"Oh, hallo kita bertemu lagi." Saphire memberi salam sedikit membungkuk."Ahh, aku mengingatnya. Kamu perempuan yang ada di padang rumput waktu itu?" "Iya benar sekali." ucap Saphire."Saphire." tangan Saphire terangkat berniat akan berkenalan. Dan ternyata di terima baik oleh lelaki itu. "Miguel, nama ku Miguel. Dan dia Rasya bisa di panggil Aca dia adik ku." Saphire menatap berbinar bayi kecil itu. "Hallo Aca, kita bertemu lagi dan akhirnya aku mengetahui nama mu." tak tahan Saphire mencubit pipi Rasya gemas. "Sedang apa kalian berdua di sini?" tanya Saphire."Kami berdua cukup bosan di istana, jadi berjalan jalan saja ke Pasar." ucap Miguel lalu menggendong Rasya yang sedang menggigit satu buah apel besar di tangannya, Saphire yakin kalau buah itu tidak akan tergigit, bagaimana mungkin Rasya saja belum mempunyai gigi. Saphire tertawa akan hal itu, bayi memang suka ada saja tingkah nya. "Kamu tidak bisa mengigit nya Aca." Saphire mengelus lembut kepala Rasya. "Bagaimana dengan
"Aku tidak menyangka kalau menahan rindu itu sangat sulit." ucap Saphire, kepalanya di telungkupkan pada lipatan tangannya di atas meja. Entah sudah hari ke berapa Saphire tidak bertemu dengan Elgar, biasanya Elgar akan langsung datang kalau semisal mereka tidak berjumpa lama, tapi sekarang? situasi nya berbeda. Kekasih nya itu benar benar tidak bisa meninggalkan latihan. "Kira kira kegiatan apa yang harus aku lakukan sekarang." Hari ini adalah hari libur Sekolah, jadi tidak banyak yang dapat Saphire lakukan. Hampir semua pekerjaan rumah sudah di bereskan bersama sang ibu tadi pagi, dan sekarang ia harus berpikir lagi kegiatan apa yang sekiranya akan bisa membunuh rasa bosan dan mengalihkan sedikit rasa rindu ini. "Aku tahu." Seakan ada ide cemerlang yang muncul di kepala nya, Saphire dengan cepat mengambil sesuatu yang ada di dalam laci yang berada di ruang tamu kediaman nya. Setelah apa yang di cari sudah di dapat, Saphire kembali lagi ke dalam kamar dan akan memulai kegiatan n
Suara sepanjang koridor terdengar karena saking sepinya tempat itu, setelah dari kamar mandi Milya berniat akan kembali ke ruang latihan, tetapi jalan nya harus berhenti ketika melihat ada penjaga yang akan memasuki ruang latihan."Ada apa?" tanya Milya pada penjaga itu. "Saya di minta untuk memberikan barang pada Tuan Elgar." "Dari?""Dari Nona Saphire." Milya langsung mengangkat sebelah alis nya. "Biar aku saja yang memberikan pada Elgar." pinta Milya."Tidak bisa Nona, saya merasa tidak sopan." "Tidak apa apa, bapa bisa melanjutkan tugas nya kembali."Seperti tidak ada pilihan lain, penjaga itu memberi kotak pada Milya. "Terima kasih Nona, sata pamit undur diri." balas si penjaga lalu pergi dari sana.Di rasa sudah tidak ada siapa siapa lagi yang berada di sekitarnya, Milya membuka kotak itu yabg ternyata sehelai kain wol yang telah di rajut. Sekarang ia teringat, kalau benda ini yang tidak sengaja ia rusak ketika Elgar memintanya. "Muak sekali aku melihatnya." ujar Milya.Kep
Waktu yang di tunggu tunggu sudah tiba, dari banyaknya persiapan jauh jauh hari, akan Elgar buktikan di hari ini. Sebagai penentuan apakah ia layak atau tidak untuk memenangkannya. Elgar saat ini sedang berdiam seorang diri di dalam ruangan istirahat yang memang di khususkan untuk anak anak Royal. Elgar termenung, kesalahan nya adalah kenapa di hari sebelumnya ia tidak menyempatkan diri barang sedetik saja untuk bertemu dengan Saphire? sekarang kan ia menjadi tidak tenang dan sedikit gelisah karena membayangkan ekspetasi yang harus terwujud.Tetapi salah nya juga karena di saat yang lain beristirahat pada hari sebelum latihan untuk mengumpulkan stamina di hari pertandingan, ia malah berlatih keras hingga tidak kenal waktu, setelah sudah larut sekali ia langsung sadar. Tidak seperti biasanya juga, di lomba kali ini Elgar tidak bertemu dengan Saphire lebih dahulu sekedar untuk menerima ceramah manis dari makhluk cantik itu. Mau bagaimana lagi, Elgar tidak mungkin juga kabur kalau sud
Keesokan harinya di Sekolah, sudah banyak murid yang berkumpul di lapangan upacara, serta para guru yang sudah menempati tempat di depan sana, di hadapan para murid. Setelah sudah di baris kan dengan rapi, yang berstatus menjadi Kepala Sekolah Royal berjalan menuju podium yang tinggi sehingga sosok nya dapat di lihat oleh semua murid juga semua warga Royal. Jari Kepala Sekolah menepuk nepuk pengeras suara, menguji apakah alat nya sudah menyala atau belum. Setelah yakin sudah bisa di gunakan, pengeras suara di dekat kan pada mulut dan akan memberikan pengumuman. Karena jarang sekali mereka semua di kumpulkan, kalau bukan ada nya pengumuman yang harus di sampaikan. "Selamat pagi, baik Saya mengumpulkan kalian semua di sini karena ada hal yang harus Saya sampaikan langsung sebagai penanggung jawab di Royal. Ini mengenai prestasi yang sudah di capai oleh salah satu murid Royal di perlombaan bergengsi." Di sisi Saphire, gadis itu menggenggam tangannya sendiri lalu di angkat seperti ber
Ternyata rasa resah Saphire masih belum juga usai, padahal Elgar sudah kembali ke Royal. Tetap saja melihat kondisinya yang mengalami cedera membuat Saphire khawatir, dan yang paling membuat nya menyesal adalah ketika awal awal cedera Saphire tidak berada di samping Elgar. "Maria, kamu bisa pulang lebih dulu." ucap Saphire."Kenapa?" tanya Maria."Aku ada jadwal membersihkan kelas." "Tidak apa, aku akan menunggu." "Aku serius, kamu bisa pulang lebih dulu. Aku yakin sekali kalau orang yang menjemputmu sudah datang." Maria menghembuskan nafas pasrah, ia hanya merasa tidak enak saja. Saphire selalu menunggu dan menemani nya, tapi ia tidak bisa sebalik nya pada Saphire. "Tapi ini bukan keinginan ku, ini adalah bentuk aku menuruti apa yang kamu bilang Saphire." Saphire tersenyum simpul. "Iya, terima kasih sudah menurutinya."Akhirnya Maria pergi dari sana, dan hanya tersisa Saphire di kelas. Sudah menjadi hal yang biasa Saphire membersihkan kelas sendirian, terkadang di bantu Maria se
Elgar yang memahami situasi, menampakan ekspresi wajah sumringah nya dengan senyuman manis jangan lupa. Ia tidak ingin mengecewakan Saphire dengan mengatakan bahwa dirinya tidak menerima kain rajut, Elgar menghela nafas mungkin saat nya ia membereskan sesuatu. "Di kain rajut itu sengaja aku rajut juga inisial nama kita, kamu malu tidak?" tanya Saphire yang takut kalau Elgar tidak menyukainya. "Itu lebih indah dari yang sebelumnya Saphire." "Inisial nama kita pada rajut itu menjadi ciri khas sehingga tidak akan tertukar, atau ada orang lain yang merasa sama mengaku ngaku." ucap Elgar lagi, yang terlihat sangat baik dalam menutupi sesuatu. "Syukurlah kalau kamu suka." "Aku merasa kurang hanya memberi hadiah kemenangan dengan kain rajut saja." ujar Saphire penuh sesal."Hei hei." Elgar menarik dagu Saphire pelan supaya tidak tertunduk. "Semua pemberian yang berasa dari kamu, itu semua sangat berharga, melebihi apapun yang aku punya di istana sana." Elgar meyakinkan kalau Saphire ti
Di kediaman Milya, tengah terlihat banyak orang yang begitu sibuk dengan urusan nya masing masing. Memang setiap pagi rumah mana yang tidak sibuk di waktu semuanya beraktifitas. Tetapi pagi ini menjadi pagi yang berbeda bagi Milya, gadis itu sedang menghadap cermin dengan menyisir rambutnya tanpa henti, ia sudah mempersiapkan pagi nya itu semaksimal mungkin, ketika sudah di rasa puas. Akhirnya ia beranjak dari sana, lalu sedikit berlari untuk menuju ruang tamu berada. Hal yang membuat pagi Milya terasa berbeda adalah, tidak ada angin tidak ada hujan. Tiba tiba Elgar mengabari kalau dirinya akan berkunjung ke kediaman nya. Bahkan untuk Milya yang selalu berlama lama pada saat berendam, menjadi secepat kilat untuk menuntaskan ritual mandinya. Milya bersembunyi di balik tembok yang memisahkan antara ruang tamu dengan ruang kumpul keluarga. Ia melihat Elgar sudah ada di sana sedang mengobrol ringan dengan ayah nya. Pikiran nya menjadi berandai andai kalau Elgar yang berada di sana teng