หน้าหลัก / Romansa / Menulis Ulang Takdir / Bab 4 - Sikap yang Mulai Berubah

แชร์

Bab 4 - Sikap yang Mulai Berubah

ผู้เขียน: vitafajar
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-03-21 23:55:20

Lyra memandang pria itu dengan tajam. Dadanya bergemuruh seperti guntur yang siap meledak. Tatapannya menusuk, seolah ingin menembus kedalaman jiwa pria itu. Wajahnya memerah, menahan amarah. Tangannya mengepal erat, urat-urat di tangannya menegang. Lyra bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar, dipenuhi oleh energi yang siap meletus. 

 Adegan pengkhianatan itu kembali terngiang dalam kepala. Dia ingin meluapkan emosi pada pria itu. Mempertanyakan, di mana letak kesalahan yang dia buat sampai tega menyakitinya seperti ini? Namun, tiba-tiba sebuah tepukan kecil Della menyadarkannya. Menariknya ke kenyataan bahwa dia kini berada di 20 tahun sebelum mereka menghancurkan hidupnya.

 "Lyra, kamu kenapa?" tanya Della, wajahnya terlihat sangat khawatir tapi itu tidak akan membuat Lyra tertipu lagi.

 "Tidak apa-apa," jawabnya singkat. 

 Lyra segera berjalan menuju meja kosong yang ada di paling belakang. Mengabaikan pandangan Adrian dan Della yang kebingungan. 

 "Lyra," panggil Adrian. Dia menatap Della sekilas, belum sempat dia bertanya, tiba-tiba dosen masuk, kelas akan segera dimulai.

 Lyra merasakan tatapan tajam yang mengarah padanya, tapi dia tidak peduli. Dia tidak ingin berurusan lagi dengan Della ataupun Adrian. Dia ingin segera lepas dari mereka. Tetapi takdir berkata lain. Seolah ada kekuatan gaib yang terus mempersatukan mereka, mengikat Lyra dalam pusaran takdir yang tak bisa ia hindari.

 Seperti yang terjadi saat ini, di saat Lyra berkata bahwa dia tidak bisa lagi bersama dengan Adrian, pria itu malah mengira dirinya sedang bercanda. Padahal dia sudah menunjukkan keseriusan, tapi Adrian seakan tidak tahu malu dengan terus mengikutinya.

 Della juga terus saja mempersatukannya dengan Adrian. "Lyra, jangan seperti ini. Adran sudah bersusah payah membuktikan cintanya, rela melakukan apa saja demi membuatmu tersenyum," ucap Della ketika melihat Lyra, untuk kesekian kalinya bersikap dingin pada Adrian.

 Lyra berbalik, tatapannya dingin, membuat Della tersentak. Lyra yang selalu patuh, kini menatapnya dengan kebencian yang tak terselubung.

 "Lyra," panggil Della hati-hati, dia menepis pikirannya, tersenyum hangat pada Lyra.

 Lyra mengerjapkan mata, perlahan dia memaksakan senyumannya lalu berkata, "Maaf, aku hanya kurang sehat."

 Della menghela napas lega. Dia tersenyum sambil menggandeng tangan Lyra. "Lyra, kamu tahu, tidak? Tadi, aku sempat berpikir kalau kamu sedang menghindariku. Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan tanpamu, Lyra," ucapnya sambil memanyunkan bibir, memperlihatkan dirinya yang teramat sedih dengan sikap Lyra.

 Lyra hanya tersenyum kecil, perlahan dia melepaskan tangan Della, kembali membuat jarak di antara mereka. "Della, aku harus ke perpustakaan. Ada buku yang harus aku pinjam," katanya, hendak berbalik ketika Dellan lagi-lagi menginterupsi.

 "Aku ikut!" 

 Lyra ingin menolak, tapi Della menempel seperti parasit. Dia akhirnya hanya bisa membiarkan sambil wanita itu terus saja mengoceh.

 "Ngomong-ngomong, kamu mau pinjam buku apa, Lyra?"

 Lyra menoleh, tatapannya dingin, dia lalu melihat ke arah sebuah tanda yang mengatakan bahwa mereka tidak boleh berisik di area perpustakaan. Della tercengir kemudian dia mendatangi sebuah rak sambil terus mendekati Lyra.

 Lyra sengaja berlama-lama di perpustakaan, dia seolah mengulur waktu. Dalam hatinya menghitung mundur ketika akhirnya Della mendekati dan berbisik, "Lyra, aku keluar dulu, ya. Kalau kamu sudah selesai, aku ada di taman."

 Lyra mengangguk lalu kembali pada aktivitasnya. Dia sudah menduga bahwa Della tidak akan tahan berlama-lama di tempat ini. Dia pun sama, tapi ruangan yang hening seperti ini sangat berarti baginya. Masih ada beberapa kelas yang harus dia hadiri dan itu akan sangat menyebalkan jika terus mendengar ocehan Della yang menyebalkan.

 Cukup lama Lyra terbenam dalam buku bacaannya sampai alarm ponselnya berbunyi. Tanda bahwa pelajaran selanjutnya akan segera dimulai. Dia memasukkan buku-bukunya ke dalam tas lalu mengambil sebuah buku yang harus dia pinjam. 

 Ketika dia berbalik, tubuhnya bertabrakan dengan tubuh seorang pria. Dia mendongak, saat itu matanya bertemu pandang dengan sepasang mata yang sangat tidak asing baginya. 

 Sesaat Lyra hanya diam, tapi otaknya sudah berkelana. Dia merasa pernah menatap mata itu di suatu tempat tapi dia tidak bisa mengingat tepatnya kapan dia bertemu dengannya.

 "Jika kamu sudah tidak apa-apa, tolong, angkat kakimu dari kakiku," ucap pria itu.

 "Oh, maaf." Lyra tersadar, rupanya ketika mereka bertabrakan, tubuhnya terhuyung dan menyebabkan kakinya tanpa sengaja menginjak kaki pria itu.

 Pria itu tidak berkata-kata, dia langsung pergi meninggalkan Lyra sendirian yang termenung sambil terus menatap punggungnya yang menjauh.

 Lyra pergi menuju ruang kelas dengan pikiran yang masih berkelana. Mata pria itu sangat mengganggunya tapi dia malah tidak bisa mengingat apapun. Dan itu sangat menjengkelkan.

 "Lyra," panggil Della ketika dilihatnya Lyra hanya diam saja ketika dia berbicara.

 Lyra menoleh tapna bicara.

 "Kamu lagi mikirin apa, sih?" Della terlihat kesal karena merasa diabaikan.

 "Tidak." Lyra melihat jam tangannya lalu berkata, "Della, aku harus pergi. Maaf tidak bisa pulang bersama."

 "Apa? Bukannya kamu sudah berjanji mau pergi berbelanja bersama denganku?" Della semakin kesal.

"Apa?" Lyra tidak ingat dia telah mengucapkan janji itu. Tapi dalam otaknya tiba-tiba terbayang sebuah adegan yang terjadi kemarin. Hari sebelum dia kembali ke masa kini. "Oh, iya. Maaf, aku lupa."

 Saat itu Adrian sudah tiba di tengah-tengah mereka. Lyra langsung berkata, "Adrian, tolong temani Della berbelanja, ya."

 "Lyra, mana bisa seperti ini," ucap Della kesal. "Kamu tidak bisa membatalkan janjimu seperti ini."

 Lyra memasang wajah menyesal, sambil tersenyum kecil dia berkata, "Maaf, Della. Aku berjanji akan menggantinya di lain waktu."

 Lyra segera pergi tapi Della mengejarnya dan diikuti Adrian. "Lyra," panggilnya berbisik. "Bagaimana mungkin aku pergi berduaan bersama dengan kekasih sahabatku?"

 Lyra melihat Adrian dan Della bergantian, nada suaranya santai, "Kenapa? Apa kamu akan mengkhianatiku dan berselingkuh dengan kekasihku?"

 Della membelalak, dia tidak menyangka Lyra akan mengatakan kata-kata tajam seperti itu dengan nada santai seolah itu bukan masalah baginya. "Lyra, apakah kamu menuduhku akan melakukan hal keji itu?"

 "Lalu, kamu tidak akan melakukannya? Apakah kamu akan memilih sahabatmu yang sudah sangat mempercayaimu?" Lyra bertanya lagi, seolah memojokkan Della yang sudah tidak bisa berkutik.

 "Hahaha," tawa Adrian mengintervensi perselisihan tersembunyi antara Lyra dan Della. "Lyra, yang benar saja! Mana mungkin Della melakukan itu ketika dia yang mempertemukan kita." 

 Adrian merangkul bahu Lyra lalu kembali berkata, "Aku yakin Della sebenarnya hanya tidak mau kamu salah paham. Kalian 'kan sahabat sejak SMA, dia pasti tidak akan sanggup menyakiti sahabatnya."

 Lyra mengangguk-angguk, dia melepaskan rangkulan Adrian tanpa ragu lalu berkata, "Kalau gitu, pergilah belanja berdua. Maaf, aku tidak bisa menemani kalian. Aku akan ganti di waktu lain. Oke?"

 ***

 Bersambung~

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 5 - Diremehkan Orang Tua

    Senyum tipis muncul di wajah Lyra. Saat dia mencoba memutus hubungan dengan Adrian, Lyra baru menyadari bahwa itu tidak akan mengubah takdirnya. Maka, dia harus mengubah strategi. Dengan membuat mereka tetap bersama, perselingkuhan itu akan terbongkar, dan dia bisa menulis ulang takdirnya. Lyra berjalan menuju pintu gerbang, melewati deretan mobil di parkiran. Pandangannya tidak sengaja bertemu dengan pria di perpustakaan tadi yang tengah masuk ke dalam mobilnya.Sesaat sebelum pintunya menutup, matanya bertemu dengan mata Lyra. Membuat jantung Lyra terhenti beberapa saat sebelum akhirnya pintu menutup sempurna. Mobil pria itu tidak pergi, hanya diam dengan mesin mobil yang menyala. Lyra tidak tahu apa yang terjadi di dalam, tapi dia merasa seolah dirinya sedang diawasi.Lyra menggelengkan kepala, mencoba menenangkan dirinya. Ini hanya perasaan saja, dia harus tetap tenang dan berpikir rasional. Namun, beberapa menit dia berdiri di sana menunggu jemputannya, mobil itu belum juga perg

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-22
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 6 - Masa Depan Tak Terduga

    Lyra duduk termenung di kamarnya yang hening. Hari kemarin terasa seperti mimpi panjang. Kembali ke masa lalu, sesuatu yang tidak pernah dia sangka, kini sungguh terjadi. Senyum tipis mengembang di bibirnya, membuat wajahnya yang muda dan cantik semakin cerah. Sebuah semangat membara menyala dalam dirinya. Lyra bangkit, menatap bayangannya di cermin, lalu bergegas menuju kamar mandi untuk memulai hari.Ketika dia keluar dari kamar mandi, terdengar suara ketukan pintu kamarnya. Daisy masuk dan menatapnya terkejut seolah sedang melihat hantu."Daisy, kamu kenapa?" tanya Lyra, dia menoleh ke dalam kamar mandi yang berada di belakangnya."Luar biasa!" Daisy terperangah, tangannya menutup mulutnya yang membuka lebar. "Nona Lyra bangun pagi sekali tanpa harus kubangunkan. Benar-benar menakjubkan."Suaranya kecil tapi Lyra masih bisa mendengarnya. Dia tertawa kecil sambil berjalan menuju meja rias. "Daisy, apa aku bisa minta tolong padamu?" tanya Lyra, membiarkan Daisy yang mulai mengeringka

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-18
  • Menulis Ulang Takdir   BAB 7 - Dia Tidak Terluka

    "Sepertinya saya harus keluar sekarang." Pak Bill membuka sabuk pengaman tapi Lyra segera menahannya. "Jangan Pak Bill! Biarkan saja!" tegasnya. "Tapi, sepertinya orang itu akan berbuat nekat jika kita tidak keluar." Bill tetap keluar dan tidak mengindahkan perkataan Lyra. Dari dalam, Lyra tidak bisa mendengarkan apa yang dikatakan oleh Adrian pada supirnya. Kegelisahannya memuncak. Dia buru-buru keluar dan mendengar makian-makian pedas Adrian yang ditujukan pada Bill, suaranya keras dan penuh kemarahan. "Kamu hanya pesuruh, berani sekali kamu memerintahku!" Wajah Adrian memerah, matanya melotot tajam. Lyra membeku. Adrian yang sekarang ini begitu berbeda dari Adrian yang dikenalnya di kehidupan sebelumnya. Sisi gelapnya yang mengerikan ini sungguh mengejutkan. "Adrian!" teriak Lyra. Darahnya mendidih melihat orangnya diperlakukan secara tidak baik. Adrian menoleh, saat itu senyumannya yang terkembang. Dia memandang remeh Bill lalu menghampiri Lyra. "Sayang, akhirnya kamu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-21
  • Menulis Ulang Takdir   BAB 8 - Dia Selingkuhanmu?

    "Della, kamu masuk saja dulu," Lyra berkata sambil berlari mengejar pria itu, tidak menghiraukan panggilan Della. Napasnya tersengal-sengal saat dia meraih bahu pria itu, menghentikan langkahnya yang terburu-buru. Pria itu berbalik, menatap Lyra tanpa ekspresi. Lyra berusaha mengatur napasnya, berkata dengan tersengal, "Kamu... yang tadi... itu, kan ...?" Pria itu mengangguk singkat. Dia melepaskan tangan Lyra dari bahunya lalu kembali berjalan. Lyra tidak menyerah, dia terus mengikuti pria itu meskipun diabaikan. Dengan napas sedikit tersengal, dia mengeluarkan ponsel lipat, berdiri tegak di depan pria itu, menghentikan langkahnya. "Berikan nomor teleponmu," katanya, "Aku akan membalas kebaikanmu nanti." Lyra berhasil mendapatkan perhatiannya. Pria itu melirik ponselnya sekilas sambil berkata dengan dingin, "Aku menolongmu bukan untuk mendapatkan balasan." Lyra memegang lengannya. "Oke, tapi aku tetap minta nomor teleponmu," ucapnya tanpa malu. Bagi wanita di tahun 2004, memi

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-23
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 1 - Terbangun di Masa Lalu

    Angin menerpa wajah Lyra, dingin menusuk tulang. Dadanya terasa nyeri, adegan pengkhianatan yang diberikan oleh suami dan sahabatnya, terus terbayang di kepala. Mereka membuat luka tak nampak yang sulit untuk disembuhkan. Lyra sama sekali tidak menyangka bahwa dua orang yang sangat dia percaya, tega menusuknya dengan pedang yang ternyata sudah diasah sebelumnya. Padahal dia memercayakan semuanya pada mereka, bahkan berpikir untuk bangkit bersama. Namun, ternyata harapan itu hancur berkeping-keping di depan matanya. Lyra merasakan dunia di sekelilingnya seolah runtuh. Setiap kenangan indah yang pernah mereka bagi—tawa, canda, dan mimpi-mimpi yang tampaknya tak terpisahkan—sekarang terasa seperti ilusi yang penuh derita.Dengan langkah gontai, Lyra berjalan tanpa arah. Menyusuri trotoar ibu kota yang masih disibukkan dengan para pejalan kaki meski malam kian larut. Dia ingin pulang, dia ingin tidur di kamarnya, di ranjangnya yang hangat dan berharap bahwa semua yang dilalui hari ini, h

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-18
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 2 - Peringatan

    Mata Lyra semakin membulat ketika melihat seorang gadis muda yang dulu selalu melayaninya. Dulu Lyra sangat tidak menyukainya karena orang tuanya selalu membandingkannya dengan dia. Gadis ini lebih muda dari Lyra tapi sudah tau tata krama ketika bicara dengan orang dewasa. Dia sangat sopan, berbeda dengan Lyra yang berjiwa bebas dan terkadang membuat onar. Kening Lyra berkerut, berusaha mengingat nama gadis ini. Namun, tak satupun nama yang bisa diingat. Mungkin karena dia tidak menyukainya. Saat itu dia bahkan enggan untuk melihat wajahnya."Nona?" Pelayan itu kembali memanggil, rambutnya yang terikat rapi sedikit berantakan, menunjukkan sedikit kekhawatiran di balik sikapnya yang selalu terkontrol. "Apa Nona baik-baik saja?"Lyra memperhatikan detail-detail kecil tersebut. Gadis ini memang sopan, bahkan terlalu sopan, dengan tutur katanya yang formal dan terukur, seakan-akan selalu menjaga jarak dan menghindari hal-hal yang bersifat personal. Sikap yang dulu Lyra anggap sebagai ses

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-18
  • Menulis Ulang Takdir   Bab 3 - Memulai Dari Awal

    Lyra merasakan berat di kelopak matanya, meski begitu dia tetap berusaha untuk membuka mata. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah cemas orang tuanya, seketika hatinya menghangat karena ini adalah pertama kalinya dia melihat mereka menampakkan ekspresi wajah mengkhawatirkannya."Sudah bangun?" Seketika senyum lemah di wajah Lyra menghilang saat mendengar suara dingin sang ibu. "Kalau kamu sudah sehat, bangun dan bersiaplah." Victoria melihat jam yang melingkar di tangannya lalu berkata pada Charles, "Aku sudah terlambat. Sampai jumpa nanti malam."Pintu kembali tertutup, menyisakan keheningan di antara Lyra dan ayahnya. Charles masih duduk di tempatnya, tatapannya tak lepas dari Lyra. Suasana tegang terasa menyesakkan. Setelah beberapa saat yang terasa sangat lama, dia akhirnya bertanya, suaranya berat dan rendah, "Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan tadi?"Lyra menutup bibirnya rapat-rapat. Dia sudah mendapatkan peringatan, dia tidak mau kesempatannya hilang. Perlahan bibirnya me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-03-19

บทล่าสุด

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 8 - Dia Selingkuhanmu?

    "Della, kamu masuk saja dulu," Lyra berkata sambil berlari mengejar pria itu, tidak menghiraukan panggilan Della. Napasnya tersengal-sengal saat dia meraih bahu pria itu, menghentikan langkahnya yang terburu-buru. Pria itu berbalik, menatap Lyra tanpa ekspresi. Lyra berusaha mengatur napasnya, berkata dengan tersengal, "Kamu... yang tadi... itu, kan ...?" Pria itu mengangguk singkat. Dia melepaskan tangan Lyra dari bahunya lalu kembali berjalan. Lyra tidak menyerah, dia terus mengikuti pria itu meskipun diabaikan. Dengan napas sedikit tersengal, dia mengeluarkan ponsel lipat, berdiri tegak di depan pria itu, menghentikan langkahnya. "Berikan nomor teleponmu," katanya, "Aku akan membalas kebaikanmu nanti." Lyra berhasil mendapatkan perhatiannya. Pria itu melirik ponselnya sekilas sambil berkata dengan dingin, "Aku menolongmu bukan untuk mendapatkan balasan." Lyra memegang lengannya. "Oke, tapi aku tetap minta nomor teleponmu," ucapnya tanpa malu. Bagi wanita di tahun 2004, memi

  • Menulis Ulang Takdir   BAB 7 - Dia Tidak Terluka

    "Sepertinya saya harus keluar sekarang." Pak Bill membuka sabuk pengaman tapi Lyra segera menahannya. "Jangan Pak Bill! Biarkan saja!" tegasnya. "Tapi, sepertinya orang itu akan berbuat nekat jika kita tidak keluar." Bill tetap keluar dan tidak mengindahkan perkataan Lyra. Dari dalam, Lyra tidak bisa mendengarkan apa yang dikatakan oleh Adrian pada supirnya. Kegelisahannya memuncak. Dia buru-buru keluar dan mendengar makian-makian pedas Adrian yang ditujukan pada Bill, suaranya keras dan penuh kemarahan. "Kamu hanya pesuruh, berani sekali kamu memerintahku!" Wajah Adrian memerah, matanya melotot tajam. Lyra membeku. Adrian yang sekarang ini begitu berbeda dari Adrian yang dikenalnya di kehidupan sebelumnya. Sisi gelapnya yang mengerikan ini sungguh mengejutkan. "Adrian!" teriak Lyra. Darahnya mendidih melihat orangnya diperlakukan secara tidak baik. Adrian menoleh, saat itu senyumannya yang terkembang. Dia memandang remeh Bill lalu menghampiri Lyra. "Sayang, akhirnya kamu

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 6 - Masa Depan Tak Terduga

    Lyra duduk termenung di kamarnya yang hening. Hari kemarin terasa seperti mimpi panjang. Kembali ke masa lalu, sesuatu yang tidak pernah dia sangka, kini sungguh terjadi. Senyum tipis mengembang di bibirnya, membuat wajahnya yang muda dan cantik semakin cerah. Sebuah semangat membara menyala dalam dirinya. Lyra bangkit, menatap bayangannya di cermin, lalu bergegas menuju kamar mandi untuk memulai hari.Ketika dia keluar dari kamar mandi, terdengar suara ketukan pintu kamarnya. Daisy masuk dan menatapnya terkejut seolah sedang melihat hantu."Daisy, kamu kenapa?" tanya Lyra, dia menoleh ke dalam kamar mandi yang berada di belakangnya."Luar biasa!" Daisy terperangah, tangannya menutup mulutnya yang membuka lebar. "Nona Lyra bangun pagi sekali tanpa harus kubangunkan. Benar-benar menakjubkan."Suaranya kecil tapi Lyra masih bisa mendengarnya. Dia tertawa kecil sambil berjalan menuju meja rias. "Daisy, apa aku bisa minta tolong padamu?" tanya Lyra, membiarkan Daisy yang mulai mengeringka

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 5 - Diremehkan Orang Tua

    Senyum tipis muncul di wajah Lyra. Saat dia mencoba memutus hubungan dengan Adrian, Lyra baru menyadari bahwa itu tidak akan mengubah takdirnya. Maka, dia harus mengubah strategi. Dengan membuat mereka tetap bersama, perselingkuhan itu akan terbongkar, dan dia bisa menulis ulang takdirnya. Lyra berjalan menuju pintu gerbang, melewati deretan mobil di parkiran. Pandangannya tidak sengaja bertemu dengan pria di perpustakaan tadi yang tengah masuk ke dalam mobilnya.Sesaat sebelum pintunya menutup, matanya bertemu dengan mata Lyra. Membuat jantung Lyra terhenti beberapa saat sebelum akhirnya pintu menutup sempurna. Mobil pria itu tidak pergi, hanya diam dengan mesin mobil yang menyala. Lyra tidak tahu apa yang terjadi di dalam, tapi dia merasa seolah dirinya sedang diawasi.Lyra menggelengkan kepala, mencoba menenangkan dirinya. Ini hanya perasaan saja, dia harus tetap tenang dan berpikir rasional. Namun, beberapa menit dia berdiri di sana menunggu jemputannya, mobil itu belum juga perg

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 4 - Sikap yang Mulai Berubah

    Lyra memandang pria itu dengan tajam. Dadanya bergemuruh seperti guntur yang siap meledak. Tatapannya menusuk, seolah ingin menembus kedalaman jiwa pria itu. Wajahnya memerah, menahan amarah. Tangannya mengepal erat, urat-urat di tangannya menegang. Lyra bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar, dipenuhi oleh energi yang siap meletus. Adegan pengkhianatan itu kembali terngiang dalam kepala. Dia ingin meluapkan emosi pada pria itu. Mempertanyakan, di mana letak kesalahan yang dia buat sampai tega menyakitinya seperti ini? Namun, tiba-tiba sebuah tepukan kecil Della menyadarkannya. Menariknya ke kenyataan bahwa dia kini berada di 20 tahun sebelum mereka menghancurkan hidupnya. "Lyra, kamu kenapa?" tanya Della, wajahnya terlihat sangat khawatir tapi itu tidak akan membuat Lyra tertipu lagi. "Tidak apa-apa," jawabnya singkat. Lyra segera berjalan menuju meja kosong yang ada di paling belakang. Mengabaikan pandangan Adrian dan Della yang kebingungan. "Lyra," panggil Adrian. Dia men

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 3 - Memulai Dari Awal

    Lyra merasakan berat di kelopak matanya, meski begitu dia tetap berusaha untuk membuka mata. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah cemas orang tuanya, seketika hatinya menghangat karena ini adalah pertama kalinya dia melihat mereka menampakkan ekspresi wajah mengkhawatirkannya."Sudah bangun?" Seketika senyum lemah di wajah Lyra menghilang saat mendengar suara dingin sang ibu. "Kalau kamu sudah sehat, bangun dan bersiaplah." Victoria melihat jam yang melingkar di tangannya lalu berkata pada Charles, "Aku sudah terlambat. Sampai jumpa nanti malam."Pintu kembali tertutup, menyisakan keheningan di antara Lyra dan ayahnya. Charles masih duduk di tempatnya, tatapannya tak lepas dari Lyra. Suasana tegang terasa menyesakkan. Setelah beberapa saat yang terasa sangat lama, dia akhirnya bertanya, suaranya berat dan rendah, "Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan tadi?"Lyra menutup bibirnya rapat-rapat. Dia sudah mendapatkan peringatan, dia tidak mau kesempatannya hilang. Perlahan bibirnya me

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 2 - Peringatan

    Mata Lyra semakin membulat ketika melihat seorang gadis muda yang dulu selalu melayaninya. Dulu Lyra sangat tidak menyukainya karena orang tuanya selalu membandingkannya dengan dia. Gadis ini lebih muda dari Lyra tapi sudah tau tata krama ketika bicara dengan orang dewasa. Dia sangat sopan, berbeda dengan Lyra yang berjiwa bebas dan terkadang membuat onar. Kening Lyra berkerut, berusaha mengingat nama gadis ini. Namun, tak satupun nama yang bisa diingat. Mungkin karena dia tidak menyukainya. Saat itu dia bahkan enggan untuk melihat wajahnya."Nona?" Pelayan itu kembali memanggil, rambutnya yang terikat rapi sedikit berantakan, menunjukkan sedikit kekhawatiran di balik sikapnya yang selalu terkontrol. "Apa Nona baik-baik saja?"Lyra memperhatikan detail-detail kecil tersebut. Gadis ini memang sopan, bahkan terlalu sopan, dengan tutur katanya yang formal dan terukur, seakan-akan selalu menjaga jarak dan menghindari hal-hal yang bersifat personal. Sikap yang dulu Lyra anggap sebagai ses

  • Menulis Ulang Takdir   Bab 1 - Terbangun di Masa Lalu

    Angin menerpa wajah Lyra, dingin menusuk tulang. Dadanya terasa nyeri, adegan pengkhianatan yang diberikan oleh suami dan sahabatnya, terus terbayang di kepala. Mereka membuat luka tak nampak yang sulit untuk disembuhkan. Lyra sama sekali tidak menyangka bahwa dua orang yang sangat dia percaya, tega menusuknya dengan pedang yang ternyata sudah diasah sebelumnya. Padahal dia memercayakan semuanya pada mereka, bahkan berpikir untuk bangkit bersama. Namun, ternyata harapan itu hancur berkeping-keping di depan matanya. Lyra merasakan dunia di sekelilingnya seolah runtuh. Setiap kenangan indah yang pernah mereka bagi—tawa, canda, dan mimpi-mimpi yang tampaknya tak terpisahkan—sekarang terasa seperti ilusi yang penuh derita.Dengan langkah gontai, Lyra berjalan tanpa arah. Menyusuri trotoar ibu kota yang masih disibukkan dengan para pejalan kaki meski malam kian larut. Dia ingin pulang, dia ingin tidur di kamarnya, di ranjangnya yang hangat dan berharap bahwa semua yang dilalui hari ini, h

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status