?"Lyra memperhatikan detail-detail kecil tersebut. Gadis ini memang sopan, bahkan terlalu sopan, dengan tutur katanya yang formal dan terukur, seakan-akan selalu menjaga jarak dan menghindari hal-hal yang bersifat personal. Sikap yang dulu Lyra anggap sebagai ses

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 1 - Terbangun di Masa Lalu

    Angin menerpa wajah Lyra, dingin menusuk tulang. Dadanya terasa nyeri, adegan pengkhianatan yang diberikan oleh suami dan sahabatnya, terus terbayang di kepala. Mereka membuat luka tak nampak yang sulit untuk disembuhkan. Lyra sama sekali tidak menyangka bahwa dua orang yang sangat dia percaya, tega menusuknya dengan pedang yang ternyata sudah diasah sebelumnya. Padahal dia memercayakan semuanya pada mereka, bahkan berpikir untuk bangkit bersama. Namun, ternyata harapan itu hancur berkeping-keping di depan matanya. Lyra merasakan dunia di sekelilingnya seolah runtuh. Setiap kenangan indah yang pernah mereka bagi—tawa, canda, dan mimpi-mimpi yang tampaknya tak terpisahkan—sekarang terasa seperti ilusi yang penuh derita.Dengan langkah gontai, Lyra berjalan tanpa arah. Menyusuri trotoar ibu kota yang masih disibukkan dengan para pejalan kaki meski malam kian larut. Dia ingin pulang, dia ingin tidur di kamarnya, di ranjangnya yang hangat dan berharap bahwa semua yang dilalui hari ini, h

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status