Sekarang Saphire sedang mengepang rambutnya lalu ia sampirkan ke bahu, masih ada anak anak rambut yang Saphire biarkan supaya menjadi pemanis saja. Kini ia memakai rok bermotif bunga dengan kaos putih polos berlengan panjang.
"Udah siap." ucap Saphire di depan cermin, lebih memastikan ia kembali bercermin dan meyakin kan kalau dirinya sudah siap. Tujuan Saphire sampai berdandan hari ini adalah akan menemani Elgar latihan Anggar. Saphire juga sudah menyiapkan bekal untuk istirahat Elgar nanti. Saphire pergi dengan menaiki kendaraan umum kereta kuda, sudah ada beberapa penumpang juga menaiki kereta kuda yang sama. Memang di zaman ini, orang orang masih rajin menggunakan kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi, biasanya kebanyakan orang yang memiliki kendaraan pribadi seperti mobil berarti orang itu adalah orang kaya raya, yang harta nya melimpah. Sebenarnya Saphire juga memiliki mobil di rumah, tapi mobil itu di pakai dinas oleh sang ayah ke Desa. Dan juga, kalau Saphire pakai untuk bepergian ia tidak akan bisa, karena tidak dapat mengendarai mobil, keluarga nya pun tidak memiliki semacam supir pribadi. "Nak Saphire mau kemana ?? udah cantik begitu." tanya wanita paru baya dengan belanjaan yang di bawa, sepertinya ibu itu sudah dari pasar. "Mau jalan jalan aja bu." rasa nya tidak mungkin kalau Saphire mengatakan jujur kalau sebenarnya ia akan menemani sang kekasih di tempat latihan Anggar, entah tapi ia merasa malu saja. Tidak heran kalau di wilayah Desa nya Saphire terkenal di antara masyarakat, karena Saphire ini anak dari kepala desa ayah nya sendiri yang terkenal dengan kewibawaan dan tugas yang selalu di jalani dengan penuh tanggung jawab, di tambah lagi sang ibu yang aktif dalam kegiatan memberikan edukasi bersama ibu ibu yang lain. "Ouh begitu nak, kalau begitu ibu turun di sini ya. Kamu hati hati." "Ibu juga hati hati di jalan dan membawa barang." ucap Saphire. Kereta kuda kembali berjalan, cuaca yang sedang mendukung membuat hati Saphire menjadi senang. Dari atas kereta kuda ia dapat melihat banyak kegiatan yang sedang terjadi di jalanan yang di lalui. Ada yang sedang bertransaksi jual beli sayur, anak anak bermain, dan masih banyak lagi. Suasana ini yang akan dirinya rindukan kalau suatu saat ia tidak dapat tinggal di sini lagi. Tak terasa perjalanan yang membutuhkan waktu lama, akhirnya Saphire sudah sampai. Tangan nya memberikan sejumlah uang, lalu berjalan ke arah gerbang putih, di dalam sana sang kekasih tengah berlatih. "Hallo pak." sapa Saphire pada penjaga di sana. "Ehh, nak Saphire udah sampai." dengan tergesa penjaga itu membuka kan pintu. "Iya, baru aja. Kalau gitu masuk dulu ya pak." "Iya, silahkan silahkan." Jangan heran kalau penjaga tempat latihan Anggar Elgar sudah mengenal dekat dengan Saphire, saking sering nya Saphire menemani Elgar berlatih membuat gadis itu di kenal dengan orang orang di sana. Terdengar suara dari balik pintu di hadapan Saphire itu, kegiatan berlatih masih berlangsung. Tangan Saphire meraih gagang pintu lalu membuka nya. Sudah di dalam Saphire berjalan sedikit lalu terdapat tangga yang ia naiki. Berjajar kursi kursi, lalu Saphire mengambil tempat di samping seseorang yang sedang menemani seseorang juga sepertinya yang sedang berlatih. Pergerakan Saphire membuat gadis yang sedang duduk memperhatikan kegiatan latihan di bawah sana menjadi teralihkan. "Loh, kamu sudah sampai." "Seperti yang kamu lihat, Puspita." "Kami sudah lama di sini??" tanya Saphire. "Tidak juga, aku ke sini bersama Hilliam." balas Puspita. Gadis yang bernama Puspita Gelia ini adalah kekasih dari Hilliam kawan nya Elgar. Saphire dan Puspita awal kenal karena sama sama menemani kekasih mereka latihan Anggar. Puspita tidak bersekolah di Royal karena tempatnya yang jauh dari kediaman nya. Sambil menunggu sesi latihan selesai, mereka berdua larut dalam obrolan hingga tidak sadar orang yang mereka berdua tunggu menghampiri. "Sedang membicarakan apa hingga kalian tidak sadar kita menjadi balik menunggu?" ucap Hilliam duduk di samping Puspita. "Itu urusan perempuan." balas Puspita. Sementara Saphire, sudah membuka bekal yang ka bawa. Ada nasi, olahan ayam, dan juga masakan sayur. Tidak lupa juga ia membawa pencuci mulut seperti biskuit gandum tidak terlalu manis di tambah air minum. Di depan Saphire sudah ada Elgar yang siap menyantap makanan itu, latihan yang cukup panjang membuat nye kehilangan tenaga, dan sekarang tenaga nya akan di isi oleh kekasih cantik nya itu. "Maaf ga bisa jemput, waktu latihan jadi maju." ucap Elgar sebelum menerima suapan pertama dari Saphire. "Engga apa apa kok, aku bisa ke sini sendiri." balas Saphire, menyuapi Elgar. "Ke sini naik apa??" "Pake kereta kuda, udah lama aku engga naik kereta kuda rasanya jadi beda sekali." "Bagian mana yang beda??" "Suasana yang aku rindukan." Saphire kembali mengingat melihat kegiatan kegiatan yang di lakukan ketika berada di atas kereta kuda. "Sesekali kita bisa menggunakan kereta kuda untuk pergi ke Sekolah." ucap Elgar. "Itu tidak perlu, kapan kapan kita berdua naik kereta kuda ya." ucap Saphire memandang Elgar. "Akan aku usahakan." Elgar mengatakan hal tersebut karena ia tidak pasti akan melakukan nya atau tidak. Karena baru saja ia meminta pelatih untuk memadatkan jadwal latihan nya dan di setujui, latihan padat itu di mulai dari hari ini. Saphire yang mengerti keadaan pun mengangguk tidak mengatakan apa apa lagi. Lagian hidup Elgar tidak selalu tentang dirinya, yang harus di turuti apa mau dirinya. Elgar memiliki tujuan di hidup nya sendiri, dan adanya Saphire mendampingi hingga Elgar dapat mecapai hal tersebut. "Ini minum nya." Saphire memberikan botol pada Elgar, yang langsung di terima. "Kalau sampai jam lima sore aku belum selesai, kamu bisa langsung pulang sama sopir di luar." ucap Elgat sambil berdiri, kegiatan istirahat nya sudah selesai dengan minum yang sudah di teguk itu. "Iya Elgar, semangat latihan lagi." ucap Saphire. "Terima kasih sayang." ucap Elgar, lelaki itu langsung pergi di susul Hilliam dari belakang. Sepertinya sepasang pipi Saphire sudah mulai memerah, ia merasa pipinya ini memanas. Dan itu semua gara gara Elgaf. "Jarang jarang di panggil sayang sama pangeran, sekali nya di panggil sayang langsung salah tingkah." ucap Puspita. "Kamu benar." Saphire tidak menghindar, itu memang kenyataan nya. "Aku jadi iri sama kamu." ucap Puspita. "Iri kenapa?" tanya Saphire heran, padahal Hilliam lebih terlihat sangat mencintai Puspita. "Bilang bilang sayang gitu, Hilliam tidak pernah." "Mungkin Elgar tadi engga sengaja aja." "Masa di sengaja." Saphire bersama Puspita melihat sesi latihan yang berjalan kembali, ternyata Elgar melawan Hilliam. Walau pakaian yang di gunakan terlibat sama dengan penutup wajah itu, Saphire dapat mengenali pasti yang mana Elgar yang mana Hilliam. "Kekasih kita sangat hot bukan?" ucap Puspita menggoda. Saphire hanya tersenyum kecil menanggapi nya, ia sangat bangga pada sosok Elgar yang berkeinginan untuk bangkit setelah kekalahan yang di alami.Ternyata Elgar akan pulang lebih larut hari ini, dan Saphire berencana akan pulang mengingat ia hanya izin hingga sore hari saja. Elgar menyempatkan diri untuk mengantar Saphire hingga ke tempat mobil beserta supir nya berada. "Pak, anter Saphire pulang." ucap Elgar. "Baik Pangeran." bergegas sang supir menghidupkan mobil untuk di panaskan terlebih dahulu. Waktu tersebut di manfaatkan untuk waktu Elgar dan Saphire berbicara. "Besok ke Sekolah sendiri tidak apa?" tanya Elgar. "Kenapa?" itu hanya sekedar pertanyaan pada Elgar bukan seperti pertanyaan menuntut. "Kalau aku tidak bisa berurusan dengan mu, itu tandanya ada urusan untuk Anggar." ucap Elgar. "Jadi di hidup kamu hanya Aku dan Anggar saja??" tanya Saphire dengan senyum yang menggoda Elgar. "Lebih tepatnya untuk saat ini, kesibukan ku di isi dengan kamu dan Anggar." Elgat menjelaskan. "Ouh begitu, baiklah. Sampai ketemu besok kalau begitu Pangeran Mahkota." "Juga, sayang ku." Jangan tanya bagaimana keadaa
Bruk "Terima kasih ayah, sudah antar Sekolah." ucap Saphire dari luar mobil yang jendela nya terbuka. "Sudah tugas ayah, pulang nya jemput lagi?" tanya sang ayah. "Nanti Saphire kabarin." "Belajar yang giat." "Baik ayah, hati hati di jalan." Saphire berbalik melangkah memasuki Sekolah, sudah banyak yang datang karena memang kedisiplinan yang di tanam sedari awal, yang menjadi kebiasaan. Sebenarnya tidak banyak orang yang Saphire kenal, ia hanya keikut terkenal karena sang kekasih yang seorang putera mahkota itu. Dan apabila Elgar tidak bersama nya sekarang seperti ini, semua orang terlihat mengacuhkan nya dan seperti tidak melihat dirinya. Saohire awal nya berusaha untuk acuh tapi tatapan intimidasi itu tidak dapat ia hindari setiap hari nya. "Aku baru tau kalau Sekolah kita ada anak yang pake mobil rusak." Dari kalimat itu mengundang gelak tawa sekitar, satu per satu orang datang mengerubuni Saphire. Saphire sendiri tidak mengerti apa yang terjadi sekarang, apa
"Aku bingung, menurut kamu bagus yang mana?" "Yang kanan atau yang kiri? aku engga bisa pilih soalnya menggemaskan semua." Elgar melihat kedua pin rambut yang berada di atas telapak tangan nya Saphire. Benar apa yang kata gadis nya itu bilang kalau kedua pin rambut itu sangat cocok untuk perempuan cantik seperti Saphire ini. "Ambil dua dua nya aja." ucap Elgat memberi keputusan. "Tapi takut engga ke pake salah satu nya." balas Saphire. "Kamu bisa pake bergantian." "Iya ya, kamu bener juga. Tadinya aku engga mau berlebihan, tapi kalau yang lucu lucu gini mana tahan haha." ujar Saphire, yang mampu menerbitkan senyum tipis dari Elgar. Setelah membayar, mereka berdua masuk kembali ke dalam mobil dan menuju rumah Saphire. Acara jalan jalan setelah sepulang Sekolah mereka harus batal karena terdapat panggilan mendadak dari pelatih Anggar Elgar, kalau ada latihan hari ini. "Engga apa apa ga jadi main?" tanya Elgar. "Engga apa apa, kamu harus latihan. Aku temenin yah?"
Saat ini mobil yang di kendarai oleh Elgar sudah terparkir di depan kediaman Saphire, lelaki itu berniat untuk menjemput sang kekasih dan berangkat bersama ke Sekolah. Elgar masih fokus pada handphone nya hingga suara pintu mobil terbuka, lalu nampak perawakan Saphire yang sudah masuk, tengah merunduk merapikan ikat pinggang. "Satu... Dua... Tiga.. Tada!!" pekik Saphire, sepasang tangan Saphire di tangkup pada pipi nya dan tersenyum manis menatap Elgar. "Apa ada yang berbeda?" tanya Saphire berharap Elgar menyadari nya. "Tidak ada." "Benarkah?" "Ya." "Kau yakin?" "Tentu." Senyum Saphire memudar seketika, dan mengalihkan perhatian nya pada handphone. Dirinya menjadi sangat malu karena terlalu percaya diri.Elgar sebenarnya sangat menyadari perubahan penampilan dari Saphire ini, dan Elgar sendiri mengakui bahwa perubahan pada Saphire itu sangat membuat nya lebih cantik dan anggun. "Helaian helaian rambut itu sangat cocok menutupi kening mu, dan juga di tambah dengan
"Kalau Royal bukan Sekolah yang terpandang, kasus kemarin pasti udah bikin nama Royal buruk sekali." ucap Maria.Saphire dan Maria sedang berdiskusi di bangku mereka, pembelajaran sudah berakhir dan sekarang memasuki waktu istirahat. Karena terlalu malas pergi ke kantin yang akan sangat ramai, mereka berdua memutuskan untuk menunggu di kelas supaya kantin tidak terlalu berdesakan. Obrolan mereka tidak jauh dari kasus kemarin, dan mendapatkan kesimpulan kalau bisa saja ada seseorang yang dendam pada si korban."Tapi aku mengira kalau memang Elgar yang melakukan nya Saphire.""Kenapa bisa seperti itu, karena dia membela mu karena di perlakukan buruk pada saat itu." ucap Maria lagi. Saphire terdiam belum menanggapi, dan tak lama kepala nya mengangguk pertanda setuju. "Kamu bisa saja benar Maria. Mengingat semua orang yang pernah menyakiti ku, pasti tak lama akan berakhir buruk." "Itu tidak mungkin kamu Maria, selama di Royal ini aku hanya akrab dengan kalian berdua. Atau mungkin orang
Elgar Dominic memang di kenal oleh semua orang sosok yang di hormati karena latar belakang yang menyandang status sebagai Putra Mahkota. Status tersebut membuatnya menjadi yang paling tinggi di antara kalangan yang ada di seluruh Royal. Sikap nya yang semena mena untuk kebaikan sendiri dan orang sekitar sudah tidak aneh, lagi pula siapa yang akan berani melawan. Bahkan kalaupun Elgar bersalah, maka lelaki itu akan dengan mudah memutar balikan fakta yang ada. Menggunakan kekuasaan untuk kepentingannya sendiri, itu tidak sepenuh nya benar karena terkadang Elgar akan lebih peduli pada orang orang yang dekat dengan nya ketimbang orang lain yang bahkan tidak ada hubungan apa pun dengan dirinya. Dari hal tersebut, Elgar tidak pernah tunduk pada mereka yang memiliki tahta yang rendah siapa pun itu. Tetapi, ada satu hal yang tidak semua orang ketahui mengenai Elgar ini. Ia memiliki rasa segan pada sang ayah alias Raja dari Kerajaan EstFabula ini. Elgar tidak dapat membantah semua k
"Elgar." Tidak ada pilihan lain selain Saphire memilih untuk memanggil, dan mendekati Elgar juga perempuan yang ada di dalam rengkuhan kekasih nya itu. Wajah panik Elgar terlibat jelas kepanikan di sana, lelaki itu takut Saphire salah paham dengan posisi nya yang sekarang, bagaimana cara ia menjelaskan jikalau Saphire masih tidak percaya dengan keyakinan yang di berikan? "Aku menitipkan makanan pada teman mu di sana, jangan lupa untuk memakan nya ya." ucap Saphire.Memang sebelum memanggil Elgar tadi Saphire memilih untuk menitip kan roti juga susu yang ia bawa karena berniat akan langsung pulang saja. "Maaf aku tidak menepati perkataan ku yang akan menemani latihan mu hari ini, semoga hari mu menyenangkan." ucap Saphire.Dengan cepat Elgar menahan Saphire pergi, dan memilih untuk menarik si gadis ke luar ruangan. "Kenapa Elgar?" tanya Saphire."Aku sama dia ga ada apa apa Saphire, itu hanya pergerakan yang tidak di sengaja." ucap Elgar membela diri. "Maksud nya seperti apa? aku
Malam semakin larut tetapi Edwin tidak juga terlihat ada tanda tanda untuk beranjak dari tempat nya, Saphire kira tempat yang seperti ini tidak akan membuat nyaman Elgar yang setiap hari nya berdiam diri di tempat yang mewah dan tentunya menomor satukan kenyamanan. Sebaliknya di tempat Elgar duduk sekarang, Saphire yakin kalau posisi kekasih nya itu terasa pegal dan membuat tidak nyaman. "Ayo masuk lah untuk sebentar." ajak Saphire, tidak tega juga kalau lama lama di lihat.HapBukan ke dalam, Elgar malah melompat keluar. Saphire hampir jantungan di buatnya, karena pergerakan itu sangat spontan. "Berhati hati lah." Saphire memperingati. "Ya, aku harus pulang sekarang, dan aku harap besok kita akan berjumpa lagi rembulan ku." ucap Elgar, meraih tangan kanan Saphire lalu mengecup punggung tangan nya. "Aku mengharapkan pertemuan itu." ucap Saphire lalu tersenyum manis. Elgar terhipnotis dengan senyuman itu, entah apa keinginan ibu dari kekasih nya hingga melahirkan anak yang nyaris
Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken
"Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu
"Apa kamu menunggu lama?" tanya Miguel.Posisi Saphire yang sebelumnya membelakangi Miguel, kini mereka berdua tengah berhadapan. Saphire memperhatikan penampilan yang berbeda dari Miguel, tentunya dengan memakai pakaian Olahraga klub polo nya. "Tidak, mungkin karena aku bersama teman di sini." balas Saphire."Teman?" Miguel tidak salah mendengar bukan? tidak ada siapapun di sekitar Saphire sedari tadi."Kuda mu, Miguel." "Ah, kalian sudah berteman rupanya.""Benar, tadi pun aku sempat untuk memberikan nya rumput." "Rumput? dari mana?" "Ada yang memberikan nya tadi, tidak masalah kan?" "Ya tidak apa apa." Tangan Miguel bergerak membuka pintu kandang kuda milik nya, di raih nya tali pada kuda dan menuntun ke lapangan. "Saphire, kamu bisa menunggu di sana bersama gadis lain. Buat nyaman diri mu, dan duduk di mana saja sesuai dengan keinginan mu." ujar Miguel tadi sebelum terjun ke lapangan. Mendengar penuturan dari Miguel tadi, Saphire menuruti nya. Ia menempati tempat duduk yan
"Ngomong ngomong Miguel." panggil Saphire masih terdengar sopan di telinga Miguel."Kenapa?" "Apakah orang yang tadi mengajak berbicara adalah teman mu?" "Ya, dan mungkin hanya satu satunya teman ku." Jawaban dari Miguel mengundang rada penasaran Saphire. "Apa aku tidak di anggap sebagai teman mu?" "Haha, itu persoalan yang berbeda untuk ku." "Kenapa begitu" "Apa ada sesuatu yang bisa kamu berikan pada ku?" tanya Miguel mengalihkan pembicaraan.Saphire yang mengerti kalau Miguel tidak ingin membahasnya lebih lanjut memilih untuk diam, dan kembali merasa bingung dengan pertanyaan dari Miguel. "Sesuatu yang di berikan?" "Ya.""Untuk apa?" "Kami di klub Polo meyakini jika mendapatkan barang dari gadis terkasih nya, akan di anggap sebagai berkat yang selalu menyertai terutama ketika turun ke lapangan." balas Miguel."Tetapi, bukan nya sekarang hanya latihan saja? maksudku apa memang harus?" "Sama saja, mau latihan ataupun perlombaan, itu akan kami hargai dan menjaga nya sepenuh h
Benar saja, Saphire di bawa oleh Miguel ke tempat latihan Polo nya. Mata Saphire tengah di suguhi dengan banyak nya kuda di dalam kandang, kepala mereka menyembul keluar dan ada juga yang sedang di beri rumput.Mengingat Miguel akan latihan, Saphire merasa lingkungan sekitarnya sudah mulai ramai dengan banyak orang, mungkin teman teman satu klub Miguel. Beberapa di antara mereka juga ada yang membawa seorang gadis yang bisa di lihat status mereka sepasang kekasih ataupun sepasang tunangan. Sedangkan Saphire di sini sebagai apa? hanya menemani Miguel yang ia harap akan berjalan lancar tanpa ada yang menghambat. "Ayo, aku akan menunjukan kuda milik ku." ajak Miguel, yang melihat Saphire sangat sibuk dengan melihat lihat sekitar."Maaf aku tidak fokus, aku sangat tertarik dengan lingkungan di sini, sangat indah." balas Saphire menatap wajah Miguel. "Kamu menyukai nya?" "Tentu saja." "Maka aku akan selalu mengajak mu." "Memang aku sudah meng iya kan?" "Aku tidak butuh persetujuan i
"Istirahat tadi, kamu kemana saja Saphire?" tanya Maria."Aku bertemu dengan seseorang, kenapa bertanya? urusan mu dengan dengan klub paduan suara hanya sebentar saja?" "Benar, pada saat aku kembali ke dalam kelas aku tidak menemukan mu, dan sengaja aku mencari ke kantin juga tidak ada." "Aku akan ikut klub kerajinan tanah liat." putus Saphire. Tentunya mendapatkan dukungan dari Maria, bagaimana tidak? Maria melihat Saphire yang sudah dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang. "Aku senang mendengarnya, lalu di mana itu? dan kapan mulai untuk mu?" "Ruangan nya tepat di ujung, tidak begitu banyak yang menjangkau. Dan untuk ku pertama memulai di hari jumat nanti." "Buat kan aku cangkir pertama mu ya." pinta Maria. "Tentu, akan aku usahakan." Saphire dan Maria melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat menunggu jemputan, tentunya seperti biasa Saphire hanya mengantar saja anggapan nya sekalian saja menuju gerbang pulang. "Jarang sekali supir mu sudah datang Maria." ucap Saphir
Saat ini Saphire tengah berjalan mengikuti kedua teman baru nya itu menuju tempat kegiatan kerajinan tanah liat berada.Ia kira kegiatan itu tidak langsung hari ini ia ikuti, tapi ternyata boleh di ikuti dengan segera. Karena Saphire yang tidak ada kegiatan dan juga sedang mengalihkan pikiran nya, jadilah dia sekarang ikut kegiatan.Dan lagi, mengingat apa yang di lakukan oleh Roblyn dan Becca membuat Saphire terharu. Mereka masih memakan makanan kecil yang ia bawa tadi padahal sudah menyentuh tanah. Dengan anggapan kata mereka kalau makanan itu di kemas dengan rapat jadi tidak kotor sama sekali. Saphire terharu dengan perbuatan mereka berdua yang dapat menghargai sesuatu yang tidak penting tetapi menjadi penting untuk orang lain. "Saphire, kamu mau pergi ke mana?" tanya Becca yang menyadarkan Saphire karena terus berjalan. "Ah aku kira kita masih berjalan." dengan rasa malu Saphire berjalan kembali mendekati sepasang kekasih itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Becca."Tid
Tidak ada yang berbeda dengan Royal setiap harinya, mungkin akan berbeda jika adanya acara acara yang di adakan. Mengingat saat ini hanya akan ada hari hari biasa dan juga untuk kedepan nya, jadi hari itu akan sama saja tidak ada yang spesial, terkecuali bila ada kejadian yang tidak di duga duga, kejadian yang sama sekali tidak tertera di kalender sekalipun.Saphire bersama Maria tengah berjalan jalan di sekitar koridor Royal, mereka hanya menghabiskan waktu sebelum masuk nanti. Maria yang melihat lihat sekitar dan sesekali menyapa, sementara Saphire berjalan di selingi dengan membaca buku yang ada di tangan nya. "Saphire bagaimana menurut mu tentang orang ketiga di dalam hubungan orang lain?" tanya Maria masih berjalan. Tentunya mendengar apa yang di tanyakan oleh Maria membuat Saphire seperti terkena petir di pagi bolong ini, apa Maria sedang membahas tentang dirinya? apa Maria merasa jijik dengan teman nya yang berhubungan dengan Elgar di belakang status pertunangan dengan Milya
Miguel kira Saphire akan menemui Elgar nanti, ternyata saat ini juga. Sekarang saja mereka berjalan ke arah penjara yang sepertinya Elgar di bawa ke sana oleh para pengawal. Miguel sendiri tidak yakin kalau pengawal di sana akan mempersilahkan Saphire masuk atau tidak, tapi sepertinya bisa saja karena Miguel yang mengikuti. Keduanya sudah berada di depan pintu menuju penjara, Saphire menatap Miguel untuk menambah keyakinan bahwa keputusan saat ini sudah lah tepat. Miguel mengangguk. "Biarkan kita masuk." ucap Miguel pada pengawal yang menjaga dan menghalangi mereka untuk masuk. "Baik Tuan." "Elgar di tempatkan di mana?" tanya Miguel."Putra Mahkota di tempatkan di penjara ujung Tuan." "Baik, terima kasih." balas Miguel.Miguel lebih dulu masuk lalu di ikuti oleh Saphire dari belakang, tidak melihat kanan kiri Saphire hanya fokus pada Elgar saja sekarang. Jujur saja, Saphire tidak tahu di mana penjara ujung itu, ia sudah percayakan pada Miguel. Duk! "Awh, Miguel kenapa berhenti