BRAK!BRAK! "AAAAGH! Seharusnya aku membuang benda sialan itu." Milya menggila di dalam kamarnya, ia sampai tidak habis pikir kenapa Elgar sampai nekat untuk menggeledah kamar nya ini. Milya salah, Milya salah karena sudah tidak menaruh curiga sejak awal. Seharusnya ia sudah menyadari kalau dari Elgar yang meminta ke kamar nya saja itu sudah mencurigakan. Dengan penampilan yang berantakan Milya menatap cermin, wajah nya sudah berantakan dengan make up yang sudah merata, jangan tinggalkan pakaian serta rambut yang ikut berantakan juga efek dari menggila nya Milya. Mata nya menatap lurus cermin. "Ini bukan kamu Milya, ini bukan kamu." "Jangan membalas dengan cara yang murahan, tetap elegan.""Jika Elgar tidak bersama ku, maka tidak juga untuk yang lain." ____Saphire merasa heran, Elgar tidak mengabarinya kalau semisal ia tidak akan masuk Sekolah. Kenapa begitu? karena Saphire seharian ini tidak melihat keberadaan nya di sekitar Royal. Ia pun sempat bertanya pada yang lain, kalau
Di Royal mengadakan semacam pesta untuk anak anak yang memenangkan kejuaraan olahraga yang di ikuti, semua di rayakan sebagai bentuk apresiasi Royal pada mereka. Acara di adakan pada malam harinya, dan sekarang sudah menjelas sore, Saphire sedang kebingungan memakai dress mana yang nantinya akan di pakai? Jujur saja ia tidak mempunyai banyak dress untuk pesta, tapi kalau ada pun itu sudah di pakainya beberapa kali. "Aku sangat bingung Maria." ujar Saphire.Maria memang berada di sana, mereka berdua berencana akan pergi bersama dari kediaman Saphire. "Mau kamu pakai apa saja, terlihat sangat cocok Saphire." balas Marian. "Kamu tau? kalau semua dress yang aku punya hampir aku pakai setiap kali ada acara." "Ya memang nya kenapa? tidak akan ada yang mengejek juga." "Aku hanya ingin berkembang saja." ucap Saphire lirih. Tok Tok Tok!Bersamaan Saphire dan Maria melihat ke arah pintu, tak lama pintu pun terbuka dan muncul ibu Saphire di sana. "Kenapa bu?" tanya Saphire. "Kemari dulu
Sebelum menghadiri acara, sesuai dengan apa yang di bilang Elgar pada Saphire, ia sedang berbicara dengan sang ayah sekarang. Tiba tiba saja Elgar di panggil ke ruangan Raja, sekaligus ayah nya itu. Elgar sendiri tidak tahu alasan apa yang membuatnya di panggil. Perasaan tidak ada kegiatan negatif yang merugikan. "Ayah." ucap Elgar setelah memberi salam, walau sekarang posisi nya ia sedang di belakangi oleh sang ayah. "Sudah di sini rupa nya." ucap Raja, berbalik menatap anak semata wayang nya itu. "Ada apa memanggil?" tanya Elgar, ingin meminta cepat cepat mengingat pesta sudah di mulai, tetapi apalah daya yang di hadapinya sekarang adalah sosok yang di agungkan juga di banggakan oleh dirinya. "Ayah, tidak semata mata memanggil mu kemari hanya untuk alasan yang sepele." ucap Raja. Dan Elgar berspekulasi kalau ada hal penting yang akan ayahnya sampaikan, karena kalau informasi itu tidak terlalu penting, ayah nya itu akan menyampaikan nya lewat kesatria yang mengabdi di kerajaan.
Sekarang memasuki acara inti, setelah penyambutan penyambutan yang telah di berikan. Sekarang memasuki sesi dansa bersama pasangan, tentunya sesi dari kegiatan ini akan sangat menyenangkan. Saphire memilih untuk menarik diri dari sana, tidak ada yang mengajaknya berdansa, berbeda dengan Maria yang sudah ada yang menarik nya ke lantai dansa. Padahal Maria sendiri tidak ingin melakukan dansa itu, tetapi Saphire terus bujuk dan akhirnya mau dengan catatan Saphire tidak akan pergi ke mana mana. Dan bagaimana dengan Elgar? kekasih dari Saphire itu sudah di gaet duluan oleh Milya. Mereka berdua pun terlihat sangat cocok, Elgar sepertinya tidak dapat menolak karena keberadaan dari kedua orang tuanya serta para petinggi kerajaan menghadiri pesta ini. Saphire pun tidak ada kuasa untuk mencegah nya, ia melihat nya dari jauh saja ketika semua orang yang berada di lantai dansa bergerak indah ke sana kemari. Lagi pula di setiap acara dansa, semua orang dapat memilih siapa yang akan menjadi pasa
Malam hari semakin larut, semakin malam bukan nya acara hampir menuju selesai tetapi malah sebaliknya semakin meriah dengan adanya acara acara lain. Termasuk sekarang, sedang memasuki sesi makan malam bersama tentunya sesuai meja masing masing yang sedari awal sudah di tempati. Fokus Saphire penuh pada hidangan yang tersaji di meja nya, begitupun Maria tidak mengatakan apapun dan fokus menghabiskan makanan nya saja. Di meja yang sebenarnya masih bisa bertambah dua orang saja itu, di isi oleh mereka berdua, selama acara pun tidak ada yang meminta untuk ikut duduk di meja itu, dan kalau di lihat lihat hampir semua tamu sudah mendapati tempat nya masing masing, sepertinya pengurus dari acara ini sengaja menyiapkan lebih. "Aku kira tidak akan ada orang tua yang menghadiri pesta ini." ucap Maria yang sudah selesai dengan makan nya, begitupun Saphire. "Memang nya kenapa Maria?" tanya Saphire heran. "Tidak apa apa sebenarnya, hanya saja aku kira pesta ini di peruntukan untuk murid Royal
Saphire memutar kepala nya karena merasa pegal, dapat ia perkirakan kalau sekarang menginjak pukul sepuluh malam. Memang tidak terlihat selarut itu berkat langit yang cerah dengan bulan bersinar bertabur bintang. Langit yang indah itu berbanding terbalik dengan keadaan Saphire saat ini, tapi sedikitnya ia merasa terhibur dengan langit malam ini. Untuk sekarang biarkan Saphire untuk tidak begitu mengingat Elgar lebih dulu, ia akan menyibukkan dirinya mulai dari esok, setidak nya akan ada waktu di mana ia akan berhadapan dengan Elgar kembali jika mereka di takdirkan untuk bertemu entah kapan. Mungkin ia pun akan mulai membawa sarung tangan Aca dan kain ikat kepala untuk Miguel setiap hari, ia tidak dapat memprediksi kapan mereka akan bertemu kembali. Dan bila di ingat kembali pertemuan di antara mereka memang selalu tidak di rencanakan. Saphire beranjak dari tempat duduk nya, dan berjalan tanpa semangat ke arah gerbang tempat dirinya dan Maria turun dari mobil sang ayah. "Nona? men
Kabar buruk, pagi hari setelah bangun dari tidur. Saphire merasa matanya memberat dan sulit untuk di buka, apa ada sesuatu yang mengganjal? Dan ternyata, setelah dirinya bercermin. Sepasang matanya sudah bengkak, pengelihatan nya pun tidak enak untuk di gerakan ke sana kemari. Dan tentunya itu adalah kabar buruk, karena hari ini ia masuk Sekolah. "Kamu memiliki kacamata?" tanya Maria. "Ya, aku memiliki nya." balas Saphire, masih sibuk dengan mengompres sepasang mata nya dengan air hangat secara bergantian. "Kamu bisa pakai hari ini, untuk terlihat menyamarkan nya." "Baiklah, aku akan memakainya Maria." Mereka berdua sudah siap dengan seragam sesuai dengan ketentuan, tinggal menata sedikit lagi rambut serta riasan nya mereka sudah siap untuk pergi ke Sekolah. Rambut Saphire di biarkan tergerai dengan dua pin di kedua sisi kepala nya, sementara Maria tergerai panjang sepunggung dengan gelombang menggantung. "Ayo kita pergi." "Ayo." ____Harap harap cemas Saphire tidak ingin be
"Bagaimana, bagaimana dengan tadi??" Maria langsung menodongkan pertanyaan pada saat Saphire baru saja masuk ke dalam kelas. "Kita duduk dulu saja ya Maria." Saphire mengajak Maria duduk, dan langsung di kabulkan oleh kawannya itu. Saphire menghela nafas nya. "Elgar sudah ada di sana pada saat aku sampai sepertinya, dan tepat dugaan kalau pasti akan membahas tentang malam hari kemarin." Tapi setidaknya dari situ Elgar tidak terlihat mengabaikan sosok Saphire, dia tidak menjadi sosok pecundang dengan tidak menjelaskan apapun pada Saphire yang status nya masih menjadi sepasang kekasih. "Apa dia menyesal? atau berencana untuk membatalkan pertunangan nya dengan Milya? atau kalian berencana kabur karena tidak di beri restu?" tanya Maria bertubi tubi. "Tenang Maria, tenang. Satu satu kalau bertanya." "Dan untuk pertanyaan terakhir, itu tidak akan mungkin terjadi." jelas Saphire, karena mau sampai kapan pun, mau sejauh apapun mereka pergi tetap saja tidak akan menyelesaikan semuany
Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken
"Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu
"Apa kamu menunggu lama?" tanya Miguel.Posisi Saphire yang sebelumnya membelakangi Miguel, kini mereka berdua tengah berhadapan. Saphire memperhatikan penampilan yang berbeda dari Miguel, tentunya dengan memakai pakaian Olahraga klub polo nya. "Tidak, mungkin karena aku bersama teman di sini." balas Saphire."Teman?" Miguel tidak salah mendengar bukan? tidak ada siapapun di sekitar Saphire sedari tadi."Kuda mu, Miguel." "Ah, kalian sudah berteman rupanya.""Benar, tadi pun aku sempat untuk memberikan nya rumput." "Rumput? dari mana?" "Ada yang memberikan nya tadi, tidak masalah kan?" "Ya tidak apa apa." Tangan Miguel bergerak membuka pintu kandang kuda milik nya, di raih nya tali pada kuda dan menuntun ke lapangan. "Saphire, kamu bisa menunggu di sana bersama gadis lain. Buat nyaman diri mu, dan duduk di mana saja sesuai dengan keinginan mu." ujar Miguel tadi sebelum terjun ke lapangan. Mendengar penuturan dari Miguel tadi, Saphire menuruti nya. Ia menempati tempat duduk yan
"Ngomong ngomong Miguel." panggil Saphire masih terdengar sopan di telinga Miguel."Kenapa?" "Apakah orang yang tadi mengajak berbicara adalah teman mu?" "Ya, dan mungkin hanya satu satunya teman ku." Jawaban dari Miguel mengundang rada penasaran Saphire. "Apa aku tidak di anggap sebagai teman mu?" "Haha, itu persoalan yang berbeda untuk ku." "Kenapa begitu" "Apa ada sesuatu yang bisa kamu berikan pada ku?" tanya Miguel mengalihkan pembicaraan.Saphire yang mengerti kalau Miguel tidak ingin membahasnya lebih lanjut memilih untuk diam, dan kembali merasa bingung dengan pertanyaan dari Miguel. "Sesuatu yang di berikan?" "Ya.""Untuk apa?" "Kami di klub Polo meyakini jika mendapatkan barang dari gadis terkasih nya, akan di anggap sebagai berkat yang selalu menyertai terutama ketika turun ke lapangan." balas Miguel."Tetapi, bukan nya sekarang hanya latihan saja? maksudku apa memang harus?" "Sama saja, mau latihan ataupun perlombaan, itu akan kami hargai dan menjaga nya sepenuh h
Benar saja, Saphire di bawa oleh Miguel ke tempat latihan Polo nya. Mata Saphire tengah di suguhi dengan banyak nya kuda di dalam kandang, kepala mereka menyembul keluar dan ada juga yang sedang di beri rumput.Mengingat Miguel akan latihan, Saphire merasa lingkungan sekitarnya sudah mulai ramai dengan banyak orang, mungkin teman teman satu klub Miguel. Beberapa di antara mereka juga ada yang membawa seorang gadis yang bisa di lihat status mereka sepasang kekasih ataupun sepasang tunangan. Sedangkan Saphire di sini sebagai apa? hanya menemani Miguel yang ia harap akan berjalan lancar tanpa ada yang menghambat. "Ayo, aku akan menunjukan kuda milik ku." ajak Miguel, yang melihat Saphire sangat sibuk dengan melihat lihat sekitar."Maaf aku tidak fokus, aku sangat tertarik dengan lingkungan di sini, sangat indah." balas Saphire menatap wajah Miguel. "Kamu menyukai nya?" "Tentu saja." "Maka aku akan selalu mengajak mu." "Memang aku sudah meng iya kan?" "Aku tidak butuh persetujuan i
"Istirahat tadi, kamu kemana saja Saphire?" tanya Maria."Aku bertemu dengan seseorang, kenapa bertanya? urusan mu dengan dengan klub paduan suara hanya sebentar saja?" "Benar, pada saat aku kembali ke dalam kelas aku tidak menemukan mu, dan sengaja aku mencari ke kantin juga tidak ada." "Aku akan ikut klub kerajinan tanah liat." putus Saphire. Tentunya mendapatkan dukungan dari Maria, bagaimana tidak? Maria melihat Saphire yang sudah dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang. "Aku senang mendengarnya, lalu di mana itu? dan kapan mulai untuk mu?" "Ruangan nya tepat di ujung, tidak begitu banyak yang menjangkau. Dan untuk ku pertama memulai di hari jumat nanti." "Buat kan aku cangkir pertama mu ya." pinta Maria. "Tentu, akan aku usahakan." Saphire dan Maria melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat menunggu jemputan, tentunya seperti biasa Saphire hanya mengantar saja anggapan nya sekalian saja menuju gerbang pulang. "Jarang sekali supir mu sudah datang Maria." ucap Saphir
Saat ini Saphire tengah berjalan mengikuti kedua teman baru nya itu menuju tempat kegiatan kerajinan tanah liat berada.Ia kira kegiatan itu tidak langsung hari ini ia ikuti, tapi ternyata boleh di ikuti dengan segera. Karena Saphire yang tidak ada kegiatan dan juga sedang mengalihkan pikiran nya, jadilah dia sekarang ikut kegiatan.Dan lagi, mengingat apa yang di lakukan oleh Roblyn dan Becca membuat Saphire terharu. Mereka masih memakan makanan kecil yang ia bawa tadi padahal sudah menyentuh tanah. Dengan anggapan kata mereka kalau makanan itu di kemas dengan rapat jadi tidak kotor sama sekali. Saphire terharu dengan perbuatan mereka berdua yang dapat menghargai sesuatu yang tidak penting tetapi menjadi penting untuk orang lain. "Saphire, kamu mau pergi ke mana?" tanya Becca yang menyadarkan Saphire karena terus berjalan. "Ah aku kira kita masih berjalan." dengan rasa malu Saphire berjalan kembali mendekati sepasang kekasih itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Becca."Tid
Tidak ada yang berbeda dengan Royal setiap harinya, mungkin akan berbeda jika adanya acara acara yang di adakan. Mengingat saat ini hanya akan ada hari hari biasa dan juga untuk kedepan nya, jadi hari itu akan sama saja tidak ada yang spesial, terkecuali bila ada kejadian yang tidak di duga duga, kejadian yang sama sekali tidak tertera di kalender sekalipun.Saphire bersama Maria tengah berjalan jalan di sekitar koridor Royal, mereka hanya menghabiskan waktu sebelum masuk nanti. Maria yang melihat lihat sekitar dan sesekali menyapa, sementara Saphire berjalan di selingi dengan membaca buku yang ada di tangan nya. "Saphire bagaimana menurut mu tentang orang ketiga di dalam hubungan orang lain?" tanya Maria masih berjalan. Tentunya mendengar apa yang di tanyakan oleh Maria membuat Saphire seperti terkena petir di pagi bolong ini, apa Maria sedang membahas tentang dirinya? apa Maria merasa jijik dengan teman nya yang berhubungan dengan Elgar di belakang status pertunangan dengan Milya
Miguel kira Saphire akan menemui Elgar nanti, ternyata saat ini juga. Sekarang saja mereka berjalan ke arah penjara yang sepertinya Elgar di bawa ke sana oleh para pengawal. Miguel sendiri tidak yakin kalau pengawal di sana akan mempersilahkan Saphire masuk atau tidak, tapi sepertinya bisa saja karena Miguel yang mengikuti. Keduanya sudah berada di depan pintu menuju penjara, Saphire menatap Miguel untuk menambah keyakinan bahwa keputusan saat ini sudah lah tepat. Miguel mengangguk. "Biarkan kita masuk." ucap Miguel pada pengawal yang menjaga dan menghalangi mereka untuk masuk. "Baik Tuan." "Elgar di tempatkan di mana?" tanya Miguel."Putra Mahkota di tempatkan di penjara ujung Tuan." "Baik, terima kasih." balas Miguel.Miguel lebih dulu masuk lalu di ikuti oleh Saphire dari belakang, tidak melihat kanan kiri Saphire hanya fokus pada Elgar saja sekarang. Jujur saja, Saphire tidak tahu di mana penjara ujung itu, ia sudah percayakan pada Miguel. Duk! "Awh, Miguel kenapa berhenti