Share

Lima

Bruk

"Terima kasih ayah, sudah antar Sekolah." ucap Saphire dari luar mobil yang jendela nya terbuka.

"Sudah tugas ayah, pulang nya jemput lagi?" tanya sang ayah.

"Nanti Saphire kabarin."

"Belajar yang giat."

"Baik ayah, hati hati di jalan."

Saphire berbalik melangkah memasuki Sekolah, sudah banyak yang datang karena memang kedisiplinan yang di tanam sedari awal, yang menjadi kebiasaan.

Sebenarnya tidak banyak orang yang Saphire kenal, ia hanya keikut terkenal karena sang kekasih yang seorang putera mahkota itu. Dan apabila Elgar tidak bersama nya sekarang seperti ini, semua orang terlihat mengacuhkan nya dan seperti tidak melihat dirinya. Saohire awal nya berusaha untuk acuh tapi tatapan intimidasi itu tidak dapat ia hindari setiap hari nya.

"Aku baru tau kalau Sekolah kita ada anak yang pake mobil rusak."

Dari kalimat itu mengundang gelak tawa sekitar, satu per satu orang datang mengerubuni Saphire. Saphire sendiri tidak mengerti apa yang terjadi sekarang, apa yang akan terjadi? apakah ia akan mendapatkan perlakuan buruk?

"Tumben sekali tidak bersama tameng mu itu."

"Dia sangat besar kepala seperti nya."

"Benalu ini menganggap dirinya kupu kupu yang cantik."

Saphire tidak bodoh kalau semua kalimat itu di tujukan untuk dirinya. Ia berusaha untuk abai sekarang, ia meyakinkan diri kalau kejadian ini akan berakhir hari ini juga tidak ada hari esok atau hari lain.

"Hei, kamu punya telinga tidak?!" tangan Saphire di tarik kencang.

"Maaf maaf." kedua tangan Saphire terangkat guna untuk menghindari kontak fisik.

"Aku udah menahan ini dari lama ya, kenapa kamu ini tidak tahu diri sekali jadi orang, kamu harus tau posisi kamu dengan Elgar itu bagai langit dan bumi, jangan jauh jauh coba. Kamu sama aku sudah tidak sebanding." dari kalimat itu membuat sorakan di sekitar mengeras, seakan perasaan mereka terwakilkan dengan ungkapan tersebut.

Saphire masih diam tidak ada keberanian untuk melawan, sebenarnya keinginan dirinya yang paling dalam adalah ingin melawan dan membungkam semua orang yang menghina nya seperti ini. Tapi kembai lagi apalah daya dia, menjaga semua nya seperti tetap baik baik saja itu sudah cukup.

"Kasih aku gunting."

Kira Saphire selesai dengan perkataan saja, tapi sekarang apa yang akan di lakukan ?

Kepala nya terangkat, dan orang di depan nya itu memegang gunting yang akan mengarah pada rambut nya. Tangan lain yang tidak memegang sesuatu, membelai rambut Saphire dari samping dan mulai memotong sejumput rambut sebatas telinga.

"Apakah kalian semua tidak mempunya telinga bahwa waktu masuk kelas telah berbunyi?!" suara tegas itu seketika menghamburkan kerumunan, semua orang yang berkumpul melarikan diri menuju kelas dengan terbirit birit.

Berakhir menyisakan Saphire yang sedang memegang rambut nya yang sudah di potong dengan guru yang tadi menggemparkan. Saphire menatap guru tersebut begitu pula sebalik nya, tidak ada obrolan di antara mereka berdua, dan akhirnya sang guru pergi tanpa kata. Sementara Saphire menatap nanar helaian rambut di genggaman nya.

Singkatnya, sekarang di waktu istirahat Maria tengah menunggu Saphire di depan kamar mandi. Padahal Maria sudah menawarkan dirinya untuk ikut masuk dan membatu tapi tidak di bolehkan oleh Saphire sendiri, bagaimana sekarang Maria tidak khawatir pada kawan nya itu.

Tak lama, Saphire keluar dengan rambut yang telah tergerai. "Kamu sudah lapar ya Maria? maaf menunggu lama."

"Saphire, kamu kenapa minta pinjam satu jepit ke aku?" tanya Maria.

"Terus rambut kamu, tadi pagi di iket sekarang kenapa di gerai gini?" tanya Maria lagi.

"Jawab aku jujur, kenapa kamu." tanya Maria.

Saphire tidak dapat berbohong lagi kalau pada Maria. Segera ia menggenggam kedua tangan Maria. "Kamu harus janji, cerita ini berhenti sampai kamu."

"Ada apa?"

Saphire tidak menjawab, melainkan tangan nya beraksi melepas jepit yang terpasang. Ekspresi Maria yang tadi datar menjadi terkejut, pasal nya sangat terlihat panjang rambut itu tidak serapi panjang rambut yang lain.

Maria mengelus helaian rambut yang tidak rapi potongan nya. "Ini siapa yang berbuat ??"

"Aku engga kenal, tapi waktu datang Sekolah tidak bersama Elgar kamu tau kan selanjutnya kaya gimana, dan aku kira cukup perkataan aja, tapi ternyata tidak, ini bukti nya." Saphire memberi penjelasan.

Maria menghembuskan nafas pasrah. "Nanti kalau kemana mana kita harus terus sama sama kalau gitu ya."

Saphire mengangguk, dan Maria memasangkan penjepit di rambut Saphire. "Setidaknya untuk sementara rambut kamu engga keliatan."

Mereka berdua kembali berjalan yang sempat tertunda, dan selama perjalanan itu Saphire membicarakan kejadian kemarin yang ia bertemu lelaki tan dan di titipkan kepadanya seorang bayi lelaki berusia enam bulan. "Ehh aku jadi inget kalau lupa tanya nama bayi nya."

"Jadi sampai sekarang kamu masih panggil dia bayi."

"Kayanya iya Maria, aku harap nanti kita bakal ketemu lagi."

"Pasti, di sengaja atau engga sengaja." ucap Maria.

Saphire menjalani sisa hari nya di Sekolah dengan biasa saja, karena ia lebih banyak berdiam diri di dalam kelas ketimbang berkeliaran di luar kelas. Dan tak terasa, waktu pulang Sekolah sudah tiba, Saphire yang masih membereskan perlengkapan Sekolah nya tiba tiba di panggil oleh Maria.

"Kenapa Maria?"

"Aku pulang duluan ya, kita engga bisa jalan bareng ke depan nya. Aku udah ada yang jemut di depan."

"Iya Maria, kamu hati hati ya."

"Kamu juga Saphire, sampai jumpa."

"Sampai jumpa." tangan Saphire melambai.

Kalau seorang diri lebih baik Saphire akan menunggu hingga keadaan Sekolah menjadi sedikit sepi. Pandangan nya melihat ke luar kelas lewat jendela, masih ada murid yang berkumpul di lapangan.

Larut dalam lamunan Saphire tidak sadar kalau di kelas hanya menyisakan dirinya sendiri, dan juga ada seseorang yang masuk lalu mengambil tempat di samping Saphire.

Merasa rambut nya ada yang membelai, sontak membuat Elok melihat ke samping, supaya tahu siapa pelaku nya.

"Elgar." Saphire bernafas lega, setidak nya bukan orang lain yang berani berbuat seperti tadi.

"Lelah sekali ya hari ini?" Saphire merapikan rambut Elgar yang turun menutupi dahi.

"Terus ini kancing nya kenapa jadi lepas gini?" Saphire merapikan pakaian Elgar.

"Udah rapi, nanti di rumah makan terus bersih bersih ya."

"Kalau mau istirahat dulu juga engga apa apa." ucap Saphire bertubi tubi.

"Kenapa di gerai?" tanya Elgar.

"Lagi pengen suasana baru, bagus?" tanya Saphire.

"Cantik." balas Elgar mengusap rambut panjang Saphire.

"Makasih."

Saphire sibuk dengan hati nya, tidak menyadari kalau Elgar melepas jepitan rambut yang menempel di rambut nya.

"Bisa kasih penjelasan?"

Saphire meraba raba tempat yang semula ada penjepit. Kalau Elgar orang yang menanyakan nya ia tidak bisa mengelak sama seperti Maria.

"Siapa yang berani potong rambut kamu?" tanya Elgar.

"Aku engga kenal." balas Saphire.

Elgar mengangguk saja. "Kita pulang."

Saphire tidak ambil pusing, mungkin Elgar hanya ingin mengetahui saja, jadi ia tidak akan cemas. "Ayo, aku udah siap." ucap Saphire riang.

"Kita beli pin, dan bando rambut." putus Elgar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status