"Dengan terpaksa, kamu diberhentikan secara tidak hormat karena diduga telah menggelapkan uang perusahaan!"
Semua jajaran direksi dan karyawan inti yang sama-sama sedang mengikuti zoom meeting Singapore - Indonesia, hanya bisa menghela nafas berat, mereka tidak menyangka jika Anjani Stephani, direktur keuangan yang sudah tiga bulan ini meng-handle pekerjaan Presiden Direktur mereka yang sedang sakit, melakukan kecurangan terhadap perusahaan.Belum juga zoom berakhir, Hendra Anggara--Presiden Direktur di perusahaan interior itu sudah mengakhiri sambungannya dengan penuh rasa kecewa. Bagaimana tidak, dia telah mempercayai Anjani sepenuhnya, bahkan lebih percaya dibanding kepada Stevis, sekretarisnya sendiri. Namun, apa yang terjadi, Hendra yang sedang menjalani perawatan di RS Singapore malah menerima laporan bahwa Anjani telah melakukan tindak korupsi, dengan cara menggelapkan dana perusahaan."Saya tidak pernah melakukannya, saya bersumpah!" Anjani membela dirinya sendiri, dia menatap semua direksi, lalu kepada Josep, asistennya yang selama tiga bulan ini membantunya bekerja atas perintah langsung dari Hendra."Lima milyar, Anjani. Mungkin bagi kamu uang itu tidak terlalu besar, tapi bagi perusahaan? Karyawan kita banyak dan dengan uang yang kamu gelapkan, tentu akan membuat semuanya berantakan," ujar Stevia, sekretaris Hendra Anggara yang selama tiga bulan ini juga membantu Anjani sesekali."Kami sangat kecewa, Anjani, kinerjamu yang kami elu-elukan seketika sirna dengan perbuatanmu ini. Apa gajimu kurang sehingga kamu melakukan perbuatan sekeji ini?" sahut Kevin, asisten Hendra yang konon juga ikut mendeteksi kecurangan Anjani."Tidak, gaji yang saya dapatkan sangat layak, saya tidak merasa kurang bahkan jika mengalami kekurangan pun, tidak serta merta membuat saya melakukan perbuatan tidak terpuji itu. Saya-""Kalau bukan karena kekurangan, berarti memang karena keserakahan!" potong Stevia menatap tidak suka pada Anjani yang matanya berkaca-kaca.Suasana di ruangan tersebut semakin panas, Stevia terus saja menyerang Anjani membuat para direksi ikut terpancing dan semakin membenci wanita berusia 35 tahun itu. Mereka turut menyatakan kekecewaan mereka membuat Anjani semakin tersudut dan frustasi karena Anjani bersikeras tidak pernah melakukan tindak korupsi itu, rekeningnya pun tidak pernah menerima uang sebesar lima milyar seperti yang Kevin dan Stevia katakan."Setelah Pak Hendra Anggara sembuh dan pulang, kita akan bertemu lagi, Anjani." Kevin menatap Anjani serius. "Tapi, bertemunya di Pengadilan," tutupnya lalu keluar dari ruangan tersebut disusul dengan direksi lain yang melewati Anjani sembari menatap tidak suka.Lima belas menit, Anjani belum beranjak dari duduknya. Dia masih menatap kosong dengan air mata yang merembes dari netranya. Josep juga masih berada di sana, mendampingi Anjani yang selama menjadi atasannya, sangat memperlakukan Josep dengan baik. Bahkan mereka sudah seperti teman."Pergilah, Jos, aku sudah bukan atasanmu lagi," pinta Anjani dan Josep hanya menggeleng."Aku akan mengantar kamu pulang, ayo.""Tidak perlu, ini masih jam kerjamu. Bekerjalah dengan baik." Anjani mengusap air matanya meskipun nyatanya, air mata itu jatuh lagi dan lagi membuat gadis itu merasa lelah. Dia butuh ketenangan, dia ingin sendirian."Anjani ... aku percaya padamu," ucap Josep pelan."Kepercayaanmu tidak terlalu berarti, Jos. Kamu hanya seorang asisten. Kalau saja yang mengatakan hal itu adalah Pak Hendra, mungkin aku takkan seberantakan ini sekarang." Josep tersenyum simpul mendengar celotehan Anjani yang menganggapnya hanya seorang asisten, sementara gadis itu keluar dari ruangan tersebut dengan langkah gontai, berjalan melewati para karyawan yang dulu sangat menghormatinya, tapi kini menatap Anjani dengan tatapan sinis disertai bisik-bisik tetangga. Anjani tak menghiraukannya, dia hanya menunduk dan pergi meninggalkan kantor yang telah membesarkan namanya semenjak delapan tahun yang lalu dia bekerja di sana.***Keesokan harinya, perusahaan kembali mengadakan rapat zoom yang dipimpin kembali oleh Hendra yang kini sudah lebih baik keadaannya. Hendra menatap semua jajaran direksi lalu mengucapkan terima kasih kepada mereka atas kerja keras mereka, terutama kepada Kevin Sanjaya, asistennya yang sudah menemukan kasus besar yang terjadi di perusahaan.Josep juga berada di sana, dia menyimak dengan seksama seraya menelaah apa yang sebenarnya terjadi. Josep tidak percaya kalau Anjani telah melakukan penggelapan uang karena dia tahu betul, jika Anjani adalah karyawan yang bersih dan berintegritas tinggi.Terlebih, Josep juga menyukai Anjani sejak pertemuan pertama mereka meskipun usia keduanya terpantau jauh. Josep 25 tahun, sedangkan Anjani 35 tahun."Izin memberi pendapat dan saran, Tuan Presdir." Josep mengangkat tangannya."Apa tidak sebaiknya kita menyelidiki dulu? Bukan apa-apa, selama bekerja dengan Anjani tiga bulan ini, saya merasa Anjani adalah karyawan yang bersih dan sangat bertanggung jawab terhadap perusahaan. Dia berhak mendapatkan kesempatan untuk membuktikan kalau dugaan ini tidak benar," lanjutnya.Stevia menelan saliva, dadanya bergemuruh mendengar keberanian Josep yang hanya seorang asisten baru di perusahaan ini. Hendra sendiri hanya terdiam, dia menatap Josep melalui layar dengan tatapan penuh arti."Sepertinya semuanya sudah jelas, Nak." semua orang menautkan alis tatkala Hendra memanggil Josep dengan panggilan 'Nak'. "Aku sudah putuskan untuk tidak menerima pembelaan apa pun dari Anjani karena bukti sudah jelas. Urusan kita sekarang adalah memilih siapa yang pantas menggantikan Anjani, dan aku juga sudah putuskan untuk menunjuk Stevia." Stevia yang ikut heran langsung melupakan keheranannya. Matanya membelalak, tangannya membekap mulut dengan perasaan amat senang atas posisi yang diberikan Hendra padanya.Sementara Josep, dia membuang nafas kasar dan memutuskan pergi ke rumah Anjani setelah rapat berakhir karena dia merasa rindu serta khawatir pada wanita cantik nan awet muda itu. Namun, saat sampai, di rumah Anjani tidak ada siapa-siapa."Anjani ke rumah sakit, ayahnya terkena serangan jantung semalam dan langsung dibawa," kata seorang tetangga Anjani membuat Josep langsung menuju rumah sakit untuk melihat keadaan wanita yang dia cintai.Sesampainya di sana, Josep melihat Anjani sedang duduk di kursi tunggu dengan penampilan berantakan, juga kantung mata yang menghitam. Melihat itu, Josep bisa tahu kalau Anjani tidak tidur semalaman."Anjani!" panggil Josep membuat gadis itu menoleh."Untuk apa kamu di sini?" tanya Anjani kepada Josep yang kini duduk di sampingnya."Untuk melihat keadaan ayah kamu, katanya dia terkena serangan jantung semalam. Apa benar?""Bagaimana kamu tahu?" Anjani menautkan alisnya."Aku mendatangi rumahmu karena cemas, tapi tidak ada siapa-siapa hingga tetangga memberitahukan kalau kamu di sini. Aku turut prihatin, ya.""Terima kasih, Jos, padahal aku sudah bukan atasanmu lagi." Anjani tersenyum getir mengingat nasibnya yang berakhir tragis."Sebentar lagi kamu akan menjadi atasanku lagi, kita akan menyelidiki kasus ini bersama-sama, Anjani, aku akan memberikan kamu data keuangan yang diduga mengalir ke rekeningmu, padahal sebenarnya tidak, kan?!" Anjani kembali menautkan alisnya, bagaimana bisa Josep bisa melakukan itu semua sementara dia tak memiliki akses untuk masuk ke sana."Bagaimana caranya? Kamu akan sulit mengakses data keuangan karena keamanannya sangat ketat, aksesku juga langsng dikunci oleh perusahaan. Lagi pula, aku sudah pasrah, hidupku sudah terlanjur hancur juga. Aku dipecat, ayahku terkena serangan jantung dan kini harus dirawat, bahkan harus dioperasi karena tumornya muncul lagi. Uangku mungkin akan habis setelah ini." Anjani mengusap wajahnya kasar, masa depannya amat suram."Aku bisa melakukannya, Anjani, percayalah. Aku bisa mengakses data-data itu dengan mudah asalkan kamu mau memenuhi syarat yang kuberikan," ucap Josep."Syarat apa?" tanya Anjani."Menikahlah denganku!" balasnya membuat Anjani tercengang dengan penawaran gila dari lelaki di hadapannya.Difitnah menggelapkan uang perusahaan, dipecat secara tidak hormat tanpa pesangon, hingga membuat sosok ayah yang ia sayangi terkena serangan jantung karena shock, dan kini dirawat di rumah sakit. Sekarang, Anjani dilamar oleh sosok lelaki yang merupakan mantan asistennya sendiri. Cobaan apa lagi ini?!Meskipun Anjani sudah bukan siapa-siapa lagi, bahkan on the way menjadi orang miskin, akan tetapi dia adalah wanita yang memiliki standar tersendiri dalam memilih pasangan hidup dalam hal ini suami. Josep memang tampan, wajahnya campuran Indo Belanda dengan hidung mancung yang menawan, tapi jika pekerjaannya hanya seorang asisten, rasanya terlalu riskan Anjani menerimanya."Kamu ngaco, Jos. Pikir-pikir dulu sebelum bicara!" omel Anjani sembari memijat keningnya yang terasa bertambah sakit setelah mendengar lamaran Josep Erlangga."Aku serius, aku juga berjanji akan membantu kamu membayar tagihan rumah sakit ayah kita, sekaligus biaya operasinya," kata Josep membuat Anjani mengerutkan da
Malam pertama yang gagal, Anjani ternyata tidak siap jika gawangnya dibobol sekarang. Josep kecewa, tapi dia tetap bersabar menanti saat indah itu tiba karena Josep pahamm, selain masih belum percaya sepenuhnya akan masa depan pernikahan ini, Anjani juga ingin Josep membuktikan atau setidaknya menunjukkan data yang telah dia janjikan."Tenang saja, Anjani. Sedikit lagi kebenaran itu terungkap, kamu hanya perlu sabar menunggu!" kata Josep setelah satu minggu berlalu membuat Anjani mengerucutkan bibirnya.Lama-lama, Anjani merasa kesal karena Josep terus saja mengatakan hal yang sama jika Anjani meminta Josep segera membuka tabir fitnah yang menimpanya, hingga Anjani merasa kalau sesungguhnya Josep telah berbohong padanya. Dia mengira kalau Josep sedang mengulur waktu dan memanfaatkan kesedihan yang dirasakan Anjani."Apa jangan-jangan, Josep sendiri yang membuat skenario ini?" gumamnya dengan perasaan yang tiba-tiba tak enak.Dengan segera, Anjani membawa kunci mobilnya dan menuju peru
"Dasar penipu!" pekik Anjani dengan isakannya yang sudah tak tertahankan."Aku bukan penipu, Anjani. Aku sedang berusaha bersama team-ku, dan sayangnya kami belum menemukan bukti yang kuat. Tapi, aku sudah menemukan siapa orangnya." Josep memegang kedua bahu istrinya dan menatap sang istri dengan serius sementara Anjani malah memalingkan wajahnya ke arah lain.Anjani tak ingin ada kontak mata di antara mereka sebab wanita itu takut jatuh cinta kepada orang yang salah. Rasa sesal tiba-tiba menyelimuti hatinya. Anjani ingin mengakhiri semuanya sebab nyatanya, menikah dengan Josep tidak menjadi jalan keluar dari semua masalahnya."Aku tidak percaya padamu, Jos. Aku curiga padamu dan tak ingin bertemu denganmu sampai kamu bisa membuktikan apa yang kamu janjikan sebelum kita menikah!" tegas Anjani membuat Josep menggelengkan kepalanya.Gadis yang usianya sudah menginjak tiga puluh lima tahun itu keluar dari mobil suaminya dan beralih ke mobilnya sendiri. Hatinya kacau sekarang, bingung den
Sebagai seorang wanita karir yang sejak dulu mengesampingkan masalah pernikahan, Anjani tak merasa gentar tatkala dia tak pulang ke rumah suaminya karena bertengkar. Tak peduli berpuluh-puluh pesan masuk ke aplikasi hijau di ponselnya, panggilan tak terjawab dari orang yang sama mengantre panjang.Namun, Anjani tak ingin menggubrisnya, kalau memang Josep sungguh mencintainya, mungkin lelaki itu akan datang ke rumah sakit dan membujuknya untuk pulang dengan membawa kabar baik tentang karirnya di perusahaan.Rayhan sendiri sudah tertidur lelap sejak jam sembilan malam membuat Anjani semakin merasa kesepian. Seumur hidup, baru kali ini dia merasakan kekosongan karena tak ada deadline lembur yang mengejarnya setiap malam. Kehilangan pekerjaan, sama saja dengan kehilangan separuh hidupnya."Hufff." Anjani menghela nafas berat dan mulai memejamkan mata hingga suara pintu terbuka terdengar berderit memecah keheningan malam."Jos?" gumam Anjani menatap suami dadakannya yang tiba-tiba datang.
"Apa mungkin kalau Josep benar-benar pelaku yang membuat semua tuduhan ini?" gumam Anjani sembari menatap jumlah saldo yang menggembung di rekeningnya."Kalau bukan, dari mana dia mendapatkan uang sebanyak ini sedangkan pekerjaannya saja hanya seorang asisten?" tambahnya dengan perasaan heran.Anjani terus bermonolog sendiri, semakin merasa yakin akan prasangkanya bahwa sang suami terlibat aktif dalam kasus fitnah yang dituduhkan padanya. Namun, Anjani tak bisa mengatakan prasangkanya begitu saja, dia hanya mesti diam-diam mencari tahu, dengan tetap menjaga jarak dengan Josep."Lima milyar konon masuk ke rekeningku, tapi mana? Jangankan lima milyar, gaji bulan ini saja tak kudapat. Jadi, bisa saja kan kalau uang itu masuk ke rekening Josep dan dia berikan padaku secara berangsur?"Wanita itu tak hentinya merangkai puzzle yang masih berantakan dalam otaknya hingga lima belas menit berlalu, sang suami telah selesai mandi membuat Anjani seketika menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, d
Sepulangnya Anjani dari kantor, Josep berinisiatif untuk berbicara kepada Hendra Anggara mengenai masalah tuduhan ini sebab lelaki itu sangat merasa bersalah setelah Anjani disudutkan oleh Kevin, sementara dia tidak bisa berbuat apa-apa jika ada Kevin dan Stevia.Ruang gerak Josep terasa sempit karena dia hanya seorang asisten dari sekretaris, dan dia berharap dengan berbicara langsung kepada Hendra, maka Josep akan bisa menjelaskan sekaligus memberi titik terang kepada sang Presdir bahwa Anjani bukan pelakunya.Tanpa keraguan, suami dari Anjani itu menekan tombol interkom dan memberitahukan bahwa dia ingin bicara. Saat masuk, Hendra menatapnya dengan seksama, senyumnya bersahaja menatap lelaki yang memiliki dedikasi cukup tinggi terhadap perusahaan, meskipun baru beberapa bulan bekerja."Ada apa lagi, Jos?" tanya Hendra tanpa berbasa-basi."Aku ingin mendiskusikan tentang masalah Anjani, apa tidak ada toleransi sama sekali untuk dia membuktikan bahwa dia tidak bersalah?" tanyanya kepa
"Selamat siang, jadi apa yang harus saya selidiki?" Seorang detektif terkemuka di Jakarta sedang melakukan pertemuan dengan Anjani di sebuah restaurant. Detektif bernama Hadinata yang usianya sekitar empat puluh tahun itu langsung ke inti permasalahan, yakni apa yang ingin Anjani utamakan dalam penyelidikannya."Saya minta Anda menyelidiki perusahaan ini." Anjani menyodorkan sebuah dokumen rahasia."J Corporation," gumam Hadi membaca judul map dokumen tersebut.Anjani mengangguk, J Corporation adalah nama perusahaan tempatnya bekerja dulu. Awalnya, nama perusahaan itu adalah AE Corporation, tapi sudah diganti semenjak dua tahun yang lalu menjadi J Corporation yang konon dibawa dari kata Job atau bisa juga Jackpot.'Setiap orang yang bekerja keras, maka dia akan mendapatkan hadiah yang besar', begitu kira-kira kata Hendra Anggara saat meresmikan nama baru untuk perusahaannya dua tahun yang lalu."Saya baru saja diberhentikan secara tidak hormat karena dituduh mengkorupsi uang perusahaa
"Aku sudah siapkan air hangat dan makan malam. Jadi, aku izin ke luar ya, ada urusan sebentar," ujar Anjani kepada suaminya yang baru saja pulang."Terima kasih. Pergilah, tapi jangan lama-lama," sahut Josep. Anjani langsung bersiap mengambil tas dan meninggalkan rumahnya yang dibangun atas hasil kerja kerasnya bekerja selama bertahun-tahun sepeninggal ibunya. Rayhan yang melihat putrinya kembali pergi pun ingin bertanya, tapi urung karena Anjani sudah menaiki mobilnya.Sementara Josep menatap mobil sang istri yang semakin menjauh dari kaca jendela kamar mereka di lantai dua. Ada rasa ingin bertanya ke mana tujuan Anjani pergi, tapi lelaki itu malu, sebab takut disangka over protective dan banyak mengatur.Josep sadar diri, sebagai suami yang menjadikan sebuah janji sebagai mahar awal dari lamarannya, dia belum bisa menepati apa yang telah digaungkannya sejak awal."Semoga kamu pergi bukan karena ada aku di sini," gumamnya dengan hati yang sedih.Semua yang telah Anjani dapatkan hari