Share

Tujuh

Saat ini mobil yang di kendarai oleh Elgar sudah terparkir di depan kediaman Saphire, lelaki itu berniat untuk menjemput sang kekasih dan berangkat bersama ke Sekolah.

Elgar masih fokus pada handphone nya hingga suara pintu mobil terbuka, lalu nampak perawakan Saphire yang sudah masuk, tengah merunduk merapikan ikat pinggang.

"Satu...

Dua...

Tiga..

Tada!!" pekik Saphire, sepasang tangan Saphire di tangkup pada pipi nya dan tersenyum manis menatap Elgar.

"Apa ada yang berbeda?" tanya Saphire berharap Elgar menyadari nya.

"Tidak ada."

"Benarkah?"

"Ya."

"Kau yakin?"

"Tentu."

Senyum Saphire memudar seketika, dan mengalihkan perhatian nya pada handphone. Dirinya menjadi sangat malu karena terlalu percaya diri.

Elgar sebenarnya sangat menyadari perubahan penampilan dari Saphire ini, dan Elgar sendiri mengakui bahwa perubahan pada Saphire itu sangat membuat nya lebih cantik dan anggun.

"Helaian helaian rambut itu sangat cocok menutupi kening mu, dan juga di tambah dengan pin pin rambut ini." tangan Elgar memainkan pin rambut yang menempel di kepala Saphire.

"Kamu cantik, Saphire ku." Elgar mulai fokus pada perjalanan setelah menyalakan mobil yang akan di kendarai.

Saphire belum juga membuka mulut untuk mengucapkan apapun, karena ternyata Elgar se manis itu memperlakukan seorang perempuan. Walau hanya dirinya saja yang di perlakukan itu, dan berharap seperti itu dan tidak ada yang lain.

"Makasih Elgar." ucap Saphire lirih.

Elgar tidak menjawab nya, dan hanya tersenyum kecil menanggapi hak tersebut. Untuk saat ini ia belum tau hubungan mereka akan di bawa kemana, tapi biarkan untuk berjalan saja seperti ini.

Tak terasa keduanya sudah sampai, dan Elgar memarkirkan mobil nya sesuai aturan. Setelah keduanya keluar, terlihat di sekitarnya ramai dengan orang orang.

"Ini ada apa?" tanya Saphire.

"Entah." balas Elgar.

"Seperti nya berasal dari sana Elgar." tunjuk Saphire.

Tanpa membalas lagi Elgar berjalan pada kerumunan itu, yang di ikuti oleh Saphire dari belakang.

"Elgar, tunggu."

Keduanya berusaha untuk melihat sesuatu apa yabg dapat menarik perhatian murid murid itu, apakah hal yang lucu? tapi terlihat semuanya memasang wajah tegang, hal yang sedih? sepertinya untuk beberapa orang saja.

Dugh!

Saphire mengusap kening nya, yang menabrak punggung Elgar. Ia kira Elgar masih berjalan menerobos kerumunan, ternyata mereka berdua sudah di posisi paling depan.

Saphire seharusnya sudah tidak heran lagi karena posisi Elgar yang sebagai Putra Mahkota, membuat orang orang di kerumunan secara suka rela memberikan jalan, karena rasa hormat itu.

Kepala Saphire mengintip dari samping tubuh tinggi Elgar, setelah melihat sekilas matanya langsung membulat, bahwa apa yang di lihat nya itu tidak benar. Hingga ia tak sadar kalau, ia sudah berdiri tepat di samping Elgar.

"Ini tidak mungkin kan?"

"Kenapa bisa?" ucap Saphire lagi dengan pelan.

Ekspresi Elgar datar tidak ada ekspresi apapun yang ia perlihatkan, padahal hal tersebut mampu membuat terkejut orang yang melihatnya walau hanya sekilas.

"Kita pergi dari sini." Elgar menggenggam tangan Saphire, lalu menarik nya keluar dari kerumunan.

"Tapi Elgar." Saphire menahannya.

"Cepat." ucap Elgar tidak bisa di bantah.

Saphire hanya bisa mengikuti tanpa membantah, kepala nya merunduk merasa bersalah.

Pasal nya, semua keramaian itu di sebab kan oleh ada nya orang sekarat dengan penuh luka juga darah yang terus keluar tergeletak di koridor Sekolah. Kenapa di sebutkan sekarat? karena memang terlihat seperti masih hidup, walau luka luka yabg di lihat sangat parah.

Dan lagi, yang membuat Saphire sangat terkejut sekaligus merasa bersalah karena yang menjadi korban itu adalah orang yang sama dengan seseorang yang telah memotong rambut nya kemarin.

Mengingat nya Saphire merasa bersalah, walau di pastikan Saphire memang sangat tidak bersalah dengan kasus ini.

Elgar berhenti, dan berbalik melihat Saphire yang memasang wajah murung. Dagu Saphire di angkat Elgar hingga kedua nya saling pandang.

"Kenapa?" tanya Elgar.

"Orang itu, sama dengan orang yang kemarin potong rambut aku." balas Saphire.

"Terus kenapa muram?"

Saphire tidak menjawab nya sama sekali, hanya dari tatapan nya saja Elgar paham kalau Saphire merasa bersalah dan ketakutan.

"Tenangkan diri mu."

"Tidak bisa."

Genggaman Saphire pada Elgar menguat. "Kasihan dia."

Elgar menatap lekat wajah Saphire, memang kekasih nya ni gampang kasihan pada orang lain. Padahal orang itu tidak pants mendapat rasa kasihan dari Saphire.

Diam diam Elgar merasa puas dengan hasil nya, masih untung Elgar tidak membuat orang itu benar benar pergi. Pelaku yang sebenarnya dari itu semua adalah Elgar sendiri. Ia merasa tidak nyaman apabila ada yang mengusik sesuatu miliknya, dan dari pada terus mengusik, lebih baik ia bereskan semuanya supaya tidak ada yang mengganggu lagi.

"Elgar, aku ingin ke kelas." ucap Saphire.

"Aku antar."

Di kelas Saphire, masih sepi penghuni. Mungkin saja orang orang sedang fokus dengan kasus yang terjadi saat ini.

Saphire menyimpan tas nya, dan duduk dengan nyaman di bangku. Elgar mengambil duduk di samping Saphire, tugas yang selanjutnya adalah bagaimana cara nya membuat suasana hati Saphire menjadi lebih baik.

"Menurut kamu siapa yang udah jahat berbuat seperti itu?" tanya Saphire tiba tiba.

"Mungkin seseorang yang merasa terganggu dengan dia."

"Tapi itu berlebihan Elgar, dan kenapa kejadiannya bertepatan dengan dia yang memotong rambut ku kemarin?"

"Itu semua hanya kebetulan semata."

"Untuk saat ini aku percaya hal itu." ucap Saphire.

Tingkatan mereka berdua berbeda, tetapi kenapa Saphire dengan lancang nya memanggil Elgar langsung dengan nama? karena itu keinginan dari Elgar sendiri, Saphire harus bisa menyesuaikan situasi mana yang ia harus benar benar menghormati Elgar dengan posisi nya sebagai Putra Mahkota.

"Aku harus ke kelas, ada hal lain yang harus di kerjakan." Elgar berdiri dari bangku yang di duduki nya tadi.

"Tentang Anggar?" tanya Saphire.

"Tentang Anggar juga." balas Elgar.

"Baiklah, semoga cepat selesai dan segera temui aku." ucap Saphire.

"Sesuai keinginan mu." Elgar pergi dari sana menyisakan Saphire dengan kesunyian.

Saphire menghela nafas panjang, sepertinya di waktu pertama tidak akan ada pembelajaran terlebih dahulu dengan tiba tiba ada orang tengah sekarat di sekitar Royal.

Di sisi lain, Elgar menatap mobil mobil keamanan Kerajaan meninggalkan lingkungan Sekolah. Mata nya terus mengikuti mobil mobil itu hingga hilang dari pandangan.

Terdengar langkah kaki yang terhenti dari belakang nya. Elgar tahu betul siapa orang itu.

"Yang di maksud mu kemarin itu, ini?"

"Benar, Hilliam."

Dugaan Hilliam sangat tepat sasaran, kegaduhan ini semua berawal dari tindakan Elgar yang begitu terburu buru, dan mungkin sedikit gegabah. Keputusan yang di ambil Elgar sangat tidak pantas, tapi dari hal itu memperlihatkan kalau sosok Elgar tidak bisa tinggal diam kalau orang orang yang di sekitar nya merasa terganggu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status