Share

Empat

Ternyata Elgar akan pulang lebih larut hari ini, dan Saphire berencana akan pulang mengingat ia hanya izin hingga sore hari saja.

Elgar menyempatkan diri untuk mengantar Saphire hingga ke tempat mobil beserta supir nya berada. "Pak, anter Saphire pulang." ucap Elgar.

"Baik Pangeran." bergegas sang supir menghidupkan mobil untuk di panaskan terlebih dahulu.

Waktu tersebut di manfaatkan untuk waktu Elgar dan Saphire berbicara. "Besok ke Sekolah sendiri tidak apa?" tanya Elgar.

"Kenapa?" itu hanya sekedar pertanyaan pada Elgar bukan seperti pertanyaan menuntut.

"Kalau aku tidak bisa berurusan dengan mu, itu tandanya ada urusan untuk Anggar." ucap Elgar.

"Jadi di hidup kamu hanya Aku dan Anggar saja??" tanya Saphire dengan senyum yang menggoda Elgar.

"Lebih tepatnya untuk saat ini, kesibukan ku di isi dengan kamu dan Anggar." Elgat menjelaskan.

"Ouh begitu, baiklah. Sampai ketemu besok kalau begitu Pangeran Mahkota."

"Juga, sayang ku."

Jangan tanya bagaimana keadaan jantung Saphire sekarang, sudah pasti nya berdetak kencang luar biasa tidak main main. Untung saja Saphire udah lama dengan Elgar dan dapat menahannya, bagaimana dengan perempuan lain yang hanya sesekali bersama Elgar? Saphire yakin pasti perempuan itu akan pingsan di tempat dan mengeluarkan darah dari hidung nya.

Mobil sudah siap, san seperti biasa Elgar meraih tanga Saphire untuk di kecup nya.

"Hati hati." ucap Elgar.

"Semangat latihan kembali." timpal Saphire.

Mobil mewah itu sudah berjalan menjauh dari tempat asalnya, mengantarkan Saphire hingga rumah atas perintah dari Elgar.

"Sedang apa kamu di sini?"

Elgar berbalik menatap ke arah sumber suara. Tengah berdiri seorang gadis di sana yang masih mengenakan pakaian Anggar, yang kurang hanya penutup wajah nya dan pedang nya.

"Mengantar Saphire, Milya." jawab Elgar.

"Ouh begitu." ujar Milya.

Milya Arsyanda dia adalah salah atu perempuan yang masuk ke club Anggar bersama dengan Elgar, dan juga Milya ini merupakan anak dari wakil raja dari ayah Elgar.

Setelahnya Elgar kembali masuk dan akan memulai latihan lagi. Seluruh badan nya sudah bermandikan keringat dan rasa rasa nya ia ingin sekali membereskan latihan lalu langsung menyegarkan diri.

Sementara Milya belum menyusul Elgar untuk masuk ke dalam, ia mendadak lupa tujuan apa yang membawanya datang keluar seperti ini. Karena belum juga teringat Milya memilih masuk saja biar nanti ingatan nya itu datang sendiri.

Di sisi Saphire, gadis itu meminta pada Pak supir untuk menurunkan nya di jalan yang sedikit lebih jauh dari letak rumah nya.

"Nona memangnya ingin kemana? biar saya antar, karena Nona sudah di titipkan pada saya oleh Pangeran Elgar." ucap sang supir ketika Saphire akan turun dari mobil.

"Engga perlu pak, aku memang ingin berkunjung ke suatu tempat, urusan Elgar itu jadi urusan aku aja pak, bapak jangan khawatir ya." ucap Saphire pasti.

"Baik kalau begitu Nona, saya tidak bisa memaksa lagi."

"Terima kasih ya pak sudah di antar."

"Sama sama Nona, saya akan kembali."

Saphire menatap mobil itu yang terus melaju, tujuan ia meminta untuk di turun kan jauh dari rumah memang akan pergi ke suatu tempat, jadi tidak ada unsur kebohongan sama sekali.

Kaki Saphire melangkah pelan menikmati sore hari yang cukup cerah ini. Dan di sinilah tempatnya, padang rumput yang luas tertampil di hadapannya, udara segar memenuhi paru paru Saphire. Saking luasnya padang rumput ini, mata Saphire bahkan tidak dapat melihat bangunan rumah di jung sana. Khayalan Saphire adalah akan lebih indah lagi kalau di tengah padang rumput ini terdapat danau atau sungai yang mengalir, jangan lupa bunga bunga yang akan ada di setiap sisinya, juga pepohonan yang menghasilkan buah buah manis, pasti nya akan lebih banyak lagi orang yang berkunjung ke mari sekedar untuk menghilangkan stress.

"Permisi, minta tolong untuk menjaga anak ini sampai aku kembali untuk membawanya lagi."

Tanpa sempat bertanya di tangan Saphire sudah ada anak mungkin berusia enam bulan tertidur di gendongan nya.

"Tapi mau kemana kamu?" tanya Saphire pada pemuda itu.

"Aku harus mengejar maling, waktu ku tidak banyak aku titip anak ini, dan aku berjanji akan mengambil nya lagi." ucap lelaki itu terburu buru, setelah nya ia kembali berlari menjauh dari Saphire, seperti nya akan kembali ke daerah pemukiman.

Pandangan Saphire jatuh pada wajah anak lelaki yang sedang tertidur damai di gendongan nya, hati Saphire semakin tenang melihat pemandangan saat ini.

Saphire memilih duduk di atas rumput hijau, pegal juga kalau menggendong bayi subur sambil berdiri tegak seperti tadi. Sesekali angin menghembus pada mereka berdua, dan Saphire yang akan memeluk sang anak atau mungkin dapat di sebut bayi ini.

Ada pergerakan dari si bayi membuat Saphire memperhatikan begitu dalam, mungkin saja bayi ini akan bangun.

Dan benar saja dugaan Saphire, mata si bayi perlahan terbuka masih mengerjap ngerjap menerima cahaya yang masuk pada matanya.

"Jangan di garuk." tangan Saphire lebih dulu menahan tangan yang lebih kecil itu.

"Ung."

"Gemas sekali suara mu."

"Aku lupa menanyakan nama mu pada lelaki tadi, bagaimana aku bisa memanggil mu? mau aku panggil bayi saja?" tanya Saphire pada si bayi, yang di balas dengan tawa tak bersuara.

"Baiklah, aku akan memanggil mu dengan bayi sampai aku mengetahui siapa nama mu bayi."

"Uhmm." tangan kecil nan gemuk si bayi meraih raih wajah Saphire.

melihat itu Saphire mendekatkan wajah nya pada tangan si bayi, wajah Saphire di usap dan terkadang di tepuk tepuk.

"Agh." suara si bayi.

"Kenapa teriak teriak bayi?"

"ummumu." si bayi memasukan tangan ke dalam mulut tanpa gigi itu, mata nya tak teralihkan dari Saphire.

Dan tak henti nya Saphire menyebutkan gemas pada bayi satu ini. Ingin rasa nya ia miliki satu tapi belum waktu nya memikirkan itu.

Karena malam semakin larut Saphire memilih untuk membawa pergi bayi ini ke rumah nya saja, tidak baik angin malam untuk bayi sekecil ini bukan. Bagaimana nanti reaksi ibu dan bapak nya kalau tiba tiba ia membawa bayi ke rumah.

Ada beberapa langkah Saphire berjalan, sudah ada lelaki yang memberi bayi ini padanya sedang berjalan ke arah mereka berdua. Seperti nya lelaki itu akan membawa si bayi sesuai dengan ucapannya tadi.

"Terima kasih sudah menjaga nya."

"Sama sama."

Saphire memberikan si bayi pada lelaki itu. Dan reaksi si bayi langsung merasa tidak nyaman, tangannya meraih raih untuk di gendong kembali oleh Saphire.

"Sebentar saja aku titip, anak ini tidak mau berpisah." ucap lelaki berkulit tan itu.

"Haha, lucu sekali. Sampai jumpa bayi, bila sudah takdir kita akan bertemu kembali."

Si bayi benar benar memperhatikan Saphire yang berbicara, seakan menganggap kalimat yang di ucap Saphire itu benar benar akan menjadi kenyataan. "Apuuuhgn."

Dengan ragu Saphire melihat pada lelaki yang menggendong si bayi. Merasa di tatap, si lelaki itu memberikan ekspresi seakan bertanya 'ada apa?' lalu Elok berkata "Boleh aku mencium pipi si bayi?"

"Silahkan."

Segera Saphire membungkuk kan badan supaya sejajar dengan si bayi, lalu mengecup pipi tembam itu. "Terima kasih sudah menyukai ku." ucap Saphire pada si bayi.

Badan nya sudah kembali tegak dan menatap si lelaki. "Dan Terima kasih sudah menitipkan si bayi pada ku."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status