Share

Menjadi Istri Presdir Rahasia
Menjadi Istri Presdir Rahasia
Author: Nurlia Soleha

Bab 1

"Dengan terpaksa, kamu diberhentikan secara tidak hormat karena diduga telah menggelapkan uang perusahaan!"

Semua jajaran direksi dan karyawan inti yang sama-sama sedang mengikuti zoom meeting Singapore - Indonesia, hanya bisa menghela nafas berat, mereka tidak menyangka jika Anjani Stephani, direktur keuangan yang sudah tiga bulan ini meng-handle pekerjaan Presiden Direktur mereka yang sedang sakit, melakukan kecurangan terhadap perusahaan.

Belum juga zoom berakhir, Hendra Anggara--Presiden Direktur di perusahaan interior itu sudah mengakhiri sambungannya dengan penuh rasa kecewa. Bagaimana tidak, dia telah mempercayai Anjani sepenuhnya, bahkan lebih percaya dibanding kepada Stevis, sekretarisnya sendiri. Namun, apa yang terjadi, Hendra yang sedang menjalani perawatan di RS Singapore malah menerima laporan bahwa Anjani telah melakukan tindak korupsi, dengan cara menggelapkan dana perusahaan.

"Saya tidak pernah melakukannya, saya bersumpah!" Anjani membela dirinya sendiri, dia menatap semua direksi, lalu kepada Josep, asistennya yang selama tiga bulan ini membantunya bekerja atas perintah langsung dari Hendra.

"Lima milyar, Anjani. Mungkin bagi kamu uang itu tidak terlalu besar, tapi bagi perusahaan? Karyawan kita banyak dan dengan uang yang kamu gelapkan, tentu akan membuat semuanya berantakan," ujar Stevia, sekretaris Hendra Anggara yang selama tiga bulan ini juga membantu Anjani sesekali.

"Kami sangat kecewa, Anjani, kinerjamu yang kami elu-elukan seketika sirna dengan perbuatanmu ini. Apa gajimu kurang sehingga kamu melakukan perbuatan sekeji ini?" sahut Kevin, asisten Hendra yang konon juga ikut mendeteksi kecurangan Anjani.

"Tidak, gaji yang saya dapatkan sangat layak, saya tidak merasa kurang bahkan jika mengalami kekurangan pun, tidak serta merta membuat saya melakukan perbuatan tidak terpuji itu. Saya-"

"Kalau bukan karena kekurangan, berarti memang karena keserakahan!" potong Stevia menatap tidak suka pada Anjani yang matanya berkaca-kaca.

Suasana di ruangan tersebut semakin panas, Stevia terus saja menyerang Anjani membuat para direksi ikut terpancing dan semakin membenci wanita berusia 35 tahun itu. Mereka turut menyatakan kekecewaan mereka membuat Anjani semakin tersudut dan frustasi karena Anjani bersikeras tidak pernah melakukan tindak korupsi itu, rekeningnya pun tidak pernah menerima uang sebesar lima milyar seperti yang Kevin dan Stevia katakan.

"Setelah Pak Hendra Anggara sembuh dan pulang, kita akan bertemu lagi, Anjani." Kevin menatap Anjani serius. "Tapi, bertemunya di Pengadilan," tutupnya lalu keluar dari ruangan tersebut disusul dengan direksi lain yang melewati Anjani sembari menatap tidak suka.

Lima belas menit, Anjani belum beranjak dari duduknya. Dia masih menatap kosong dengan air mata yang merembes dari netranya. Josep juga masih berada di sana, mendampingi Anjani yang selama menjadi atasannya, sangat memperlakukan Josep dengan baik. Bahkan mereka sudah seperti teman.

"Pergilah, Jos, aku sudah bukan atasanmu lagi," pinta Anjani dan Josep hanya menggeleng.

"Aku akan mengantar kamu pulang, ayo."

"Tidak perlu, ini masih jam kerjamu. Bekerjalah dengan baik." Anjani mengusap air matanya meskipun nyatanya, air mata itu jatuh lagi dan lagi membuat gadis itu merasa lelah. Dia butuh ketenangan, dia ingin sendirian.

"Anjani ... aku percaya padamu," ucap Josep pelan.

"Kepercayaanmu tidak terlalu berarti, Jos. Kamu hanya seorang asisten. Kalau saja yang mengatakan hal itu adalah Pak Hendra, mungkin aku takkan seberantakan ini sekarang." 

Josep tersenyum simpul mendengar celotehan Anjani yang menganggapnya hanya seorang asisten, sementara gadis itu keluar dari ruangan tersebut dengan langkah gontai, berjalan melewati para karyawan yang dulu sangat menghormatinya, tapi kini menatap Anjani dengan tatapan sinis disertai bisik-bisik tetangga. Anjani tak menghiraukannya, dia hanya menunduk dan pergi meninggalkan kantor yang telah membesarkan namanya semenjak delapan tahun yang lalu dia bekerja di sana.

***

Keesokan harinya, perusahaan kembali mengadakan rapat zoom yang dipimpin kembali oleh Hendra yang kini sudah lebih baik keadaannya. Hendra menatap semua jajaran direksi lalu mengucapkan terima kasih kepada mereka atas kerja keras mereka, terutama kepada Kevin Sanjaya, asistennya yang sudah menemukan kasus besar yang terjadi di perusahaan.

Josep juga berada di sana, dia menyimak dengan seksama seraya menelaah apa yang sebenarnya terjadi. Josep tidak percaya kalau Anjani telah melakukan penggelapan uang karena dia tahu betul, jika Anjani adalah karyawan yang bersih dan berintegritas tinggi.

Terlebih, Josep juga menyukai Anjani sejak pertemuan pertama mereka meskipun usia keduanya terpantau jauh. Josep 25 tahun, sedangkan Anjani 35 tahun.

"Izin memberi pendapat dan saran, Tuan Presdir." Josep mengangkat tangannya.

"Apa tidak sebaiknya kita menyelidiki dulu? Bukan apa-apa, selama bekerja dengan Anjani tiga bulan ini, saya merasa Anjani adalah karyawan yang bersih dan sangat bertanggung jawab terhadap perusahaan. Dia berhak mendapatkan kesempatan untuk membuktikan kalau dugaan ini tidak benar," lanjutnya.

Stevia menelan saliva, dadanya bergemuruh mendengar keberanian Josep yang hanya seorang asisten baru di perusahaan ini. Hendra sendiri hanya terdiam, dia menatap Josep melalui layar dengan tatapan penuh arti.

"Sepertinya semuanya sudah jelas, Nak." semua orang menautkan alis tatkala Hendra memanggil Josep dengan panggilan 'Nak'. "Aku sudah putuskan untuk tidak menerima pembelaan apa pun dari Anjani karena bukti sudah jelas. Urusan kita sekarang adalah memilih siapa yang pantas menggantikan Anjani, dan aku juga sudah putuskan untuk menunjuk Stevia." 

Stevia yang ikut heran langsung melupakan keheranannya. Matanya membelalak, tangannya membekap mulut dengan perasaan amat senang atas posisi yang diberikan Hendra padanya.

Sementara Josep, dia membuang nafas kasar dan memutuskan pergi ke rumah Anjani setelah rapat berakhir karena dia merasa rindu serta khawatir pada wanita cantik nan awet muda itu. Namun, saat sampai, di rumah Anjani tidak ada siapa-siapa.

"Anjani ke rumah sakit, ayahnya terkena serangan jantung semalam dan langsung dibawa," kata seorang tetangga Anjani membuat Josep langsung menuju rumah sakit untuk melihat keadaan wanita yang dia cintai.

Sesampainya di sana, Josep melihat Anjani sedang duduk di kursi tunggu dengan penampilan berantakan, juga kantung mata yang menghitam. Melihat itu, Josep bisa tahu kalau Anjani tidak tidur semalaman.

"Anjani!" panggil Josep membuat gadis itu menoleh.

"Untuk apa kamu di sini?" tanya Anjani kepada Josep yang kini duduk di sampingnya.

"Untuk melihat keadaan ayah kamu, katanya dia terkena serangan jantung semalam. Apa benar?"

"Bagaimana kamu tahu?" Anjani menautkan alisnya.

"Aku mendatangi rumahmu karena cemas, tapi tidak ada siapa-siapa hingga tetangga memberitahukan kalau kamu di sini. Aku turut prihatin, ya."

"Terima kasih, Jos, padahal aku sudah bukan atasanmu lagi." Anjani tersenyum getir mengingat nasibnya yang berakhir tragis.

"Sebentar lagi kamu akan menjadi atasanku lagi, kita akan menyelidiki kasus ini bersama-sama, Anjani, aku akan memberikan kamu data keuangan yang diduga mengalir ke rekeningmu, padahal sebenarnya tidak, kan?!" 

Anjani kembali menautkan alisnya, bagaimana bisa Josep bisa melakukan itu semua sementara dia tak memiliki akses untuk masuk ke sana.

"Bagaimana caranya? Kamu akan sulit mengakses data keuangan karena keamanannya sangat ketat, aksesku juga langsng dikunci oleh perusahaan. Lagi pula, aku sudah pasrah, hidupku sudah terlanjur hancur juga. Aku dipecat, ayahku terkena serangan jantung dan kini harus dirawat, bahkan harus dioperasi karena tumornya muncul lagi. Uangku mungkin akan habis setelah ini." Anjani mengusap wajahnya kasar, masa depannya amat suram.

"Aku bisa melakukannya, Anjani, percayalah. Aku bisa mengakses data-data itu dengan mudah asalkan kamu mau memenuhi syarat yang kuberikan," ucap Josep.

"Syarat apa?" tanya Anjani.

"Menikahlah denganku!" balasnya membuat Anjani tercengang dengan penawaran gila dari lelaki di hadapannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status