"Selamat siang, jadi apa yang harus saya selidiki?" Seorang detektif terkemuka di Jakarta sedang melakukan pertemuan dengan Anjani di sebuah restaurant. Detektif bernama Hadinata yang usianya sekitar empat puluh tahun itu langsung ke inti permasalahan, yakni apa yang ingin Anjani utamakan dalam penyelidikannya."Saya minta Anda menyelidiki perusahaan ini." Anjani menyodorkan sebuah dokumen rahasia."J Corporation," gumam Hadi membaca judul map dokumen tersebut.Anjani mengangguk, J Corporation adalah nama perusahaan tempatnya bekerja dulu. Awalnya, nama perusahaan itu adalah AE Corporation, tapi sudah diganti semenjak dua tahun yang lalu menjadi J Corporation yang konon dibawa dari kata Job atau bisa juga Jackpot.'Setiap orang yang bekerja keras, maka dia akan mendapatkan hadiah yang besar', begitu kira-kira kata Hendra Anggara saat meresmikan nama baru untuk perusahaannya dua tahun yang lalu."Saya baru saja diberhentikan secara tidak hormat karena dituduh mengkorupsi uang perusahaa
"Aku sudah siapkan air hangat dan makan malam. Jadi, aku izin ke luar ya, ada urusan sebentar," ujar Anjani kepada suaminya yang baru saja pulang."Terima kasih. Pergilah, tapi jangan lama-lama," sahut Josep. Anjani langsung bersiap mengambil tas dan meninggalkan rumahnya yang dibangun atas hasil kerja kerasnya bekerja selama bertahun-tahun sepeninggal ibunya. Rayhan yang melihat putrinya kembali pergi pun ingin bertanya, tapi urung karena Anjani sudah menaiki mobilnya.Sementara Josep menatap mobil sang istri yang semakin menjauh dari kaca jendela kamar mereka di lantai dua. Ada rasa ingin bertanya ke mana tujuan Anjani pergi, tapi lelaki itu malu, sebab takut disangka over protective dan banyak mengatur.Josep sadar diri, sebagai suami yang menjadikan sebuah janji sebagai mahar awal dari lamarannya, dia belum bisa menepati apa yang telah digaungkannya sejak awal."Semoga kamu pergi bukan karena ada aku di sini," gumamnya dengan hati yang sedih.Semua yang telah Anjani dapatkan hari
Bagaikan gula, Josep merasakan manisnya cinta di bibir Anjani saat dia mengecupnya untuk pertama kali. Entah mendapat keberanian dari mana, yang pasti Josep merasa kalau ini sudah waktunya, sudah terlalu lama dia bersabar menanti moment ini.Anjani sendiri tidak bisa melawan sebab sadar kalau salah satu kewajibannya sebagai seorang istri adalah melayani suami, meskipun jauh dalam lubuk hatinya dia belum siap menyerahkan apa yang Anjani jaga hingga sekarang. Yakni keperawanan."Maaf ...." ucap Josep lagi setelah kecupan keduanya.Lelaki itu merasa bersalah sebab belum kunjung menunaikan janjinya. Namun, sebagai seorang lelaki normal, Josep juga tidak bisa menahan diri setiap kali melihat sang istri yang begitu paripurna dalam segala hal. Wajah cantik, mata coklat yang indah, kulit kuning, dan tubuh yang seksi. Belum lagi prestasinya dalam pekerjaan. Siapa yang bisa kuat menahan godaan yang terpampang nyata di depan mata apalagi wanita itu selalu berada dalam kamar tidur satu ranjang d
"Aku perlu bukti!" ucap Hendra tegas menatap tajam kepada Josep yang menghembuskan nafas kasar.Sang pewaris rahasia merasa tak habis pikir, mengapa sang ayah sulit sekali percaya padanya?!"Tentu, kita akan bertemu di Pengadilan, Ayah. Aku sengaja mengatakan ini sejak dini sebab takut Ayah terkejut dan shock saat Hakim berhasil membuktikan semua kebenarannya," tutup Josep meninggalkan Hendra yang mengepalkan tangan dengan kuat.Suasana seketika menegang, dada pria paruh baya itu perlahan terasa sakit karena mendengar kabar yang belum tentu salah atau benar. Hendra sendiri merasa kalau putranya tidak berdusta, tak terlihat ada kebohongan di matanya. Hendra sangat tahu bagaimana Josep karena dia adalah ayah yang merawatnya sejak lelaki itu bahkan belum lahir ke dunia.Dan jika benar apa yang telah Josep katakan, yang paling membuat Hendra tidak menyangka adalah mengapa Kevin dan Stevia melakukan semua itu padahal mereka sudah memiliki segalanya selama bekerja di perusahaan miliknya."K
Sore ini, lembayung senja terlihat begitu indah seakan sengaja dibuat memesona oleh Tuhan di hari ulang tahun Anjani yang ke-35. Wanita itu keluar dari rumahnya dengan mengenakan dress sederhana selutut dan cardigan yang menambah kesan elegan.Josep menatapnya, mengulurkan tangan supaya mereka bisa bergandengan menuju mobil yang sudah terparkir sejak tadi. Anjani menerima uluran tangan tersebut hingga kulit mereka bersentuhan seiring dengan aliran listrik dalam tubuh yang seakan terkena cipratan air hingga menimbulkan efek sengatan."Mau ke mana kita?" Anjani bertanya saat keduanya sudah berada di dalam mobil."Rahasia," jawab suaminya."Dalam rangka apa membawaku pergi berkencan? Tumben." Josep terkekeh, selalu merasa gemas kalau istrinya itu sudah mengatakan 'tumben'."Ini hari ulang tahunmu, kita harus membuatnya istimewa," balas Josep membuat Anjani terbelalak.Wanita itu tidak menyangka kalau sang suami tahu dan ingat bahwa hari ini adalah hari kelahirannya padahal Josep juga bar
Semilir angin menyapu anak rambut Anjani yang kini menghalangi pipi, membuat Josep segera menyingkirkannya karena tak mau kehilangan kesempatan sedetik saja untuk melihat wajah cantik sang istri yang terbaring dengan pasrah.Pintu yang tadi masih terbuka, Josep tutup dengan segera, lelaki itu menghampiri Anjani dengan tatapan mata elang yang seolah siap menerkam mangsanya. Namun, meski begitu, Anjani tak merasa takut dan justru malah balik menantang tatapan itu meskipun detak jantungnya sudah tak beraturan.Kadang cepat, kadang lambat, Josep benar-benar sudah membuatnya mabuk kepayang."Aku mencintai kamu, Pengantinku," lirih Josep tepat di telinga sang istri yang langsung merona."Terima kasih," balas Anjani membuat suaminya itu terkekeh pelan.Meskipun tidak ada ungkapan cinta dari bibir Anjani, Josep percaya kalau cinta itu sudah mulai hadir dalam hati istrinya. Anjani hanya masih gengsi untuk mengatakannya.Bibir lelaki itu lalu hinggap di ceruk leher Anjani yang seketika menggeli
"Bagus! Kemarin izin, sekarang datang kesiangan. Berasa perusahaan ini milik nenek moyangmu, ya?!" hardik Stevia, menunjuk wajah Josep dengan jari telunjuknya.Josep baru saja sampai dan langsung dicecar dengan omelan oleh Stevia yang merasa punya kuasa penuh atas perusahaan. Lelaki yang merupakan asistennya itu hanya bisa menahan tawa, tak terbayang bagaimana reaksi Stevia seandainya tahu siapa Josep sesungguhnya."Maaf, tadi ada masalah mendadak, jadi aku harus menyelesaikannya dulu sebelum datang ke sini," sahut lelaki itu seraya menunduk.Ada rasa malu dalam hati Josep karena dimarahi di depan para staf yang sedang bekerja, akan tetapi, dia mencoba islah dan menerima semua amarah yang ditujukan Stevia padanya sebab Josep juga tahu kalau dia memang bersalah."Seharusnya, kamu itu bisa profesional, Jos. Kalau ada urusan di luar pekerjaan di waktu jam kerja, ya tinggalkan!" tegas Stevia. "Satu kali lagi kamu seperti ini, aku akan pecat kamu! Kalian juga, jangan macam-macam karena sek
"Jadi, Stevia dan Kevin yang sudah melakukan fitnah itu padaku?" Anjani bertanya saat dirinya dan sang suami sudah bersiap untuk tidur. Mereka akan pillow talk terlebih dahulu sekarang.Josep terkejut, bertanya-tanya dalam hatinya, dari mana Anjani bisa tahu informasi itu sebelum dia memberitahukannya sendiri? "Aku baru saja akan mengatakannya padamu malam ini. Kamu sendiri tahu dari mana?" Josep balik bertanya."Aku menyewa detektif," jawab Anjani pelan membuat Josep termenung sejenak."Sejak kapan?" tanya lelaki itu lagi.Bukan Josep berniat ingin tahu tentang semua urusan Anjani di belakangnya, akan tetapi dia hanya merasa kecewa mengapa Anjani mengambil langkah lain padahal Josep sudah mengatakan bahwa masalah ini akan selesai di tangannya.Kesannya menjadi Anjani seperti masih saja tidak percaya akan semua usahanya, padahal Josep sudah mati-matian memperjuangkan segalanya bahkan sampai sempat bertentangan dengan sang ayah."Sebelum kita berkomitmen kemarin. Maaf ya, aku tidak bi