Share

Tiga

Sekarang Saphire sedang mengepang rambutnya lalu ia sampirkan ke bahu, masih ada anak anak rambut yang Saphire biarkan supaya menjadi pemanis saja. Kini ia memakai rok bermotif bunga dengan kaos putih polos berlengan panjang.

"Udah siap." ucap Saphire di depan cermin, lebih memastikan ia kembali bercermin dan meyakin kan kalau dirinya sudah siap.

Tujuan Saphire sampai berdandan hari ini adalah akan menemani Elgar latihan Anggar. Saphire juga sudah menyiapkan bekal untuk istirahat Elgar nanti.

Saphire pergi dengan menaiki kendaraan umum kereta kuda, sudah ada beberapa penumpang juga menaiki kereta kuda yang sama.

Memang di zaman ini, orang orang masih rajin menggunakan kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi, biasanya kebanyakan orang yang memiliki kendaraan pribadi seperti mobil berarti orang itu adalah orang kaya raya, yang harta nya melimpah.

Sebenarnya Saphire juga memiliki mobil di rumah, tapi mobil itu di pakai dinas oleh sang ayah ke Desa. Dan juga, kalau Saphire pakai untuk bepergian ia tidak akan bisa, karena tidak dapat mengendarai mobil, keluarga nya pun tidak memiliki semacam supir pribadi.

"Nak Saphire mau kemana ?? udah cantik begitu." tanya wanita paru baya dengan belanjaan yang di bawa, sepertinya ibu itu sudah dari pasar.

"Mau jalan jalan aja bu." rasa nya tidak mungkin kalau Saphire mengatakan jujur kalau sebenarnya ia akan menemani sang kekasih di tempat latihan Anggar, entah tapi ia merasa malu saja.

Tidak heran kalau di wilayah Desa nya Saphire terkenal di antara masyarakat, karena Saphire ini anak dari kepala desa ayah nya sendiri yang terkenal dengan kewibawaan dan tugas yang selalu di jalani dengan penuh tanggung jawab, di tambah lagi sang ibu yang aktif dalam kegiatan memberikan edukasi bersama ibu ibu yang lain.

"Ouh begitu nak, kalau begitu ibu turun di sini ya. Kamu hati hati."

"Ibu juga hati hati di jalan dan membawa barang." ucap Saphire.

Kereta kuda kembali berjalan, cuaca yang sedang mendukung membuat hati Saphire menjadi senang. Dari atas kereta kuda ia dapat melihat banyak kegiatan yang sedang terjadi di jalanan yang di lalui.

Ada yang sedang bertransaksi jual beli sayur, anak anak bermain, dan masih banyak lagi. Suasana ini yang akan dirinya rindukan kalau suatu saat ia tidak dapat tinggal di sini lagi.

Tak terasa perjalanan yang membutuhkan waktu lama, akhirnya Saphire sudah sampai. Tangan nya memberikan sejumlah uang, lalu berjalan ke arah gerbang putih, di dalam sana sang kekasih tengah berlatih.

"Hallo pak." sapa Saphire pada penjaga di sana.

"Ehh, nak Saphire udah sampai." dengan tergesa penjaga itu membuka kan pintu.

"Iya, baru aja. Kalau gitu masuk dulu ya pak."

"Iya, silahkan silahkan."

Jangan heran kalau penjaga tempat latihan Anggar Elgar sudah mengenal dekat dengan Saphire, saking sering nya Saphire menemani Elgar berlatih membuat gadis itu di kenal dengan orang orang di sana.

Terdengar suara dari balik pintu di hadapan Saphire itu, kegiatan berlatih masih berlangsung. Tangan Saphire meraih gagang pintu lalu membuka nya. Sudah di dalam Saphire berjalan sedikit lalu terdapat tangga yang ia naiki.

Berjajar kursi kursi, lalu Saphire mengambil tempat di samping seseorang yang sedang menemani seseorang juga sepertinya yang sedang berlatih.

Pergerakan Saphire membuat gadis yang sedang duduk memperhatikan kegiatan latihan di bawah sana menjadi teralihkan. "Loh, kamu sudah sampai."

"Seperti yang kamu lihat, Puspita."

"Kami sudah lama di sini??" tanya Saphire.

"Tidak juga, aku ke sini bersama Hilliam." balas Puspita.

Gadis yang bernama Puspita Gelia ini adalah kekasih dari Hilliam kawan nya Elgar. Saphire dan Puspita awal kenal karena sama sama menemani kekasih mereka latihan Anggar. Puspita tidak bersekolah di Royal karena tempatnya yang jauh dari kediaman nya.

Sambil menunggu sesi latihan selesai, mereka berdua larut dalam obrolan hingga tidak sadar orang yang mereka berdua tunggu menghampiri.

"Sedang membicarakan apa hingga kalian tidak sadar kita menjadi balik menunggu?" ucap Hilliam duduk di samping Puspita.

"Itu urusan perempuan." balas Puspita.

Sementara Saphire, sudah membuka bekal yang ka bawa. Ada nasi, olahan ayam, dan juga masakan sayur. Tidak lupa juga ia membawa pencuci mulut seperti biskuit gandum tidak terlalu manis di tambah air minum.

Di depan Saphire sudah ada Elgar yang siap menyantap makanan itu, latihan yang cukup panjang membuat nye kehilangan tenaga, dan sekarang tenaga nya akan di isi oleh kekasih cantik nya itu.

"Maaf ga bisa jemput, waktu latihan jadi maju." ucap Elgar sebelum menerima suapan pertama dari Saphire.

"Engga apa apa kok, aku bisa ke sini sendiri." balas Saphire, menyuapi Elgar.

"Ke sini naik apa??"

"Pake kereta kuda, udah lama aku engga naik kereta kuda rasanya jadi beda sekali."

"Bagian mana yang beda??"

"Suasana yang aku rindukan."

Saphire kembali mengingat melihat kegiatan kegiatan yang di lakukan ketika berada di atas kereta kuda.

"Sesekali kita bisa menggunakan kereta kuda untuk pergi ke Sekolah." ucap Elgar.

"Itu tidak perlu, kapan kapan kita berdua naik kereta kuda ya." ucap Saphire memandang Elgar.

"Akan aku usahakan." Elgar mengatakan hal tersebut karena ia tidak pasti akan melakukan nya atau tidak. Karena baru saja ia meminta pelatih untuk memadatkan jadwal latihan nya dan di setujui, latihan padat itu di mulai dari hari ini.

Saphire yang mengerti keadaan pun mengangguk tidak mengatakan apa apa lagi. Lagian hidup Elgar tidak selalu tentang dirinya, yang harus di turuti apa mau dirinya. Elgar memiliki tujuan di hidup nya sendiri, dan adanya Saphire mendampingi hingga Elgar dapat mecapai hal tersebut.

"Ini minum nya." Saphire memberikan botol pada Elgar, yang langsung di terima.

"Kalau sampai jam lima sore aku belum selesai, kamu bisa langsung pulang sama sopir di luar." ucap Elgat sambil berdiri, kegiatan istirahat nya sudah selesai dengan minum yang sudah di teguk itu.

"Iya Elgar, semangat latihan lagi." ucap Saphire.

"Terima kasih sayang." ucap Elgar, lelaki itu langsung pergi di susul Hilliam dari belakang.

Sepertinya sepasang pipi Saphire sudah mulai memerah, ia merasa pipinya ini memanas. Dan itu semua gara gara Elgaf.

"Jarang jarang di panggil sayang sama pangeran, sekali nya di panggil sayang langsung salah tingkah." ucap Puspita.

"Kamu benar." Saphire tidak menghindar, itu memang kenyataan nya.

"Aku jadi iri sama kamu." ucap Puspita.

"Iri kenapa?" tanya Saphire heran, padahal Hilliam lebih terlihat sangat mencintai Puspita.

"Bilang bilang sayang gitu, Hilliam tidak pernah."

"Mungkin Elgar tadi engga sengaja aja."

"Masa di sengaja."

Saphire bersama Puspita melihat sesi latihan yang berjalan kembali, ternyata Elgar melawan Hilliam. Walau pakaian yang di gunakan terlibat sama dengan penutup wajah itu, Saphire dapat mengenali pasti yang mana Elgar yang mana Hilliam.

"Kekasih kita sangat hot bukan?" ucap Puspita menggoda.

Saphire hanya tersenyum kecil menanggapi nya, ia sangat bangga pada sosok Elgar yang berkeinginan untuk bangkit setelah kekalahan yang di alami.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status