Di rumah keluarga keluarga besar mamanya, tak pelak perbincangan hangat dengan topik pernikahan kedua Nouval dibahas seluruh keluarga. Pada akhirnya Nouval bisa mendengar ketidak puasan keluarga besarnya atas sikap Sassy. Istrinya itu selama ini yang tidak pernah mampu berbaur dengan anggota keluarga lain.“Istrimu itu selalu menjaga jarak. Kami kira dia pemalu,” ujar salah satu kerabat.“Kalau bukan melihat sendiri bagaimana papamu kena strook, kami tak akan tahu bagaimana pedas mulutnya!” Yang lain ikutan mencela.Nouval mulai merasa gerah mendengar istri tercintanya dibicarakan secara buruk di depan matanya. Nouval sudah berdiri, hendak meninggalkan tempat itu. Wajahnya yang asam terlihat oleh salah seorang tetua keluarga.“Jangan marah. Ambil ini sebagai pelajaran berharga. Kadang, tanpa menelan pil pahit, kita tidak akan tahu salahnya di mana. Bagus kita mengetahui sekarang apa sebab kalian tidak punya anak. Bayangkan jika kau mengetahui itu setelah dua puluh tahun yang akan dat
Bab 14. Hari PernikahanJawaban Nouval terdengar seperti ledakan bom di hati Sassy. Dia terdiam seketika. Berusaha mengingat apa yang dikatakan Nouval terakhir kali mereka bertemu. Akhirnya ingatan itu membuat matanya membesar.“Mereka menikah Minggu ini!”Tubuh Sassy lemas dan langsung jatuh tak berdaya. Dia tidak pingsan, hanya kehilangan seluruh energinya. “Apa yang sudah kulakukan?” batinnya.Air matanya mengalir begitu saja. Dari perlahan hingga menderas dan membuatnya merintih lirih. Hatinya terkoyak menghadapi kenyataan hidup.“Apa kau baik-baik saja?” tanya kliennya yang merasa heran melihat senyumnya dalam sekejap berubah jadi tangis.“Aku sedang menangis. Aku tidak baik-baik saja!” jawabnya dengan emosional.Sassy menutup wajah, menyembunyikannya dari penglihatan orang-orang di bandara. Mendengar nada emosi Sassy, kliennya diam, memberinya waktu untuk menenangkan diri.Sepanjang waktu menunggu, kepala Sassy dipenuhi dengan berbagai hal. Ingatan tentang cinta mereka berdua ya
Masih dengan menatap langit-langit, Seruni bertanya lirih. “Apa Mas tidak menyukaiku? Atau membenciku karena bersedia menerima jadi istri kedua?”Nouval termangu mendengar pertanyaan Seruni. Istrinya itu ada benarnya. Nouval lah yang butuh istri kedua. Itu sebabnya mereka menikah. Kenapa sekarang aku justru mengabaikannya?“Maafkan aku. Aku hanya tak ingin mengejutkanmu,” ucapnya dengan nada lembut karena menyadari kesalahan pemikirannya sendiri.Seruni tak menjawab. Jadi Nouval mematikan lampu. Hingga tersisa satu lampu hias kecil di dekat cermin yang memberi penerangan dalam kamar itu.Tangannya mendapatkan jari jemari Seruni yang dingin, kemudian menggenggamnya dengan lembut. Gadis itu tak menolak tapi juga tidak merespon. Dia hanya terdiam dan memejamkan mata. Mungkin sedang menenangkan hatinya yang gugup.“Jangan khawatir, aku tidak akan menyakitimu. Akan kulakukan selembut mungkin,” bisik Nouval dekat di telinga istrinya.Dia dapat merasakan anggukan halus kepala istrinya. Rambu
“Memang bukan dia.” Nouval menjawab jujur. Dia menarik mangkuk soto yang dipesannya dan mulai makan.“Tapi kau seperti sedang bicara dengan seorang wanita. Nada bicaramu lembut dan berhati-hati.” Rekannya itu masih penasaran.“Habiskan makananmu! Setelah ini giliranmu ikut sidang!” ketus Nouval. Dia belum ingin membicarakan tentang Seruni pada siapapun rekan kantornya.“Yah … baiklah. Aku bertanya itu bukan mau selidik-selidik. Cuma, kau tau kan kalau aku jomblo sudah lama. Kalau ada saudara atau kerabat wanitamu yang juga sedang jomblo, tolong … kenalkanlah padaku,” katanya dengan wajah manis.Nouval hanya mengangkat bahu tak menanggapi. Dia lebih memiliih menikmati nasi soto betawi pesanannya.“Dia kalau lagi makan, jangan diajak bicara. Percuma!” Asisten Nouval memberi sedikit nasehat.“Dasar tukang makan!” gerutu rekannya kesal.Nouval baru sampai di kantornya saat panggilan telepon dari Sassy masuk. Dia tertegun. Sejak panggilan kemarin pagi, Nouval memang tidak ada menghubungi a
Nouval tak membiarkan sejengkal pun kuntum bunga itu lepas dari kecupannya. Desahan Seruni terus mengiang di telinganya. Tarian romantis itu mereka nikmati di bawah guyuran air pancuran, mengejar ledakan kembang api yang membuatnya candu.Satu jam kemudian pria itu keluar dari kamar mandi dengan membopong tubuh istrinya yang terkulai dengan mata sayu. Dengan cepat pria muda itu mengunci pintu kamar dan melanjutkan tarian asmara yang entah untuk ke berapa kalinya hari itu.Mama yang naik dengan membawa nampan kopi, terdiam mendengar erangan bercampur komentar putranya yang sangat tidak tau malu. Suara-suara itu saling membaur dari dalam kamar. Dia balik meninggalkan kamar itu dan menemui suaminya di meja makan.“Sepertinya kita harus makan berdua saja. Putramu tidak ada puasnya!” katanya kesal.Suaminya hanya terkekeh. “Seperti mama tidak pernah muda dan jadi pengantin baru saja,” timpal suaminya dengan senyum lebar yang memperlihatkan giginya. Arimbi Ariobimo tersenyum sambil memukul
Nouval melewati harinya dengan gemilang hari itu. Kasus hari itu berhasil dimenangkannya. Dia sangat gembira. Seisi kantornya turut gembira. Satu lagi poin yang akan menaikkan nama firma hukum mereka.“Sayang, mas berhasil memenangkan kasus hari ini.” Nouval segera mengabarkan hal itu pada Seruni. Di ujung telepon, istri barunya tersenyum, ikut senang.“Yuni ikut senang, Mas. Selamat ya,” balasnya.“Kamu mau makanan apa? Nanti mas belikan,” tawar Nouval. Tiba-tiba dia ingat, belum pernah memberikan apapun untuk Seruni.“Enggak usah, Mas. Mama masak banyak di rumah. Mungkin mengharap Mas akan makan malam di rumah,” cegah istrinya.“Oh, ya udah. Aku pulang sebelum makan malam! Sekarang udah dulu ya. Bos manggil ke ruangannya,” pamit Nouval.“Iya.”Nouval menutup telepon setelah suara lembut itu hilang dari pendengarannya. Dia menuju ruangan atasannya pemilik firma hukum tersebut. Nouval masuk ruangan setelah terdengar suara yang mengijinkannya masuk.“Silakan duduk,” kata atasannya. Nou
Menyadari Sassy sedang merajuk, Nouval tesenyum. Digulungnya tangan kemeja dan mulai mencuci semua peralatan dapur yang kotor. Melihat pakaian kotor bertumpuk di atas mesin cuci, Nouval juga berinisiatif untuk mengantarnya ke loundry agar semuanya rapi.Setelah semua tampak rapi, Nouval mengambil foto kamar dan dapur yang sudah kembali rapi. Dua foto itu dikirimnya pada Sassy, sebelum berangkat kerja.Sassy sedang menyetir saat melihat pesan Nouval masuk. Melihat semua yang semula diberantakinnya kembali rapi, justru membuat hati Sassy emosi.“Apa kau mau bilang, tanpa aku pun kau bisa mengurus rumah!” serunya kesal.“Mengesalkan! Tidak peka! Pengkhianat!” teriaknya kencang sambil memukul kemudi, membuat suara klakson menyala panjang. Para pengendara motor di depan menoleh padanya dengan heran.“Ini lampu merah, Bu!” Mereka menunjuk pada lampu lalu lintas yang menyala merah.Sassy terdiam. Dia berusaha menahan diri dari amarah yang memenuhi dadanya. Dia sedang berada di jalan raya y
Bab 20. Kehilangan KepercayaanSassy tertidur menjelang pagi. Kepalanya sangat sakit akibat menangis dan begadang. Membuatnya malas ke kantor hari itu. Dia hanya ingin bermalas-malasan saja di rumah.Tengah hari, perut yang lapar memaksanya bangun. Turun ke dapur dan membuka kulkas untuk mengambil air minum. Matanya langsung tertuju pada begitu banyak makanan kesukaannya disimpan dalam kulkas. Diambilnya satu kotak penganan dan melihat isinya.Ada kertas kecil pesan Nouval di dalam sana. “Mendadak ke luar kota. Makanannya dihangatkan dulu sebelum makan.”Sassy duduk di meja dapur dan menggigit sepotong brudel tape sambil berpikir. “Dia beneran ke luar kota, atau cuma cari alasan untuk bulan madu?”Keraguan membuat amarahnya kembali bergejolak, membayangkan Nouval menipu demi bisa pergi dengan istri barunya sungguh tak bisa diterima akal Sassy.Tanpa pikir panjang, diambilnya ponsel dan menelepon sekretaris Nouval.“Ya, Bu. Ada yang bisa dibantu?” tanya sekretaris itu ramah.“Nouval d
Seruni dan Nouval disibukkan dengan rencana ulang tahun putra pertama mereka. Sudah sejak seminggu yang lalu, istri kedua Nouval itu mengingatan suaminy tentang segala keperluan acara tersebut. Arimbi, mama mertuanya juga ikut mendukung. Mereka akan mengundang semua keluarga di kampung untuk merayakannya.Nouval hanya setuju saja dengan semua rencana yang dibeberkan istrinya. Pikirannya sangat fokus pada kasus yang sedang dia tangani. Itu bukan kasus biasa, karena menyangkut seorang pejabat negara.“Jadi, sehari sebelumnya Mas harus anterin untuk beli keperluan ulang tahun Baskoro, ya!” Sekali lagi Seruni mengingatkan sang suami.“Iya,” sahut Nouval tanpa engalihkan pandangan dari laptopnya. Dia sedang sibuk mengetik untuk keperluan sidang besok pagi.Seruni mengangguk puas. Selama ini, sang suami tidak pernah mengeewakannya. Maka dia tak mengganggu lagi. Wanita itu pergi untuk memeriksa bayinya yang hampir berusia setahun. Bayi montok dan menggemaskan yang sedang tidak mau diam. Memb
Nouval yang sangat sibuk dengan kasus yang sedang dia tangani, tidak terlalu memperhatikan perubahan pada diri Sassy. Pria itu justru merasa bersyukur dan mengira bahwa istri pertamanya itu sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Seruni, hingga tidak terlalu sering lagi menimbulkan pertengkaran di antara mereka berdua. Rumah tangganya sedikit lebih tenang sekarang.Sementara itu, keadaan Sassy tidaklah sebaik yang dia tampilkan di depan semua orang. Rasa takut bahwa apa yang terjadi malam itu akan diketahui sang suami, membuat hatinya tidak tenang. Tanpa sadar, dia bahkan menolak ajakan Nouval dan selalu memberi alasan sangat lelah. Kemudian tidur membelakangi sang suami sambil menjerit dalam hati. Dia sangat menyadari bahwa yang terjadi itu adalah dosa. Namun, dia tak sanggup meminta ampunan dari suaminya. Karena dia harus menjelaskan hal itu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mendetail. Sassy sungguh tak dapat membayangkan apa tindakan Nouval jika mengetahui hal itu.
“Dear, penjelasanku mungkin tidak akan memuaskanmu. Namun, ini bukan salahku. Kau bisa periksa tubuhmu, apakah ada tanda-tanda kekerasan yang kulakukan untuk menguatkan tuduhanmu itu,” ujar Jordhy lembut.Sassy memeriksa seluruh tubuhnya. Tak ada bekas dan tanda pemaksaan memang. Tubuhnya baik-baik saja. Dia menggeleng bingung dan keraguan menghampiri.“Entah apakah itu pengaruh kau mabuk atau apa. Tapi aku tak kuasa melawan kehendakmu. Aku hanya melakukan tugas dan memenuhi keinginanmu semata.Tapi jangan khawatir, aku akan tutup mulut dan tidak akan menuntut untuk pemaksaanmu tadi malam.”“Apa?” Sassy tak dapat mempercayai pendengarannya. “Aku yang memaksanya?”Matanya memandang bayangan tubuhnya di cermin. Ada banyak tanda kecupan di area-area sensitif yang memang sangat disukainya. Matanya tak mungkin berbohong tentang tanda itu. Dia bahkan jadi bisa membayangkan sepanas apa kejadian tadi malam.“Ini gila!”Dengan tergesa, wanita itu mengenakan seluruh pakaiannya hingga semua tanda
“Oh, maafkan saya. Saya belum terlalu memahami etika di negara Anda. Maksud saya adalah, ingin menunjukkkan penghormatan pada Anda,” ujar pria itu. Tubuhnya kembali berdiri tegak dan tangan Sassy telah dilepaskannya. Wajahnya menunjukkan rasa bersalah yang sangat dalam.Melihat hal itu, Sassy tak memperpajang lagi. Dia berusaha memaklumi bahwa kultur di negara tiap orang memang sangat beragam. Tak heran jika pria itu belum memahami aturan di Indonesia.“Tak masalah. Sampai jumpa lagi, Tuan Bennet!” Sassy melambai dan mulai melajukan mobilnya meninggal pria itu dan tempat parkir hotel. Musik lembut dan manis menemaninya di perjalanan macet menuju kantor.Di tempat parkir, sebuah seringai puas terlihat di wajah Jordhy Bennet. Hidungnya menghidu aroma manis dari tangan yang tadi digunakan untuk memegang jemari Sassy. Dia dapat menemukan aroma lembut yang tertinggal di sana. Wajahnya tampak sangat puas.“Masih panjang perjalanan
Mata Jorghy Bennet terbuka dengan cepat saat ponselnya memberi tanda bahwa ada pesan penting masuk. Dilihatnya jam berbentuk kotak di atas nakas dan segera bangkit saat melihat angka 5 berwarna merah terang di keremangan ruangan. Tangannya menjangkau ponsel dan membuka pesan masuk.“Jika ingin informasi itu, kirim sisanya sekarang. Lewat 15 menit tanpa bayaran, data akan kuhapus. Berbahaya bagiku menyimpan data pihak lain secara illegal terlalu lama!”Jorghy Bennet mencibir saat membaca pesan tersebut. Dia tahu betul kalau pria itu menyimpan banyak data rahasia orang-orang penting dunia! Tangan Jorghy menekan tombol panggilan cepat agar tersambung dengan pria itu.“Aku belum melihat perubahan pada akunku, Tuan Bennet!” kata orang di seberang, begitu panggilan mereka tersambung.“Aku hanya ingin memastikan bahwa kau masih ada di sana dan tidak menipuku! Kau pasti sangat tahu segila apa aku pada para pengkhianat!” Jorghy balik mengeluarkan kata ancaman.Waktumu tinggal sepuluh menit, Tu
“Kau sudah pulang? Jam berapa ini?” Nouval terbangun dari tidurnya di sofa ruang tamu, saat istrinya Sassy membuka pintu rumah.Wanita cantik itu terkejut mendapat teguran begitu masuk rumah. Dilihatnya wajah sang suami yang masih sedikit linglung dan mata berkedip-kedip bingung. Kemudian, ketenangan kembali menguasainya. Sassy melanjutkan langkah ke dalam rumah sambil berkata datar.“Aku ada makan malam dengan klien baru. Sekarang sudah lewat tengah malam!”Wanita itu masih ingin melanjutkan ucapan sinis dan dinginnya, saat melihat bungkusan hadiah cantik di atas meja ruang makan. Mulutnya kembali mengatup dan mengabaikan hadiah itu, lalu naik ke lantai dua. Dia sudah letih dan sangat mengantuk.Nouval menyusul istrinya dan sedikit kecewa karena hadiahnya tidak digubris oleh Sassy. Dengan cepat dia menyambar hadiah itu dan mengejar Sassy ke kamar. “Aku tidak mendengar suara mobilmu masuk garasi!” cecarnya segera.“Kutinggalkan di hotel tempat kami mengadakan makan malam, karena sudah
Bab 38. Klien AsingSassy yang tak menemukan teman untuk berbincang, akhirnya memutuskan untuk bangkit dari tepat tidur dan membersihkan diri agar pikirannya bisa tenang setelah diguyur air.Satu jam kemudian seorang wanita cantik dengan makeup serasi, meluncur di mobilnya membelah kepadatan kota. Tak terlihat lagi jejak tangis di matanya. Tangannya piawai menggunakan makeup untuk menutupi kekurangan penampilannya dalam setiap situasi. Dan dia merasa sangat puas dengan penampilannya hari ini.***“Tak saya sangka jika pemimpin perusahaan ini adalah seorang wanita cerdas, muda dan sangat cantik!” Sassy tersenyum ke arah pria muda asing yang menjadi calon klien perusahaannya. Tangan mereka saling berjabat cukup lama. Pria itu seakan tidak ingin melepaskan genggaman tangannya dari Sassy.“Terima kasih pujiannya, Tuan Jorghy Bennet,” balas Sassy santai. Dia sudah biasa menerima pujian semacam itu dari semua klien pria perusahaan. Tak bisa dipungkiri kalau kecantikan dan keramahannya adal
Nouval tak habis pikir dengan tindakan yang dilakukan Sassy. Istrinya itu makin lama terasa makin tidak masuk akal. Dia tak dapat memahami kecemburuan yang sudah tak logis begini.Tangannya mengetik pesan pada Sassy saat itu juga. “Apa yang kau lakukan? Sikapmu makin tidak masuk akal!”“Ada apa, Mas?” tanya Seruni.Nouval meletakkan ponsel dan memaksakan senyum pada istri keduanya. “Balas pesan Mama,” ujarnya lembut.Seruni tidak menanyakan lebih lanjut tentang itu. Dia meletakkan bayinya di tengah tempat tidur. Seharian itu mereka telah berkeliling dan sangat melelahkan.“Kalau Mas masih sibuk, saya mau istirahat lebih dulu.” Seruni membaringkan tubuhnya di samping Baskoro yang sudah tidur pulas.Nouval bisa melihat kelelahan yang nyata di wajah istrinya. Jadi dia mengangguk. “Mas juga sangat lelah. Lebih baik kita segera istirahat agar besok bisa berkeliling lagi.”Seruni tersenyum samar. Suara suaminya sudah hampir tak terdengar lagi. Wanita muda itu benar-benar mengantuk dan lelah
Berbeda dengan Sassy yang kesal, Nouval merasakan ketenangan saat berada di dekat Seruni dan Baskoro. Mamanya memang benar ketika mendesaknya untuk segera punya anak. Kebahagiaan memiliki putra memang sangat berbeda. Terlebih lagi, Baskoro seperti dapat mengenali Nouval dan cenderung gelisah jika ayahnya terlalu lama tak ada. Bayi mungil itu bersorak-sorak gembira saat Nouval mengajaknya bicara entah apa. Demamnya segera mereda dan kerewelannya hilang. “Aku bukan mengada-ada saat bilang Baskoro demam,” kata Seruni gugup. Dia mengkhawatirkan pandangan Nouval berubah padanya karena hal ini. Nouval memeluk istri keduanya dan mengecup dahi Seruni untuk menenangkan. “Bukankah bagus kalau dia segera sembuh dari demamnya?” Seruni mengangguk dan merasa lega dengan kebijaksanaan suaminya. Nouval memang sangat pengertian dan lembut. Itulah yang akhirnya membuat Seruni jatuh cinta padanya. Kehadiran Baskoro benar-benar telah merekatkan mereka berdua jadi pasangan yang seutuhnya. Seruni menga