Share

Enam

"Aku bingung, menurut kamu bagus yang mana?"

"Yang kanan atau yang kiri? aku engga bisa pilih soalnya menggemaskan semua."

Elgar melihat kedua pin rambut yang berada di atas telapak tangan nya Saphire. Benar apa yang kata gadis nya itu bilang kalau kedua pin rambut itu sangat cocok untuk perempuan cantik seperti Saphire ini.

"Ambil dua dua nya aja." ucap Elgat memberi keputusan.

"Tapi takut engga ke pake salah satu nya." balas Saphire.

"Kamu bisa pake bergantian."

"Iya ya, kamu bener juga. Tadinya aku engga mau berlebihan, tapi kalau yang lucu lucu gini mana tahan haha." ujar Saphire, yang mampu menerbitkan senyum tipis dari Elgar.

Setelah membayar, mereka berdua masuk kembali ke dalam mobil dan menuju rumah Saphire. Acara jalan jalan setelah sepulang Sekolah mereka harus batal karena terdapat panggilan mendadak dari pelatih Anggar Elgar, kalau ada latihan hari ini.

"Engga apa apa ga jadi main?" tanya Elgar.

"Engga apa apa, kamu harus latihan. Aku temenin yah?" ucap Saphire entah yang ke seberapa kali nya, tawaran itu harus di tolak oleh Elgar sendiri bukan karena tidak ingin di temani, melainkan Elgar memikirkan kondisi dari Saphire yang pasti kelelahan setelah sepulang Sekolah, di tambah lagi dengan kejadian tadi pagi yang harus mengorbankan rambut cantik itu.

"Ga perlu, apa tadi aku bilang? istirahat di rumah."

"Masih ada hari lain kalau kamu mau temenin aku Anggar." ucap Elgar lagi.

"iya kalau gitu. Kamu semangat yaa." ujar Saphire.

"Pasti, masuk rumah, aku liatin sampe kamu masuk." ucap Elgar.

Saphire segera berjalan menuju depan pintu rumah nya, setelah di dorong nya pintu ia masuk dan sebelum itu menyempatkan diri untuk melambaikan tangan pada sang kekasih dan di tutup nya pintu.

Elgar pergi dari sana dengan mobil nya, yang mencuri banyak perhatian. Sebenarnya sudah menjadi pemandangan yang tidak aneh untuk penduduk sana, karena saking sering nya Saphire di antar pulang oleh Elgar. Tapi daya pikat Elgar yang memang seorang Putra Mahkota itu tidak dapat di abaikan begitu saja.

Sesampainya di kamar, Saphire segera mengunci pintu lalu meletakan tas Sekolah nya ke atas tempat tidur.

Ia duduk manis di depan cermin yang memperlihatkan kondisi wajah nya sekarang. Tangan lentik Saphire melepas pin rambut di kepala nya dan merapikan sejumput rambut yang di potong asal asalan itu.

Setelah mengamati, Saphire mulai mengambil gunting yang ada di kamar nya dan perlahan mulai menggunting helaian rambut lain supaya terlihat sama. Dan juga merapikan sejumput potongan rambut yang di paksa itu. Untung saha potongan rambut itu tidak begitu pendek, sehingga masih bisa di atasi dengan baik.

Dan lihat sekarang, yang semula rambut Saphire panjang sama rata, sekarang menjadi terdapat poni di kening nya, bisa di ke samping kan sehingga dapat terlihat kening, ataupun menutupi kening.

Karena sudah di belikan pin rambut oleh Elgar, Saphire mencoba di pakaikan pada rambut nya dan terlihat sangat cantik dengan model poni itu.

Ia menjadi tidak sabar untuk memperlihatkan nya pada Elgar, bagaimana reaksi lelaki itu nanti dengan penampilan Saphire yang baru?

Ouh, dan jangan lupa Maria. Ia juga akan memperlihatkan nya pada Maria.

Sementara itu, di sisi lain. Elgar tengah meminum air mineral yang berada di dalam botol, mata nya dengan sengit melihat ke arah pertarungan yang sedang terjadi.

keringat nya bercucuran membasahi kaos yang di gunakan, sampai sampai terlihat lekuk tubuh atletis Elgar. Ia sedang beristirahat setelah latihan yang di lakukan.

Terdapat notifikasi dari handphone nya yang membuat benda pipih itu bergetar, terlihat ada notifikasi dari kekasih hati nya yang menyampaikan kalau esok hari, ia memiliki kejutan. Sangat menggemaskan sekali, hingga Elgar tidak sudi kalau ada lelaki lain yang melirik milik nya itu.

Rasa berbunga yang di ciptakan Saphire tidak bertahan lama, karena Elgar mengingat ia harus membereskan 'mereka' yang telah menganggu Saphire, ia tidak habis pikir kenapa bisa sampai memotong rambut indah itu, sedangkan Elgar sendiri untuk mengelusnya saja masih perlahan.

Tangan Elgar dengan gencar mengetikan sesuatu pada handphone nya, lalu menempelkan pada telinga.

"Coba cari tau siapa yang mengganggu Saphire tadi pagi." tidak menunggu jawaban dari sebrang sana Elgar langsung memutuskan sambungan telfon.

Hilliam yang sudah berlatih itu mengambil tempat di samping Elgar, ia merasa kawan nya ini sedang dalam kondisi suasana hati yang buruk.

"Kenapa?" tanya Hilliam, tangannya menerima botol minum yang di berikan Puspita.

"Ouh iya, aku tidak melihat Saphire hari ini. Kemana dia?" tanya Hilliam lagi.

"Aku minta untuk beristirahat saja di rumah." jawab Elgar.

"Mengapa begitu?" bukan Hilliam yang bertanya, melain kan Puspita.

"Dia mendapat penghinaan tadi pagi di Sekolah." ucap Elgar.

"Baik, lalu kenapa sampai harus sebegitu nya?" ucap Hilliam yang di hadiahi tatapan tajam dari Elgar.

"Rambut Saphire sampai di potong."

"Kenapa sampai sebegitu nya?" tanya Puspita.

Hilliam sudah tidak peduli dengan obrolan mereka berdua, karena bekal makanan yang di buat oleh Puspita tidak bisa berpaling.

"Dari banyak siswa Royal, pasti masih ada orang yang tidak suka dengan hubungan kami berdua." ucap Elgar.

"Dan di tambah lagi, tadu pagi kamu tidak berada di sisi nya kan?" tanya Puspita, karena ia mengetahui jadwal daei Hilliam yang sama dengan Elgar.

"Ya, begitu lah." balas Elgar.

"Kalian berdua memang terlihat saling memiliki cinta satu sama lain nya, kalau misal nya kalian sampai selesai aku yang sedih nya." ucap Puspita nyata. Walau pun nanti akan ada lagi hambatan di antara hubungan Saphire dan Elgar, mereka berdua harus bisa melewati nya. Karena yang Puspita lihat ya seperti itu, mereka berdua sudah sangat cocok untuk menjadi pasangan.

Hilliam sendiri masih diam tak bergeming setelah mendengarkan kekasih nya mengatakan hal tersebut pada Elgar, Puspita tidak tau saja kalau hubungan yang ia banggakan mungkin tidak akan bertahan lama kalau sampai kedua orang tua Elgar sampai mengetahui nya.

"Doa yang terbaik saja." ucap Hilliam setelah lama tidak bergeming.

"Sampai kehidupan setelah menikah yaa." ucap Puspita yang sekaligus doa itu.

Elgar hanya mengangguk saja, terbesit di pikiran nya kalau ia akan menugaskan beberapa penjaga untuk mengawasi Saphire, selama tidak bersama dengan Elgar.

Tapi hal itu pasti akan di tolak keras oleh Saphire, dengan alasan segan begitu.

Elgar tidak mempermasalahkan selagi kekasih nya itu baik baik saja.

"Sudah selesai istirahat, kembali berlatih." ucap Pelatih.

Dengan segera Elgar dan Hilliam berjalan ke tengah lapangan untuk menerima intrupsi selanjutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status