Bella mengenakan gaun putih yang membungkus tubuhnya dengan cantik sementara Kenneth memakai setelan tuksedo rapi, menegaskan betapa rupawan lelaki itu.
Pernikahan yang terjadi tanpa berdasarkan cinta, tapi perasaan Bella berdebar tidak karuan karena ini adalah hari ia akan mengucapkan janji suci pernikahan dengan Kenneth.
Saat orang lain menikah disaksikan oleh banyak orang, Bella dan Kenneth hanya berdua dan saksi pernikahan hanya asisten pribadi Kenneth, seorang pendeta, dan satu orang lain yang membawa akta nikah sebagai pertanda bahwa pernikahan itu resmi.
Sempat Bella gugup hingga pada akhirnya sumpah pernikahan terjadi, ia telah resmi menjadi istri dari seorang Kenneth Riegler.
"Seperti yang aku janjikan padamu, uang akan kamu dapatkan setelah pernikahan ini selesai dilakukan," ucap Kenneth setelah mereka tiba di rumah.
Kenneth memberikan kode pada asistennya untuk datang membawa satu koper uang di depan Bella yang masih memakai gaun pernikahan. Tindakan Kenneth menegaskan sangat jelas jika pernikahan yang terjadi seperti mimpi barusan hanya ada dalam ikatan kontrak.
"Kamu bisa menghitungnya kembali untuk memastikan jumlah uangnya cukup atau tidak."
Bella menutup koper yang masih di bawa oleh asisten Kallen, "Saya percaya pada Tuan, jadi saya tidak perlu menghitungnya kembali."
Kenneth mengangguk, "Berikan tas itu padanya," kata Kenneth memerintahkan.
Bella dengan gaun pengantin menerima uang dalam tas yang jumlahnya tentu saja tidak sedikit.
"Tidak butuh bantuan? Mungkin orang-orangku bisa mengantarmu dan bantu memastikan hutang keluargamu lunas." Kenneth menawarkan diri.
Bella langsung menggeleng. Jika Kenneth melakukan itu, maka dipastikan lelaki ini akan tahu jika keluarga Bella adalah orang yang terikat kontrak rahim dengan Kenneth. Hal itu berarti identitas Bella sebagai ibu kandung Gio akan ketahuan dan dia akan dipisahkan dari putranya itu sesuai kontrak!
"Aku bisa melakukannya sendiri."
Tanpa menunda lagi, Bella pun langsung pergi ke tempat orang tuanya begitu segala hal perihal pernikahannya beres.
Sementara itu, Kenneth yang bersandar dengan santai selagi melihat ke arah Bella yang sudah menjauh menurunkan titah, "Ikuti perempuan itu dan pastikan dia benar-benar menggunakan uang sebanyak itu dengan baik. Aku curiga dia hanya dimanfaatkan oleh keluarganya.”
Asisten Kenneth sebenarnya agak kaget dengan perintah tuannya itu. Kenapa Kenneth begitu perhatian?
Akan tetapi, mengingat Bella juga sudah menyandang status sebagai istri pria tersebut, asisten Kenneth pun membungkuk hormat. “Baik, Tuan. Sesuai dengan perintah Anda." Setelah asistennya menjauh, Kenneth menghela napas. Dia sungguh tidak habis pikir akan tiba hari di mana dirinya berstatus sebagai suami seseorang.
‘Ini semua demi Gio,’ batin pria itu seraya berbalik pergi.
__
"Bella, darimana kamu mendapatkan uang sebanyak ini?" tanya Delina, ia syok melihat putrinya datang tiba-tiba membawa uang yang begitu banyak, Delina langsung menutup uang tersebut sebelum Anthony melihatnya.
"Bawa uang ini, jangan biarkan ayahmu melihatnya." Delina buru-buru mencari cara bagaimana agar Anthony tidak lagi mengganggu kehidupan Bella.
Bella menahan tangan ibunya, "Gunakan uang ini untuk membayar hutang. Setelahnya aku tidak yakin apakah bisa membantu kalian lagi atau tidak, jadi gunakan uang ini dengan sebaik mung–"
"Bella!”
Panggilan itu mengejutkan Bella dan Delina. Mereka menoleh dan mendapati sosok Anthony datang menghampiri dengan senyum lebar penuh makna.
“Akhirnya kamu pulang ke rumah. Ayah sangat merindukanmu." Anthony datang memeluk dengan erat. Setelah pelukan terlepas, Anthony melihat tas di atas meja. “Apa ini?”
Saat akan menyentuhnya, Delina langsung memukul tangan Anthony.
"Jauhkan tanganmu," ujar Delina.
"Memang apa isinya?"
Bella menghela nafas, "Sekarang aku tidak perlu menikah dengan orang pilihanmu, jadi gunakan uang ini untuk membayar hutang. Jika suatu hari keluarga ini terlibat dengan hutang lagi, aku tidak bisa membantu." ucap Bella.
"Jadi ini berisi uang? Bella, kau penyelamat keluarga." Sekali lagi Anthony memeluk putrinya. "Aku tidak akan lagi merugikanmu dengan menggunakan uang ini untuk ikut tanam saham, aku berjanji." katanya meyakinkan.
Bella mengangguk, "Ini kesempatan terakhir, jadi jangan pernah melakukan tindakan sembrono, tolong jaga kepercayaanku dengan baik. Oh ya, Mom. Setelah hutang keluarga ini sudah dibayar maka segera hubungi aku, kepercayaanku pada suamimu sudah memudar."
Cara bicara Bella sudah jauh berubah dibandingkan empat tahun yang lalu, dan itu semua akibat perubahan Anthony yang menjadi semakin tidak bisa diandalkan.
"Bella, maafkan aku." Anthony menggenggam tangan Bella.
"Aku tidak bisa lama-lama, jadi aku harus pergi." Bella menarik tangannya, "sekali lagi jangan mengkhianatiku, Dad." pesannya.
"Bella, kenapa kau buru-buru? Ibumu bisa menyiapkan makanan untukmu sebelum pergi."
Delina menepuk bahu Anthony, "Semua ini salahmu, jika bukan karenamu putri kita tidak akan mengalami kesengsaraan seperti ini!"
“Apa katamu!? Dasar istri kurang ajar!”
“Dad! Mom! Hentikan …,” pinta Bella, sukses membuat kedua orang tuanya memandang dirinya. “Ini kali terakhir, aku sungguh-sungguh,” ucapnya. “Jangan bertengkar lagi dan jaga diri kalian baik-baik … aku mungkin tidak akan bisa mengunjungi kalian lagi seperti dulu.”
Mendengar itu, Delina dan Anthony mengerutkan dahi. Akan tetapi, sebelum mereka sempat bertanya, Bella sudah terlebih dahulu pergi meninggalkan rumah itu.
“Aku pergi.”
Seiring dirinya meninggalkan rumah kedua orang tuanya, Bella menghela napas. Dia terus berjalan sampai akhirnya cukup jauh dan memutuskan untuk berhenti. Bella mendongakkan kepalanya ke langit, menahan air mata agar tidak jatuh.
Sejak lulus, Bella merasa hidupnya bukan miliknya, melainkan jaminan untuk keluarganya. Hari ini, semuanya selesai. Tidak ada lagi utang, maupun tanggung jawab. Karena Bella … sudah kehilangan haknya sejak menikah dengan Kenneth.
Bulir bening menetes dari pelupuk matanya yang langsung Bella usap. Ia tidak boleh lemah, semua ini sudah berakhir. Sekarang, saatnya membuka lembaran baru.
“Kamu kuat, Bella ….” Bella tersenyum dan lanjut berjalan. “Ada Gio yang menjadi topanganmu sekarang.”
Saat dirinya masuk ke dalam taksi dan pergi dari perumahan itu, tidak dia sadari ada seorang pria yang terus memperhatikannya.
Pria itu mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.
Saat panggilan terhubung, pria tersebut pun berkata, "Tuan, Nyonya sudah menyerahkan uang yang Anda berikan tadi."
"Aku tidak berpikir kamu akan menghabiskan semua uang itu hanya dalam waktu kurang dari sehari setelah pernikahan kita selesai dilakukan."Bella menoleh melihat keberadaan Kenneth bersandar di samping pintu kamarnya sambil melipat tangan di depan perut."Saya hanya membayarkan utang seperti yang telah saya katakan pada Tuan sebelumnya." jawab Bella, mungkin sekarang Kenneth telah berpikir bahwa dirinya sangat gila uang, bagaimana tidak jika uang begitu banyak bisa langsung Bella habiskan.Kenneth berdecak pelan sembari memalingkan wajah dari Bella. "Gio mencarimu, sejak tadi menangis hanya menyebut namamu." katanya bernada ketus entah karena apa.Bella segera menuju kamar putranya melihat Gio yang tidur dengan wajah masih basah oleh air mata, dengan sangat hati-hati Bella mengusap air mata Gio dengan lembut. Mulai sekarang Gio tidak akan berpisah darinya lagi dan seandainya Gio memanggilnya dengan sebutan ibu, Kenneth juga tidak akan lagi marah. Ini … sempurna, bukan?Kecupan lembut
Bella langsung menjauh dari Kenneth setelah lelaki itu menurunkannya, satu alis Kenneth terangkat naik melihat respon Bella."Ini terlalu cepat kalau kita tidur di kamar yang sama, biarkan saya menyiapkan diri lebih dulu." Bella melewati Kenneth menuju pintu keluar tapi tangan Kenneth menahan lengan Bella."Kamu sudah menyetujui perjanjian lalu sekarang kamu akan melarikan diri?"Bella menoleh, dari pada melarikan diri, Bella lebih merasa kondisi seperti ini terlalu mendadak. Pernikahan baru dilakukan tadi, lalu Kenneth langsung membawanya ke dalam kamar pribadi pria ini.Kalau memang pernikahan tersebut dilakukan dengan perasaan saling mencintai satu sama lain maka Bella tidak akan keberatan, masalahnya ini berbeda dan Kenneth tentunya tidak akan percaya kalau sebelumnya Bella tidak pernah tidur dengan seorang pria manapun."Aku tidak melarikan diri, aku hanya belum siap." Dalam hati Bella berharap Kenneth tidak memaksanya, demi apapun kondisi sekarang sangat mendebarkan."Apa yang k
Seharian ini Bella menemani Gio bermain sampai akhirnya Gio bertanya."Mommy, apa daddy sudah menikah dengan Mommy?"Bella tersenyum hambar, pernikahan yang dilakukan bersama Kenneth memang tidak mengikut sertakan Gio, tapi apa bocah empat tahun juga perlu mengerti hal seperti ini? Bella punya beberapa foto yang sengaja di abadikan ketika sumpah pernikahan, tapi Kenneth tentunya tidak mengijinkan foto tersebut dipublikasikan."Gio," Bella menyentuh wajah Gio dengan lembut, "kenapa kamu tiba-tiba bertanya demikian?""Saat aku bermain dengan teman, mereka bilang ayah ibunya punya foto pernikahan besar di rumah mereka, tapi di rumah ini tidak ada satupun foto kebersamaan Mom dan daddy, jadi kalian tidak menikah?"Bella tidak mengerti kenapa anak empat tahun bisa berpikiran sejauh ini, cara berpikir Gio di luar batas anak seusianya, mungkinkah kecerdasan sang ayah juga menurun pada anak? "Kemari, duduk di pangkuan Mommy." ucap Bella. "Mommy dan daddy-mu sudah menikah, tapi … Gio harus m
Setiap hari Kenneth pastinya bertemu dengan Bella sejak perempuan itu menjadi pengasuh Gio, hari ini pun juga masih sama tapi dengan status yang berbeda.Kenneth memperhatikan punggung Bella yang membelakanginya sambil membuat makanan untuk Gio. Semalam wanita ini membuatnya tidak bisa tidur hanya karena memikirkan seperti apa rasanya bibir ranum itu."Sepertinya aku benar-benar gila." gumam Kenneth. Tidak tahan terus berhadapan dengan Bella, pria itu pun berdiri, sudah waktunya berangkat ke kantor.“Aku berangkat." pamitnya.Bella menoleh, "Tunggu sebentar." sambil mengeringkan tangan kemudian menghampiri Kenneth, "dasinya tidak rapi." katanya, tangan Bella terulur memperbaiki dasi Kenneth, sialnya tatapan Kenneth kembali tertuju pada bibir Bella.Hal itu membuat pria tersebut mematung. “Selesai.”Bella mengambil satu langkah menjauh dari Kenneth, tapi dia malah mendapati pria itu terbengong. “Kenneth?”Tersentak dari lamunan, Kenneth mengerjapkan mata. Dia berdeham dan memalingka
Hari sudah menunjukkan pukul delapan tapi Kenneth belum juga keluar dari kamar, biasanya lelaki itu akan keluar dan menikmati sarapan sebelum berangkat ke kantor, tapi tidak biasanya Kenneth terlambat bangun. "Mommy, di mana Daddy?" tanya Gio karena memang saat Gio bangun, Kenneth akan duduk menghadap segelas teh hangat di meja makan. "Gio makan dulu ya, Mom akan melihat apa yang daddy lakukan." ucapnya, Gio mengangguk. Bella melepaskan apron sebelum menuju kamar Kenneth. Tidak biasanya Kenneth masih tidur jam segini, dan benar saja lelaki itu masih tidur menyembunyikan tubuhnya di balik selimut tebal. "Kenneth," panggil Bella, "sarapan sudah aku siapkan." tambahnya sambil membuka korden jendela, tapi Kenneth tidak merespon. Kening Bella mengernyit, ia pun mendekat menyentuh lengan Kenneth merasakan suhu tubuhnya tidak biasa, tangan Bella menyentuh kening Kenneth untuk memastikan. "Astaga, kau demam." seru Bella dengan panik. Kenneth membuka mata, mengapa wanita ini mengganggu t
Kalimat Kenneth mengejutkan Bella, tapi tatapan penuh arti di mata Kenneth juga tidak bisa Bella hindari, ia adalah seorang istri dari pria di depannya ini, jadi bukan hal baru jika pasangan saling menginginkan. “Kamu bisa menyentuhku.” jawab Bella memberikan izin. Dan saat itu Bella merasakan kembali ciuman Kenneth, bibirnya terasa panas ketika saling beradu, sampai tak sengaja Bella jatuh di tempat tidur, berada di bawah tubuh Kenneth. Rasanya aneh ketika tiba-tiba Kenneth meminta izin untuk menyentuh Bella, sikap Kenneth tidaklah demikian, pria ini biasanya bertindak tanpa izin Bella lebih dulu, tapi kali ini sikapnya yang berbeda terasa lebih menghargai sosok Bella dalam hidup Kenneth. Sentuhannya terasa lembut tapi menuntut lebih dalam, detak jantung Bella berdebar tak karuan ketika tangan Kenneth mulai menyusup ke bagian dalam bajunya. Membelai kelembutan dua buah kembar milik Bella, tak sadar suara erangan tipis tak bisa Bella tahan. “Ternyata kau punya wajah yang menawan ji
Gio masuk ke dalam kamar, tanpa ragu naik ke tempat tidur di sebelah Kenneth. "Dad, apa kamu sudah sembuh?" tangan Kecil Gio menyentuh kening Kenneth, melihat itu Kenneth hanya bisa terkekeh geli menyadari putranya sangat peduli."Daddy akan sembuh tidak akan lama lagi, ini hanya kelelahan.""Benarkah?"Kenneth mengangguk, "Dimana mommy?" tanya Kenneth."Mom sedang keluar, dia bilang ingin membeli sesuatu jadi aku harus menjaga daddy di sini." jawab Gio, kening Kenneth setengah mengernyit tapi setelahnya ia memeluk Gio.Sekarang putranya sudah tumbuh menjadi anak yang pandai bicara dan aktif, Bella cukup baik merawat Gio hingga saat ini, di usia yang masih empat tahun tapi Bella sudah mengajarkan dua bahasa untuk Gio."Apa Gio sayang dengan mommy?"Kepala kecil Gio mengangguk, "Mom sangat baik, dia memasak makanan lalu memeluk Gio saat tidak bisa tidur, aku senang punya mommy." jawabnya antusias dan bangga.Sesaat Kenneth merasa ia tidak salah menikah dengan Bella demi kebahagiaan Gi
Setelah memastikan Gio tidur, Bella masuk ke kamar Kenneth dan melihat pria itu duduk memegang ipad.Dengan ragu bibir Bella berkata, "Mengenai tadi...," kalimatnya belum selesai ketika tangan Kenneth terangkat kemudian menariknya mendekat.Bella duduk di sebelah Kenneth, sebenarnya Bella masih malu jika ingat kejadian ketika ia berciuman dengan lelaki ini justru kepergok oleh Gio."Sepertinya aku yang terlalu terburu-buru, hubungan ini terlalu mendadak dan kita perlu membiasakan diri lebih dulu." Kenneth menyadari tindakan yang ia lakukan, bagaimanapun ia dan Bella sudah menikah jadi tentunya butuh membiasakan diri untuk saling mengerti posisi mereka sekarang seperti apa."Aku tidak mempermasalahkan tindakanmu, bagaimanapun sekarang ini statusku adalah istrimu." jawab Bella.Kenneth menggenggam satu tangan Bella, "Empat tahun aku mengenalmu, sepertinya aku terlalu banyak mengabaikan keberadaanmu di sini.""Itu hal wajar, posisiku di rumah ini hanyalah seorang pengasuh untuk Gio." uc
Beberapa bulan berlalu, Bella membuka salah satu ruangan kosong yang mana kini Kenneth sedang menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kehadiran anak ketiganya, Kenneth bahkan membuat tempat tidur bayi seorang diri dan mendekorasi kamar. Antusias Kenneth tak pernah pudar sejak mengetahui Bella hamil, pria itu melakukan semuanya sendiri agar bisa membuat Bella tetap bahagia, sekarang saja Kenneth sedang menyiapkan kamar calon anaknya yang akan lahir sebentar lagi. "Ini sudah malam, sebaiknya kamu lanjutkan besok saja." Kenneth berbalik, "Aku tidak akan sempat, aku akan selesaikan pekerjaan ini dengan baik. Kita tidak tahu kapan bayinya akan lahir, mengingat usia kandunganmu sudah memasuki bulan kelahiran, jadi aku harus siap semuanya." Bella tersenyum, "Tapi ini sudah jam sebelas malam, kalau kamu tidak berhenti, aku tidak akan tidur." ancamnya. Tanpa mengatakan apapun kenneth langsung meletakkan alat yang ia pegang untuk membuat tempat tidur bayi, pria itu menghampiri Bella, meng
Perjalanan ke pusat perbelanjaan mereka jalani bersama, Kenneth menggandeng tangan Gio dan Flo bersamaan melewati setiap toko di sebelah mereka, tapi tujuannya sekarang adalah baju cantik untuk Flo dan juga hadiah untuk gadis kecil mereka. Bella mengikut di belakang memperhatikan kedekatan Kenneth, tiba-tiba Gio berhenti, anak itu berbalik menghampiri Bella dan menggandeng tangan ibunya, Gio mendongak seraya tersenyum. "Kalau Flo untuk daddy, aku akan bersama mommy." katanya. Bella mengusap kepala Gio, "Kalian itu tidak ada bedanya, sama-sama kesayangan mommy." jawab Bella. "Dad," panggil Flo, Kenneth menoleh dan putrinya sudah mengulurkan tangan minta gendong, dengan senang hati Kenneth mengangkat putrinya dan mereka berjalan menuju sebuah toko pakaian anak. "Aku ingin baju biru itu!" tujuk gadis kecil di gendongan Kenneth. Bella mendongak, setinggi itu bagaimana Flo bisa tahu ada baju cantik di sana, "Tolong turunkan baju itu, kami ingin melihatnya." ucap Bella pada pegawai.
Satu minggu setelahnya, baik Kenneth maupun Bella disibukkan dengan rutinitas pekerjaan yang mereka lakukan, mereka juga jarang di rumah sehingga sementara waktu Gio dan Flo di jaga oleh Delina. Tampaknya keinginan Delina pulang ke rumahnya harus tertunda demi menjaga kedua cucunya ketika orang tua mereka sibuk bekerja. Tiga hari terakhir, Bella dan Kenneth nyaris tidak saling sapa, jika Bella pulang ke rumah, terkadang Kenneth tidak ada karena dinas di kota lain. Kesibukan itu terus berlanjut sampai minggu kedua, dan hari ini Kenneth juga masih belum pulang. Ketika Bella tiba di rumah, Gio dan Flo sudah tidur. "Kamu dan Kenneth terlihat sangat sibuk akhir-akhir ini." ucap Delina. Bella menoleh sambil meletakkan lembaran dokumen dan tasnya ke atas meja, "Ada proyek baru yang harus aku tangani di perusahaan, aku tidak bisa lepas tanggung jawab karena posisiku sebagai pemimpin di perusahaan cabang." "Jangan lupa untuk mengatur jadwal makan mu, meski sibuk, kau juga butuh tenaga."
Dress hitam yang dibeli tadi siang kini Bella pakai untuk bersiap datang ke pesta, rambutnya ditata sedemikian rupa untuk menampilkan leher jenjang dan aksesoris yang Bella gunakan. Penampilannya sepuluh kali lipat lebih cantik jika Bella merias dirinya dengan serius, tapi bagi Kenneth merias diri atau tidak, wanita berbaju hitam yang berjalan ke arahnya itu adalah yang paling cantik diantara wanita lainnya. "Perfect!" puji Kenneth seraya menawarkan lengannya untuk Bella gandeng. Bella tersenyum tipis, mereka pun pergi setelah mobil jemputan tiba, Kenneth membukakan pintu mempersilahkan Bella masuk ke dalam mobil lebih dulu. Tempat pesta digelar terlihat sudah ramai, banyak kendaraan juga yang tampaknya baru tiba, supir membukakan pintu agar penumpang di belakang turun. "Biarkan aku memperbaiki penampilanmu sedikit." ucap Bella sambil merapikan dasi kupu-kupu di leher Kenneth agar terlihat lebih nyaman dipandang. "Ayo kita masuk?" Kenneth kembali menawarkan lengannya, dengan senan
Pukul sembilan malam, Bella dan Kenneth sudah bersiap mengambil posisi berbaring ketika mereka melihat pintu terbuka, Flo muncul sembari memeluk boneka unicorn miliknya."Hai, dad.""Hai sayang, kenapa kamu tidak tidur?" tanya Kenneth.Flo menjatuhkan bonekanya, "Apa aku bisa tidur dengan daddy malam ini?""Tentu saja, kemarilah." Kenneth mengulurkan tangan menggendong Flo dan membiarkan putrinya itu tidur sambil memeluknya seperti anak koala.Tatapan Flo melihat Bella yang sedang melipat tangan di depan perut, namun dengan jahilnya Flo semakin erat memeluk Kenneth, "Ini daddyku.""Jadi apa putriku merebut suamiku sekarang?" "Tidak, ini suamiku." jawab Flo.Bella mendelik sementara Kenneth tertawa sambil mengusap punggung Flo, gadis kecil itu tiba-tiba bangun sambil mendorong jauh selimut yang sering Bella pakai."Ini, mommy tidur saja dengan selimut ini.""Astaga, apa kamu mengusir ibumu sendiri?" sahut Bella melihat putrinya mendorong selimut ke arahnya, Flo diam sebentar menatap B
Ada begitu banyak mainan dan souvenir yang Bella bawa untuk kedua anaknya, terlihat wajah antusias mereka ketika melihat setiap mainan yang ada, Bella dengan Kenneth duduk memperhatikan tanpa mengganggu Gio dan Flo mengacak acak tas berisi barang yang Bella beli di tempat liburannya."Kalian sudah datang?""Ibu," Bella membantu membawa belanjaan ke arah dapur, "banyak sekali.""Sudah tidak apa, karena kau dan suamimu sudah pulang, jadi ibu ingin membuat masakan kesukaan kalian. Tapi apa makanan kesukaan suamimu?" tanya Delina.Bella merapikan belanjaan, "Kenneth bukan pemilih makanan, oh ya, Gio punya alergi dengan seafood."Delina mengangguk mengerti, wanita paruh baya itu memperhatikan wajah putrinya. Sebelumnya ia sempat khawatir kalau pernikahan Bella dengan Kenneth akan berakhir sama seperti sebelumnya, tapi begitu melihat wajah Bella yang berseri seri seperti ini membuatnya turut bahagia."Bagaimana liburanmu dengan Kenneth?""Sangat baik, tidak pernah sebaik ini sebelumnya." ja
Beberapa hari setelahnya liburan masih berlanjut, keesokan harinya Kenneth mengajak Bella untuk mengunjungi beberapa tempat di sekitar lokasi mereka liburan, ada banyak souvenir cantik di tempat tersebut dan Bella membeli beberapa untuk Gio dan Flo."Bagaimana menurutmu kalau aku membeli ini juga?" Bella menunjukkan hiasan meja yang pasti akan cantik kalau diletakkan di meja belajar Gio.Kenneth mengangguk, "Beli saja apapun yang kamu suka." jawabnya.Bella tersenyum tipis, tanpa ragu memilih beberapa barang lain baru kemudian memilih menu makanan di salah satu restoran, makanan di sana cukup khas tapi juga cocok di lidah mereka."Cobalah, ini enak." Bella menawarkan menu pesanannya untuk Kenneth, pria itu dengan senang hati menerima suapan yang Bella berikan."Menu kesukaanmu tidak pernah berubah."Bella menyuapkan makanan ke mulutnya sendiri, "Setiap selera orang itu berbeda, dan aku akan selalu menyukai jenis makanan seafood.""Makanlah, kamu butuh banyak energi untuk membuahi."So
"Tunggu sebentar!" Bella mendorong wajah Kenneth, "kau serius kita melakukannya di tempat terbuka seperti ini?" "Kenapa tidak?" jawab Kenneth dengan sangat yakin, "ini momen yang mungkin tidak akan kamu lupakan setelah kita kembali menemui anak-anak, ketika kita pulang nanti, mari berikan kejutan untuk mereka." Kenneth kembali mencium Bella yang duduk di pangkuannya, lantas tanpa menunggu waktu lama diam-diam Kenneth memasukkan kegagahannya ke area sensitif Bella di bawah sana, erangan keluar dari bibir wanita itu, terlihat wajahnya sangat menikmatinya. Bella juga tak segan bergerak di pangkuan Kenneth untuk mendapatkan posisi ternikmat, duduk saling berhadapan seperti ini dan di bawah sana mereka saling terhubung untuk mengirimkan cinta lewat sentuhan yang dalam. Ini merangsang Kenneth untuk lebih bergairah, tanpa sadar menekan Bella untuk melakukan lebih cepat. "Babe, itu terlalu dalam." rintih Bella. "Kamu menyukai yang seperti ini kan?" balas Kenneth, Bella mengangguk mengiya
Liburan masih berlanjut dengan segala keromantisan yang Kenneth berikan, Bella bisa merasakan jika perubahan Kenneth sangatlah banyak, pria itu lebih sering tersenyum bahkan tak segan tertawa, berbeda dengan sikapnya dulu yang kaku dan dingin.Bella merasa lebih nyaman di dekat Kenneth, honeymoon bersama pria yang ia cintai tidaklah buruk, banyak tempat yang Bella dan Kenneth kunjungi seperti pasangan remaja yang baru saja mendapatkan pubertas pertamanya.Tak peduli usia mereka yang tidak lagi muda, tapi kebahagiaan yang menjadi pondasi utama hubungan telah dibangun sejak pernikahan resmi yang disaksikan oleh banyak orang.Dan yang paling penting sekarang adalah membuat anak ketiga yang mereka sepakati, entah itu akan lahir kembar atau tidak bukan masalah, toh dari pihak Bella maupun Kenneth mereka tidak punya gen untuk bisa memiliki bayi kembar."Aku merindukan Gio dan Flo." ucap Bella.Kenneth menoleh, "Ini baru tiga hari kita liburan, tidak mungkin kita pulang saat sedang menikmati