"Ini sudah jalan hidupku, dan aku menikmatinya." jawab Giara tanpa basa-basi.
"Really? Kamu menikmati pria-pria tua yang bermain-main denganmu?" tanya Nicko.
"As a simple question too. Bapak mau tahu jawabannya? Seperti begini, Pak Nicko memiliki seorang anak, kan? Bukankah anak itu akan bahagia jika dia memiliki seorang Ibu? Kenapa Bapak tak berusaha mencari Ibunya untuk anak Bapak? Apa Bapak tega membiarkan anak Bapak tak bahagia? Apakah sesuatu seperti itu patut dipertanyakan? Kurasa, pertanyaan Bapak terlalu ambigu. Kita memiliki jalan hidup yang berliku dan berwarna. Tidak bisa selalu lurus menjalaninya. Tentunya setiap apa yang kita lakukan, ada alasannya, Pak. Pertanyaan Bapak, seperti pertanyaan, Apa Bapak tega membiarkan anak Bapak tak memiliki seorang Ibu?"
Nicko tercengang mendengar penjelasan Giara.
Giara berbicara lagi, "Ini adalah jalan yang kupilih. Kita memiliki jalan hidup masing-masing yang begitu bervariasi. Ada yang A, ada yang B, dan ada yang C. Aku begini, Bapak begitu, apa harus Bapak mengomentari kehidupanku, sementara kehidupan Bapak juga belum sempurna?"
Nicko terdiam lagi. Giara ternyata pintar berbicara. Ia memang benar, jalan hidup setiap orang tak sama. Nicko tak berhak mengomentari kehidupan Giara, karena kehidupannya juga perlu dikomentari. Nicko akhirnya sadar, ia bukan siapa-siapa Giara. Ia tak berhak terlalu ikut campur pada keputusan Giara.
"Baiklah, sorry. Aku tak akan membahasnya. Mari kita bahas perjanjian itu. Sesuai janjiku, aku beri kamu DP setengah dari nominal yang telah disepakati. Bagaimana?"
Giara mengangguk. Ia mendengarkan penjelasan Nicko tentang bagaimana dan apa yang harus ia lakukan saat di Bali nanti. Giara sudah biasa melakukan penyamaran demi penyamaran. Hal itu akan sangat mudah baginya.
Hanya saja, mungkin akan terasa sedikit canggung, karena kali ini Giara akan berakting dengan Nicko, dosennya sendiri. Entah akan bagaimana nanti jadinya. Namun yang jelas, Giara akan tetap profesional menjalankan tugasnya. Apalagi, Nicko memberi uang yang sepadan untuk pekerjaannya.
"Kamu paham kan apa yang harus kamu lakukan?" tanya Nicko serius.
"Paham, Pak. Aku sudah sering menyamar menjadi kekasih orang lain. Mudah bagiku untuk melakukannya." jawab Giara enteng.
"Satu hal yang aku ragukan padamu," imbuh Nicko.
"Apa? Apa yang membuat Bapak ragu?"
"Mulutmu!" Nicko mendelik.
"Mulutku? Ada apa dengan mulutku? Bapak aneh!"
"Aku khawatir kau tak bisa menutup mulut! Apalagi, dengan temanmu si Belva itu. Kamu selalu menggosip bersamanya! Bahkan, sering sekali membicarakan aku." balas Nicko.
"Untuk urusan ini, aku juga malu jika dia mengetahuinya. Aku akan tutup mulut, Pak. Aku tak akan membicarakan hal ini pada siapapun." Jawab Giara sambil melihat jam di tangannya.
"Baguslah! Tapi ingat, Giara, perjanjian kerja sama ini tak ada hubungannya dengan mata kuliah kamu! Kamu harus tetap belajar dan kuliah dengan benar. Aku akan tetap mengajarmu dengan tegas, karena ini adalah amanat dari Pak Gandi padaku!" Tegas Nicko.
"Eh, eh, eh, gak bisa gitu dong! Enak di Bapak, gak enak di saya. Pokoknya gak mau tahu, mulai dari sekarang, Bapak harus bebaskan saya!" sambar Giara penuh emosi.
"Memangnya saya polisi, main bebasin kamu. Kamu sudah bebas kok. Buktinya, gak pakai borgol, kan? Sudah ya, pertemuan kita cukup sampai di sini. Saya harus segera pulang. Sampai nanti, Giara!" Nicko melambaikan tangannya sembari berlalu pergi meninggalkan Giara.
"Eh, Eh! Ish, dasar nyebelin! Memang dasar dosen rese nyebelin! Aarrgghh, dia memang licik banget!" Giara menggerutu seorang diri.
Mulutnya Giara bak bimoli, monyong lima mili, karena Nicko meninggalkannya seenak jidat. Nicko memang telah memberi amplop berisikan uang DP-nya, namun Giara tak senang, jika Nicko masih saja menyebalkan jika di kampus.
Akhirnya, Giara memutuskan untuk meninggalkan taman anggrek. Ia telah mengantongi uang untuk berobat jalan sang Ibu. Ada perasaan tenang dalam hatinya, karena Giara juga bisa membelikan Ibunya makan malam yang enak.
"Ibu, hari ini aku dapat uang lagi. Aku akan belikan pakaian baru untuk Ibu. Aku juga akan belikan makanan yang enak, agar Ibu tak bosan. Tunggu aku di rumah, Ibu ... tak lama lagi, aku akan segera pulang." Ucap Giara seorang diri, ia begitu bahagia karena telah mendapatkan uang lagi.
.....
Tiga hari kemudian ....
Sesuai perjanjian, mereka akan berangkat ke Bali hari ini. Seluruh angkatan menaiki pesawat yang sama. Setibanya di Bali, mereka akan diberi tumpangan oleh kendaraan dari hotel yang telah mereka sewa.
Beberapa jam telah berlalu, pesawat akhirnya mendarat di Bandara Ngurai Rai, Bali. Sesuai nomor kamar hotel, Fadli dan Nicko berada dalam satu mobil yang sama. Untungnya, Fadli hanya membawa istrinya, dia tak membawa serta anaknya, karena kedua anaknya tengah pergi ke rumah sang Nenek.
Giara dan Istri Fadli tengah berbincang bersama menuju kedalam hotel. Tertinggal Nicko dan Fadli, yang masih berada di belakang karena membawa barang bawaan mereka.
"Nick, tak sangka sekali aku, ternyata sugar Baby yang diberikan atasanku sangat cantik seperti ini. Apa kamu tak sadar, dia sangat cantik dan menawan. Anak-anak saja sejak tadi terus memerhatikan kalian. Mungkin karena dia, Nick," bisik Fadli pada Nicko.
"Halah, cantik apanya, pecicilan gitu. Banyak gaya, banyak omong, pokoknya bukan tipeku sama sekali, Fad. Untungnya hanya pura-pura, tak terbayang jika dia memang benar-benar kekasihku!" Nicko mengangkat bahunya.
"Masa sih, cantik dan kalem gitu, kok ..." Fadli memerhatikan Giara yang tengah berbincang bersama istrinya.
"Dia kan pintar acting, Fad. Kamu belum tahu saja sifat aslinya." balas Nicko.
"Lah, memangnya kamu sudah mengenalnya? Bukannya kalian baru bertemu tiga hari yang lalu ya?" tebak Fadli.
Astaga, aku lupa. Aku tak mengatakan pada Fadli kalau dia adalah mahasiswiku. Aarrghh, Giara, dari sekian banyak wanita bayaran, kenapa harus kau? Ucap Nicko dalam hati.
"Ya, terlihat dari penampilannya dan juga gaya bicaranya, Fad. Ah sudah, jangan membahasnya. Ini sekarang aku gimana? Aku sama sekali belum memesan kamar hotel untuk dia. Tak mungkin kan jika aku satu kamar dengannya?" tanya Nicko.
"Anak-Anak memang tahu jika kamu dan wanitamu belum menikah. Tapi, rasanya akan sangat aneh jika kalian berbeda kamar. Pasangan zaman now, you know lah, Nick? Sudah lazim jika satu kamar berdua walau belum SAH." Fadli terkekeh.
"Ah, kau gila, Fadli. Mana mungkin aku bisa satu kamar dengannya." Nicko tak sanggup membayangkannya.
"Bagaimana kalau mereka curiga kalau kalian pisah kamar? Justru mereka akan terlihat biasa saja, jika kalian satu kamar berdua! Sudah, kalian satu kamar saja. Yang penting tidak melakukan apa-apa kan? Eh, tapi, jika melakukan juga, memangnya kenapa? Kamu kan telah membayarnya, Nick? Kamu juga pasti sudah lama sekali tak pernah menyentuh seorang wanita, kan? Kamu pasti merindukan sentuhan dari seorang wanita." Fadli terkekeh puas menertawai Nicko.
"Gila, kau benar-benar sudah hilang akal, Fad! Tak mungkin aku merusaknya! Aku sudah tak tertarik lagi pada wanita. Jangan bahas tentang hal seperti itu dihadapanku." balas Nicko cepat.
"Kau yakin tak tertarik dengannya? Sebagai pria normal, aku bisa menilainya. Dia sangat cantik, Nick. Coba saja kau tatap dari atas ke bawah. Dia memiliki postur tubuh yang sempurna dan sangat ideal. Wajahnya sangat good looking. Dan isinya, coba lihat dadanya, padat berisi, Nick! Pasti sangat luar biasa rasanya! Ah, tak mungkin kau tak tergoda. Kecuali, jika anumu sudah tak bisa bangun lagi, kau pasti tak akan tertarik padanya." gelak tawa Fadli pecah, ia sangat puas telah menggoda Nicko.
Glek, Nicko menelan salivanya. Ucapan yang dideskripsikan Fadli, refleks dilihat oleh mata Nicko. Memang benar, benar sekali jika Giara sangat cantik dan menawan. Nicko masih normal, ia bisa melihat, jika yang diucapkan Fadli tentang fisik Giara memang benar adanya.
"Cielah, dipandang juga kan? Hahahah, Nicko, Nicko, jujur saja padaku, kau tertarik kan padanya?"
"Sialan, kau, Fad! Berisik! Jangan banyak bicara lagi! Aaarrgghh, lebih baik aku pergi saja!" Nicko melengos, ia kesal pada Fadli yang terus mengejeknya.
"Waduh, sensitif bener dia kayak cewek lagi dapet! Cuma gitu aja maen pergi-pergi. Nicko, Nicko, dasar duda labil ..." Ucap Fadli sambil terkekeh.
*Bersambung*
"Jadi kita satu kamar?" tanya Giara saat mereka berada di dalam satu kamar hotel yang sama."Ya, ranjangnya juga dua. Tak akan ada masalah. Jika kita pisah kamar, Fadli bilang anak-anak malah akan curiga." jawab Nicko."Bilang saja Pak Nicko ingin satu kamar dengan saya!" celetuk Giara."Eh, sembarangan sekali kamu bicara. Mana mau aku satu kamar denganmu! Awalnya aku malah berniat akan memesan kamar baru untukmu! Tapi Fadli malah mencegahnya. Ah rumit sekali memang hidup dengan wanita! Menyesal aku ikut acara reuni seperti ini." Nicko menggaruk-garuk kepalanya.Giara hanya menatap Nicko tanpa memberikan respon apapun. Giara lebih memilih merebahkan dirinya di kasur hotel yang empuk, daripada harus menjawab ucapan Nicko yang tak mau kalah.Nicko menatap heran melihat Giara yang malah enak-enakan merebahkan tubuhnya. Nicko merasa menang, karena ia bisa mematahkan kalimat demi kalimat yang Nicko lontarkan.Jam tiga sore nanti, ada acara makan bersama di pinggir pantai, siapkan dirimu!"
Menjadi seorang sugar baby, bukanlah keinginan gadis cantik nan seksi yang bernama Giara Divania. Gadis berusia 20 tahun ini terpaksa menjadi seorang sugar baby, karena dia harus membiayai Ibunya yang tengah sakit keras.Ayahnya telah meninggal sejak sepuluh tsahun lalu. Semenjak itu, Giara mencoba bekerja keras berjualan demi membantu sang Ibu. Dua tahun terakhir, Ibunya mengidap penyakit diabetes dan jantung, yang menyebabkan Giara harus bekerja ekstra untuk menggantikan posisi Ibunya berjualan kue.Berjualan kue nyatanya tak mampu mencukupi kebutuhan Giara dan sang Ibu. Terlebih biaya berobat jalan tentu saja membutuhkan uang yang tak sedikit. Giara saat ini juga tengah kuliah di sebuah universitas.Hingga akhirnya, Giara diajak oleh salah satu teman masa SMA-nya yang bernama Belva Natasya. Belva bekerja di sebuah diskotek, dan Belva menyarankan agar Giara menjadi sugar baby Om-Om yang ber-uang. Demi menyambung hidup, hal itu tentu saja akan memudahkan Giara untuk mendapatkan uang.
Berbeda dengan Giara, di saat mahasiswa lain memuja dan mengagumi sosok dosen baru mereka, Giara malah terkesan malas menatap wajahnya. Bagaimana tidak, selama mata kuliahnya dengan Pak Sugandi, Giara bisa dengan bebasnya izin sesuka hati, karena Pak Gandi tak pernah mempermasalahkan hal tersebut.Dengan dosen baru seperti sekarang ini, tentu saja Giara tak tahu kebijakan-kebijakan apa yang dia miliki. Giara sangat malas, jika dosen muda dihadapannya ini akan begitu menjengkelkan dan menyebalkan.Sesuai janji, Giara akan bertemu dengan Om Roy pada pukul empat sore. Seperti biasa, ia pasti akan izin jika mata kuliah belum selesai. Jika dengan Pak Gandi, Giara biasa melakukannya. Pak Gandi tak pernah mempersulit izin atau apapun.Namun kali ini, dengan dosen baru ini? Mungkinkah Giara bisa alasan izin seperti biasanya? Ada sedikit kekhawatiran dalam diri Giara saat ini. Ia tak tahu bagaimana karakter dosen barunya ini.Perkenalan demi perkenalan, telah Nicko langsungkan. Sebagai dosen b
“Lo berdebat apa sama Pak Nicko? Gak diizinin pulang duluan ya?” tanya Belva saat Giara kembali duduk ke mejanya.“Iya, gue gak nyangka dia galak banget! Padahal kan, dia itu baru pertama kali ngajar di sini, tapi gayanya udah kayak dosen senior aja yang maen larang-larang! Gimana gak gedek coba gue! Udah nyaman dan enak sama Pak Gandi, eh malah diganti sama dosen rese kayak dia. Gimana coba sekarang? Om Roy udah ada di depan kampus kita, Bel ... gue emang udah kirim pesan ke dia, kalau gue gak bisa keluar sekarang. Tapi, belum ada balasan juga dari Om Roy. Bahaya, nih, cuan gue bisa ilang kalo sampe gagal makan malam sama Om Roy!” bisik Giara di telinga Belva.Belva menepuk-nepuk pundak Giara. Seakan tahu perasaan sahabatnya saat ini. Belva tak pernah serumit Giara, karena Belva bekerja di malam hari, saat mereka telah pulang kampus. Berbeda dengan Giara, yang selalu mengiyakan permintaan para sugar daddy, kapanpun mereka ingin bertemu dan jalan-jalan.Tak lama kemudian, Giara memint
Sesampainya di rumah, Nicko melihat anaknya sudah tidur dengan sang Ibu. Nicko jadi tak tega jika harus mengganggu Queen. Segera ia bergegas ke kamarnya dan membersihkan dirinya. Jika menatap sang putri, Nicko selalu terbayang-bayang akan wajah mantan istrinya.Diana Rininta, dialah mantan istri Nicko. Diana meninggalkan Nicko setelah tiga bulan Queen lahir ke dunia. Wanita yang sangat Nicko cintai, namun dengan teganya meninggalkan Nicko dan putrinya yang masih bayi. Bisa-Bisanya, Diana meninggalkan mereka, tanpa sebab dan jejak sedikitpun.Dari pernikahan yang hanya seumur jagung itu, Nicko dikaruniai seorang putri yang bernama Queen. Queen hanya merasakan kasih sayang Bundanya sampai usia tiga bulan. Setelah itu, Diana pergi begitu saja tanpa sepengetahuan Nicko. Memang, pernikahan itu tak dikehendaki oleh keluarga Diana, sehingga mungkin tekanan demi tekanan dirasakan oleh Diana.Nicko berkali-kali menanyakan kabar Diana pada keluarganya, namun ternyata Keluarga Diana malah menyal
Tiga hari kemudian ....Hari ini, jadwal Nicko mengajar di kelas Giara. Sesuai dengan janjinya pada sang sugar baby, Nicko akan bertemu dengannya sekitar pukul lima sore. Sang sugar baby ternyata menolak, dia meminta agar pertemuan diundur menjadi pukul setengah enam. Akhirnya, Nicko pun mengiyakan permintaan sugar baby yang bernama Diva tersebut.Seperti biasa, Nicko memberi materi dan tugas di kelas ini. Nicko sangat intens memerhatikan Giara, karena ia selalu teringat dengan amanat Pak Sugandi. Nicko ingin Giara sungguh-sungguh dalam mata kuliahnya.Giara kesal, karena Nicko tak henti-hentinya menatap tajam padanya. Sebenarnya, jika Giara serius dalam kuliahnya, semua tugas dan materi bisa selesai dengan cepat. Seperti saat ini, Giara telah lebih dulu menyelesaikan tugasnya dibanding dengan rekan yang lain. Namun Giara malas, jika harus mengumpulkan lebih dulu pada Nicko."Tumben lu cepet ngerjainnya. Ada angin apa?" sindir Belva."Males lah, diperhatiin dosen rese itu terus! Padah
Diva~ : Kamu di mana? Aku sedang berjalan menuju taman lampu.Giara membaca isi pesan dari Alland. Ia pun segera memalingkan pandangannya dari dosen rese yang berada di taman yang sama dengannya. Giara berharap, agar ia tak akan bertemu lagi dengan Nicko di tempat ini.Giara terus berjalan menjauhi Nicko, karena ia tak ingin berpapasan dengan dosen menyebalkannya itu. Giara sengaja mencari tempat lain, agar Nicko tak melihat dirinya. Tak lama, Giara membalas pesan Alland, agar Alland juga menuju ke taman lampu, karena Giara akan segera menuju ke sana.Alland : Baiklah, aku ke taman lampu sekarang. Tunggu aku di sana,Giara membaca isi pesan itu. Ia yakin, jika pria tersebut akan mendatanginya ke taman lampu. Giara mencari-cari tempat yang nyaman, dan lumayan ramai. Saat menemukan tempat yang menurutnya nyaman, Giara pun duduk di kursi taman.Alland : Kamu pakai baju warna apa? Posisimu di mana?Pria itu mengirim pesan lagi pada Giara. Agar tak memusingkannya, Giara mengiriminya sebua
Akhirnya Nicko dan Giara duduk bersama. Nicko tertangkap basah karena menyewa Giara. Sebenarnya Nicko juga tercengang, karena mengetahui ternyata Giara seorang sugar baby. Intinya, mereka berdua sama-sama tertangkap basah ketahuan memiliki rahasia masing-masing."Sejak kapan kamu menjadi seorang sugar baby?" tanya Nicko."Bapak fokus saja pada perjanjian kita, jangan menjadi wartawan untukku." Giara sangat malas."Kau ini!" Nicko sangat geram.Sebenarnya Giara malas basa-basi dengan Nicko, namun apa boleh buat, jika semua ini harus terjadi. Giara juga sebenarnya malu, ketahuan oleh Nicko menjadi seorang wanita bayaran. Apalagi, ternyata yang menyewanya adalah Nicko, dosennya sendiri."Aku akan reuni ke Bali, kuharap kamu bisa bekerja sama menjadi pacar pura-pura untukku," pinta Nicko."Bapak ini belum menikah?" Giara terkekeh."Jangan jadi wartawan!" Nicko membalas ucapan menyebalkan Giara."Hish, itu kata-kataku! Ya ampun, speechless aku. Kukira Bapak sudah menikah. Pantas saja menye
"Jadi kita satu kamar?" tanya Giara saat mereka berada di dalam satu kamar hotel yang sama."Ya, ranjangnya juga dua. Tak akan ada masalah. Jika kita pisah kamar, Fadli bilang anak-anak malah akan curiga." jawab Nicko."Bilang saja Pak Nicko ingin satu kamar dengan saya!" celetuk Giara."Eh, sembarangan sekali kamu bicara. Mana mau aku satu kamar denganmu! Awalnya aku malah berniat akan memesan kamar baru untukmu! Tapi Fadli malah mencegahnya. Ah rumit sekali memang hidup dengan wanita! Menyesal aku ikut acara reuni seperti ini." Nicko menggaruk-garuk kepalanya.Giara hanya menatap Nicko tanpa memberikan respon apapun. Giara lebih memilih merebahkan dirinya di kasur hotel yang empuk, daripada harus menjawab ucapan Nicko yang tak mau kalah.Nicko menatap heran melihat Giara yang malah enak-enakan merebahkan tubuhnya. Nicko merasa menang, karena ia bisa mematahkan kalimat demi kalimat yang Nicko lontarkan.Jam tiga sore nanti, ada acara makan bersama di pinggir pantai, siapkan dirimu!"
"Ini sudah jalan hidupku, dan aku menikmatinya." jawab Giara tanpa basa-basi."Really? Kamu menikmati pria-pria tua yang bermain-main denganmu?" tanya Nicko."As a simple question too. Bapak mau tahu jawabannya? Seperti begini, Pak Nicko memiliki seorang anak, kan? Bukankah anak itu akan bahagia jika dia memiliki seorang Ibu? Kenapa Bapak tak berusaha mencari Ibunya untuk anak Bapak? Apa Bapak tega membiarkan anak Bapak tak bahagia? Apakah sesuatu seperti itu patut dipertanyakan? Kurasa, pertanyaan Bapak terlalu ambigu. Kita memiliki jalan hidup yang berliku dan berwarna. Tidak bisa selalu lurus menjalaninya. Tentunya setiap apa yang kita lakukan, ada alasannya, Pak. Pertanyaan Bapak, seperti pertanyaan, Apa Bapak tega membiarkan anak Bapak tak memiliki seorang Ibu?"Nicko tercengang mendengar penjelasan Giara.Giara berbicara lagi, "Ini adalah jalan yang kupilih. Kita memiliki jalan hidup masing-masing yang begitu bervariasi. Ada yang A, ada yang B, dan ada yang C. Aku begini, Bapak
Akhirnya Nicko dan Giara duduk bersama. Nicko tertangkap basah karena menyewa Giara. Sebenarnya Nicko juga tercengang, karena mengetahui ternyata Giara seorang sugar baby. Intinya, mereka berdua sama-sama tertangkap basah ketahuan memiliki rahasia masing-masing."Sejak kapan kamu menjadi seorang sugar baby?" tanya Nicko."Bapak fokus saja pada perjanjian kita, jangan menjadi wartawan untukku." Giara sangat malas."Kau ini!" Nicko sangat geram.Sebenarnya Giara malas basa-basi dengan Nicko, namun apa boleh buat, jika semua ini harus terjadi. Giara juga sebenarnya malu, ketahuan oleh Nicko menjadi seorang wanita bayaran. Apalagi, ternyata yang menyewanya adalah Nicko, dosennya sendiri."Aku akan reuni ke Bali, kuharap kamu bisa bekerja sama menjadi pacar pura-pura untukku," pinta Nicko."Bapak ini belum menikah?" Giara terkekeh."Jangan jadi wartawan!" Nicko membalas ucapan menyebalkan Giara."Hish, itu kata-kataku! Ya ampun, speechless aku. Kukira Bapak sudah menikah. Pantas saja menye
Diva~ : Kamu di mana? Aku sedang berjalan menuju taman lampu.Giara membaca isi pesan dari Alland. Ia pun segera memalingkan pandangannya dari dosen rese yang berada di taman yang sama dengannya. Giara berharap, agar ia tak akan bertemu lagi dengan Nicko di tempat ini.Giara terus berjalan menjauhi Nicko, karena ia tak ingin berpapasan dengan dosen menyebalkannya itu. Giara sengaja mencari tempat lain, agar Nicko tak melihat dirinya. Tak lama, Giara membalas pesan Alland, agar Alland juga menuju ke taman lampu, karena Giara akan segera menuju ke sana.Alland : Baiklah, aku ke taman lampu sekarang. Tunggu aku di sana,Giara membaca isi pesan itu. Ia yakin, jika pria tersebut akan mendatanginya ke taman lampu. Giara mencari-cari tempat yang nyaman, dan lumayan ramai. Saat menemukan tempat yang menurutnya nyaman, Giara pun duduk di kursi taman.Alland : Kamu pakai baju warna apa? Posisimu di mana?Pria itu mengirim pesan lagi pada Giara. Agar tak memusingkannya, Giara mengiriminya sebua
Tiga hari kemudian ....Hari ini, jadwal Nicko mengajar di kelas Giara. Sesuai dengan janjinya pada sang sugar baby, Nicko akan bertemu dengannya sekitar pukul lima sore. Sang sugar baby ternyata menolak, dia meminta agar pertemuan diundur menjadi pukul setengah enam. Akhirnya, Nicko pun mengiyakan permintaan sugar baby yang bernama Diva tersebut.Seperti biasa, Nicko memberi materi dan tugas di kelas ini. Nicko sangat intens memerhatikan Giara, karena ia selalu teringat dengan amanat Pak Sugandi. Nicko ingin Giara sungguh-sungguh dalam mata kuliahnya.Giara kesal, karena Nicko tak henti-hentinya menatap tajam padanya. Sebenarnya, jika Giara serius dalam kuliahnya, semua tugas dan materi bisa selesai dengan cepat. Seperti saat ini, Giara telah lebih dulu menyelesaikan tugasnya dibanding dengan rekan yang lain. Namun Giara malas, jika harus mengumpulkan lebih dulu pada Nicko."Tumben lu cepet ngerjainnya. Ada angin apa?" sindir Belva."Males lah, diperhatiin dosen rese itu terus! Padah
Sesampainya di rumah, Nicko melihat anaknya sudah tidur dengan sang Ibu. Nicko jadi tak tega jika harus mengganggu Queen. Segera ia bergegas ke kamarnya dan membersihkan dirinya. Jika menatap sang putri, Nicko selalu terbayang-bayang akan wajah mantan istrinya.Diana Rininta, dialah mantan istri Nicko. Diana meninggalkan Nicko setelah tiga bulan Queen lahir ke dunia. Wanita yang sangat Nicko cintai, namun dengan teganya meninggalkan Nicko dan putrinya yang masih bayi. Bisa-Bisanya, Diana meninggalkan mereka, tanpa sebab dan jejak sedikitpun.Dari pernikahan yang hanya seumur jagung itu, Nicko dikaruniai seorang putri yang bernama Queen. Queen hanya merasakan kasih sayang Bundanya sampai usia tiga bulan. Setelah itu, Diana pergi begitu saja tanpa sepengetahuan Nicko. Memang, pernikahan itu tak dikehendaki oleh keluarga Diana, sehingga mungkin tekanan demi tekanan dirasakan oleh Diana.Nicko berkali-kali menanyakan kabar Diana pada keluarganya, namun ternyata Keluarga Diana malah menyal
“Lo berdebat apa sama Pak Nicko? Gak diizinin pulang duluan ya?” tanya Belva saat Giara kembali duduk ke mejanya.“Iya, gue gak nyangka dia galak banget! Padahal kan, dia itu baru pertama kali ngajar di sini, tapi gayanya udah kayak dosen senior aja yang maen larang-larang! Gimana gak gedek coba gue! Udah nyaman dan enak sama Pak Gandi, eh malah diganti sama dosen rese kayak dia. Gimana coba sekarang? Om Roy udah ada di depan kampus kita, Bel ... gue emang udah kirim pesan ke dia, kalau gue gak bisa keluar sekarang. Tapi, belum ada balasan juga dari Om Roy. Bahaya, nih, cuan gue bisa ilang kalo sampe gagal makan malam sama Om Roy!” bisik Giara di telinga Belva.Belva menepuk-nepuk pundak Giara. Seakan tahu perasaan sahabatnya saat ini. Belva tak pernah serumit Giara, karena Belva bekerja di malam hari, saat mereka telah pulang kampus. Berbeda dengan Giara, yang selalu mengiyakan permintaan para sugar daddy, kapanpun mereka ingin bertemu dan jalan-jalan.Tak lama kemudian, Giara memint
Berbeda dengan Giara, di saat mahasiswa lain memuja dan mengagumi sosok dosen baru mereka, Giara malah terkesan malas menatap wajahnya. Bagaimana tidak, selama mata kuliahnya dengan Pak Sugandi, Giara bisa dengan bebasnya izin sesuka hati, karena Pak Gandi tak pernah mempermasalahkan hal tersebut.Dengan dosen baru seperti sekarang ini, tentu saja Giara tak tahu kebijakan-kebijakan apa yang dia miliki. Giara sangat malas, jika dosen muda dihadapannya ini akan begitu menjengkelkan dan menyebalkan.Sesuai janji, Giara akan bertemu dengan Om Roy pada pukul empat sore. Seperti biasa, ia pasti akan izin jika mata kuliah belum selesai. Jika dengan Pak Gandi, Giara biasa melakukannya. Pak Gandi tak pernah mempersulit izin atau apapun.Namun kali ini, dengan dosen baru ini? Mungkinkah Giara bisa alasan izin seperti biasanya? Ada sedikit kekhawatiran dalam diri Giara saat ini. Ia tak tahu bagaimana karakter dosen barunya ini.Perkenalan demi perkenalan, telah Nicko langsungkan. Sebagai dosen b
Menjadi seorang sugar baby, bukanlah keinginan gadis cantik nan seksi yang bernama Giara Divania. Gadis berusia 20 tahun ini terpaksa menjadi seorang sugar baby, karena dia harus membiayai Ibunya yang tengah sakit keras.Ayahnya telah meninggal sejak sepuluh tsahun lalu. Semenjak itu, Giara mencoba bekerja keras berjualan demi membantu sang Ibu. Dua tahun terakhir, Ibunya mengidap penyakit diabetes dan jantung, yang menyebabkan Giara harus bekerja ekstra untuk menggantikan posisi Ibunya berjualan kue.Berjualan kue nyatanya tak mampu mencukupi kebutuhan Giara dan sang Ibu. Terlebih biaya berobat jalan tentu saja membutuhkan uang yang tak sedikit. Giara saat ini juga tengah kuliah di sebuah universitas.Hingga akhirnya, Giara diajak oleh salah satu teman masa SMA-nya yang bernama Belva Natasya. Belva bekerja di sebuah diskotek, dan Belva menyarankan agar Giara menjadi sugar baby Om-Om yang ber-uang. Demi menyambung hidup, hal itu tentu saja akan memudahkan Giara untuk mendapatkan uang.