Ternyata Elgar akan pulang lebih larut hari ini, dan Saphire berencana akan pulang mengingat ia hanya izin hingga sore hari saja.
Elgar menyempatkan diri untuk mengantar Saphire hingga ke tempat mobil beserta supir nya berada. "Pak, anter Saphire pulang." ucap Elgar. "Baik Pangeran." bergegas sang supir menghidupkan mobil untuk di panaskan terlebih dahulu. Waktu tersebut di manfaatkan untuk waktu Elgar dan Saphire berbicara. "Besok ke Sekolah sendiri tidak apa?" tanya Elgar. "Kenapa?" itu hanya sekedar pertanyaan pada Elgar bukan seperti pertanyaan menuntut. "Kalau aku tidak bisa berurusan dengan mu, itu tandanya ada urusan untuk Anggar." ucap Elgar. "Jadi di hidup kamu hanya Aku dan Anggar saja??" tanya Saphire dengan senyum yang menggoda Elgar. "Lebih tepatnya untuk saat ini, kesibukan ku di isi dengan kamu dan Anggar." Elgat menjelaskan. "Ouh begitu, baiklah. Sampai ketemu besok kalau begitu Pangeran Mahkota." "Juga, sayang ku." Jangan tanya bagaimana keadaan jantung Saphire sekarang, sudah pasti nya berdetak kencang luar biasa tidak main main. Untung saja Saphire udah lama dengan Elgar dan dapat menahannya, bagaimana dengan perempuan lain yang hanya sesekali bersama Elgar? Saphire yakin pasti perempuan itu akan pingsan di tempat dan mengeluarkan darah dari hidung nya. Mobil sudah siap, san seperti biasa Elgar meraih tanga Saphire untuk di kecup nya. "Hati hati." ucap Elgar. "Semangat latihan kembali." timpal Saphire. Mobil mewah itu sudah berjalan menjauh dari tempat asalnya, mengantarkan Saphire hingga rumah atas perintah dari Elgar. "Sedang apa kamu di sini?" Elgar berbalik menatap ke arah sumber suara. Tengah berdiri seorang gadis di sana yang masih mengenakan pakaian Anggar, yang kurang hanya penutup wajah nya dan pedang nya. "Mengantar Saphire, Milya." jawab Elgar. "Ouh begitu." ujar Milya. Milya Arsyanda dia adalah salah atu perempuan yang masuk ke club Anggar bersama dengan Elgar, dan juga Milya ini merupakan anak dari wakil raja dari ayah Elgar. Setelahnya Elgar kembali masuk dan akan memulai latihan lagi. Seluruh badan nya sudah bermandikan keringat dan rasa rasa nya ia ingin sekali membereskan latihan lalu langsung menyegarkan diri. Sementara Milya belum menyusul Elgar untuk masuk ke dalam, ia mendadak lupa tujuan apa yang membawanya datang keluar seperti ini. Karena belum juga teringat Milya memilih masuk saja biar nanti ingatan nya itu datang sendiri. Di sisi Saphire, gadis itu meminta pada Pak supir untuk menurunkan nya di jalan yang sedikit lebih jauh dari letak rumah nya. "Nona memangnya ingin kemana? biar saya antar, karena Nona sudah di titipkan pada saya oleh Pangeran Elgar." ucap sang supir ketika Saphire akan turun dari mobil. "Engga perlu pak, aku memang ingin berkunjung ke suatu tempat, urusan Elgar itu jadi urusan aku aja pak, bapak jangan khawatir ya." ucap Saphire pasti. "Baik kalau begitu Nona, saya tidak bisa memaksa lagi." "Terima kasih ya pak sudah di antar." "Sama sama Nona, saya akan kembali." Saphire menatap mobil itu yang terus melaju, tujuan ia meminta untuk di turun kan jauh dari rumah memang akan pergi ke suatu tempat, jadi tidak ada unsur kebohongan sama sekali. Kaki Saphire melangkah pelan menikmati sore hari yang cukup cerah ini. Dan di sinilah tempatnya, padang rumput yang luas tertampil di hadapannya, udara segar memenuhi paru paru Saphire. Saking luasnya padang rumput ini, mata Saphire bahkan tidak dapat melihat bangunan rumah di jung sana. Khayalan Saphire adalah akan lebih indah lagi kalau di tengah padang rumput ini terdapat danau atau sungai yang mengalir, jangan lupa bunga bunga yang akan ada di setiap sisinya, juga pepohonan yang menghasilkan buah buah manis, pasti nya akan lebih banyak lagi orang yang berkunjung ke mari sekedar untuk menghilangkan stress. "Permisi, minta tolong untuk menjaga anak ini sampai aku kembali untuk membawanya lagi." Tanpa sempat bertanya di tangan Saphire sudah ada anak mungkin berusia enam bulan tertidur di gendongan nya. "Tapi mau kemana kamu?" tanya Saphire pada pemuda itu. "Aku harus mengejar maling, waktu ku tidak banyak aku titip anak ini, dan aku berjanji akan mengambil nya lagi." ucap lelaki itu terburu buru, setelah nya ia kembali berlari menjauh dari Saphire, seperti nya akan kembali ke daerah pemukiman. Pandangan Saphire jatuh pada wajah anak lelaki yang sedang tertidur damai di gendongan nya, hati Saphire semakin tenang melihat pemandangan saat ini. Saphire memilih duduk di atas rumput hijau, pegal juga kalau menggendong bayi subur sambil berdiri tegak seperti tadi. Sesekali angin menghembus pada mereka berdua, dan Saphire yang akan memeluk sang anak atau mungkin dapat di sebut bayi ini. Ada pergerakan dari si bayi membuat Saphire memperhatikan begitu dalam, mungkin saja bayi ini akan bangun. Dan benar saja dugaan Saphire, mata si bayi perlahan terbuka masih mengerjap ngerjap menerima cahaya yang masuk pada matanya. "Jangan di garuk." tangan Saphire lebih dulu menahan tangan yang lebih kecil itu. "Ung." "Gemas sekali suara mu." "Aku lupa menanyakan nama mu pada lelaki tadi, bagaimana aku bisa memanggil mu? mau aku panggil bayi saja?" tanya Saphire pada si bayi, yang di balas dengan tawa tak bersuara. "Baiklah, aku akan memanggil mu dengan bayi sampai aku mengetahui siapa nama mu bayi." "Uhmm." tangan kecil nan gemuk si bayi meraih raih wajah Saphire. melihat itu Saphire mendekatkan wajah nya pada tangan si bayi, wajah Saphire di usap dan terkadang di tepuk tepuk. "Agh." suara si bayi. "Kenapa teriak teriak bayi?" "ummumu." si bayi memasukan tangan ke dalam mulut tanpa gigi itu, mata nya tak teralihkan dari Saphire. Dan tak henti nya Saphire menyebutkan gemas pada bayi satu ini. Ingin rasa nya ia miliki satu tapi belum waktu nya memikirkan itu. Karena malam semakin larut Saphire memilih untuk membawa pergi bayi ini ke rumah nya saja, tidak baik angin malam untuk bayi sekecil ini bukan. Bagaimana nanti reaksi ibu dan bapak nya kalau tiba tiba ia membawa bayi ke rumah. Ada beberapa langkah Saphire berjalan, sudah ada lelaki yang memberi bayi ini padanya sedang berjalan ke arah mereka berdua. Seperti nya lelaki itu akan membawa si bayi sesuai dengan ucapannya tadi. "Terima kasih sudah menjaga nya." "Sama sama." Saphire memberikan si bayi pada lelaki itu. Dan reaksi si bayi langsung merasa tidak nyaman, tangannya meraih raih untuk di gendong kembali oleh Saphire. "Sebentar saja aku titip, anak ini tidak mau berpisah." ucap lelaki berkulit tan itu. "Haha, lucu sekali. Sampai jumpa bayi, bila sudah takdir kita akan bertemu kembali." Si bayi benar benar memperhatikan Saphire yang berbicara, seakan menganggap kalimat yang di ucap Saphire itu benar benar akan menjadi kenyataan. "Apuuuhgn." Dengan ragu Saphire melihat pada lelaki yang menggendong si bayi. Merasa di tatap, si lelaki itu memberikan ekspresi seakan bertanya 'ada apa?' lalu Elok berkata "Boleh aku mencium pipi si bayi?" "Silahkan." Segera Saphire membungkuk kan badan supaya sejajar dengan si bayi, lalu mengecup pipi tembam itu. "Terima kasih sudah menyukai ku." ucap Saphire pada si bayi. Badan nya sudah kembali tegak dan menatap si lelaki. "Dan Terima kasih sudah menitipkan si bayi pada ku."Bruk "Terima kasih ayah, sudah antar Sekolah." ucap Saphire dari luar mobil yang jendela nya terbuka. "Sudah tugas ayah, pulang nya jemput lagi?" tanya sang ayah. "Nanti Saphire kabarin." "Belajar yang giat." "Baik ayah, hati hati di jalan." Saphire berbalik melangkah memasuki Sekolah, sudah banyak yang datang karena memang kedisiplinan yang di tanam sedari awal, yang menjadi kebiasaan. Sebenarnya tidak banyak orang yang Saphire kenal, ia hanya keikut terkenal karena sang kekasih yang seorang putera mahkota itu. Dan apabila Elgar tidak bersama nya sekarang seperti ini, semua orang terlihat mengacuhkan nya dan seperti tidak melihat dirinya. Saohire awal nya berusaha untuk acuh tapi tatapan intimidasi itu tidak dapat ia hindari setiap hari nya. "Aku baru tau kalau Sekolah kita ada anak yang pake mobil rusak." Dari kalimat itu mengundang gelak tawa sekitar, satu per satu orang datang mengerubuni Saphire. Saphire sendiri tidak mengerti apa yang terjadi sekarang, apa
"Aku bingung, menurut kamu bagus yang mana?" "Yang kanan atau yang kiri? aku engga bisa pilih soalnya menggemaskan semua." Elgar melihat kedua pin rambut yang berada di atas telapak tangan nya Saphire. Benar apa yang kata gadis nya itu bilang kalau kedua pin rambut itu sangat cocok untuk perempuan cantik seperti Saphire ini. "Ambil dua dua nya aja." ucap Elgat memberi keputusan. "Tapi takut engga ke pake salah satu nya." balas Saphire. "Kamu bisa pake bergantian." "Iya ya, kamu bener juga. Tadinya aku engga mau berlebihan, tapi kalau yang lucu lucu gini mana tahan haha." ujar Saphire, yang mampu menerbitkan senyum tipis dari Elgar. Setelah membayar, mereka berdua masuk kembali ke dalam mobil dan menuju rumah Saphire. Acara jalan jalan setelah sepulang Sekolah mereka harus batal karena terdapat panggilan mendadak dari pelatih Anggar Elgar, kalau ada latihan hari ini. "Engga apa apa ga jadi main?" tanya Elgar. "Engga apa apa, kamu harus latihan. Aku temenin yah?"
Saat ini mobil yang di kendarai oleh Elgar sudah terparkir di depan kediaman Saphire, lelaki itu berniat untuk menjemput sang kekasih dan berangkat bersama ke Sekolah. Elgar masih fokus pada handphone nya hingga suara pintu mobil terbuka, lalu nampak perawakan Saphire yang sudah masuk, tengah merunduk merapikan ikat pinggang. "Satu... Dua... Tiga.. Tada!!" pekik Saphire, sepasang tangan Saphire di tangkup pada pipi nya dan tersenyum manis menatap Elgar. "Apa ada yang berbeda?" tanya Saphire berharap Elgar menyadari nya. "Tidak ada." "Benarkah?" "Ya." "Kau yakin?" "Tentu." Senyum Saphire memudar seketika, dan mengalihkan perhatian nya pada handphone. Dirinya menjadi sangat malu karena terlalu percaya diri.Elgar sebenarnya sangat menyadari perubahan penampilan dari Saphire ini, dan Elgar sendiri mengakui bahwa perubahan pada Saphire itu sangat membuat nya lebih cantik dan anggun. "Helaian helaian rambut itu sangat cocok menutupi kening mu, dan juga di tambah dengan
"Kalau Royal bukan Sekolah yang terpandang, kasus kemarin pasti udah bikin nama Royal buruk sekali." ucap Maria.Saphire dan Maria sedang berdiskusi di bangku mereka, pembelajaran sudah berakhir dan sekarang memasuki waktu istirahat. Karena terlalu malas pergi ke kantin yang akan sangat ramai, mereka berdua memutuskan untuk menunggu di kelas supaya kantin tidak terlalu berdesakan. Obrolan mereka tidak jauh dari kasus kemarin, dan mendapatkan kesimpulan kalau bisa saja ada seseorang yang dendam pada si korban."Tapi aku mengira kalau memang Elgar yang melakukan nya Saphire.""Kenapa bisa seperti itu, karena dia membela mu karena di perlakukan buruk pada saat itu." ucap Maria lagi. Saphire terdiam belum menanggapi, dan tak lama kepala nya mengangguk pertanda setuju. "Kamu bisa saja benar Maria. Mengingat semua orang yang pernah menyakiti ku, pasti tak lama akan berakhir buruk." "Itu tidak mungkin kamu Maria, selama di Royal ini aku hanya akrab dengan kalian berdua. Atau mungkin orang
Elgar Dominic memang di kenal oleh semua orang sosok yang di hormati karena latar belakang yang menyandang status sebagai Putra Mahkota. Status tersebut membuatnya menjadi yang paling tinggi di antara kalangan yang ada di seluruh Royal. Sikap nya yang semena mena untuk kebaikan sendiri dan orang sekitar sudah tidak aneh, lagi pula siapa yang akan berani melawan. Bahkan kalaupun Elgar bersalah, maka lelaki itu akan dengan mudah memutar balikan fakta yang ada. Menggunakan kekuasaan untuk kepentingannya sendiri, itu tidak sepenuh nya benar karena terkadang Elgar akan lebih peduli pada orang orang yang dekat dengan nya ketimbang orang lain yang bahkan tidak ada hubungan apa pun dengan dirinya. Dari hal tersebut, Elgar tidak pernah tunduk pada mereka yang memiliki tahta yang rendah siapa pun itu. Tetapi, ada satu hal yang tidak semua orang ketahui mengenai Elgar ini. Ia memiliki rasa segan pada sang ayah alias Raja dari Kerajaan EstFabula ini. Elgar tidak dapat membantah semua k
"Elgar." Tidak ada pilihan lain selain Saphire memilih untuk memanggil, dan mendekati Elgar juga perempuan yang ada di dalam rengkuhan kekasih nya itu. Wajah panik Elgar terlibat jelas kepanikan di sana, lelaki itu takut Saphire salah paham dengan posisi nya yang sekarang, bagaimana cara ia menjelaskan jikalau Saphire masih tidak percaya dengan keyakinan yang di berikan? "Aku menitipkan makanan pada teman mu di sana, jangan lupa untuk memakan nya ya." ucap Saphire.Memang sebelum memanggil Elgar tadi Saphire memilih untuk menitip kan roti juga susu yang ia bawa karena berniat akan langsung pulang saja. "Maaf aku tidak menepati perkataan ku yang akan menemani latihan mu hari ini, semoga hari mu menyenangkan." ucap Saphire.Dengan cepat Elgar menahan Saphire pergi, dan memilih untuk menarik si gadis ke luar ruangan. "Kenapa Elgar?" tanya Saphire."Aku sama dia ga ada apa apa Saphire, itu hanya pergerakan yang tidak di sengaja." ucap Elgar membela diri. "Maksud nya seperti apa? aku
Malam semakin larut tetapi Edwin tidak juga terlihat ada tanda tanda untuk beranjak dari tempat nya, Saphire kira tempat yang seperti ini tidak akan membuat nyaman Elgar yang setiap hari nya berdiam diri di tempat yang mewah dan tentunya menomor satukan kenyamanan. Sebaliknya di tempat Elgar duduk sekarang, Saphire yakin kalau posisi kekasih nya itu terasa pegal dan membuat tidak nyaman. "Ayo masuk lah untuk sebentar." ajak Saphire, tidak tega juga kalau lama lama di lihat.HapBukan ke dalam, Elgar malah melompat keluar. Saphire hampir jantungan di buatnya, karena pergerakan itu sangat spontan. "Berhati hati lah." Saphire memperingati. "Ya, aku harus pulang sekarang, dan aku harap besok kita akan berjumpa lagi rembulan ku." ucap Elgar, meraih tangan kanan Saphire lalu mengecup punggung tangan nya. "Aku mengharapkan pertemuan itu." ucap Saphire lalu tersenyum manis. Elgar terhipnotis dengan senyuman itu, entah apa keinginan ibu dari kekasih nya hingga melahirkan anak yang nyaris
Beberapa hari kemudian, festival pasar malam itu di adakan pada malam ini. Tentunya untuk masyarakat sekitar akan merasa terhibur dengan kegiatan tersebut. Memang awal nya ada lembaga yang akan mengadakan festival ini pada setiap bulan nya, tentu di daerah yang berbeda beda dengan waktu selama satu bulan lamanya. Mendengar hal itu, Saphire segera menghubungi Elgar untuk pergi bersama ke festival sesuai ucapan nya beberapa hari lalu di Sekolah. Saphire merasa senang dan akan memanjakan diri di sana dengan segala makanan juga permainan yang ada. Dan sekarang gadis itu sudah sampai di Festival, mata nya bagaikan di taburi dengan bintang karena berkat pantulan lampu. Saphire seorang diri, karena Elgar meminta untuk Saphire pergi lebih dulu dan dirinya akan menyusul nanti ketika urusan nya sudah selesai. Si gadis menerima nya dan tadi di antar oleh sang ayah ke Festival."Hal apa yang akan aku coba pertama kali?" saking banyak nya pedagang Saphire sampai bingung sendiri. "Goreng tahu
"Eh.""Kamu baik baik saja?" Segera Saphire berdiri dan merapikan penampilan nya walau tidak membuahkan hasil sama sekali. "Ya, sejauh ini baik baik saja." "Jangan bohong seperti itu, anak kecil saja tau kalau kamu sedang tidak baik baik saja." "Mungkin tadi iya, tapi sekarang sudah tidak apa apa, terima kasih atas perhatiannya Guru."Tatapan prihatin sekaligus kasihan itu di peruntukan untuk Saphire, tidak sekali dua kali sang Guru melihat sesuatu hal yang terjadi pada anak didiknya itu. Kadang kala penampilan nya tidak begitu rapi dengan perundungan yang sebelum nya di alami. Dan entah mengapa tetapi pihak Royal tidak juga untuk membuka mata tentan masalah ini, seakan selalu tertutupi oleh berita yang lebih besar. "Pakai sapu tangan ini, setidak nya untuk menyeka air air yang menetes." "Terima kasih lagi, aku akan menggunakan nya dan di kembalikan secepatnya Guru." "Tidak perlu terburu buru, tidak apa. Itu untuk mu saja, aku memberikan nya." "Baiklah." "Aku tidak bisa berl
Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken
"Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu
"Apa kamu menunggu lama?" tanya Miguel.Posisi Saphire yang sebelumnya membelakangi Miguel, kini mereka berdua tengah berhadapan. Saphire memperhatikan penampilan yang berbeda dari Miguel, tentunya dengan memakai pakaian Olahraga klub polo nya. "Tidak, mungkin karena aku bersama teman di sini." balas Saphire."Teman?" Miguel tidak salah mendengar bukan? tidak ada siapapun di sekitar Saphire sedari tadi."Kuda mu, Miguel." "Ah, kalian sudah berteman rupanya.""Benar, tadi pun aku sempat untuk memberikan nya rumput." "Rumput? dari mana?" "Ada yang memberikan nya tadi, tidak masalah kan?" "Ya tidak apa apa." Tangan Miguel bergerak membuka pintu kandang kuda milik nya, di raih nya tali pada kuda dan menuntun ke lapangan. "Saphire, kamu bisa menunggu di sana bersama gadis lain. Buat nyaman diri mu, dan duduk di mana saja sesuai dengan keinginan mu." ujar Miguel tadi sebelum terjun ke lapangan. Mendengar penuturan dari Miguel tadi, Saphire menuruti nya. Ia menempati tempat duduk yan
"Ngomong ngomong Miguel." panggil Saphire masih terdengar sopan di telinga Miguel."Kenapa?" "Apakah orang yang tadi mengajak berbicara adalah teman mu?" "Ya, dan mungkin hanya satu satunya teman ku." Jawaban dari Miguel mengundang rada penasaran Saphire. "Apa aku tidak di anggap sebagai teman mu?" "Haha, itu persoalan yang berbeda untuk ku." "Kenapa begitu" "Apa ada sesuatu yang bisa kamu berikan pada ku?" tanya Miguel mengalihkan pembicaraan.Saphire yang mengerti kalau Miguel tidak ingin membahasnya lebih lanjut memilih untuk diam, dan kembali merasa bingung dengan pertanyaan dari Miguel. "Sesuatu yang di berikan?" "Ya.""Untuk apa?" "Kami di klub Polo meyakini jika mendapatkan barang dari gadis terkasih nya, akan di anggap sebagai berkat yang selalu menyertai terutama ketika turun ke lapangan." balas Miguel."Tetapi, bukan nya sekarang hanya latihan saja? maksudku apa memang harus?" "Sama saja, mau latihan ataupun perlombaan, itu akan kami hargai dan menjaga nya sepenuh h
Benar saja, Saphire di bawa oleh Miguel ke tempat latihan Polo nya. Mata Saphire tengah di suguhi dengan banyak nya kuda di dalam kandang, kepala mereka menyembul keluar dan ada juga yang sedang di beri rumput.Mengingat Miguel akan latihan, Saphire merasa lingkungan sekitarnya sudah mulai ramai dengan banyak orang, mungkin teman teman satu klub Miguel. Beberapa di antara mereka juga ada yang membawa seorang gadis yang bisa di lihat status mereka sepasang kekasih ataupun sepasang tunangan. Sedangkan Saphire di sini sebagai apa? hanya menemani Miguel yang ia harap akan berjalan lancar tanpa ada yang menghambat. "Ayo, aku akan menunjukan kuda milik ku." ajak Miguel, yang melihat Saphire sangat sibuk dengan melihat lihat sekitar."Maaf aku tidak fokus, aku sangat tertarik dengan lingkungan di sini, sangat indah." balas Saphire menatap wajah Miguel. "Kamu menyukai nya?" "Tentu saja." "Maka aku akan selalu mengajak mu." "Memang aku sudah meng iya kan?" "Aku tidak butuh persetujuan i
"Istirahat tadi, kamu kemana saja Saphire?" tanya Maria."Aku bertemu dengan seseorang, kenapa bertanya? urusan mu dengan dengan klub paduan suara hanya sebentar saja?" "Benar, pada saat aku kembali ke dalam kelas aku tidak menemukan mu, dan sengaja aku mencari ke kantin juga tidak ada." "Aku akan ikut klub kerajinan tanah liat." putus Saphire. Tentunya mendapatkan dukungan dari Maria, bagaimana tidak? Maria melihat Saphire yang sudah dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang. "Aku senang mendengarnya, lalu di mana itu? dan kapan mulai untuk mu?" "Ruangan nya tepat di ujung, tidak begitu banyak yang menjangkau. Dan untuk ku pertama memulai di hari jumat nanti." "Buat kan aku cangkir pertama mu ya." pinta Maria. "Tentu, akan aku usahakan." Saphire dan Maria melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat menunggu jemputan, tentunya seperti biasa Saphire hanya mengantar saja anggapan nya sekalian saja menuju gerbang pulang. "Jarang sekali supir mu sudah datang Maria." ucap Saphir
Saat ini Saphire tengah berjalan mengikuti kedua teman baru nya itu menuju tempat kegiatan kerajinan tanah liat berada.Ia kira kegiatan itu tidak langsung hari ini ia ikuti, tapi ternyata boleh di ikuti dengan segera. Karena Saphire yang tidak ada kegiatan dan juga sedang mengalihkan pikiran nya, jadilah dia sekarang ikut kegiatan.Dan lagi, mengingat apa yang di lakukan oleh Roblyn dan Becca membuat Saphire terharu. Mereka masih memakan makanan kecil yang ia bawa tadi padahal sudah menyentuh tanah. Dengan anggapan kata mereka kalau makanan itu di kemas dengan rapat jadi tidak kotor sama sekali. Saphire terharu dengan perbuatan mereka berdua yang dapat menghargai sesuatu yang tidak penting tetapi menjadi penting untuk orang lain. "Saphire, kamu mau pergi ke mana?" tanya Becca yang menyadarkan Saphire karena terus berjalan. "Ah aku kira kita masih berjalan." dengan rasa malu Saphire berjalan kembali mendekati sepasang kekasih itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Becca."Tid
Tidak ada yang berbeda dengan Royal setiap harinya, mungkin akan berbeda jika adanya acara acara yang di adakan. Mengingat saat ini hanya akan ada hari hari biasa dan juga untuk kedepan nya, jadi hari itu akan sama saja tidak ada yang spesial, terkecuali bila ada kejadian yang tidak di duga duga, kejadian yang sama sekali tidak tertera di kalender sekalipun.Saphire bersama Maria tengah berjalan jalan di sekitar koridor Royal, mereka hanya menghabiskan waktu sebelum masuk nanti. Maria yang melihat lihat sekitar dan sesekali menyapa, sementara Saphire berjalan di selingi dengan membaca buku yang ada di tangan nya. "Saphire bagaimana menurut mu tentang orang ketiga di dalam hubungan orang lain?" tanya Maria masih berjalan. Tentunya mendengar apa yang di tanyakan oleh Maria membuat Saphire seperti terkena petir di pagi bolong ini, apa Maria sedang membahas tentang dirinya? apa Maria merasa jijik dengan teman nya yang berhubungan dengan Elgar di belakang status pertunangan dengan Milya