"Aku bingung, menurut kamu bagus yang mana?"
"Yang kanan atau yang kiri? aku engga bisa pilih soalnya menggemaskan semua." Elgar melihat kedua pin rambut yang berada di atas telapak tangan nya Saphire. Benar apa yang kata gadis nya itu bilang kalau kedua pin rambut itu sangat cocok untuk perempuan cantik seperti Saphire ini. "Ambil dua dua nya aja." ucap Elgat memberi keputusan. "Tapi takut engga ke pake salah satu nya." balas Saphire. "Kamu bisa pake bergantian." "Iya ya, kamu bener juga. Tadinya aku engga mau berlebihan, tapi kalau yang lucu lucu gini mana tahan haha." ujar Saphire, yang mampu menerbitkan senyum tipis dari Elgar. Setelah membayar, mereka berdua masuk kembali ke dalam mobil dan menuju rumah Saphire. Acara jalan jalan setelah sepulang Sekolah mereka harus batal karena terdapat panggilan mendadak dari pelatih Anggar Elgar, kalau ada latihan hari ini. "Engga apa apa ga jadi main?" tanya Elgar. "Engga apa apa, kamu harus latihan. Aku temenin yah?" ucap Saphire entah yang ke seberapa kali nya, tawaran itu harus di tolak oleh Elgar sendiri bukan karena tidak ingin di temani, melainkan Elgar memikirkan kondisi dari Saphire yang pasti kelelahan setelah sepulang Sekolah, di tambah lagi dengan kejadian tadi pagi yang harus mengorbankan rambut cantik itu. "Ga perlu, apa tadi aku bilang? istirahat di rumah." "Masih ada hari lain kalau kamu mau temenin aku Anggar." ucap Elgar lagi. "iya kalau gitu. Kamu semangat yaa." ujar Saphire. "Pasti, masuk rumah, aku liatin sampe kamu masuk." ucap Elgar. Saphire segera berjalan menuju depan pintu rumah nya, setelah di dorong nya pintu ia masuk dan sebelum itu menyempatkan diri untuk melambaikan tangan pada sang kekasih dan di tutup nya pintu. Elgar pergi dari sana dengan mobil nya, yang mencuri banyak perhatian. Sebenarnya sudah menjadi pemandangan yang tidak aneh untuk penduduk sana, karena saking sering nya Saphire di antar pulang oleh Elgar. Tapi daya pikat Elgar yang memang seorang Putra Mahkota itu tidak dapat di abaikan begitu saja. Sesampainya di kamar, Saphire segera mengunci pintu lalu meletakan tas Sekolah nya ke atas tempat tidur. Ia duduk manis di depan cermin yang memperlihatkan kondisi wajah nya sekarang. Tangan lentik Saphire melepas pin rambut di kepala nya dan merapikan sejumput rambut yang di potong asal asalan itu. Setelah mengamati, Saphire mulai mengambil gunting yang ada di kamar nya dan perlahan mulai menggunting helaian rambut lain supaya terlihat sama. Dan juga merapikan sejumput potongan rambut yang di paksa itu. Untung saha potongan rambut itu tidak begitu pendek, sehingga masih bisa di atasi dengan baik. Dan lihat sekarang, yang semula rambut Saphire panjang sama rata, sekarang menjadi terdapat poni di kening nya, bisa di ke samping kan sehingga dapat terlihat kening, ataupun menutupi kening. Karena sudah di belikan pin rambut oleh Elgar, Saphire mencoba di pakaikan pada rambut nya dan terlihat sangat cantik dengan model poni itu. Ia menjadi tidak sabar untuk memperlihatkan nya pada Elgar, bagaimana reaksi lelaki itu nanti dengan penampilan Saphire yang baru? Ouh, dan jangan lupa Maria. Ia juga akan memperlihatkan nya pada Maria. Sementara itu, di sisi lain. Elgar tengah meminum air mineral yang berada di dalam botol, mata nya dengan sengit melihat ke arah pertarungan yang sedang terjadi. keringat nya bercucuran membasahi kaos yang di gunakan, sampai sampai terlihat lekuk tubuh atletis Elgar. Ia sedang beristirahat setelah latihan yang di lakukan. Terdapat notifikasi dari handphone nya yang membuat benda pipih itu bergetar, terlihat ada notifikasi dari kekasih hati nya yang menyampaikan kalau esok hari, ia memiliki kejutan. Sangat menggemaskan sekali, hingga Elgar tidak sudi kalau ada lelaki lain yang melirik milik nya itu. Rasa berbunga yang di ciptakan Saphire tidak bertahan lama, karena Elgar mengingat ia harus membereskan 'mereka' yang telah menganggu Saphire, ia tidak habis pikir kenapa bisa sampai memotong rambut indah itu, sedangkan Elgar sendiri untuk mengelusnya saja masih perlahan. Tangan Elgar dengan gencar mengetikan sesuatu pada handphone nya, lalu menempelkan pada telinga. "Coba cari tau siapa yang mengganggu Saphire tadi pagi." tidak menunggu jawaban dari sebrang sana Elgar langsung memutuskan sambungan telfon. Hilliam yang sudah berlatih itu mengambil tempat di samping Elgar, ia merasa kawan nya ini sedang dalam kondisi suasana hati yang buruk. "Kenapa?" tanya Hilliam, tangannya menerima botol minum yang di berikan Puspita. "Ouh iya, aku tidak melihat Saphire hari ini. Kemana dia?" tanya Hilliam lagi. "Aku minta untuk beristirahat saja di rumah." jawab Elgar. "Mengapa begitu?" bukan Hilliam yang bertanya, melain kan Puspita. "Dia mendapat penghinaan tadi pagi di Sekolah." ucap Elgar. "Baik, lalu kenapa sampai harus sebegitu nya?" ucap Hilliam yang di hadiahi tatapan tajam dari Elgar. "Rambut Saphire sampai di potong." "Kenapa sampai sebegitu nya?" tanya Puspita. Hilliam sudah tidak peduli dengan obrolan mereka berdua, karena bekal makanan yang di buat oleh Puspita tidak bisa berpaling. "Dari banyak siswa Royal, pasti masih ada orang yang tidak suka dengan hubungan kami berdua." ucap Elgar. "Dan di tambah lagi, tadu pagi kamu tidak berada di sisi nya kan?" tanya Puspita, karena ia mengetahui jadwal daei Hilliam yang sama dengan Elgar. "Ya, begitu lah." balas Elgar. "Kalian berdua memang terlihat saling memiliki cinta satu sama lain nya, kalau misal nya kalian sampai selesai aku yang sedih nya." ucap Puspita nyata. Walau pun nanti akan ada lagi hambatan di antara hubungan Saphire dan Elgar, mereka berdua harus bisa melewati nya. Karena yang Puspita lihat ya seperti itu, mereka berdua sudah sangat cocok untuk menjadi pasangan. Hilliam sendiri masih diam tak bergeming setelah mendengarkan kekasih nya mengatakan hal tersebut pada Elgar, Puspita tidak tau saja kalau hubungan yang ia banggakan mungkin tidak akan bertahan lama kalau sampai kedua orang tua Elgar sampai mengetahui nya. "Doa yang terbaik saja." ucap Hilliam setelah lama tidak bergeming. "Sampai kehidupan setelah menikah yaa." ucap Puspita yang sekaligus doa itu. Elgar hanya mengangguk saja, terbesit di pikiran nya kalau ia akan menugaskan beberapa penjaga untuk mengawasi Saphire, selama tidak bersama dengan Elgar. Tapi hal itu pasti akan di tolak keras oleh Saphire, dengan alasan segan begitu. Elgar tidak mempermasalahkan selagi kekasih nya itu baik baik saja. "Sudah selesai istirahat, kembali berlatih." ucap Pelatih. Dengan segera Elgar dan Hilliam berjalan ke tengah lapangan untuk menerima intrupsi selanjutnya.Saat ini mobil yang di kendarai oleh Elgar sudah terparkir di depan kediaman Saphire, lelaki itu berniat untuk menjemput sang kekasih dan berangkat bersama ke Sekolah. Elgar masih fokus pada handphone nya hingga suara pintu mobil terbuka, lalu nampak perawakan Saphire yang sudah masuk, tengah merunduk merapikan ikat pinggang. "Satu... Dua... Tiga.. Tada!!" pekik Saphire, sepasang tangan Saphire di tangkup pada pipi nya dan tersenyum manis menatap Elgar. "Apa ada yang berbeda?" tanya Saphire berharap Elgar menyadari nya. "Tidak ada." "Benarkah?" "Ya." "Kau yakin?" "Tentu." Senyum Saphire memudar seketika, dan mengalihkan perhatian nya pada handphone. Dirinya menjadi sangat malu karena terlalu percaya diri.Elgar sebenarnya sangat menyadari perubahan penampilan dari Saphire ini, dan Elgar sendiri mengakui bahwa perubahan pada Saphire itu sangat membuat nya lebih cantik dan anggun. "Helaian helaian rambut itu sangat cocok menutupi kening mu, dan juga di tambah dengan
"Kalau Royal bukan Sekolah yang terpandang, kasus kemarin pasti udah bikin nama Royal buruk sekali." ucap Maria.Saphire dan Maria sedang berdiskusi di bangku mereka, pembelajaran sudah berakhir dan sekarang memasuki waktu istirahat. Karena terlalu malas pergi ke kantin yang akan sangat ramai, mereka berdua memutuskan untuk menunggu di kelas supaya kantin tidak terlalu berdesakan. Obrolan mereka tidak jauh dari kasus kemarin, dan mendapatkan kesimpulan kalau bisa saja ada seseorang yang dendam pada si korban."Tapi aku mengira kalau memang Elgar yang melakukan nya Saphire.""Kenapa bisa seperti itu, karena dia membela mu karena di perlakukan buruk pada saat itu." ucap Maria lagi. Saphire terdiam belum menanggapi, dan tak lama kepala nya mengangguk pertanda setuju. "Kamu bisa saja benar Maria. Mengingat semua orang yang pernah menyakiti ku, pasti tak lama akan berakhir buruk." "Itu tidak mungkin kamu Maria, selama di Royal ini aku hanya akrab dengan kalian berdua. Atau mungkin orang
Elgar Dominic memang di kenal oleh semua orang sosok yang di hormati karena latar belakang yang menyandang status sebagai Putra Mahkota. Status tersebut membuatnya menjadi yang paling tinggi di antara kalangan yang ada di seluruh Royal. Sikap nya yang semena mena untuk kebaikan sendiri dan orang sekitar sudah tidak aneh, lagi pula siapa yang akan berani melawan. Bahkan kalaupun Elgar bersalah, maka lelaki itu akan dengan mudah memutar balikan fakta yang ada. Menggunakan kekuasaan untuk kepentingannya sendiri, itu tidak sepenuh nya benar karena terkadang Elgar akan lebih peduli pada orang orang yang dekat dengan nya ketimbang orang lain yang bahkan tidak ada hubungan apa pun dengan dirinya. Dari hal tersebut, Elgar tidak pernah tunduk pada mereka yang memiliki tahta yang rendah siapa pun itu. Tetapi, ada satu hal yang tidak semua orang ketahui mengenai Elgar ini. Ia memiliki rasa segan pada sang ayah alias Raja dari Kerajaan EstFabula ini. Elgar tidak dapat membantah semua k
"Elgar." Tidak ada pilihan lain selain Saphire memilih untuk memanggil, dan mendekati Elgar juga perempuan yang ada di dalam rengkuhan kekasih nya itu. Wajah panik Elgar terlibat jelas kepanikan di sana, lelaki itu takut Saphire salah paham dengan posisi nya yang sekarang, bagaimana cara ia menjelaskan jikalau Saphire masih tidak percaya dengan keyakinan yang di berikan? "Aku menitipkan makanan pada teman mu di sana, jangan lupa untuk memakan nya ya." ucap Saphire.Memang sebelum memanggil Elgar tadi Saphire memilih untuk menitip kan roti juga susu yang ia bawa karena berniat akan langsung pulang saja. "Maaf aku tidak menepati perkataan ku yang akan menemani latihan mu hari ini, semoga hari mu menyenangkan." ucap Saphire.Dengan cepat Elgar menahan Saphire pergi, dan memilih untuk menarik si gadis ke luar ruangan. "Kenapa Elgar?" tanya Saphire."Aku sama dia ga ada apa apa Saphire, itu hanya pergerakan yang tidak di sengaja." ucap Elgar membela diri. "Maksud nya seperti apa? aku
Malam semakin larut tetapi Edwin tidak juga terlihat ada tanda tanda untuk beranjak dari tempat nya, Saphire kira tempat yang seperti ini tidak akan membuat nyaman Elgar yang setiap hari nya berdiam diri di tempat yang mewah dan tentunya menomor satukan kenyamanan. Sebaliknya di tempat Elgar duduk sekarang, Saphire yakin kalau posisi kekasih nya itu terasa pegal dan membuat tidak nyaman. "Ayo masuk lah untuk sebentar." ajak Saphire, tidak tega juga kalau lama lama di lihat.HapBukan ke dalam, Elgar malah melompat keluar. Saphire hampir jantungan di buatnya, karena pergerakan itu sangat spontan. "Berhati hati lah." Saphire memperingati. "Ya, aku harus pulang sekarang, dan aku harap besok kita akan berjumpa lagi rembulan ku." ucap Elgar, meraih tangan kanan Saphire lalu mengecup punggung tangan nya. "Aku mengharapkan pertemuan itu." ucap Saphire lalu tersenyum manis. Elgar terhipnotis dengan senyuman itu, entah apa keinginan ibu dari kekasih nya hingga melahirkan anak yang nyaris
Beberapa hari kemudian, festival pasar malam itu di adakan pada malam ini. Tentunya untuk masyarakat sekitar akan merasa terhibur dengan kegiatan tersebut. Memang awal nya ada lembaga yang akan mengadakan festival ini pada setiap bulan nya, tentu di daerah yang berbeda beda dengan waktu selama satu bulan lamanya. Mendengar hal itu, Saphire segera menghubungi Elgar untuk pergi bersama ke festival sesuai ucapan nya beberapa hari lalu di Sekolah. Saphire merasa senang dan akan memanjakan diri di sana dengan segala makanan juga permainan yang ada. Dan sekarang gadis itu sudah sampai di Festival, mata nya bagaikan di taburi dengan bintang karena berkat pantulan lampu. Saphire seorang diri, karena Elgar meminta untuk Saphire pergi lebih dulu dan dirinya akan menyusul nanti ketika urusan nya sudah selesai. Si gadis menerima nya dan tadi di antar oleh sang ayah ke Festival."Hal apa yang akan aku coba pertama kali?" saking banyak nya pedagang Saphire sampai bingung sendiri. "Goreng tahu
Tali rajutan yang di berikan Saphire kemarin, Elgar bawa kemana pun ia berada. Seperti sekarang, ia sedang mengenakan nya pada saat latihan Anggar. Elgar meneguk air minum nya dengan cepat, karena rasa lelah yang melanda, tak terasa juga kalau perlombaan sebentar lagi akan di mulai beberapa minggu lagi. Itu waktu yang akan terasa singkat nanti, dan Elgar berjanji pada dirinya akan memenangkan perlombaan itu. "Sepertinya latihan sekarang akan lebih cepat dari biasanya, akan langsung pulang saja atau kembali ke Sekolah?" tanya Hilliam."Aku akan kembali ke Sekolah saja." balas Elgar."Kenapa? setelah ini bisa saja langsung istirahat di kediaman mu bukan?" Hilliam merasa heran, orang lain menginginkan kebebasan dari pembelajaran Sekolah, tetapi Elgar malah memilih untuk kembali ke Sekolah? yang benar saja."Di hari ini, aku belum bertemu dengan Saphire." ucap Elgar. Hilliam menempelkan telapak tangan ke kening nya, ia melupakan sisi lain Elgar yang sangat mencintai Saphire hingga hamp
Saphire memoles pipinya hingga berwarna merah tipis. Kini ia sedang merias wajah nya karena tadi ketika di Sekolah Elgar mengajak nya untuk berkencan bersamaan juga dengan pasangan Hilliam dan Puspita. Pakaian yang di kenakan nya pun tidak begitu mewah, hanya dress berwarna cokelat tanpa lengan. Rambut yang di biarkan terurai begitu saja, dan menambahkan pin rambut emas berbentuk kupu kupu di kepala, terlihat sangat elegan. Saphire memasukan dompet dan barang bawaan nya ke dalam tas selempang berukuran kecil, yang tentu nya sangat cocok dengan pakaian yang sudah di kenakan. Dirinya masih menunggu Elgar yang katanya akan sedikit terlambat karena di hadang oleh sang ayah untuk menemui pertemuan dan meyakinkan kalau tidak akan lama.Walau Saphire tidak percaya dengan hal itu, tapi ia yakin kalau selama apapun Elgar akan menemui nya jika memang sudah ada janji yang keluar dari mulut Elgar sendiri.Terdengar suara mobil dari luar rumah, yang Saphire tahu betul mobil siapa yang terdengar
Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken
"Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu
"Apa kamu menunggu lama?" tanya Miguel.Posisi Saphire yang sebelumnya membelakangi Miguel, kini mereka berdua tengah berhadapan. Saphire memperhatikan penampilan yang berbeda dari Miguel, tentunya dengan memakai pakaian Olahraga klub polo nya. "Tidak, mungkin karena aku bersama teman di sini." balas Saphire."Teman?" Miguel tidak salah mendengar bukan? tidak ada siapapun di sekitar Saphire sedari tadi."Kuda mu, Miguel." "Ah, kalian sudah berteman rupanya.""Benar, tadi pun aku sempat untuk memberikan nya rumput." "Rumput? dari mana?" "Ada yang memberikan nya tadi, tidak masalah kan?" "Ya tidak apa apa." Tangan Miguel bergerak membuka pintu kandang kuda milik nya, di raih nya tali pada kuda dan menuntun ke lapangan. "Saphire, kamu bisa menunggu di sana bersama gadis lain. Buat nyaman diri mu, dan duduk di mana saja sesuai dengan keinginan mu." ujar Miguel tadi sebelum terjun ke lapangan. Mendengar penuturan dari Miguel tadi, Saphire menuruti nya. Ia menempati tempat duduk yan
"Ngomong ngomong Miguel." panggil Saphire masih terdengar sopan di telinga Miguel."Kenapa?" "Apakah orang yang tadi mengajak berbicara adalah teman mu?" "Ya, dan mungkin hanya satu satunya teman ku." Jawaban dari Miguel mengundang rada penasaran Saphire. "Apa aku tidak di anggap sebagai teman mu?" "Haha, itu persoalan yang berbeda untuk ku." "Kenapa begitu" "Apa ada sesuatu yang bisa kamu berikan pada ku?" tanya Miguel mengalihkan pembicaraan.Saphire yang mengerti kalau Miguel tidak ingin membahasnya lebih lanjut memilih untuk diam, dan kembali merasa bingung dengan pertanyaan dari Miguel. "Sesuatu yang di berikan?" "Ya.""Untuk apa?" "Kami di klub Polo meyakini jika mendapatkan barang dari gadis terkasih nya, akan di anggap sebagai berkat yang selalu menyertai terutama ketika turun ke lapangan." balas Miguel."Tetapi, bukan nya sekarang hanya latihan saja? maksudku apa memang harus?" "Sama saja, mau latihan ataupun perlombaan, itu akan kami hargai dan menjaga nya sepenuh h
Benar saja, Saphire di bawa oleh Miguel ke tempat latihan Polo nya. Mata Saphire tengah di suguhi dengan banyak nya kuda di dalam kandang, kepala mereka menyembul keluar dan ada juga yang sedang di beri rumput.Mengingat Miguel akan latihan, Saphire merasa lingkungan sekitarnya sudah mulai ramai dengan banyak orang, mungkin teman teman satu klub Miguel. Beberapa di antara mereka juga ada yang membawa seorang gadis yang bisa di lihat status mereka sepasang kekasih ataupun sepasang tunangan. Sedangkan Saphire di sini sebagai apa? hanya menemani Miguel yang ia harap akan berjalan lancar tanpa ada yang menghambat. "Ayo, aku akan menunjukan kuda milik ku." ajak Miguel, yang melihat Saphire sangat sibuk dengan melihat lihat sekitar."Maaf aku tidak fokus, aku sangat tertarik dengan lingkungan di sini, sangat indah." balas Saphire menatap wajah Miguel. "Kamu menyukai nya?" "Tentu saja." "Maka aku akan selalu mengajak mu." "Memang aku sudah meng iya kan?" "Aku tidak butuh persetujuan i
"Istirahat tadi, kamu kemana saja Saphire?" tanya Maria."Aku bertemu dengan seseorang, kenapa bertanya? urusan mu dengan dengan klub paduan suara hanya sebentar saja?" "Benar, pada saat aku kembali ke dalam kelas aku tidak menemukan mu, dan sengaja aku mencari ke kantin juga tidak ada." "Aku akan ikut klub kerajinan tanah liat." putus Saphire. Tentunya mendapatkan dukungan dari Maria, bagaimana tidak? Maria melihat Saphire yang sudah dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang. "Aku senang mendengarnya, lalu di mana itu? dan kapan mulai untuk mu?" "Ruangan nya tepat di ujung, tidak begitu banyak yang menjangkau. Dan untuk ku pertama memulai di hari jumat nanti." "Buat kan aku cangkir pertama mu ya." pinta Maria. "Tentu, akan aku usahakan." Saphire dan Maria melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat menunggu jemputan, tentunya seperti biasa Saphire hanya mengantar saja anggapan nya sekalian saja menuju gerbang pulang. "Jarang sekali supir mu sudah datang Maria." ucap Saphir
Saat ini Saphire tengah berjalan mengikuti kedua teman baru nya itu menuju tempat kegiatan kerajinan tanah liat berada.Ia kira kegiatan itu tidak langsung hari ini ia ikuti, tapi ternyata boleh di ikuti dengan segera. Karena Saphire yang tidak ada kegiatan dan juga sedang mengalihkan pikiran nya, jadilah dia sekarang ikut kegiatan.Dan lagi, mengingat apa yang di lakukan oleh Roblyn dan Becca membuat Saphire terharu. Mereka masih memakan makanan kecil yang ia bawa tadi padahal sudah menyentuh tanah. Dengan anggapan kata mereka kalau makanan itu di kemas dengan rapat jadi tidak kotor sama sekali. Saphire terharu dengan perbuatan mereka berdua yang dapat menghargai sesuatu yang tidak penting tetapi menjadi penting untuk orang lain. "Saphire, kamu mau pergi ke mana?" tanya Becca yang menyadarkan Saphire karena terus berjalan. "Ah aku kira kita masih berjalan." dengan rasa malu Saphire berjalan kembali mendekati sepasang kekasih itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Becca."Tid
Tidak ada yang berbeda dengan Royal setiap harinya, mungkin akan berbeda jika adanya acara acara yang di adakan. Mengingat saat ini hanya akan ada hari hari biasa dan juga untuk kedepan nya, jadi hari itu akan sama saja tidak ada yang spesial, terkecuali bila ada kejadian yang tidak di duga duga, kejadian yang sama sekali tidak tertera di kalender sekalipun.Saphire bersama Maria tengah berjalan jalan di sekitar koridor Royal, mereka hanya menghabiskan waktu sebelum masuk nanti. Maria yang melihat lihat sekitar dan sesekali menyapa, sementara Saphire berjalan di selingi dengan membaca buku yang ada di tangan nya. "Saphire bagaimana menurut mu tentang orang ketiga di dalam hubungan orang lain?" tanya Maria masih berjalan. Tentunya mendengar apa yang di tanyakan oleh Maria membuat Saphire seperti terkena petir di pagi bolong ini, apa Maria sedang membahas tentang dirinya? apa Maria merasa jijik dengan teman nya yang berhubungan dengan Elgar di belakang status pertunangan dengan Milya
Miguel kira Saphire akan menemui Elgar nanti, ternyata saat ini juga. Sekarang saja mereka berjalan ke arah penjara yang sepertinya Elgar di bawa ke sana oleh para pengawal. Miguel sendiri tidak yakin kalau pengawal di sana akan mempersilahkan Saphire masuk atau tidak, tapi sepertinya bisa saja karena Miguel yang mengikuti. Keduanya sudah berada di depan pintu menuju penjara, Saphire menatap Miguel untuk menambah keyakinan bahwa keputusan saat ini sudah lah tepat. Miguel mengangguk. "Biarkan kita masuk." ucap Miguel pada pengawal yang menjaga dan menghalangi mereka untuk masuk. "Baik Tuan." "Elgar di tempatkan di mana?" tanya Miguel."Putra Mahkota di tempatkan di penjara ujung Tuan." "Baik, terima kasih." balas Miguel.Miguel lebih dulu masuk lalu di ikuti oleh Saphire dari belakang, tidak melihat kanan kiri Saphire hanya fokus pada Elgar saja sekarang. Jujur saja, Saphire tidak tahu di mana penjara ujung itu, ia sudah percayakan pada Miguel. Duk! "Awh, Miguel kenapa berhenti