Beberapa hari kemudian, festival pasar malam itu di adakan pada malam ini. Tentunya untuk masyarakat sekitar akan merasa terhibur dengan kegiatan tersebut. Memang awal nya ada lembaga yang akan mengadakan festival ini pada setiap bulan nya, tentu di daerah yang berbeda beda dengan waktu selama satu bulan lamanya. Mendengar hal itu, Saphire segera menghubungi Elgar untuk pergi bersama ke festival sesuai ucapan nya beberapa hari lalu di Sekolah. Saphire merasa senang dan akan memanjakan diri di sana dengan segala makanan juga permainan yang ada. Dan sekarang gadis itu sudah sampai di Festival, mata nya bagaikan di taburi dengan bintang karena berkat pantulan lampu. Saphire seorang diri, karena Elgar meminta untuk Saphire pergi lebih dulu dan dirinya akan menyusul nanti ketika urusan nya sudah selesai. Si gadis menerima nya dan tadi di antar oleh sang ayah ke Festival."Hal apa yang akan aku coba pertama kali?" saking banyak nya pedagang Saphire sampai bingung sendiri. "Goreng tahu
Tali rajutan yang di berikan Saphire kemarin, Elgar bawa kemana pun ia berada. Seperti sekarang, ia sedang mengenakan nya pada saat latihan Anggar. Elgar meneguk air minum nya dengan cepat, karena rasa lelah yang melanda, tak terasa juga kalau perlombaan sebentar lagi akan di mulai beberapa minggu lagi. Itu waktu yang akan terasa singkat nanti, dan Elgar berjanji pada dirinya akan memenangkan perlombaan itu. "Sepertinya latihan sekarang akan lebih cepat dari biasanya, akan langsung pulang saja atau kembali ke Sekolah?" tanya Hilliam."Aku akan kembali ke Sekolah saja." balas Elgar."Kenapa? setelah ini bisa saja langsung istirahat di kediaman mu bukan?" Hilliam merasa heran, orang lain menginginkan kebebasan dari pembelajaran Sekolah, tetapi Elgar malah memilih untuk kembali ke Sekolah? yang benar saja."Di hari ini, aku belum bertemu dengan Saphire." ucap Elgar. Hilliam menempelkan telapak tangan ke kening nya, ia melupakan sisi lain Elgar yang sangat mencintai Saphire hingga hamp
Saphire memoles pipinya hingga berwarna merah tipis. Kini ia sedang merias wajah nya karena tadi ketika di Sekolah Elgar mengajak nya untuk berkencan bersamaan juga dengan pasangan Hilliam dan Puspita. Pakaian yang di kenakan nya pun tidak begitu mewah, hanya dress berwarna cokelat tanpa lengan. Rambut yang di biarkan terurai begitu saja, dan menambahkan pin rambut emas berbentuk kupu kupu di kepala, terlihat sangat elegan. Saphire memasukan dompet dan barang bawaan nya ke dalam tas selempang berukuran kecil, yang tentu nya sangat cocok dengan pakaian yang sudah di kenakan. Dirinya masih menunggu Elgar yang katanya akan sedikit terlambat karena di hadang oleh sang ayah untuk menemui pertemuan dan meyakinkan kalau tidak akan lama.Walau Saphire tidak percaya dengan hal itu, tapi ia yakin kalau selama apapun Elgar akan menemui nya jika memang sudah ada janji yang keluar dari mulut Elgar sendiri.Terdengar suara mobil dari luar rumah, yang Saphire tahu betul mobil siapa yang terdengar
Tepat hari ini, menjadi hari pertama Saphire menantikan Elgar yang berlatih tiada henti hingga tidak memiliki waktu untuk orang lain selain pelatih dan teman se club Anggar nya. Saphire akan melewatinya dengan mudah, karena mengingat bukan kali ini saja ia menunggu Elgar, tapi sudah beberapa kali dan yang sekarang sudah ke sekian kali nya. "Bagaimana kabar mu Maria?" tanya Saphire setelah menyimpan tas Sekolah. "Aku seperti biasa, bagaimana dengan mu?" tanya Maria. "Aku baik, dan sekarang menjadi hari pertama menunggu Elgar hingga sesi kegiatan latihan dan lomba nya selesai." ucap Saphire. "Aku harusnya sudah menduganya kalau, pasti di kehidupan mu akan ada sangkut paut dengan Elgar." bisa di bilang Maria ini adalah saksi hidup kisah pasangan Elgar dan Saphire. Saphire hanya tersenyum tipis, lalu melanjutkan. "Tapi entah kenapa, kalau untuk yang kali ini agak sedikit berbeda." tidak di pungkiri juga kalau Saphire merasa aneh dengan firasatnya itu. "Itu hanya perasaan mu s
"Oh, hallo kita bertemu lagi." Saphire memberi salam sedikit membungkuk."Ahh, aku mengingatnya. Kamu perempuan yang ada di padang rumput waktu itu?" "Iya benar sekali." ucap Saphire."Saphire." tangan Saphire terangkat berniat akan berkenalan. Dan ternyata di terima baik oleh lelaki itu. "Miguel, nama ku Miguel. Dan dia Rasya bisa di panggil Aca dia adik ku." Saphire menatap berbinar bayi kecil itu. "Hallo Aca, kita bertemu lagi dan akhirnya aku mengetahui nama mu." tak tahan Saphire mencubit pipi Rasya gemas. "Sedang apa kalian berdua di sini?" tanya Saphire."Kami berdua cukup bosan di istana, jadi berjalan jalan saja ke Pasar." ucap Miguel lalu menggendong Rasya yang sedang menggigit satu buah apel besar di tangannya, Saphire yakin kalau buah itu tidak akan tergigit, bagaimana mungkin Rasya saja belum mempunyai gigi. Saphire tertawa akan hal itu, bayi memang suka ada saja tingkah nya. "Kamu tidak bisa mengigit nya Aca." Saphire mengelus lembut kepala Rasya. "Bagaimana dengan
"Aku tidak menyangka kalau menahan rindu itu sangat sulit." ucap Saphire, kepalanya di telungkupkan pada lipatan tangannya di atas meja. Entah sudah hari ke berapa Saphire tidak bertemu dengan Elgar, biasanya Elgar akan langsung datang kalau semisal mereka tidak berjumpa lama, tapi sekarang? situasi nya berbeda. Kekasih nya itu benar benar tidak bisa meninggalkan latihan. "Kira kira kegiatan apa yang harus aku lakukan sekarang." Hari ini adalah hari libur Sekolah, jadi tidak banyak yang dapat Saphire lakukan. Hampir semua pekerjaan rumah sudah di bereskan bersama sang ibu tadi pagi, dan sekarang ia harus berpikir lagi kegiatan apa yang sekiranya akan bisa membunuh rasa bosan dan mengalihkan sedikit rasa rindu ini. "Aku tahu." Seakan ada ide cemerlang yang muncul di kepala nya, Saphire dengan cepat mengambil sesuatu yang ada di dalam laci yang berada di ruang tamu kediaman nya. Setelah apa yang di cari sudah di dapat, Saphire kembali lagi ke dalam kamar dan akan memulai kegiatan n
Suara sepanjang koridor terdengar karena saking sepinya tempat itu, setelah dari kamar mandi Milya berniat akan kembali ke ruang latihan, tetapi jalan nya harus berhenti ketika melihat ada penjaga yang akan memasuki ruang latihan."Ada apa?" tanya Milya pada penjaga itu. "Saya di minta untuk memberikan barang pada Tuan Elgar." "Dari?""Dari Nona Saphire." Milya langsung mengangkat sebelah alis nya. "Biar aku saja yang memberikan pada Elgar." pinta Milya."Tidak bisa Nona, saya merasa tidak sopan." "Tidak apa apa, bapa bisa melanjutkan tugas nya kembali."Seperti tidak ada pilihan lain, penjaga itu memberi kotak pada Milya. "Terima kasih Nona, sata pamit undur diri." balas si penjaga lalu pergi dari sana.Di rasa sudah tidak ada siapa siapa lagi yang berada di sekitarnya, Milya membuka kotak itu yabg ternyata sehelai kain wol yang telah di rajut. Sekarang ia teringat, kalau benda ini yang tidak sengaja ia rusak ketika Elgar memintanya. "Muak sekali aku melihatnya." ujar Milya.Kep
Waktu yang di tunggu tunggu sudah tiba, dari banyaknya persiapan jauh jauh hari, akan Elgar buktikan di hari ini. Sebagai penentuan apakah ia layak atau tidak untuk memenangkannya. Elgar saat ini sedang berdiam seorang diri di dalam ruangan istirahat yang memang di khususkan untuk anak anak Royal. Elgar termenung, kesalahan nya adalah kenapa di hari sebelumnya ia tidak menyempatkan diri barang sedetik saja untuk bertemu dengan Saphire? sekarang kan ia menjadi tidak tenang dan sedikit gelisah karena membayangkan ekspetasi yang harus terwujud.Tetapi salah nya juga karena di saat yang lain beristirahat pada hari sebelum latihan untuk mengumpulkan stamina di hari pertandingan, ia malah berlatih keras hingga tidak kenal waktu, setelah sudah larut sekali ia langsung sadar. Tidak seperti biasanya juga, di lomba kali ini Elgar tidak bertemu dengan Saphire lebih dahulu sekedar untuk menerima ceramah manis dari makhluk cantik itu. Mau bagaimana lagi, Elgar tidak mungkin juga kabur kalau sud