Saat ini mobil yang di kendarai oleh Elgar sudah terparkir di depan kediaman Saphire, lelaki itu berniat untuk menjemput sang kekasih dan berangkat bersama ke Sekolah.
Elgar masih fokus pada handphone nya hingga suara pintu mobil terbuka, lalu nampak perawakan Saphire yang sudah masuk, tengah merunduk merapikan ikat pinggang. "Satu... Dua... Tiga.. Tada!!" pekik Saphire, sepasang tangan Saphire di tangkup pada pipi nya dan tersenyum manis menatap Elgar. "Apa ada yang berbeda?" tanya Saphire berharap Elgar menyadari nya. "Tidak ada." "Benarkah?" "Ya." "Kau yakin?" "Tentu." Senyum Saphire memudar seketika, dan mengalihkan perhatian nya pada handphone. Dirinya menjadi sangat malu karena terlalu percaya diri. Elgar sebenarnya sangat menyadari perubahan penampilan dari Saphire ini, dan Elgar sendiri mengakui bahwa perubahan pada Saphire itu sangat membuat nya lebih cantik dan anggun. "Helaian helaian rambut itu sangat cocok menutupi kening mu, dan juga di tambah dengan pin pin rambut ini." tangan Elgar memainkan pin rambut yang menempel di kepala Saphire. "Kamu cantik, Saphire ku." Elgar mulai fokus pada perjalanan setelah menyalakan mobil yang akan di kendarai. Saphire belum juga membuka mulut untuk mengucapkan apapun, karena ternyata Elgar se manis itu memperlakukan seorang perempuan. Walau hanya dirinya saja yang di perlakukan itu, dan berharap seperti itu dan tidak ada yang lain. "Makasih Elgar." ucap Saphire lirih. Elgar tidak menjawab nya, dan hanya tersenyum kecil menanggapi hak tersebut. Untuk saat ini ia belum tau hubungan mereka akan di bawa kemana, tapi biarkan untuk berjalan saja seperti ini. Tak terasa keduanya sudah sampai, dan Elgar memarkirkan mobil nya sesuai aturan. Setelah keduanya keluar, terlihat di sekitarnya ramai dengan orang orang. "Ini ada apa?" tanya Saphire. "Entah." balas Elgar. "Seperti nya berasal dari sana Elgar." tunjuk Saphire. Tanpa membalas lagi Elgar berjalan pada kerumunan itu, yang di ikuti oleh Saphire dari belakang. "Elgar, tunggu." Keduanya berusaha untuk melihat sesuatu apa yabg dapat menarik perhatian murid murid itu, apakah hal yang lucu? tapi terlihat semuanya memasang wajah tegang, hal yang sedih? sepertinya untuk beberapa orang saja. Dugh! Saphire mengusap kening nya, yang menabrak punggung Elgar. Ia kira Elgar masih berjalan menerobos kerumunan, ternyata mereka berdua sudah di posisi paling depan. Saphire seharusnya sudah tidak heran lagi karena posisi Elgar yang sebagai Putra Mahkota, membuat orang orang di kerumunan secara suka rela memberikan jalan, karena rasa hormat itu. Kepala Saphire mengintip dari samping tubuh tinggi Elgar, setelah melihat sekilas matanya langsung membulat, bahwa apa yang di lihat nya itu tidak benar. Hingga ia tak sadar kalau, ia sudah berdiri tepat di samping Elgar. "Ini tidak mungkin kan?" "Kenapa bisa?" ucap Saphire lagi dengan pelan. Ekspresi Elgar datar tidak ada ekspresi apapun yang ia perlihatkan, padahal hal tersebut mampu membuat terkejut orang yang melihatnya walau hanya sekilas. "Kita pergi dari sini." Elgar menggenggam tangan Saphire, lalu menarik nya keluar dari kerumunan. "Tapi Elgar." Saphire menahannya. "Cepat." ucap Elgar tidak bisa di bantah. Saphire hanya bisa mengikuti tanpa membantah, kepala nya merunduk merasa bersalah. Pasal nya, semua keramaian itu di sebab kan oleh ada nya orang sekarat dengan penuh luka juga darah yang terus keluar tergeletak di koridor Sekolah. Kenapa di sebutkan sekarat? karena memang terlihat seperti masih hidup, walau luka luka yabg di lihat sangat parah. Dan lagi, yang membuat Saphire sangat terkejut sekaligus merasa bersalah karena yang menjadi korban itu adalah orang yang sama dengan seseorang yang telah memotong rambut nya kemarin. Mengingat nya Saphire merasa bersalah, walau di pastikan Saphire memang sangat tidak bersalah dengan kasus ini. Elgar berhenti, dan berbalik melihat Saphire yang memasang wajah murung. Dagu Saphire di angkat Elgar hingga kedua nya saling pandang. "Kenapa?" tanya Elgar. "Orang itu, sama dengan orang yang kemarin potong rambut aku." balas Saphire. "Terus kenapa muram?" Saphire tidak menjawab nya sama sekali, hanya dari tatapan nya saja Elgar paham kalau Saphire merasa bersalah dan ketakutan. "Tenangkan diri mu." "Tidak bisa." Genggaman Saphire pada Elgar menguat. "Kasihan dia." Elgar menatap lekat wajah Saphire, memang kekasih nya ni gampang kasihan pada orang lain. Padahal orang itu tidak pants mendapat rasa kasihan dari Saphire. Diam diam Elgar merasa puas dengan hasil nya, masih untung Elgar tidak membuat orang itu benar benar pergi. Pelaku yang sebenarnya dari itu semua adalah Elgar sendiri. Ia merasa tidak nyaman apabila ada yang mengusik sesuatu miliknya, dan dari pada terus mengusik, lebih baik ia bereskan semuanya supaya tidak ada yang mengganggu lagi. "Elgar, aku ingin ke kelas." ucap Saphire. "Aku antar." Di kelas Saphire, masih sepi penghuni. Mungkin saja orang orang sedang fokus dengan kasus yang terjadi saat ini. Saphire menyimpan tas nya, dan duduk dengan nyaman di bangku. Elgar mengambil duduk di samping Saphire, tugas yang selanjutnya adalah bagaimana cara nya membuat suasana hati Saphire menjadi lebih baik. "Menurut kamu siapa yang udah jahat berbuat seperti itu?" tanya Saphire tiba tiba. "Mungkin seseorang yang merasa terganggu dengan dia." "Tapi itu berlebihan Elgar, dan kenapa kejadiannya bertepatan dengan dia yang memotong rambut ku kemarin?" "Itu semua hanya kebetulan semata." "Untuk saat ini aku percaya hal itu." ucap Saphire. Tingkatan mereka berdua berbeda, tetapi kenapa Saphire dengan lancang nya memanggil Elgar langsung dengan nama? karena itu keinginan dari Elgar sendiri, Saphire harus bisa menyesuaikan situasi mana yang ia harus benar benar menghormati Elgar dengan posisi nya sebagai Putra Mahkota. "Aku harus ke kelas, ada hal lain yang harus di kerjakan." Elgar berdiri dari bangku yang di duduki nya tadi. "Tentang Anggar?" tanya Saphire. "Tentang Anggar juga." balas Elgar. "Baiklah, semoga cepat selesai dan segera temui aku." ucap Saphire. "Sesuai keinginan mu." Elgar pergi dari sana menyisakan Saphire dengan kesunyian. Saphire menghela nafas panjang, sepertinya di waktu pertama tidak akan ada pembelajaran terlebih dahulu dengan tiba tiba ada orang tengah sekarat di sekitar Royal. Di sisi lain, Elgar menatap mobil mobil keamanan Kerajaan meninggalkan lingkungan Sekolah. Mata nya terus mengikuti mobil mobil itu hingga hilang dari pandangan. Terdengar langkah kaki yang terhenti dari belakang nya. Elgar tahu betul siapa orang itu. "Yang di maksud mu kemarin itu, ini?" "Benar, Hilliam." Dugaan Hilliam sangat tepat sasaran, kegaduhan ini semua berawal dari tindakan Elgar yang begitu terburu buru, dan mungkin sedikit gegabah. Keputusan yang di ambil Elgar sangat tidak pantas, tapi dari hal itu memperlihatkan kalau sosok Elgar tidak bisa tinggal diam kalau orang orang yang di sekitar nya merasa terganggu."Kalau Royal bukan Sekolah yang terpandang, kasus kemarin pasti udah bikin nama Royal buruk sekali." ucap Maria.Saphire dan Maria sedang berdiskusi di bangku mereka, pembelajaran sudah berakhir dan sekarang memasuki waktu istirahat. Karena terlalu malas pergi ke kantin yang akan sangat ramai, mereka berdua memutuskan untuk menunggu di kelas supaya kantin tidak terlalu berdesakan. Obrolan mereka tidak jauh dari kasus kemarin, dan mendapatkan kesimpulan kalau bisa saja ada seseorang yang dendam pada si korban."Tapi aku mengira kalau memang Elgar yang melakukan nya Saphire.""Kenapa bisa seperti itu, karena dia membela mu karena di perlakukan buruk pada saat itu." ucap Maria lagi. Saphire terdiam belum menanggapi, dan tak lama kepala nya mengangguk pertanda setuju. "Kamu bisa saja benar Maria. Mengingat semua orang yang pernah menyakiti ku, pasti tak lama akan berakhir buruk." "Itu tidak mungkin kamu Maria, selama di Royal ini aku hanya akrab dengan kalian berdua. Atau mungkin orang
Elgar Dominic memang di kenal oleh semua orang sosok yang di hormati karena latar belakang yang menyandang status sebagai Putra Mahkota. Status tersebut membuatnya menjadi yang paling tinggi di antara kalangan yang ada di seluruh Royal. Sikap nya yang semena mena untuk kebaikan sendiri dan orang sekitar sudah tidak aneh, lagi pula siapa yang akan berani melawan. Bahkan kalaupun Elgar bersalah, maka lelaki itu akan dengan mudah memutar balikan fakta yang ada. Menggunakan kekuasaan untuk kepentingannya sendiri, itu tidak sepenuh nya benar karena terkadang Elgar akan lebih peduli pada orang orang yang dekat dengan nya ketimbang orang lain yang bahkan tidak ada hubungan apa pun dengan dirinya. Dari hal tersebut, Elgar tidak pernah tunduk pada mereka yang memiliki tahta yang rendah siapa pun itu. Tetapi, ada satu hal yang tidak semua orang ketahui mengenai Elgar ini. Ia memiliki rasa segan pada sang ayah alias Raja dari Kerajaan EstFabula ini. Elgar tidak dapat membantah semua k
"Elgar." Tidak ada pilihan lain selain Saphire memilih untuk memanggil, dan mendekati Elgar juga perempuan yang ada di dalam rengkuhan kekasih nya itu. Wajah panik Elgar terlibat jelas kepanikan di sana, lelaki itu takut Saphire salah paham dengan posisi nya yang sekarang, bagaimana cara ia menjelaskan jikalau Saphire masih tidak percaya dengan keyakinan yang di berikan? "Aku menitipkan makanan pada teman mu di sana, jangan lupa untuk memakan nya ya." ucap Saphire.Memang sebelum memanggil Elgar tadi Saphire memilih untuk menitip kan roti juga susu yang ia bawa karena berniat akan langsung pulang saja. "Maaf aku tidak menepati perkataan ku yang akan menemani latihan mu hari ini, semoga hari mu menyenangkan." ucap Saphire.Dengan cepat Elgar menahan Saphire pergi, dan memilih untuk menarik si gadis ke luar ruangan. "Kenapa Elgar?" tanya Saphire."Aku sama dia ga ada apa apa Saphire, itu hanya pergerakan yang tidak di sengaja." ucap Elgar membela diri. "Maksud nya seperti apa? aku
Malam semakin larut tetapi Edwin tidak juga terlihat ada tanda tanda untuk beranjak dari tempat nya, Saphire kira tempat yang seperti ini tidak akan membuat nyaman Elgar yang setiap hari nya berdiam diri di tempat yang mewah dan tentunya menomor satukan kenyamanan. Sebaliknya di tempat Elgar duduk sekarang, Saphire yakin kalau posisi kekasih nya itu terasa pegal dan membuat tidak nyaman. "Ayo masuk lah untuk sebentar." ajak Saphire, tidak tega juga kalau lama lama di lihat.HapBukan ke dalam, Elgar malah melompat keluar. Saphire hampir jantungan di buatnya, karena pergerakan itu sangat spontan. "Berhati hati lah." Saphire memperingati. "Ya, aku harus pulang sekarang, dan aku harap besok kita akan berjumpa lagi rembulan ku." ucap Elgar, meraih tangan kanan Saphire lalu mengecup punggung tangan nya. "Aku mengharapkan pertemuan itu." ucap Saphire lalu tersenyum manis. Elgar terhipnotis dengan senyuman itu, entah apa keinginan ibu dari kekasih nya hingga melahirkan anak yang nyaris
Beberapa hari kemudian, festival pasar malam itu di adakan pada malam ini. Tentunya untuk masyarakat sekitar akan merasa terhibur dengan kegiatan tersebut. Memang awal nya ada lembaga yang akan mengadakan festival ini pada setiap bulan nya, tentu di daerah yang berbeda beda dengan waktu selama satu bulan lamanya. Mendengar hal itu, Saphire segera menghubungi Elgar untuk pergi bersama ke festival sesuai ucapan nya beberapa hari lalu di Sekolah. Saphire merasa senang dan akan memanjakan diri di sana dengan segala makanan juga permainan yang ada. Dan sekarang gadis itu sudah sampai di Festival, mata nya bagaikan di taburi dengan bintang karena berkat pantulan lampu. Saphire seorang diri, karena Elgar meminta untuk Saphire pergi lebih dulu dan dirinya akan menyusul nanti ketika urusan nya sudah selesai. Si gadis menerima nya dan tadi di antar oleh sang ayah ke Festival."Hal apa yang akan aku coba pertama kali?" saking banyak nya pedagang Saphire sampai bingung sendiri. "Goreng tahu
Tali rajutan yang di berikan Saphire kemarin, Elgar bawa kemana pun ia berada. Seperti sekarang, ia sedang mengenakan nya pada saat latihan Anggar. Elgar meneguk air minum nya dengan cepat, karena rasa lelah yang melanda, tak terasa juga kalau perlombaan sebentar lagi akan di mulai beberapa minggu lagi. Itu waktu yang akan terasa singkat nanti, dan Elgar berjanji pada dirinya akan memenangkan perlombaan itu. "Sepertinya latihan sekarang akan lebih cepat dari biasanya, akan langsung pulang saja atau kembali ke Sekolah?" tanya Hilliam."Aku akan kembali ke Sekolah saja." balas Elgar."Kenapa? setelah ini bisa saja langsung istirahat di kediaman mu bukan?" Hilliam merasa heran, orang lain menginginkan kebebasan dari pembelajaran Sekolah, tetapi Elgar malah memilih untuk kembali ke Sekolah? yang benar saja."Di hari ini, aku belum bertemu dengan Saphire." ucap Elgar. Hilliam menempelkan telapak tangan ke kening nya, ia melupakan sisi lain Elgar yang sangat mencintai Saphire hingga hamp
Saphire memoles pipinya hingga berwarna merah tipis. Kini ia sedang merias wajah nya karena tadi ketika di Sekolah Elgar mengajak nya untuk berkencan bersamaan juga dengan pasangan Hilliam dan Puspita. Pakaian yang di kenakan nya pun tidak begitu mewah, hanya dress berwarna cokelat tanpa lengan. Rambut yang di biarkan terurai begitu saja, dan menambahkan pin rambut emas berbentuk kupu kupu di kepala, terlihat sangat elegan. Saphire memasukan dompet dan barang bawaan nya ke dalam tas selempang berukuran kecil, yang tentu nya sangat cocok dengan pakaian yang sudah di kenakan. Dirinya masih menunggu Elgar yang katanya akan sedikit terlambat karena di hadang oleh sang ayah untuk menemui pertemuan dan meyakinkan kalau tidak akan lama.Walau Saphire tidak percaya dengan hal itu, tapi ia yakin kalau selama apapun Elgar akan menemui nya jika memang sudah ada janji yang keluar dari mulut Elgar sendiri.Terdengar suara mobil dari luar rumah, yang Saphire tahu betul mobil siapa yang terdengar
Tepat hari ini, menjadi hari pertama Saphire menantikan Elgar yang berlatih tiada henti hingga tidak memiliki waktu untuk orang lain selain pelatih dan teman se club Anggar nya. Saphire akan melewatinya dengan mudah, karena mengingat bukan kali ini saja ia menunggu Elgar, tapi sudah beberapa kali dan yang sekarang sudah ke sekian kali nya. "Bagaimana kabar mu Maria?" tanya Saphire setelah menyimpan tas Sekolah. "Aku seperti biasa, bagaimana dengan mu?" tanya Maria. "Aku baik, dan sekarang menjadi hari pertama menunggu Elgar hingga sesi kegiatan latihan dan lomba nya selesai." ucap Saphire. "Aku harusnya sudah menduganya kalau, pasti di kehidupan mu akan ada sangkut paut dengan Elgar." bisa di bilang Maria ini adalah saksi hidup kisah pasangan Elgar dan Saphire. Saphire hanya tersenyum tipis, lalu melanjutkan. "Tapi entah kenapa, kalau untuk yang kali ini agak sedikit berbeda." tidak di pungkiri juga kalau Saphire merasa aneh dengan firasatnya itu. "Itu hanya perasaan mu s