(Tunggu aku di Restaurant Skye jam lima sore, kita akan rayakan kemenanganmu di sana. Aku sudah menyiapkan segalanya.)Pesan dari suaminya membuat Anjani tersenyum, wanita itu membayangkan segala sesuatu hal yang indah seperti saat pertama kali Josep memberikan kejutan ulang tahun padanya di tempat yang sama.Anjani beranjak dari ruang sidang yang telah memberikan banyak warna dan rasa yang dia harap takkan pernah lagi menginjakkan kaki di sana setelah bersalaman dengan para Hakim dan semua yang hadir di sana."Kita harus merayakan ini semua, Anjani, kamu menang, kebenaran telah memenangkan pertarungan ini!"Renata yang juga turut hadir dan mengikuti sidang dari awal hingga akhir memeluk sahabatnya dengan perasaan haru campur bahagia. Dia ingin mengajak Anjani makan-makan sebagai sebuah tanda perayaan.Namun, Anjani ingat kalau Josep sudah mengajaknya makan malam."Aku sangat lelah, Re, bagaimana kalau kita merayakannya besok saja?" tolak Anjani baik-baik."Ya Tuhan ... aku lupa kalau
Jam lima sudah lewat setengah jam, makanan yang terhidang di meja juga sudah dingin dan kehilangan selera. Anjani termenung, menatap layar ponselnya yang masih menunjukkan kolom percakapannya dengan Josep yang centang duanya masih abu-abu.Entah ke mana Josep sekarang, padahal dia sendiri yang membuat janji, tapi dia juga yang tidak menepati."Apa kamu baik-baik saja, Jos?" Gumam Anjani cemas. Takut jika sesuatu hal yang buruk terjadi kepada suaminya.Semilir angin mulai terasa menyentuh kulit dan perlahan menusuk hingga ke tulang. Anjani memutuskan memasuki kamar, tak tahan dengan hawa dingin di sana sebab tak ada Josep yang menghangatkan tubuhnya.Membaringkan tubuh di atas ranjang, Anjani mencoba menahan amarah yang mulai menerpa hatinya. Namun, sebisa mungkin Anjani berusaha berbaik sangka, sebab bisa saja suaminya tiba-tiba mendapat urusan yang mendesak, 'kan?Di kediaman Hendra Anggara, para tamu mulai bersiap untuk makan malam setelah Josep tiba di sana. Lelaki yang sejak tadi m
Hendra, Lasminingrat, Heri, Grace, dan Fransisca sedang berkumpul di ruang keluarga rumah mewah Hendra, berbincang hangat mengenai urusan pribadi dan bisnis yang sama-sama sedang berkembang pesat. Baik di Jakarta maupun di Surabaya."Aku mau melamar kerja di J Cirporation," celetuk Fransisca menatap Hendra dengan seksama."Bukankah kamu akan menjadi pewaris juga di perusahaan ayahmu? Mengapa jauh-jauh melamar bekerja di Jakarta?!" sahut Lasminingrat bertanya.Gadis yang kerap dipanggil Sisca itu terdiam sejenak, malu mengatakan alasan yang sebenarnya bahwa dia ingin mendekati lelaki yang sejak awal dilihat dari foto saja Sisca sudah suka karena begitu tampan dan berkarisma di usianya yang masih muda."Sisca mau PDKT sama Josep, ya?" goda Hendra membuat gadis itu merona.Heri dan Grace yang sudah merasakan kalau putri mereka memang menyukai Josep hanya bisa tertawa, mereka tentu akan sangat mendukung kalau Sisca menikah dengan pewaris J Corporation yang jumlah harta kekayaannya sudah t
Untuk pertama kalinya setelah satu bulan, Anjani menginjakkan kaki kembali di perusahaan yang selama delapan tahun ini menjadi tempatnya mencari nafkah. Anjani disambut dengan suka cita, bersalaman dan saling tukar kabar dengan para karyawan yang sudah kembali berpihak kepadanya.Josep sendiri sudah berangkat lebih pagi dan langsung berkoordinasi dengan Hendra yang akan datang untuk melakukan rapat direksi bersama Anjani, sekaligus memperkenalkan sekretaris baru sebagai pengganti Stevia, sementara posisi Kevin sebagai asisten Hendra Anggara akan dikosongkan.“Selamat datang kembali, Anjani, semoga kamu bersedia bekerja di sini lagi,”ucap Hendra seraya mempersilakan wanita itu duduk.Anjani mebungkukkan badannya dan duduk dengan elegan di hadapan para direksi yang kemarin turut hadir juga di persidangan. Pandangan mata Anjani lalu beralih ke seorang gadis yang duduk di samping Hendra. Dia adalah Fransisca.“Perkenalkan ini Fransisca, dia akan menjadi sekretarismu selama menjadi pimpina
Sebenarnya, masih banyak hal misterius yang seringkali membuat Anjani penasaran terhadap sosok suaminya. Dari mulai keluarga, tempat tingal, dan masih banyak lagi.Namun sesungguhnya, bukan Josep yang tak mau jujur, tapi memang hingga saat ini Anjani tak menanyakan hal tersebut sebab dia yakin kalau lelaki yang sudah satu bulan lebih menjadi suaminya itu adalah sebatang kara seperti yang Josep katakan saat perkenalan pertama mereka di kantor.Kini, rasa ingin tahu itu tumbuh setelah Anjani banyak menemukan kejanggalan tentang siapa Josep Erlangga sebenarnya, karena lelaki yang hanya menduduki jabatan sebagai asisten itu terlihat sudah akrab dengan Lasminingrat. Selain itu, Hendra juga selalu tak sungkan jika menyuruh apa saja kepada suaminya.“Bagaimana bisa Fransisca bisa menyukai Josep yang notabane-nya hanya seorang asisten? Apa tidak ada laki-laki lain yang sepadan yang dia sukai dari anak rekan pembisnis ayahnya hingga menjatuhkan pilihannya kepada Josep?”Otak Anjani menyerupai
“Anjani, kita perlu bicara!”Josep menahan lengan istrinya yang hendak pergi dari rumah dengan dalih ada janji bersama teman-temannya, tapi lelaki itu menyangka kalau sang istri sedang menghindar darinya.“Renata dan teman-temanku yang lain sudah di jalan sedangkan aku masih di rumah padahal ini adalah acara yang mereka adakan untuk merayakan kemenanganku di Pengadilan kemarin. Kita bisa bicara nanti ‘kan?”Josep menggeleng, dia takut kalau Anjani tidak pulang hingga tak melepaskan genggaman yang semakin lama menjadi cengkraman tangannya di lengan Anjani.“Jos, berhentilah bersikap seperti anak kecil, aku benar-benar hanya akan makan-makan, ngobrol, setelah itu pulang.”“Apa kamu masih marah?”tanya Josep.“Aku tidak marah, kamu saja yang merasa bersalah. Iya ‘kan? Sudahlah, aku harus pergi sekarang,”tekan Anjani menepis tangan suaminya.“Apa karena kamu sudah mulai bekerja lagi dan akan mendapat gaji lagi, jadi bersikap seperti ini?”Anjani mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan ko
“Aku hanya sedang memeriksa berkas.”Anjani menyimpan berkas yang dipegangnya ke dalam laci dan langsung bangkit dari kursi. Dia menghampiri Josep dengan raut wajah datar sementara suaminya itu mengernyit heran.Berkas apa yang Anjani periksa malam-malam buta?“Kamu memeriksa berkas apa, Sayang?” tanyanya.“Berkas yang mesti kubawa besok, sudah kok, ayo tidur!” ajak Anjani.Josep yang memang sangat mengantuk itu tak kembali bertanya dan mengikuti langkah istrinya menuju kamar mereka. Anjani merasa lega, Josep tak merasa curiga meskipun tas kerjanya yang berada di atas meja dalam keadaan terbuka karena belum sempat Anjani tutup kembali.Anjani bangun pagi-pagi sekali demi bisa memasukkan berkas-berkas milik Josep ke tasnya lagi. Setelah selesai dan memastikan suaminya masih tidur pulas, Anjani turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan dan melihat Rayhan sudah berada di sana, menyeduh kopi seperti biasa.“Ayah mendengar kalian ribut semalam dan kamu pergi setelahnya. Ada apa?” tembak Rayh
Esok harinya, Anjani dan Josep disibukkan dengan urusan perusahaan karena akan menerima investasi besar-besaran dari sebuah perusahaan kayu dari Kota Bandung sehingga tidak terlalu memikirkan masalah yang tengah mereka hadapi saat ini.Farnsisca juga sama, semenjak ditegur oleh Anjani, gadis itu lebih giat dalam bekerja karena tidak mau diremehkan. Sebagai anak dari pemilik perusahaan besar di Surabaya, Fransisca akan menunjukkan kalau keberadaannya di sini bukan hanya untuk mendekati Josep, tapi juga akan memberikan kontribusi untuk J Corporation.“Investor kayu dari Bandung yang akan menandatangani kontrak di perusahaan kita sudah sampai. Bersiaplah!” lapor Josep kepada Anjani yang langsung bergegas.Wanita itu merapikan cardigannya dan berjalan dengan anggun dengan didampingi oleh sang asisten yang selalu siap siaga setiap kali Anjani membutuhkan. Disusul oleh Fransisca yang berjalan di belakang dengan tangan yang membawa berkas-berkas yang dibutuhkan.“Selamat siang.” Anjani menya