Share

150. Bermain Bersama

Author: Shaveera
last update Last Updated: 2023-03-20 21:46:09

Matahari mulai condong ke arah barat. Udara perlahan menjadi hangat. Di jalan depan rumah, anak-anak sibuk bermain. Ada yang bermain sepeda, berkejaran atau sekedar duduk-duduk sambil bercerita.

Aku melihat Amel dan Dahlia asik bermain masak-masakan dengan anak-anak lain. Amel terlihat memetik rumput lalu menghaluskannya dengan batu. Mereka ceria sekali. Sesekali Amel tertawa lepas. Senang rasanya melihat Amel punya teman-teman baru seperti sekarang. Setidaknya itu bisa menjadi penambal lubang yang mungkin ada di hati Amel terkait perpisahan kami, kedua orang tuanya.

"Maafin Bunda, Nak." Aku menghela napas berat.

Di antara keriangan anak-anak itu, aku melihat Irene dan Frans berjalan bersisian. Saat melihatku, Irene pun langsung melambaikan tangannya.

"Ann!"

Aku menyambut sepasang sejoli itu dengan senang. Tidak lupa, aku segera mengajak mereka masuk. Tetapi kulihat tidak ada Yoga yang berjalan di belakang mereka, aku sedikit kecewa.

"Kalian tidak istirahat dulu saja di kontrakan?"
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   151. Menunggu Ungkapan Yoga

    Aku pun mengulum senyum. "Wah, kalau gitu, jangan sampai kamu sia-siakan Irene ya, Frans. Jangan buat hatinya sakit. Lihat, dia susah didapatkan dan penuh pertimbangan. Kalau kamu sakiti, dia bisa pergi sejauh-jauhnya. Jangan sampai kejadian. Nanti kamu bisa menyesal, Frans," ungkapku akan diri Irene.Kulihat Frans tersenyum lalu mengangguk. "Paham, Mbak. Aku bakal jaga Irene. Dia sudah memberiku kesempatan untuk membuktikan diri, Mbak. Aku jelas tidak akan menyia-nyiakannya."Aku pun memandang bergantian dua sejoli yang sedang curi-curi pandang itu. Perasaan bahagia ini. Suasana ini. Seperti membawaku kembali pada momen saat pertama aku jatuh hati dengan Jasen. Momen itu, seolah baru saja terjadi kemarin. Aku pun menatap langit-langit lalu menghela napas pelan. "Lihat yang terjadi padaku dan Jasen sekarang," gumamku dalam hati. "Ann," panggil Irene pelan. "Ya?""Soal kamu dan Jasen--"Aku tersenyum simpul sambil menggeleng. "Jangan dibahas, Ren. Itu merusak suasana."Kulihat Irene

    Last Updated : 2023-03-20
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   152. Pesanan Dalam Partai Besar

    Aku masih menatap penuh tanya pada sulungku, pria kecilku masih bungkam. Dia seakan enggan untuk memulai sebuah ungkapan yang selama ini ingin dia utarakan secara langsung. Aku menganggukkan kepala tanda sedang menunggu sebuah kata yang meluncur dari bibir mungilnya.Yoga terlihat sedang menata hati, hal itu terbukti dari cara dia mengambil napas. Aku kembali tersenyum manis agar pria kecilku merasa nyaman sehingga semua yang ada dalam benaknya bisa keluar tanpa beban."Bicaralah, Le! Bunda akan mendengarkan semua, jika memang itu suatu hal yang baik akan bunda coba jalani dengan iklas," paparku."Iya, benar apa yang Bunda kamu katakan, Yoga. Ungkapkan saja, jika memang itu terbaik untuk semua kita akan pikirkan jalan keluarnya," ucap Frans mencoba berbicara pada putraku dengan nada rendah.Yoga kembali menarik napas panjang, lalu bibirnya mulai membuka. Dengan lirih suaranya keluar satu demi satu."Jika Bunda melakukan gugatan cerai berarti kalian berdua sudah tidak bisa bersatu, bol

    Last Updated : 2023-03-21
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   153. Lembur

    Aku pun berjalan mendekat pada Bi Ijah yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. Kuhampiri wanita tua itu untuk berpamitan. Bi Ijah menatapku seaat lalu tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Setelah melihat anggukan kepala Bi Ijah, aku berjalan menuju ruang tamu dimana para orang terkasihku ada dan berkumpul di sana."Irene, Frans dan Yoga, maaf sepertinya aku tidak bisa makan malam bersama kalian. Malam ini aku harus lembur membantu Andin yang sedang menerima job pelanggan dalam partai besar," paparku."Apakah kami boleh ikut?" tanya Irene."Lebih baik kalian istirahat saja dulu, persiapkan tenaga kalian buat perjalanan besok ke Surabaya!" titahku dengan nada rendah."Kamu harus istirahat juga, Ann!" kilah Frans.Aku tersenyum, meskipun sudah memiliki istri lelaki itu tidak pernah lupa memberiku perhatian kecil dan dia tidak peduli jika ada Irene. Sedangkan Irene begitu percaya pada Frans bahwa hatinya hanya untuk Irene."Tenang saja aku sudah biasa seperti ini." Aku pun berjalan menu

    Last Updated : 2023-03-21
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   154. Selesai

    Sungguh hari yang melelahkan bagiku dan Andin. Kami berdua mengerjakan pesanan untuk besok hingga larut. Semua karyawan yang lainnya sudah aku suruh pulang lebih dulu di jam delapan malam. Saat itu semua kue hanya tinggal menunggu proses matang. Selanjutnya hanya aku dan Andin saja yang menyelesaikan hingga proses akhir. Kulihat wajah Andin kucel dan lelah, hal itu membuatku merasa bersalah. Kedekati Andin dan mengusap punggungnya perlahan."Maafkan mbak ya, Ndin!" ucapku lirih."Tidak apa, Mbak. Semoga dengan hasil ini proses yang akan Mbak Ann jalani lancar!" doa tulus keluar dari Andin.Aku terharu sekali dengan ucapan gadis itu, dia yang dulu begitu polos kini telah tumbuh menjadi wanita yang tangguh. Kini Andin sedang mengangkat kue yang mulai matang satu per satu. Aku membantunya menaruk sebagian kue yang sudah keluar dari loyang."Sudah, Mbak. Semua matang sempurna, tinggal tunggu dingin lalu proses bungkus," papar Andin sambil meregangkan tangannya."Capek ya, Ndin. Duduklah

    Last Updated : 2023-03-23
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   155. Perjalanan di Mulai

    "Assalamualaikum!" Sayup-sayup kudengar suara perempuan mengucap salam dan mengetuk pintu utama rumahku. Aku pun bergegas berdiri dari duduk jongkokku. Amel menggeleng, gadis kecil itu seakan tidak rela jika aku yang akan menemui suara itu. Namun, aku menganggukkan kepala, meminta persetujuanku. Lama Amel menjawab isyaratku, akhirnya dia tersenyum dan berdiri. Tidak lupa meraih jemariku."Mari Bund, kita temui bersama!" ajak Amel.Aku pun mengangguk setuju dengan ajakannya itu. Tetapi baru saja aku membuka pintu kamar, Bi Ijah sudah membukakan pintu utama tersebut dan muncullah wajah Irene dengan senyumnya."Maaf aku datang di pagi buta seperti ini, Bi, Ann!" ucapnya.Aku tersenyum sambil menggeleng kepala. Ternyata kebiasaan Irene belum berubah terhadapku. Perhatiannya dan kasih sayangnya selayaknya saudara masih sama. Aku sungguh bahagia."Semalam aku tidak bisa tidur nyenyak. Pikirku selalu tertuju padamu, Ann. Kamu pulang jam berapa semalam?" tanya Irene."Jam sepuluh malam," jaw

    Last Updated : 2023-03-24
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   156. Boneka Dari Siapa

    Aku sungguh tidak mengerti apaa yang sebenarnya si Jasen pikirkan. Sudah tiga tahun statusku dia gantung. Sekarang giliran dia menantangku untuk ajukan gugatan cerai, dengan seenaknya dia tidak datang. Ini namanya menghambat jalanku untuk hidup bebas dong. Sungguh manusia yang menyebalkan.Dengan langkah lunglai, aku oun keluar dari ruang sidang. Keputusan hakim ketua tidak bisa diganggu gugat. Dua hari lagi aku harus persiapkab mental, jika si Jasen itu datang. Itu saran pengacaraku. Bisa jadi ini langkah Jasen untuk mempersulit langkahku. Aku harus berusaha, jika diperlukan semua bukti itu akan aku keluarkan agar perceraian ini segera dikabulkan."Maaf Ibu Ann, semua tidak sesuai dengan rencana Anda!" ucap pengacaraku."Tidak apa, Pak. Mungkin harus begini jalannya sidang," balasku."Persiapkan saja mental dan tenaga Ibu, mungkin sudang ini akan lama. Bisa juga sampai pertemuan tiga kali," papar oengacara itu.Aku menyimak semua informasi yang diberikan oleh sang pengecara secara de

    Last Updated : 2023-03-25
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   157. Jasen Bermain di Balik Hukum

    Aku memandang lembut pada kedua anakku bergantian, kemudian memandang pada Irene tajam. Aku rasa sahabatku itu tahu arti dari pandanganku, kulihat senyum masam tercetak pada bibirnya. Mungkin Irene paham akan tatapan tajamku."Bisa kalian jelaskan sati per satu!" pintaku."Maafkan aku, Ann. Tadi aku sempat kirim kabar pada Cyntia tentang kedatangan Amelia ke Surabaya melalui sambungan telepon. Namun, ... ," Irene berhenti sambil menatapku penuh harap."Iya, lanjutkan saja!"Kemudian Irene melanjutkan ceritanya. Saat dia menghubungi Cyntia, gadis itu kebetulan sedang bersama Jasen di kantor lebih tepatnya diruang kerja si Jasen. Aku yang mendengar sedikit cerita Irene mulai mengerti kemana akhir dari cerita itu. Tetapi aku mencoba bersabar mendengarkan semua cerita Irene. Selama keduanya bertelepon itu lah si Jasen ikut nimbrung, akhirnya dia berkata bahwa akan berusaha menghambat jalannya sidang pertamaku. Huft, rupanya inilah alasan hakim."Jika kamu sudah mengerti, mengapa tadi bert

    Last Updated : 2023-03-25
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   158 . Kejujuran Yoga

    Lama aku menunggu Yoga berbicara jujur, dengan sabar aku menunggu dan mencoba menyakinkan apa yang seharusnya dia ungkapkan. Lambat laun bibir mungil itu mulai terbuka dan mengeluarkan suara yang lama aku nanti."Bunda, maafkan Yoga bila harus pulang ke rumah ayah mulai esok hari!" ucapnya pelan sambil menunduk.Aku menghirup napas panjang, sebuah perasan menyusup dalam relung hati. Mengapa begitu sakitnya saat putraku mengatakan dan meminta ijinku. Apakah aku tidak pantas untuk mengurusnya? Apakah hanya dia yang mampu membiayai hidup kedua anakku? Jujur aku tidak rela, tetapi kembali pada niat awalku datang ke Surabaya. Aku harus iklas dan tidak boleh egois. Kupandang wajah Yoga, kutangkupkan kedua tapak tanganku pada wajah tampannya. Manik mata yang cokelat kebiruan berkilat penuh dendam. Ada rasa yang ingin keluar dan membumbung tinggi tetapi seketika terhempas tiada berdaya. Itulah yang tersirat pada sorot mata itu. Kudekatkan wajahku pada wajah putraku, hidung kami saling menemp

    Last Updated : 2023-03-25

Latest chapter

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   183. Akhir yang Pilu

    "Bunda?" Aku langsung terhenyak kala mendengar panggilan Amelia, segera kuanggukkan kepala tanda membenarkan pertanyaannya. Sungguh saat melihat anggukan kepalaku, putriku itu seketika menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan abangnya. Sementara Quinsa sedikit merapat pada palukan Yoga. Kepalanya menelusup pada dada abangnya.Pandangan matanya terlihat ketakutan pada Amelia, aku semakin heran dengan perilaku Quinsa. Beberapa kali kudengar Yoga bersenandung islami untuk menenangkan emosi adik tirinya tersebut. Dahiku langsung mengernyit kala mengenal senandung itu. "Yoga, tolong jelaskan pada bunda, apa yang terjadi dengan adik kamu itu!" desakku."Sini, Sayang. Quinsa ikut kak Amel dulu. Biarkan Abang ngobrol sama Bunda, ya. Ayo!" ajak Amelia lembut.Perlahan pelukan Quinsa mengurai dan mulai mengendur, tatapannya menatap sendu pada Yoga. Begitu ada anggukan dari putraku, barulah Quinsa mau turun dari pangkuan sang abang. Amelia segera melebarkan senyumnya agar adik tirinya mau

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   182. Quinsa

    Setelah menghabiskan satu roll roti gulung, Quinsa tertidur di sofa. Aku hanya memandang kasian pada anak tersebut. Sedangkan Yoga masih terlelap di pangkuanku. Sangat terlihat jika aura di wajahnya begitu lelah. Kusurai rambutnya yang sedikit panjang, jariku menelusuri setiap lekuk wajah putraku tersebut."Sungguh indah pahatan ini, satu kata untuk mengambarkan seluruhnya. Tampan!" lirihku."Tampan saja tidak akan cukup untuk menatap dunia, Bunda!" kata Yoga dengan mata masih terpejam.Seketika kutarik ujung jariku yang sudah menyusuri hidungnya yang tinggi. Sungguh hampir kesemua permukaan wajahnya menirukan Jasen. Mungkin hanya bentuk hidung dan bibir yang membedakan mereka. "Lalu dengan apa kamu tatap duniamu, Sayang?" tanyaku."Dengan agama dan ilmu, Bunda. Seperti yang selalu Bunda ajarkan pada kami," jawab Yoga sambil mencoba bangkit dan duduk.Mata cokelat terang yang indah itu kini menatapku sendu, aku hanya mampu membalas tatapannya penuh tanya. Kemudian kudengar napas pan

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   181. Tamu yang Sudah Aku Tunggu

    Siluet tubuhnya masih aku ingat, tetapi ini mengapa dia membawa seorang anak perempuan? Mungkinkah dia anaknya dengan Rowena, jika kuhitung usia anak itu saat ini berkisar di usia sepuluh tahun. Apakah itu sosok Quinsa, bayi imut yang dulu sempat aku timang.Oh, Tuhan. Kuatkan hatiku, cobaan apa lagi yang Engkau hadirkan dalam hidupku kali ini. Sekuat apapun hati ini, jika bersangkutan dengan Mas Jasen pasti akan membawa luka. Meskipun terkadang rasa sepi melandaku tetapi jika dia datang bersama dengan yang lain, sakit itu kian terasa. Apakah ini maksud mimpiku beberpa hari yang lalu. Untuk apa Mas Jasen datang lagi dalam hidupku setelah sepuluh tahun tidak berhubungan dan apa maksudnya membawa Quinsa. Kemana Rowena? Berbagai pertanyaan muncul di otak kasarku. Sungguh rasanya aku tidak sanggup Tuhan."Bunda!" sapa lembut suara Quinsa.Naluriku sebagai ibu tidak dapat mengindahkan panggilan itu. Bagiku yang salah bukan anaknya melainkan kedua orang tuanya. Para karyawanku akhirnya pam

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   180. Kubebaskan Hatiku

    Sore semilir angin menerpa wajahku. Bayangan Jupri bersama Halimah masih nyata di pelupuk mata. Entah mengapa hati ini terasa sakit dan kecewa. Apakah aku sempat jatuh hati pada Jupri? Sejak mula semua rasa ini aku tolak. Namun, saat kulihat lelaki itu datang ke toko dengan membawa wanita hamil, hatiku sakit. Aku sendiri juga bingung dengan rasaku ini. Bagaimana bisa aku memupuk rasa yang belum tentu ada pada diri Jupri. Saat itu memang dia tidak ada cerita sedang dekat dengan seorang wanita manapun. Namun, pernah satu kali lelaki itu kelepasan bertanya mode baju syari terbaik dan berapa harganya. Hal ini sempat membuatku penasaran. Mungkin aku harus berusaha menepis segala rasa pada lelaki itu. Sejak kunjungan pertama Jupri dam istri menjadi sering datang dengan alasan Halimah susah makan nasi jadi dia lebih memilih kue basah ataupun roti bolu. "Aku harus segera pupus rasa ini dan lupakan semua. Kamu sudah mendapatkan bidadari yang terbaik, Jupri. Selamat!" batinku saat kulihat se

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   179. Gibran 2

    "Tadi Gibran sudah bilang lho, Nenek. Hanya itu Onty Dahlia," jawab Gibran."Iya, Sayang. Onty kan lama tidak jumpa Adik. Mungkin dia lebih senang menggoda, jadi maafkan Onty nya dong?" kataku pada Gibran sambil kuangkat dia ke pangkuanku.Namun, lelaki kecil menggeleng tanda dia tidak mau memaafkan Dahlia. Aku tersenyum melihat tingkah cucuku itu, dia sangat menggemaskan apalagi jika pipinya menggembung dengan bola mata yang berputar. Pasti bikin semua yang ada di sana ingin mencubit pipinya."Nenek, besok jika onty Dahlia pulang tidak usah dimasakin opor ayam, Ya. Biar tahu rasa!" dengusnya geram.Kulihat sejak tadi Dahlia hanya diam menatap Gibran, wanita muda itu menahan tawanya agar tidak terdengar oleh ponakannya yang lucu itu. Sementara Andin sejak tadi hanya berdiri, kini dia berjalan menuju dapur. Beberapa saat kemudian Andin sudah kembali dengan membawa piring berisi nasi opor ayam. "Ayo turun dari pangkuan nenek, Adik makan dulu!" ajak Andin."Lho Adik belum makan, sini bi

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   178. Gibran

    Dahlia dan Amelia terlihat semakin kompak dan solid. Aku sangat bahagia melihat perkembangan mereka berdua. Setelah makan siang aku pun ngobrol dengan keduanya untuk sesaat sebelum aku kembali lagi ke toko. O ya, toko kue ku sekarang sudah maju pesat dan dikenal oleh berbagai kalangan. Bahkan setiap Dahlia pulang, ada saja temannya yang nitip buat oleh-oleh.Sedangkan Amelia, dia terkadang ikut membantu di toko bila sedang senggang. Aku juga sangat bahagia karena sudah di panggil nenek oleh anaknya si Andin. Gadis itu sekarang sudah bukan gadis lagi melainkan sudah menjadi seorang ibu muda dengan anak satu."Bund, si ucrit bagaimana kabarnya?" tanya Dahlia."Jangan bilang ucrit, anak itu punya nama, Lho! Nanti jika Mbak kamu tiba-tiba dengar kamu yang akan kena omelannya," kataku."Hehe, iya ini Mbak Lia parah!" kelakar Amelia.Aku geleng kepala melihat keakraban mereka berdua. Aku dan kedua putriku selalu berbincang akrab seperti ini dalam menunggu waktu untuk memulai aktifitas kemba

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   177. 10 Tahun Kemudian

    Akhirnya aku mendapatkan bis tepat di jam empat sore. Kali ini aku naik bis cepat antar kota jurusan Jogyakarta. Bis yang terkenal dengan kecepatannya melebihi bis yang lain. Bis ini paling banyak peminatnya. Aku pun merasa bahwa pelayanan kondektur bis juga sangat ramah dan sopan.Bis melaju dengan kecepatan rata-rata. Mungkin bila dilihat dari kuar kecepatan bis itu tinggi. Tetapi bagi kami para penumpang terasa nyaman, hal ini terbukti para penumpang bisa tidur dengan lelap termasuk aku. Tanpa tetasa waktu terus berjalan hingga terdengar suara kondektur memberitahukan pada kami bahwa sebentar lagi bis akan memasuki kawasan Madiun."Madiun terakhir, terminal Madiun terakhir." Terdengar wakil kondektur berteriak memberitahukan pada para penumpang agar bersiap-siap. Aku pun segera terbangun dari tidurku. Perjalanan Surabaya - Madiun hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam dengan bis antar kota."Bunda pulang, Sayang!" batinku.Sungguh aku sangat rindu dengan putriku itu. Hampir

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   176. Menunggu Bis

    "Andin, apakah kamu masih di sana?" tanyaku.Hening, lambat laun kudengar isak tangis lirih. Mendengar suaranya aku semakin bingung dan resah. Memangnya sedang ada apa hingga membuat Andin sampai terisak. Aku semakin penasaran."Andin, katakan pada Mbak. Apa yang terjadi pada kalian?" tanyaku."Selamat ya, Mbak Ann. Semua sudah selesai hingga sesuai dengan angannya Mbak. Dan satu lagi semua keperluan toko aman dan terkendali, Kok!" balas Andin."Lalu mengenai gaji? Dan apa yang menyebabkan kamu tadi terisak, Lho?" tanyaku beruntun."Nanti lah, tunggu Mbak pulang," balas Andin.Lama aku berbincang dengan Andin. Meski aku berusaha mengorek keterangan mengenai gaji karyawan, Andin tidak mau cerita. Dia masih kekeh menunggu kepulanganku. Karena ini aku menjadi tidak nyaman dan ingin segera pulang. Kemudian aku mendengar suara klakson sebuah mobil yang berhenti. Seketika aku tersadar dan pamit pada Andin menyudahi panggilan."Lagi asyik menelepon siapa lho, Ann?" tanya Irene saat aku sudah

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   175. Sosok Itu

    Aku menoleh pada sosok itu, mataku seketika membelalak. Sebuah nama yang aku ingat pada sosok itu, Jupri. Iya dia adalah Jupri. Tetapi siapakah dua sosok itu? "Ibu Ann, maaf bisakah kita mulai sekarang?" "oh, ya. Silahkan, Pak!" jawabku."Ini surat janda dan ini semua yang menyangkut persidangan kemarin, Ibu Ann. Saya mengucapkan terima kasih atas undangan Anda," kata pengacaraku."Saya juga berterim kasih atas bantuan Bapak. Untuk fee sudah saya transfer ke rekening Anda, Pak. Saya terima kasih," kataku sambil menjabat tangan si pengacara.Akhirnya kami melanjutkan makan siang bersama. Saat di sela makan siang kulihat sekeliling mencari sosok yang tadi sempat aku lihat. Rupanya Jupri ada di sudut kanan ruangan ini pada meja nomer lima puluh. Di sana dia sedang bersama seorang Kyai dan seorang gadis yang cantik. "Apakah dia istrinya?" lirihku."Siapa yang Anda maksud, Ibu Ann?" tanya Pengacaraku."Seorang sahabat lama, Pak. Eeh, maaf, silahkan dilanjut!" ucapku.Beberapa saat kemud

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status