Share

Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri
Menjadi Rebutan Putra Mahkota dan Anak Mentri
Penulis: Jehe

Satu

"Kau aku cari dari tadi ternyata ada di sini." Saphire mendekat pada Elgar yang tengah termenung sendirian di belakang Sekolah.

Tempat itu sangat jarang di kunjungi oleh warga Sekolah sehingga sedikit kumuh dan tidak terawat. Dan Saphire merasakan lalu tahu betul kenapa kekasih nya itu berada di sini.

Tangan lentik Saphire mengusap punggung tegap itu dengan kasih sayang "Kau, sudah melakukan semua usaha yang telah di persiapkan selama ini. Masih bisa latihan lagi ya, aku akan terus temani sampai kamu menjadi juara nya."

Mendengar hal tersebut Elgar mengangkat pandangannya, menatap mata gadis yang di depannya itu begitu dalam "Aku janji bakal menang." ucap Elgar. Saphire menggeleng dan menangkup sepasang pipi Elgar "Engga apa apa, jangan di pikirkan hingga kamu terbebani kaya gini. Bangkit lagi, dan raih sama sama yaa."

Elgar tidak dapat berkata-kata hanya gadis ini lah yang mamu membuatnya terdiam membuat kagum dengan setiap ucapan yang keluar dari bibir ranum nan tipis itu. Saphire menatap Elgar yakin "Aku temani." ucap Saphire.

"Ayo, sekarang kita pulang. Kamu juga pasti udah cape baru beres lomba tadi langsung ke sini." ucap Saphire, sambil tangan nya menggandeng tangan Elgar.

Lalu keduanya pergi dari sana dengan keadaan suasana hati yang sedikit lega, juga ketenangan mendera pada Elgar bersamaan dengan tangannya yang di genggam Saphire lembut.

Elgar bersama Saphire sudah berada di aula Sekolah Royal, di aula cukup ramai orang karena sedang merayakan kecil kecilan kemenangan dari beberapa mata lomba yang di ikuti siswa di Royal ini.

"Hallo semuanya, maaf menunggu Elgar lama." ucap Saphire begitu riang, mungkin Saphire sendiri tidak sadar kalau senyuman nya itu dapat memikat siapa saja yang berada di sana.

"Ouh, engga apa apa kita juga baru selesai makan."

"Kemana aja?" tanya Hilliam, satu satu nya teman Elgar dengan akrab.

"Belakang." balas Elgar dengan cuek.

Melihat Elgar sudah ada teman di sini, membuat Saphire melepaskan genggaman nya pada tangan Elgar. Perlakuan tersebut mengalihkan Elgar yang sedang berbicara dengan Hilliam. "Kenapa?" tanya Elgar pada Saphire.

"Kamu udah ada Hilliam di sini, aku ke sana dulu ya? kasihan Maria sendirian." ucap Saphire.

Tentunya keinginan terdalam dari hati Elgar adalah membuat Saphire terus bersama nya, tapi ia tidak boleh egois seperti itu. Alhasil Elgar mengangguk mengizinkan.

"Nanti kita ketemu lagi." ucap Saphire melemparkan senyuman dan pergi dari sana.

"Masih yakin buat bertahan sama hubungan kalian itu?" tiba tiba saja Hilliam berucap.

Elgar menatap kawan nya itu tidak terima, tapi tidak di pungkiri juga kalau pertanyaan itu harus ia persiapkan jawaban nya bila ada yang menanyakan nya kembali selain dari Hilliam.

"Ya, aku mencintai nya." ucap Elgar dengan pasti.

"Bagaimana dengan restu kedua Orang Tu mu?" tanya Hilliam lagi.

"Itu menjadi urusan nanti saja." setelah mengatakan itu Elgar pergi dari sana meninggalkan Hilliam.

"Hah, rumit sekali kalau di lihat lihat."

"Elgar tunggu aku." Hilliam menyusul Elgar dari belakang.

Memang Elgar dan Saphire ini adalah pasangan kekasih yang saling mencintai di tengah Sekolah Royal.

Sebelum nya, Sekolah Royal ini adalah Sekolah Menengah Atas yang sangat bergengsi dan juga terkenal dengan sistem pembelajaran nya. Itu hanya gambaran umum saja, tetapi yang membuat Sekolah Royal ini menjadi sangat unggul adalah Siswa siswa yang memiliki over power efek dari jabatan dan harta yang di miliki di kalangan masyarakat sekitar.

Semakin tinggi kedudukan atau jabatan, semakin banyak harta nya maka akan di segani di Sekolah Royal ini. Dan dari hal tersebut terdapat kesenjangan sosial di rasa, bahkan anak anak yang memiliki jabatan tinggi tidak segan untuk merundung anak anak yang di rasa kurang dalam kekuasaan yang orang tua nya miliki, sudah menjadi hal yang wajar di sana.

Dan kalaupun ada anak yang dapat masuk ke Sekolah Royal, tetapi kedua orang tua nya tidak memiliki jabatan di masyarakat, itu ada kemungkinan kalau seseorang itu mendapatkan beasiswa yang harus melalui tes kepintaran terlebih dahulu, atau Orang kaya yang berhutang budi dengan cara memberikan biaya bersekolah di Royal.

Melihat latar belakang dari Sekolah Royal ini, membuat Sekolah tidak dapat menerima anak dengan ekonomi menengah kebawah, semakin eksklusif dan tidak sembarangan saja orang berada bisa masuk ke sana, harus ada persyaratan yang wajib di penuhi.

Sementara itu, di bar tempat minuman tanpa ada alkohol Elgar duduk sambil memandangi ciptaan Tuhan yang begitu indah, siapa lagi kalau bukan Saphire yang juga tengah duduk berhadapan dengan sahabat nya sembari memakan dessert yang berada di depannya.

"Jangan terus di liat, engga akan kabur ini." ucap Hilliam yang entah kapan tapi lelaki itu sudah duduk di samping Elgar.

"Bukan urusan mu." balas Elgar.

"Bukan urusan aku, tapi nanti akan menjadi urusan ku." balas Hilliam tak mau kalah.

"Aku tidak butuh bantuan mu." ucap Elgar.

"Kita lihat, kalau ada yang terjadi dengan hubungan mu bersama Elok. Aku tidak akan ikut campur." ujar Hilliam, memang terkadang Elgar selalu meminta bantuan Hilliam sekedar untuk menanyakan saran atau tindakan langsung.

Kalau siswa di sini bilang, Hilliam Elmer sudah seperti tangan kanan dari Elgar. Walau kenyataan nya mereka berdua memiliki kedudukan yang sama di lihat dari kekuasaan kedua orang tua nya.

"Ya, tak perlu repot. Aku tidak suka ada orang lain yang ikut campur dalam hubungan kami berdua." ujar Elgar dengan masih tujuan pandang yang sama sedari tadi, mungkin tidak akan teralihkan sampai kegiatan nya selesai. Memang bagai poros hidup kah?

Hilliam yang masih setia berada di sana menatap kawan nya itu tidak percaya, apa yang telah Saphire berikan hingga Elgar menjadi seperti ini. Kemana Elgar yang dingin tak tersentuh dulu?

"Elgar, aku hanya ingin bilang. Jangan mencintai seseorang terlalu dalam, karena sakit nya tidak akan main main. Kau harus sudah tau resiko apa yang akan di terima kalau hubungan kalian terus di lanjutkan, bahkan ini tanpa sepengetahuan kedua orang tua mu." tidak bosan bosan nya Hilliam memberikan masukan pada Elgar mengenai kisah cinta nya.

"Aku sudah muak mendengarnya." padahal lain di mulut lain di pikiran Elgar, lelaki itu tentu sudah memikirkan dari jauh jauh hari mengenai hal ini, tapi Elgar memilih untuk menunggu waktu yang tepat jikalau suatu saat nanti harus mengatakan mengenai hubungannya bersama Saphire.

"Setelah ini, bagaimana dengan latihan Anggar mu nanti?" tanya Hilliam, mengalihkan topik pembicaraan yang sebelum nya agar suasana di sekitar mereka sedikit lebih mencair.

Sebelum menjawab Elgar menegak minuman milik nya hingga habis tak tersisa. "Aku akan meminta pelatih untuk membuat jadwal yang padat."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status