"Rumah kita akan disita dalam waktu kurang dari satu bulan kalau tidak bisa melunasi hutang … jumlahnya terlalu besar dan kami tidak bisa membayarnya," jelas Anthony, ayah Bella.
Bella Anastasya, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu baru saja lulus dengan gelar cumlaude. Namun, sepulangnya ke rumah, alih-alih sebuah perayaan, dirinya malah dikejutkan sang ayah dengan kabar mengerikan itu.
Tangan Bella bergetar. Dirinya baru mengetahui semua uang yang ia habiskan ternyata adalah uang pinjaman yang totalnya sangat banyak!
"Lalu, kita akan tinggal di mana? Rumah ini adalah satu-satunya tempat yang kita miliki. Apa tidak ada cara lain untuk membayar hutang?" suara Bella ikut bergetar menahan tangis.
Dia merasa bersalah, sungguh merasa bersalah. Siapa yang mengira rumah masa kecilnya itu akan menjadi ganti untuk sertifikat kelulusan yang dia dapatkan?
Delina, ibunda dari Bella, menatap sang suami yang tak kuat berkata-kata. Air mata mengucur seiring dirinya menjawab, “Seseorang ingin menyewa rahimmu untuk melahirkan anaknya, bayaran yang akan kita dapatkan juga tidak sedikit, satu juta dolar jika kamu berhasil hamil, dan satu juta lagi saat kamu berhasil melahirkan.”
Anthony kini menambahkan, "Satu juta dolar sudah cukup menebus hutang yang kita miliki."
Bella syok, tubuhnya lemas.
Menyewa rahimnya untuk melahirkan anak!? Bukankah itu sama saja dengan menjual tubuhnya?!
"Apa tidak ada cara lain?!" ucap Bella, merasa sangat takut.
Siapa yang tahu orang macam apa yang akan menyewa rahimnya nanti?!
Anthony menggelengkan kepalanya. "Kita akan menjadi tunawisma di jalanan." Dia merasa tidak berguna menjadi kepala keluarga.
Hening, Bella menatap dokumen dengan nominal uang sangat banyak. Dari mana mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu kurang dari satu bulan? Bella juga belum punya pekerjaan, kelulusan baru saja dia dapatkan.
Apa … dia sungguh harus menyewakan rahimnya?
Melihat ketidakrelaan sang putri, Delina berkata, “Bella … kamu bisa menolak kalau tidak mau ….” Hatinya memang dari awal merasa tidak rela. Jadi, asalkan putrinya tidak mau–
"Tidak, aku setuju." sahut Bella. Gadis itu tersenyum pahit. “Aku akan menyewakan rahimku.”
Demi kedua orang tuanya, juga rumah yang mengandung jutaan memori indah ini, Bella rela melakukannya. Lagi pula, semua ini berawal karena … biaya pendidikannya, bukan?
Oleh karena itu, Bella akan bertanggung jawab.
_
“Tanda tangan di sini.”
Seorang pria dengan pakaian formal tampak menyodorkan sebuah kontrak kepada Bella dan memandunya menandatangani kontrak perjanjian.
Selesai melakukan semua itu, dia pun menyimpan semua berkas dan berkata, “Silakan Nona ikut dengan saya menuju rumah sakit.”
Bella mengikuti perintah pria itu dan masuk ke dalam mobil. Dalam perjalanan, dia pun bertanya, “Pria yang menyewaku … apa dia tidak akan datang?”
Pria muda itu berkata, “Tuan Riegler adalah orang sibuk. Dia tidak memiliki waktu untuk hal ini.”
“Riegler?” Bella mengerjap bingung.
Di saat itu, pria tersebut pun menjelaskan, “Nona tidak tahu? Pria yang menyewamu adalah presiden direktur Skydance Entertainment dan juga putra tunggal keluarga Riegler yang ternama, Kenneth Riegler.”
Mata Bella membulat. Dia tidak menduga bahwa orang yang menyewa rahimnya adalah orang sepenting itu.
Seperti yang dikatakan, Kenneth Riegler adalah presiden direktur Skydance Entertainment sekaligus pewaris keluarga Riegler yang ternama. Akan tetapi, bergelut di dunia entertainment membuat pria tersebut tidak percaya cinta dan wanita. Demikian, untuk meneruskan keturunannya, pria itu menggunakan jalan pintas dengan menyewa rahim Bella. Demikian, dia tidak perlu menikah, tapi masih bisa mendapatkan anak kandung.
Berdasarkan cerita orang tuanya, Bella tahu bahwa tawaran Kenneth ini diinfokan kepada orang tuanya oleh sang rentenir yang menagih hutang. Demi mendapatkan kembali uangnya, rentenir itu tidak berpikir dua kali sebelum menawarkan jalan keluar kepada orang tua Bella.
Alhasil, di sinilah Bella sekarang, menjalani inseminasi buatan untuk mengandung anak pria yang bahkan belum pernah dia temui sebelumnya.
Sesuai rencana, Bella mengandung anak hasil inseminasi buatan. Rumah dan keluarganya selamat, tapi sebagai gantinya, sembilan bulan kemudian, gadis itu harus melepaskan anak yang dia lahirkan dengan susah payah.
Bayi tampan dengan mata bulat yang bersinar indah itu telah mencuri hati Bella. Dia tidak rela melepaskannya.
“Anakku, Mama tidak rela berpisah denganmu …,” ujar Bella selagi memeluk anaknya yang baru saja lahir.
Namun, apa daya Bella? Kontrak sudah ditandatangani, dan putra manisnya itu harus dibawa pergi oleh pihak Keluarga Riegler.
Sampai detik itu, Bella masih belum pernah melihat sosok pria yang merupakan ayah dari anak yang dia lahirkan. Mendengar desas-desus betapa dingin dan mengerikannya pria tersebut, Bella menjadi sangat khawatir terhadap anaknya.
"Aku tidak rela membiarkan anakku sendirian! Terserah siapa ayah atau orang yang akan menjadi keluarganya nanti, tapi biarkan aku juga ikut merawatnya!"
Mendengar tekad Bella setelah putranya dibawa pergi, Delina yang merasa gagal sebagai orang tua karena harus menyewakan rahim putrinya sendiri pun menggenggam tangan Bella.
"Mama akan membantumu, Bella,” sumpah wanita itu. “Mama akan membantumu bagaimana pun caranya!”
Sesuai dengan janji Delina, dua minggu kemudian dia mendapatkan cara untuk Bella agar bisa kembali merawat putranya. “Bella! Keluarga Riegler mencari ibu susu untuk putramu, mendaftarlah ke sana!”
Delina memberikan sejumlah dokumen kepada Bella dan berkata, “Ini identitas baru yang Mama siapkan untukmu. Gunakan nama ini untuk mendaftar sebagai pengasuh di kediaman Riegler! Hanya dengan ini, barulah mereka akan mengizinkanmu berdekatan dengan anakmu!”
Kediaman Riegler. Di kediaman mewah yang tampak mirip dengan mansion-mansion orang kaya di drama kesukaannya, terlihat sosok Bella duduk di sebuah kursi sembari menatap dengan khawatir situasi sekitar. Ada lima orang wanita lain dengan tubuh tegap dan sikap profesional yang berada di ruangan tersebut bersamanya. Mereka adalah kandidat ibu susu untuk putra tunggal ahli waris Keluarga Riegler yang ternama, Kenneth Riegler. Bella … adalah kandidat keenam. Saat pintu terbuka, suara tangis seorang bayi memekakkan telinga. Bella yakin itu adalah suara putranya! “Berikutnya!” teriak seorang pria yang ingin mengetes kandidat berikutnya. Detak jantung Bella begitu cepat. Gilirannya masih lama, dan dia berdoa agar putranya itu tidak akan memilih ibu susu lain selain dirinya. Satu persatu kandidat dipanggil, dan setiap dari antaranya keluar dengan wajah suram lantaran tidak diterima oleh bayi yang terus menangis itu. “Cengeng sekali sih! Heran anak orang kaya minum ASI aja rewel,” ge
*Beberapa saat yang lalu*“Sir, saya ingin mengundurkan diri,” ucap Bella dengan senyum tipis selagi menatap Kenneth yang sibuk dengan dokumen di atas meja kerjanya.Pria yang sibuk dengan tugas kantornya itu sontak membeku, dan fokusnya perlahan berpindah dari dokumen menuju wajah Bella yang ayu.Ekspresi Kenneth yang setelah empat tahun telah lebih santai dan lembut pada Bella pun berubah dingin. Dia tidak suka mendengar permintaan wanita itu.“Kenapa? Gio membuat ulah apa sampai kau memutuskan ini?” Bella tersenyum tak berdaya. “Tuan Muda Gio sangat baik, dia tidak berulah.” Wajahnya sedikit tertunduk, ada kesedihan yang tersirat. “Hanya saja, saya harus menikah.”Kening Kenneth berkerut. “Menikah dengan kekasihmu?” Pria itu tampak bingung. Empat tahun bekerja, tidak pernah sekali pun Kenneth melihat Bella menaruh perhatian pada hal lain selain putranya. Lalu, bagaimana bisa wanita itu sekarang berkata akan menikah?!Kepala Bella menggeleng. “Saya tidak punya kekasih, Sir.”Mata
Bella mengenakan gaun putih yang membungkus tubuhnya dengan cantik sementara Kenneth memakai setelan tuksedo rapi, menegaskan betapa rupawan lelaki itu.Pernikahan yang terjadi tanpa berdasarkan cinta, tapi perasaan Bella berdebar tidak karuan karena ini adalah hari ia akan mengucapkan janji suci pernikahan dengan Kenneth.Saat orang lain menikah disaksikan oleh banyak orang, Bella dan Kenneth hanya berdua dan saksi pernikahan hanya asisten pribadi Kenneth, seorang pendeta, dan satu orang lain yang membawa akta nikah sebagai pertanda bahwa pernikahan itu resmi.Sempat Bella gugup hingga pada akhirnya sumpah pernikahan terjadi, ia telah resmi menjadi istri dari seorang Kenneth Riegler."Seperti yang aku janjikan padamu, uang akan kamu dapatkan setelah pernikahan ini selesai dilakukan," ucap Kenneth setelah mereka tiba di rumah.Kenneth memberikan kode pada asistennya untuk datang membawa satu koper uang di depan Bella yang masih memakai gaun pernikahan. Tindakan Kenneth menegaskan sang
"Aku tidak berpikir kamu akan menghabiskan semua uang itu hanya dalam waktu kurang dari sehari setelah pernikahan kita selesai dilakukan."Bella menoleh melihat keberadaan Kenneth bersandar di samping pintu kamarnya sambil melipat tangan di depan perut."Saya hanya membayarkan utang seperti yang telah saya katakan pada Tuan sebelumnya." jawab Bella, mungkin sekarang Kenneth telah berpikir bahwa dirinya sangat gila uang, bagaimana tidak jika uang begitu banyak bisa langsung Bella habiskan.Kenneth berdecak pelan sembari memalingkan wajah dari Bella. "Gio mencarimu, sejak tadi menangis hanya menyebut namamu." katanya bernada ketus entah karena apa.Bella segera menuju kamar putranya melihat Gio yang tidur dengan wajah masih basah oleh air mata, dengan sangat hati-hati Bella mengusap air mata Gio dengan lembut. Mulai sekarang Gio tidak akan berpisah darinya lagi dan seandainya Gio memanggilnya dengan sebutan ibu, Kenneth juga tidak akan lagi marah. Ini … sempurna, bukan?Kecupan lembut
Bella langsung menjauh dari Kenneth setelah lelaki itu menurunkannya, satu alis Kenneth terangkat naik melihat respon Bella."Ini terlalu cepat kalau kita tidur di kamar yang sama, biarkan saya menyiapkan diri lebih dulu." Bella melewati Kenneth menuju pintu keluar tapi tangan Kenneth menahan lengan Bella."Kamu sudah menyetujui perjanjian lalu sekarang kamu akan melarikan diri?"Bella menoleh, dari pada melarikan diri, Bella lebih merasa kondisi seperti ini terlalu mendadak. Pernikahan baru dilakukan tadi, lalu Kenneth langsung membawanya ke dalam kamar pribadi pria ini.Kalau memang pernikahan tersebut dilakukan dengan perasaan saling mencintai satu sama lain maka Bella tidak akan keberatan, masalahnya ini berbeda dan Kenneth tentunya tidak akan percaya kalau sebelumnya Bella tidak pernah tidur dengan seorang pria manapun."Aku tidak melarikan diri, aku hanya belum siap." Dalam hati Bella berharap Kenneth tidak memaksanya, demi apapun kondisi sekarang sangat mendebarkan."Apa yang k
Seharian ini Bella menemani Gio bermain sampai akhirnya Gio bertanya."Mommy, apa daddy sudah menikah dengan Mommy?"Bella tersenyum hambar, pernikahan yang dilakukan bersama Kenneth memang tidak mengikut sertakan Gio, tapi apa bocah empat tahun juga perlu mengerti hal seperti ini? Bella punya beberapa foto yang sengaja di abadikan ketika sumpah pernikahan, tapi Kenneth tentunya tidak mengijinkan foto tersebut dipublikasikan."Gio," Bella menyentuh wajah Gio dengan lembut, "kenapa kamu tiba-tiba bertanya demikian?""Saat aku bermain dengan teman, mereka bilang ayah ibunya punya foto pernikahan besar di rumah mereka, tapi di rumah ini tidak ada satupun foto kebersamaan Mom dan daddy, jadi kalian tidak menikah?"Bella tidak mengerti kenapa anak empat tahun bisa berpikiran sejauh ini, cara berpikir Gio di luar batas anak seusianya, mungkinkah kecerdasan sang ayah juga menurun pada anak? "Kemari, duduk di pangkuan Mommy." ucap Bella. "Mommy dan daddy-mu sudah menikah, tapi … Gio harus m
Setiap hari Kenneth pastinya bertemu dengan Bella sejak perempuan itu menjadi pengasuh Gio, hari ini pun juga masih sama tapi dengan status yang berbeda.Kenneth memperhatikan punggung Bella yang membelakanginya sambil membuat makanan untuk Gio. Semalam wanita ini membuatnya tidak bisa tidur hanya karena memikirkan seperti apa rasanya bibir ranum itu."Sepertinya aku benar-benar gila." gumam Kenneth. Tidak tahan terus berhadapan dengan Bella, pria itu pun berdiri, sudah waktunya berangkat ke kantor.“Aku berangkat." pamitnya.Bella menoleh, "Tunggu sebentar." sambil mengeringkan tangan kemudian menghampiri Kenneth, "dasinya tidak rapi." katanya, tangan Bella terulur memperbaiki dasi Kenneth, sialnya tatapan Kenneth kembali tertuju pada bibir Bella.Hal itu membuat pria tersebut mematung. “Selesai.”Bella mengambil satu langkah menjauh dari Kenneth, tapi dia malah mendapati pria itu terbengong. “Kenneth?”Tersentak dari lamunan, Kenneth mengerjapkan mata. Dia berdeham dan memalingka
Hari sudah menunjukkan pukul delapan tapi Kenneth belum juga keluar dari kamar, biasanya lelaki itu akan keluar dan menikmati sarapan sebelum berangkat ke kantor, tapi tidak biasanya Kenneth terlambat bangun. "Mommy, di mana Daddy?" tanya Gio karena memang saat Gio bangun, Kenneth akan duduk menghadap segelas teh hangat di meja makan. "Gio makan dulu ya, Mom akan melihat apa yang daddy lakukan." ucapnya, Gio mengangguk. Bella melepaskan apron sebelum menuju kamar Kenneth. Tidak biasanya Kenneth masih tidur jam segini, dan benar saja lelaki itu masih tidur menyembunyikan tubuhnya di balik selimut tebal. "Kenneth," panggil Bella, "sarapan sudah aku siapkan." tambahnya sambil membuka korden jendela, tapi Kenneth tidak merespon. Kening Bella mengernyit, ia pun mendekat menyentuh lengan Kenneth merasakan suhu tubuhnya tidak biasa, tangan Bella menyentuh kening Kenneth untuk memastikan. "Astaga, kau demam." seru Bella dengan panik. Kenneth membuka mata, mengapa wanita ini mengganggu t
Beberapa bulan berlalu, Bella membuka salah satu ruangan kosong yang mana kini Kenneth sedang menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kehadiran anak ketiganya, Kenneth bahkan membuat tempat tidur bayi seorang diri dan mendekorasi kamar. Antusias Kenneth tak pernah pudar sejak mengetahui Bella hamil, pria itu melakukan semuanya sendiri agar bisa membuat Bella tetap bahagia, sekarang saja Kenneth sedang menyiapkan kamar calon anaknya yang akan lahir sebentar lagi. "Ini sudah malam, sebaiknya kamu lanjutkan besok saja." Kenneth berbalik, "Aku tidak akan sempat, aku akan selesaikan pekerjaan ini dengan baik. Kita tidak tahu kapan bayinya akan lahir, mengingat usia kandunganmu sudah memasuki bulan kelahiran, jadi aku harus siap semuanya." Bella tersenyum, "Tapi ini sudah jam sebelas malam, kalau kamu tidak berhenti, aku tidak akan tidur." ancamnya. Tanpa mengatakan apapun kenneth langsung meletakkan alat yang ia pegang untuk membuat tempat tidur bayi, pria itu menghampiri Bella, meng
Perjalanan ke pusat perbelanjaan mereka jalani bersama, Kenneth menggandeng tangan Gio dan Flo bersamaan melewati setiap toko di sebelah mereka, tapi tujuannya sekarang adalah baju cantik untuk Flo dan juga hadiah untuk gadis kecil mereka. Bella mengikut di belakang memperhatikan kedekatan Kenneth, tiba-tiba Gio berhenti, anak itu berbalik menghampiri Bella dan menggandeng tangan ibunya, Gio mendongak seraya tersenyum. "Kalau Flo untuk daddy, aku akan bersama mommy." katanya. Bella mengusap kepala Gio, "Kalian itu tidak ada bedanya, sama-sama kesayangan mommy." jawab Bella. "Dad," panggil Flo, Kenneth menoleh dan putrinya sudah mengulurkan tangan minta gendong, dengan senang hati Kenneth mengangkat putrinya dan mereka berjalan menuju sebuah toko pakaian anak. "Aku ingin baju biru itu!" tujuk gadis kecil di gendongan Kenneth. Bella mendongak, setinggi itu bagaimana Flo bisa tahu ada baju cantik di sana, "Tolong turunkan baju itu, kami ingin melihatnya." ucap Bella pada pegawai.
Satu minggu setelahnya, baik Kenneth maupun Bella disibukkan dengan rutinitas pekerjaan yang mereka lakukan, mereka juga jarang di rumah sehingga sementara waktu Gio dan Flo di jaga oleh Delina. Tampaknya keinginan Delina pulang ke rumahnya harus tertunda demi menjaga kedua cucunya ketika orang tua mereka sibuk bekerja. Tiga hari terakhir, Bella dan Kenneth nyaris tidak saling sapa, jika Bella pulang ke rumah, terkadang Kenneth tidak ada karena dinas di kota lain. Kesibukan itu terus berlanjut sampai minggu kedua, dan hari ini Kenneth juga masih belum pulang. Ketika Bella tiba di rumah, Gio dan Flo sudah tidur. "Kamu dan Kenneth terlihat sangat sibuk akhir-akhir ini." ucap Delina. Bella menoleh sambil meletakkan lembaran dokumen dan tasnya ke atas meja, "Ada proyek baru yang harus aku tangani di perusahaan, aku tidak bisa lepas tanggung jawab karena posisiku sebagai pemimpin di perusahaan cabang." "Jangan lupa untuk mengatur jadwal makan mu, meski sibuk, kau juga butuh tenaga."
Dress hitam yang dibeli tadi siang kini Bella pakai untuk bersiap datang ke pesta, rambutnya ditata sedemikian rupa untuk menampilkan leher jenjang dan aksesoris yang Bella gunakan. Penampilannya sepuluh kali lipat lebih cantik jika Bella merias dirinya dengan serius, tapi bagi Kenneth merias diri atau tidak, wanita berbaju hitam yang berjalan ke arahnya itu adalah yang paling cantik diantara wanita lainnya. "Perfect!" puji Kenneth seraya menawarkan lengannya untuk Bella gandeng. Bella tersenyum tipis, mereka pun pergi setelah mobil jemputan tiba, Kenneth membukakan pintu mempersilahkan Bella masuk ke dalam mobil lebih dulu. Tempat pesta digelar terlihat sudah ramai, banyak kendaraan juga yang tampaknya baru tiba, supir membukakan pintu agar penumpang di belakang turun. "Biarkan aku memperbaiki penampilanmu sedikit." ucap Bella sambil merapikan dasi kupu-kupu di leher Kenneth agar terlihat lebih nyaman dipandang. "Ayo kita masuk?" Kenneth kembali menawarkan lengannya, dengan senan
Pukul sembilan malam, Bella dan Kenneth sudah bersiap mengambil posisi berbaring ketika mereka melihat pintu terbuka, Flo muncul sembari memeluk boneka unicorn miliknya."Hai, dad.""Hai sayang, kenapa kamu tidak tidur?" tanya Kenneth.Flo menjatuhkan bonekanya, "Apa aku bisa tidur dengan daddy malam ini?""Tentu saja, kemarilah." Kenneth mengulurkan tangan menggendong Flo dan membiarkan putrinya itu tidur sambil memeluknya seperti anak koala.Tatapan Flo melihat Bella yang sedang melipat tangan di depan perut, namun dengan jahilnya Flo semakin erat memeluk Kenneth, "Ini daddyku.""Jadi apa putriku merebut suamiku sekarang?" "Tidak, ini suamiku." jawab Flo.Bella mendelik sementara Kenneth tertawa sambil mengusap punggung Flo, gadis kecil itu tiba-tiba bangun sambil mendorong jauh selimut yang sering Bella pakai."Ini, mommy tidur saja dengan selimut ini.""Astaga, apa kamu mengusir ibumu sendiri?" sahut Bella melihat putrinya mendorong selimut ke arahnya, Flo diam sebentar menatap B
Ada begitu banyak mainan dan souvenir yang Bella bawa untuk kedua anaknya, terlihat wajah antusias mereka ketika melihat setiap mainan yang ada, Bella dengan Kenneth duduk memperhatikan tanpa mengganggu Gio dan Flo mengacak acak tas berisi barang yang Bella beli di tempat liburannya."Kalian sudah datang?""Ibu," Bella membantu membawa belanjaan ke arah dapur, "banyak sekali.""Sudah tidak apa, karena kau dan suamimu sudah pulang, jadi ibu ingin membuat masakan kesukaan kalian. Tapi apa makanan kesukaan suamimu?" tanya Delina.Bella merapikan belanjaan, "Kenneth bukan pemilih makanan, oh ya, Gio punya alergi dengan seafood."Delina mengangguk mengerti, wanita paruh baya itu memperhatikan wajah putrinya. Sebelumnya ia sempat khawatir kalau pernikahan Bella dengan Kenneth akan berakhir sama seperti sebelumnya, tapi begitu melihat wajah Bella yang berseri seri seperti ini membuatnya turut bahagia."Bagaimana liburanmu dengan Kenneth?""Sangat baik, tidak pernah sebaik ini sebelumnya." ja
Beberapa hari setelahnya liburan masih berlanjut, keesokan harinya Kenneth mengajak Bella untuk mengunjungi beberapa tempat di sekitar lokasi mereka liburan, ada banyak souvenir cantik di tempat tersebut dan Bella membeli beberapa untuk Gio dan Flo."Bagaimana menurutmu kalau aku membeli ini juga?" Bella menunjukkan hiasan meja yang pasti akan cantik kalau diletakkan di meja belajar Gio.Kenneth mengangguk, "Beli saja apapun yang kamu suka." jawabnya.Bella tersenyum tipis, tanpa ragu memilih beberapa barang lain baru kemudian memilih menu makanan di salah satu restoran, makanan di sana cukup khas tapi juga cocok di lidah mereka."Cobalah, ini enak." Bella menawarkan menu pesanannya untuk Kenneth, pria itu dengan senang hati menerima suapan yang Bella berikan."Menu kesukaanmu tidak pernah berubah."Bella menyuapkan makanan ke mulutnya sendiri, "Setiap selera orang itu berbeda, dan aku akan selalu menyukai jenis makanan seafood.""Makanlah, kamu butuh banyak energi untuk membuahi."So
"Tunggu sebentar!" Bella mendorong wajah Kenneth, "kau serius kita melakukannya di tempat terbuka seperti ini?" "Kenapa tidak?" jawab Kenneth dengan sangat yakin, "ini momen yang mungkin tidak akan kamu lupakan setelah kita kembali menemui anak-anak, ketika kita pulang nanti, mari berikan kejutan untuk mereka." Kenneth kembali mencium Bella yang duduk di pangkuannya, lantas tanpa menunggu waktu lama diam-diam Kenneth memasukkan kegagahannya ke area sensitif Bella di bawah sana, erangan keluar dari bibir wanita itu, terlihat wajahnya sangat menikmatinya. Bella juga tak segan bergerak di pangkuan Kenneth untuk mendapatkan posisi ternikmat, duduk saling berhadapan seperti ini dan di bawah sana mereka saling terhubung untuk mengirimkan cinta lewat sentuhan yang dalam. Ini merangsang Kenneth untuk lebih bergairah, tanpa sadar menekan Bella untuk melakukan lebih cepat. "Babe, itu terlalu dalam." rintih Bella. "Kamu menyukai yang seperti ini kan?" balas Kenneth, Bella mengangguk mengiya
Liburan masih berlanjut dengan segala keromantisan yang Kenneth berikan, Bella bisa merasakan jika perubahan Kenneth sangatlah banyak, pria itu lebih sering tersenyum bahkan tak segan tertawa, berbeda dengan sikapnya dulu yang kaku dan dingin.Bella merasa lebih nyaman di dekat Kenneth, honeymoon bersama pria yang ia cintai tidaklah buruk, banyak tempat yang Bella dan Kenneth kunjungi seperti pasangan remaja yang baru saja mendapatkan pubertas pertamanya.Tak peduli usia mereka yang tidak lagi muda, tapi kebahagiaan yang menjadi pondasi utama hubungan telah dibangun sejak pernikahan resmi yang disaksikan oleh banyak orang.Dan yang paling penting sekarang adalah membuat anak ketiga yang mereka sepakati, entah itu akan lahir kembar atau tidak bukan masalah, toh dari pihak Bella maupun Kenneth mereka tidak punya gen untuk bisa memiliki bayi kembar."Aku merindukan Gio dan Flo." ucap Bella.Kenneth menoleh, "Ini baru tiga hari kita liburan, tidak mungkin kita pulang saat sedang menikmati