"Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu
Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken
"Kau aku cari dari tadi ternyata ada di sini." Saphire mendekat pada Elgar yang tengah termenung sendirian di belakang Sekolah. Tempat itu sangat jarang di kunjungi oleh warga Sekolah sehingga sedikit kumuh dan tidak terawat. Dan Saphire merasakan lalu tahu betul kenapa kekasih nya itu berada di sini. Tangan lentik Saphire mengusap punggung tegap itu dengan kasih sayang "Kau, sudah melakukan semua usaha yang telah di persiapkan selama ini. Masih bisa latihan lagi ya, aku akan terus temani sampai kamu menjadi juara nya." Mendengar hal tersebut Elgar mengangkat pandangannya, menatap mata gadis yang di depannya itu begitu dalam "Aku janji bakal menang." ucap Elgar. Saphire menggeleng dan menangkup sepasang pipi Elgar "Engga apa apa, jangan di pikirkan hingga kamu terbebani kaya gini. Bangkit lagi, dan raih sama sama yaa." Elgar tidak dapat berkata-kata hanya gadis ini lah yang mamu membuatnya terdiam membuat kagum dengan setiap ucapan yang keluar dari bibir ranum nan tipis it
"Kamu pulang sama siapa?" tanya Maria. Maria Senja, teman Saphire yang selalu bersama dari mulai awal masuk di Sekolah Royal ini, mereka begitu akrab hingga bagaikan saudara. Sekarang sudah memasuki waktu pulang Sekolah, dan juga kegiatan hari ini tidak begitu banyak karena penyambutan itu. "Sama Elgar." jawab Saphire. "Iya ya, aku selalu lupa kalau kamu sudah memiliki kekasih." "Udah mau jalan tiga tahun, masa kawan ku ini masih pelupa." ucap Saphire sambil terkekeh. "Iya maaf, aku salah." sesal Maria. Tak lama, ada mobil berwarna hitam mewah berhenti di depan mereka berdua. Saphire sudah kenal pasti sosok yang menjalankan mobil ini, senyum nya merekah karena setiap hal yang berhubungan dengan kekasih nya itu memberikan efek kebahagiaan tersendiri. "Aku duluan ya, kalau gitu. Atau mau bareng aja??" tanya Saphire menawarkan pada Maria. Sontak membuat Maria menggeleng, ia tidak mau satu tempat dengan Elgar pangeran Royal itu, karena Maria sendiri tidak kuat dengan
Sekarang Saphire sedang mengepang rambutnya lalu ia sampirkan ke bahu, masih ada anak anak rambut yang Saphire biarkan supaya menjadi pemanis saja. Kini ia memakai rok bermotif bunga dengan kaos putih polos berlengan panjang. "Udah siap." ucap Saphire di depan cermin, lebih memastikan ia kembali bercermin dan meyakin kan kalau dirinya sudah siap. Tujuan Saphire sampai berdandan hari ini adalah akan menemani Elgar latihan Anggar. Saphire juga sudah menyiapkan bekal untuk istirahat Elgar nanti. Saphire pergi dengan menaiki kendaraan umum kereta kuda, sudah ada beberapa penumpang juga menaiki kereta kuda yang sama. Memang di zaman ini, orang orang masih rajin menggunakan kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi, biasanya kebanyakan orang yang memiliki kendaraan pribadi seperti mobil berarti orang itu adalah orang kaya raya, yang harta nya melimpah. Sebenarnya Saphire juga memiliki mobil di rumah, tapi mobil itu di pakai dinas oleh sang ayah ke Desa. Dan juga, kalau Saphire
Ternyata Elgar akan pulang lebih larut hari ini, dan Saphire berencana akan pulang mengingat ia hanya izin hingga sore hari saja. Elgar menyempatkan diri untuk mengantar Saphire hingga ke tempat mobil beserta supir nya berada. "Pak, anter Saphire pulang." ucap Elgar. "Baik Pangeran." bergegas sang supir menghidupkan mobil untuk di panaskan terlebih dahulu. Waktu tersebut di manfaatkan untuk waktu Elgar dan Saphire berbicara. "Besok ke Sekolah sendiri tidak apa?" tanya Elgar. "Kenapa?" itu hanya sekedar pertanyaan pada Elgar bukan seperti pertanyaan menuntut. "Kalau aku tidak bisa berurusan dengan mu, itu tandanya ada urusan untuk Anggar." ucap Elgar. "Jadi di hidup kamu hanya Aku dan Anggar saja??" tanya Saphire dengan senyum yang menggoda Elgar. "Lebih tepatnya untuk saat ini, kesibukan ku di isi dengan kamu dan Anggar." Elgat menjelaskan. "Ouh begitu, baiklah. Sampai ketemu besok kalau begitu Pangeran Mahkota." "Juga, sayang ku." Jangan tanya bagaimana keadaa
Bruk "Terima kasih ayah, sudah antar Sekolah." ucap Saphire dari luar mobil yang jendela nya terbuka. "Sudah tugas ayah, pulang nya jemput lagi?" tanya sang ayah. "Nanti Saphire kabarin." "Belajar yang giat." "Baik ayah, hati hati di jalan." Saphire berbalik melangkah memasuki Sekolah, sudah banyak yang datang karena memang kedisiplinan yang di tanam sedari awal, yang menjadi kebiasaan. Sebenarnya tidak banyak orang yang Saphire kenal, ia hanya keikut terkenal karena sang kekasih yang seorang putera mahkota itu. Dan apabila Elgar tidak bersama nya sekarang seperti ini, semua orang terlihat mengacuhkan nya dan seperti tidak melihat dirinya. Saohire awal nya berusaha untuk acuh tapi tatapan intimidasi itu tidak dapat ia hindari setiap hari nya. "Aku baru tau kalau Sekolah kita ada anak yang pake mobil rusak." Dari kalimat itu mengundang gelak tawa sekitar, satu per satu orang datang mengerubuni Saphire. Saphire sendiri tidak mengerti apa yang terjadi sekarang, apa
"Aku bingung, menurut kamu bagus yang mana?" "Yang kanan atau yang kiri? aku engga bisa pilih soalnya menggemaskan semua." Elgar melihat kedua pin rambut yang berada di atas telapak tangan nya Saphire. Benar apa yang kata gadis nya itu bilang kalau kedua pin rambut itu sangat cocok untuk perempuan cantik seperti Saphire ini. "Ambil dua dua nya aja." ucap Elgat memberi keputusan. "Tapi takut engga ke pake salah satu nya." balas Saphire. "Kamu bisa pake bergantian." "Iya ya, kamu bener juga. Tadinya aku engga mau berlebihan, tapi kalau yang lucu lucu gini mana tahan haha." ujar Saphire, yang mampu menerbitkan senyum tipis dari Elgar. Setelah membayar, mereka berdua masuk kembali ke dalam mobil dan menuju rumah Saphire. Acara jalan jalan setelah sepulang Sekolah mereka harus batal karena terdapat panggilan mendadak dari pelatih Anggar Elgar, kalau ada latihan hari ini. "Engga apa apa ga jadi main?" tanya Elgar. "Engga apa apa, kamu harus latihan. Aku temenin yah?"
Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken
"Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu
"Apa kamu menunggu lama?" tanya Miguel.Posisi Saphire yang sebelumnya membelakangi Miguel, kini mereka berdua tengah berhadapan. Saphire memperhatikan penampilan yang berbeda dari Miguel, tentunya dengan memakai pakaian Olahraga klub polo nya. "Tidak, mungkin karena aku bersama teman di sini." balas Saphire."Teman?" Miguel tidak salah mendengar bukan? tidak ada siapapun di sekitar Saphire sedari tadi."Kuda mu, Miguel." "Ah, kalian sudah berteman rupanya.""Benar, tadi pun aku sempat untuk memberikan nya rumput." "Rumput? dari mana?" "Ada yang memberikan nya tadi, tidak masalah kan?" "Ya tidak apa apa." Tangan Miguel bergerak membuka pintu kandang kuda milik nya, di raih nya tali pada kuda dan menuntun ke lapangan. "Saphire, kamu bisa menunggu di sana bersama gadis lain. Buat nyaman diri mu, dan duduk di mana saja sesuai dengan keinginan mu." ujar Miguel tadi sebelum terjun ke lapangan. Mendengar penuturan dari Miguel tadi, Saphire menuruti nya. Ia menempati tempat duduk yan
"Ngomong ngomong Miguel." panggil Saphire masih terdengar sopan di telinga Miguel."Kenapa?" "Apakah orang yang tadi mengajak berbicara adalah teman mu?" "Ya, dan mungkin hanya satu satunya teman ku." Jawaban dari Miguel mengundang rada penasaran Saphire. "Apa aku tidak di anggap sebagai teman mu?" "Haha, itu persoalan yang berbeda untuk ku." "Kenapa begitu" "Apa ada sesuatu yang bisa kamu berikan pada ku?" tanya Miguel mengalihkan pembicaraan.Saphire yang mengerti kalau Miguel tidak ingin membahasnya lebih lanjut memilih untuk diam, dan kembali merasa bingung dengan pertanyaan dari Miguel. "Sesuatu yang di berikan?" "Ya.""Untuk apa?" "Kami di klub Polo meyakini jika mendapatkan barang dari gadis terkasih nya, akan di anggap sebagai berkat yang selalu menyertai terutama ketika turun ke lapangan." balas Miguel."Tetapi, bukan nya sekarang hanya latihan saja? maksudku apa memang harus?" "Sama saja, mau latihan ataupun perlombaan, itu akan kami hargai dan menjaga nya sepenuh h
Benar saja, Saphire di bawa oleh Miguel ke tempat latihan Polo nya. Mata Saphire tengah di suguhi dengan banyak nya kuda di dalam kandang, kepala mereka menyembul keluar dan ada juga yang sedang di beri rumput.Mengingat Miguel akan latihan, Saphire merasa lingkungan sekitarnya sudah mulai ramai dengan banyak orang, mungkin teman teman satu klub Miguel. Beberapa di antara mereka juga ada yang membawa seorang gadis yang bisa di lihat status mereka sepasang kekasih ataupun sepasang tunangan. Sedangkan Saphire di sini sebagai apa? hanya menemani Miguel yang ia harap akan berjalan lancar tanpa ada yang menghambat. "Ayo, aku akan menunjukan kuda milik ku." ajak Miguel, yang melihat Saphire sangat sibuk dengan melihat lihat sekitar."Maaf aku tidak fokus, aku sangat tertarik dengan lingkungan di sini, sangat indah." balas Saphire menatap wajah Miguel. "Kamu menyukai nya?" "Tentu saja." "Maka aku akan selalu mengajak mu." "Memang aku sudah meng iya kan?" "Aku tidak butuh persetujuan i
"Istirahat tadi, kamu kemana saja Saphire?" tanya Maria."Aku bertemu dengan seseorang, kenapa bertanya? urusan mu dengan dengan klub paduan suara hanya sebentar saja?" "Benar, pada saat aku kembali ke dalam kelas aku tidak menemukan mu, dan sengaja aku mencari ke kantin juga tidak ada." "Aku akan ikut klub kerajinan tanah liat." putus Saphire. Tentunya mendapatkan dukungan dari Maria, bagaimana tidak? Maria melihat Saphire yang sudah dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang. "Aku senang mendengarnya, lalu di mana itu? dan kapan mulai untuk mu?" "Ruangan nya tepat di ujung, tidak begitu banyak yang menjangkau. Dan untuk ku pertama memulai di hari jumat nanti." "Buat kan aku cangkir pertama mu ya." pinta Maria. "Tentu, akan aku usahakan." Saphire dan Maria melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat menunggu jemputan, tentunya seperti biasa Saphire hanya mengantar saja anggapan nya sekalian saja menuju gerbang pulang. "Jarang sekali supir mu sudah datang Maria." ucap Saphir
Saat ini Saphire tengah berjalan mengikuti kedua teman baru nya itu menuju tempat kegiatan kerajinan tanah liat berada.Ia kira kegiatan itu tidak langsung hari ini ia ikuti, tapi ternyata boleh di ikuti dengan segera. Karena Saphire yang tidak ada kegiatan dan juga sedang mengalihkan pikiran nya, jadilah dia sekarang ikut kegiatan.Dan lagi, mengingat apa yang di lakukan oleh Roblyn dan Becca membuat Saphire terharu. Mereka masih memakan makanan kecil yang ia bawa tadi padahal sudah menyentuh tanah. Dengan anggapan kata mereka kalau makanan itu di kemas dengan rapat jadi tidak kotor sama sekali. Saphire terharu dengan perbuatan mereka berdua yang dapat menghargai sesuatu yang tidak penting tetapi menjadi penting untuk orang lain. "Saphire, kamu mau pergi ke mana?" tanya Becca yang menyadarkan Saphire karena terus berjalan. "Ah aku kira kita masih berjalan." dengan rasa malu Saphire berjalan kembali mendekati sepasang kekasih itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Becca."Tid
Tidak ada yang berbeda dengan Royal setiap harinya, mungkin akan berbeda jika adanya acara acara yang di adakan. Mengingat saat ini hanya akan ada hari hari biasa dan juga untuk kedepan nya, jadi hari itu akan sama saja tidak ada yang spesial, terkecuali bila ada kejadian yang tidak di duga duga, kejadian yang sama sekali tidak tertera di kalender sekalipun.Saphire bersama Maria tengah berjalan jalan di sekitar koridor Royal, mereka hanya menghabiskan waktu sebelum masuk nanti. Maria yang melihat lihat sekitar dan sesekali menyapa, sementara Saphire berjalan di selingi dengan membaca buku yang ada di tangan nya. "Saphire bagaimana menurut mu tentang orang ketiga di dalam hubungan orang lain?" tanya Maria masih berjalan. Tentunya mendengar apa yang di tanyakan oleh Maria membuat Saphire seperti terkena petir di pagi bolong ini, apa Maria sedang membahas tentang dirinya? apa Maria merasa jijik dengan teman nya yang berhubungan dengan Elgar di belakang status pertunangan dengan Milya
Miguel kira Saphire akan menemui Elgar nanti, ternyata saat ini juga. Sekarang saja mereka berjalan ke arah penjara yang sepertinya Elgar di bawa ke sana oleh para pengawal. Miguel sendiri tidak yakin kalau pengawal di sana akan mempersilahkan Saphire masuk atau tidak, tapi sepertinya bisa saja karena Miguel yang mengikuti. Keduanya sudah berada di depan pintu menuju penjara, Saphire menatap Miguel untuk menambah keyakinan bahwa keputusan saat ini sudah lah tepat. Miguel mengangguk. "Biarkan kita masuk." ucap Miguel pada pengawal yang menjaga dan menghalangi mereka untuk masuk. "Baik Tuan." "Elgar di tempatkan di mana?" tanya Miguel."Putra Mahkota di tempatkan di penjara ujung Tuan." "Baik, terima kasih." balas Miguel.Miguel lebih dulu masuk lalu di ikuti oleh Saphire dari belakang, tidak melihat kanan kiri Saphire hanya fokus pada Elgar saja sekarang. Jujur saja, Saphire tidak tahu di mana penjara ujung itu, ia sudah percayakan pada Miguel. Duk! "Awh, Miguel kenapa berhenti