Esok harinya, Anjani dan Josep disibukkan dengan urusan perusahaan karena akan menerima investasi besar-besaran dari sebuah perusahaan kayu dari Kota Bandung sehingga tidak terlalu memikirkan masalah yang tengah mereka hadapi saat ini.Farnsisca juga sama, semenjak ditegur oleh Anjani, gadis itu lebih giat dalam bekerja karena tidak mau diremehkan. Sebagai anak dari pemilik perusahaan besar di Surabaya, Fransisca akan menunjukkan kalau keberadaannya di sini bukan hanya untuk mendekati Josep, tapi juga akan memberikan kontribusi untuk J Corporation.“Investor kayu dari Bandung yang akan menandatangani kontrak di perusahaan kita sudah sampai. Bersiaplah!” lapor Josep kepada Anjani yang langsung bergegas.Wanita itu merapikan cardigannya dan berjalan dengan anggun dengan didampingi oleh sang asisten yang selalu siap siaga setiap kali Anjani membutuhkan. Disusul oleh Fransisca yang berjalan di belakang dengan tangan yang membawa berkas-berkas yang dibutuhkan.“Selamat siang.” Anjani menya
Tanggal satu adalah waktunya semua karyawan menerima gaji termasuk Anjani sendiri meskipun dirinya baru bekerja beberapa hari. Anjani bahkan menerima gajinya yang bulan kemarin sehingga uang yang didapatnya dua kali lipat lebih besar.Selain gaji, seperti biasa Anjani juga menerima uang bulanan dari Josep—suaminya yang jumlahnya tak kalah fantastis. Lima puluh juta! Dua puluh juta lebih besar dari gaji pokoknya.Hal itu membuat Anjani kembali heran karena dia tahu betul kalau gaji yang diterima Josep dari J Corporation sebagai asisten presiden direktur tidak sampai lima belas juta. Dari mana Josep mendapatkan uang sebesar itu? Apa dia memiliki pekerjaan sampingan?!! Anjani tak henti bertanya-tanya.“Uang bulanan darimu sudah kuterima, terima kasih, ya!” tulis Anjani dalam pesan singkat karena keduanya sedang berada di tempat yang berbeda.Anjani di kantor, sedangkan Josep dia suruh untuk menghadap Hendra ke rumahnya guna melaporkan laporan bulanan, karena Anjani sudah mempercayakan la
“Sudah berapa lama kalian kumpul kebo?” Pertanyaan itu membuat Josep terjengat karena tak menyangka kalau sang ayah akan mengatakan hal seburuk itu padanya tanpa bertanya lebih jauh. Lelaki itu menghela nafas panjang, mencoba untuk jujur mengenai pernikahannya dengan Anjani yang sudah berjalan lebih dari satu bulan, sebab mungkin ini sudah waktunya, Hendra dan Lasminingrat harus tahu sekarang. “Jawab!!” pinta Hendra dengan penuh penekanan. “Aku tidak kumpul kebo, aku menghargai perempuan dan takkan melakukan hal di luar norma seperti yang Papa katakan!” sahut Josep berusaha tenang. “Lalu, mengapa kamu pulang setiap hari ke rumah Anjani, hah? Jelaskan yang sebenarnya kamu lakukan di belakang kami!” Hendra sudah tak bisa menahan kesabarannya lagi. “Aku sudah menikah dengan Anjani,” ungkap Josep membuat Hendra merasa syok dan reflex memegang dadanya. Menikah? Dengan wanita yang lebih tua? Tanpa sepengetahuannya?!! Josep benar-benar keterlaluan! “Papa!” pekik Josep. Lelaki itu ge
Anjani menautkan alisnya, merasa heran dengan sikap Lasminingrat yang lagi-lagi dingin tanpa alasan padahal dirinya adalah orang kepercayaan Hendra di perusahaan.Dengan begitu, Anjani semakin merasa tak enak, ada rasa bersalah yang sulit diartikan karena wanita itupun merasa tak pernah melakukan kesalahan kepada Lasminingrat.“Ah, sudahlah, lebih baik aku segera pulang,” celoteh Anjani.Wanita itu segera melajukan kembali mobilnya dan melesat membelah jalanan. Hal yang biasa memang, Anjani selalu bepergian sendirian tanpa menggunakan jasa sopir karena baginya itu malah merepotkan.Anjani benar-benar tak bisa percaya kepada orang lain terutama kepada yang namanya lelaki hingga lebih memilih hidup sendiri hingga Josep datang ke kehidupannya dalam keadaan yang membuatnya terpaksa harus menerima.Itulah sebabnya, Anjani bisa melakukan apa pun sendirian tanpa berpangku tangan karena bagi Anjani, pantang terlalu percaya dan bergantung kepada orang lain.Semua perasaan trauma itu Anjani dap
Bagai kapal di lautan yang lama terombang-ambing yang akhirnya menemukan pelabuhan, kekhawatiran, kecemasan, dan kerinduan yang sedari tadi bergelut dalam kemelut pikiran Anjani kini lepas sudah.Dengan segenap cinta yang mulai tumbuh bermekaran dalam hatinya, Anjani menuruti instingnya. Menjelajah setiap inci tubuh Josep yang seakan pasrah di bawahnya dalam hentakan demi hentakan yang menimbulkan irama yang terdengar indah.Kadang, Josep mengimbanginya dengan ikut melakukan hal yang semestinya. Bergerak, meremas, dan berteriak sesuka hatinya menikmati setiap perlakuan Anjani yang amat sangat membuatnya senang.“Lebih cepat!” pinta Josep dengan nafas yang terengah-engah.Anjani mempercepat gerakannya, memacu waktu dalam kenikmatan yang tiada tara sampai akhirnya apa yang sejak tadi tertahan itu keluar juga ditandai dengan lenguhan dan erangan panjang dari mulut keduanya.“Anjani, kamu sungguh luar biasa!” kata Josep setelah keduanya berbaring bersama.Wanita itu hanya tersenyum, meras
“Apa kamu bersedih?”Josep bertanya saat dia dan Anjani sudah pulang. Keduanya sama-sama murung disebabkan masalah yang dialami masing-masing dan sama-sama disebabkan oleh Lasminingrat.Josep tahu kalau Anjani overthingking akibat keputusan Lasminingrat yang tiba-tiba dan seenaknya tanpa memikirkan perasaan wanita itu, sementara Anjani tak tahu kalau Josep juga sedang mendapat tekanan dari ibunya.“Aku hanya merasa heran mengapa Bu Lasminingrat seperti tak suka padaku. Maksudnya, aneh saja. Apa aku pernah melakukan kesalahan padanya? Tapi, apa?!” ujar Anjani seraya mendekat ke suaminya yang sedang berbaring.Dengan lembut, Josep membawa Anjani ke dalam pelukannya dan mengelus lembut surai hitam dan panjang itu secara perlahan.Iba, lelaki itu benar-benar iba pada Anjani sebab alasan Lasminingrat menunjukkan rasa tidak suka adalah karena wanita itu ketahuan diam-diam sudah menjadi istrinya.“Sabar, ya, Sayang. Masalah apa pun yang kamu hadapi, ingat kalau aku akan selalu ada di sini.”
Sepanjang jalan, Josep memikirkan masalah hidupnya yang amat rumit dan ini semua dimulai oleh dirinya sendiri yang nekad menikahi seorang perempuan dengan modal kebohongan.Awal menikah, Josep sangat mengharapkan kalau Anjani akan mencintainya. Namun, kini lelaki itu justru merasa tak tega saat cinta benar-benar telah tumbuh dalam hati istrinya.“Maafkan aku, Anjani … aku harus bagaimana menyikapi semua ini?”Josep mengacak rambutnya kasar, mengingat bagaimana berharapnya Anjani untuk mulai membuka pernikahan mereka setidaknya di kantor tempat mereka bekerja.“Aku tidak peduli siapa kamu, apa jabatanmu. Kita sudah menikah dan hubungan kita berhak mendapat pengakuan dari orang-orang,” kata Anjani.“Aku setuju, tapi tidak mungkin tiba-tiba juga ‘kan? Semua orang akan merasa heran.”Hanya itu yang bisa Josep ucapkan sebelum mereka berangkat ke kantor, mencari-cari cara supaya keinginan Anjani itu bisa ditunda.Di saat kalut seperti itu, dering telepon membuatnya menepikan mobil karena ya
Sedikit pun Anjani tidak berminat untuk mengangkat telepon dari mantan tunangannya. Wanita itu membiarkannya, tak peduli panggilan itu sudah berdering untuk kali ketiga.Setelah panggilan itu berhenti, sebuah pesan dari nomor yang sama masuk dan membuat Anjani tercengang saat membacanya.(Aku berada di lobi J Corporation, sengaja datang untuk menemuimu karena aku rindu.)Anjani ingin abai, tapi dia takut kalau lelaki itu masuk begitu saja ke dalam kantor dan mengatakan kalau dia ingin menemui dirinya. Terlebih dia juga punya alasan kalau dia adalah salah satu investor yang memasok barang ke perusahaan ini.Kalau Josep tahu, bisa gawat ‘kan?Jadilah, Anjani turun dari lantai 3 dan menemui Rangga yang berada di lobi guna menyuruhnya pulang.“Untuk apa kamu ke sini?!” tanya Anjani dengan tatapan tajam.“Sudah kubilang aku sengaja menemuimu karena rindu. Asal kamu tahu, semenjak kita batal menikah, aku juga belum menikah dan menyesal sudah berselingkuh dengan perempuan yang salah. Aku min