Beranda / Pernikahan / Menjadi Istri yang Dilupakan / Bab 43: Sebuah Harapan yang Pudar

Share

Bab 43: Sebuah Harapan yang Pudar

Pagi kembali tiba, dengan matahari yang menyapa lembut melalui tirai jendela kamar. Di luar, kicauan burung terdengar, memberikan kehangatan alami. Tapi di dalam rumah, suasana tetap terasa dingin. Nadia sudah terbiasa dengan kesunyian ini. Meski dia terus berharap, entah sejak kapan harapan itu perlahan mulai menghilang, tenggelam dalam kenyataan yang tak seindah bayangannya.

Di meja makan, Nadia duduk sambil menunggu Indra turun. Reza sudah selesai sarapan dan bermain di ruang tamu. Ada secangkir teh hangat di depannya, tapi ia tidak menyentuhnya. Pikirannya melayang pada percakapan malam sebelumnya. Indra seperti tembok, sulit untuk ditembus. Meski Nadia sudah berusaha membuka diri, mencoba berbicara, hasilnya selalu sama—jawaban yang singkat dan tanpa rasa.

Langkah kaki Indra terdengar menuruni tangga. Nadia berusaha menguatkan dirinya, mencoba untuk tetap ramah seperti biasa.

"Mas, sarapannya sudah siap," ujar Nadia dengan nada lembut.

Indra ha

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status