Sore ini, lembayung senja terlihat begitu indah seakan sengaja dibuat memesona oleh Tuhan di hari ulang tahun Anjani yang ke-35. Wanita itu keluar dari rumahnya dengan mengenakan dress sederhana selutut dan cardigan yang menambah kesan elegan.Josep menatapnya, mengulurkan tangan supaya mereka bisa bergandengan menuju mobil yang sudah terparkir sejak tadi. Anjani menerima uluran tangan tersebut hingga kulit mereka bersentuhan seiring dengan aliran listrik dalam tubuh yang seakan terkena cipratan air hingga menimbulkan efek sengatan."Mau ke mana kita?" Anjani bertanya saat keduanya sudah berada di dalam mobil."Rahasia," jawab suaminya."Dalam rangka apa membawaku pergi berkencan? Tumben." Josep terkekeh, selalu merasa gemas kalau istrinya itu sudah mengatakan 'tumben'."Ini hari ulang tahunmu, kita harus membuatnya istimewa," balas Josep membuat Anjani terbelalak.Wanita itu tidak menyangka kalau sang suami tahu dan ingat bahwa hari ini adalah hari kelahirannya padahal Josep juga bar
Semilir angin menyapu anak rambut Anjani yang kini menghalangi pipi, membuat Josep segera menyingkirkannya karena tak mau kehilangan kesempatan sedetik saja untuk melihat wajah cantik sang istri yang terbaring dengan pasrah.Pintu yang tadi masih terbuka, Josep tutup dengan segera, lelaki itu menghampiri Anjani dengan tatapan mata elang yang seolah siap menerkam mangsanya. Namun, meski begitu, Anjani tak merasa takut dan justru malah balik menantang tatapan itu meskipun detak jantungnya sudah tak beraturan.Kadang cepat, kadang lambat, Josep benar-benar sudah membuatnya mabuk kepayang."Aku mencintai kamu, Pengantinku," lirih Josep tepat di telinga sang istri yang langsung merona."Terima kasih," balas Anjani membuat suaminya itu terkekeh pelan.Meskipun tidak ada ungkapan cinta dari bibir Anjani, Josep percaya kalau cinta itu sudah mulai hadir dalam hati istrinya. Anjani hanya masih gengsi untuk mengatakannya.Bibir lelaki itu lalu hinggap di ceruk leher Anjani yang seketika menggeli
"Bagus! Kemarin izin, sekarang datang kesiangan. Berasa perusahaan ini milik nenek moyangmu, ya?!" hardik Stevia, menunjuk wajah Josep dengan jari telunjuknya.Josep baru saja sampai dan langsung dicecar dengan omelan oleh Stevia yang merasa punya kuasa penuh atas perusahaan. Lelaki yang merupakan asistennya itu hanya bisa menahan tawa, tak terbayang bagaimana reaksi Stevia seandainya tahu siapa Josep sesungguhnya."Maaf, tadi ada masalah mendadak, jadi aku harus menyelesaikannya dulu sebelum datang ke sini," sahut lelaki itu seraya menunduk.Ada rasa malu dalam hati Josep karena dimarahi di depan para staf yang sedang bekerja, akan tetapi, dia mencoba islah dan menerima semua amarah yang ditujukan Stevia padanya sebab Josep juga tahu kalau dia memang bersalah."Seharusnya, kamu itu bisa profesional, Jos. Kalau ada urusan di luar pekerjaan di waktu jam kerja, ya tinggalkan!" tegas Stevia. "Satu kali lagi kamu seperti ini, aku akan pecat kamu! Kalian juga, jangan macam-macam karena sek
"Jadi, Stevia dan Kevin yang sudah melakukan fitnah itu padaku?" Anjani bertanya saat dirinya dan sang suami sudah bersiap untuk tidur. Mereka akan pillow talk terlebih dahulu sekarang.Josep terkejut, bertanya-tanya dalam hatinya, dari mana Anjani bisa tahu informasi itu sebelum dia memberitahukannya sendiri? "Aku baru saja akan mengatakannya padamu malam ini. Kamu sendiri tahu dari mana?" Josep balik bertanya."Aku menyewa detektif," jawab Anjani pelan membuat Josep termenung sejenak."Sejak kapan?" tanya lelaki itu lagi.Bukan Josep berniat ingin tahu tentang semua urusan Anjani di belakangnya, akan tetapi dia hanya merasa kecewa mengapa Anjani mengambil langkah lain padahal Josep sudah mengatakan bahwa masalah ini akan selesai di tangannya.Kesannya menjadi Anjani seperti masih saja tidak percaya akan semua usahanya, padahal Josep sudah mati-matian memperjuangkan segalanya bahkan sampai sempat bertentangan dengan sang ayah."Sebelum kita berkomitmen kemarin. Maaf ya, aku tidak bi
"Tolong kamu putuskan kerja sama kita dengan perusahaan West Grup, dan dua perusahaan yang nanti akan aku kirim nama dan bentuk kerja samanya melalui e-mail. Kalau Stevia bertanya, katakan saja ini adalah perintah langsung dari Pak Hendra!"Josep Erlangga menghembuskan nafas kasar setelah memberi perintah kepada orang kepercayaannya yang juga merupakan salah satu direksi di J Corporation yang ikut merahasiakan identitas lelaki itu.Setelah mendapat aduan dari Anjani bahwa istrinya itu sudah ditolak oleh tiga perusahaan yang ternyata memiliki kerja sama dengan perusahaan miliknya, maka dengan memutus kerja sama dengan tiga perusahaan tersebut, dia sudah merasa menjadi suami yang bertanggung jawab untuk istrinya.Josep melakukan itu semua karena merasa kesal sekaligus tak tega melihat Anjani yang kecewa serta frustasi atas penolakan dari tiga perusahaan sekaligus. Walaupun sebenarnya, yang membuat wanita itu ditolak adalah karena Josep yang tak kunjung membuktikan bahwa Anjani tidak ber
Stevia dan Kevin membuat janji untuk bertemu keesokan harinya untuk membicarakan segala kemungkinan yang akan terjadi pada saat sidang nanti.Mereka bertemu di apartemen milik Kevin atas permintaan lelaki itu supaya lebih privat karena apa yang akan mereka bicarakan sangat rahasia."Selamat datang di apartemenku, Stev. Ini pertama kalinya kamu datang ke sini, ya?" ujar Kevin menyambut wanita yang dia sukai sejak lama."Jangan banyak basa-basi, Kevin, aku sangat cemas dari kemarin!" sahut Stevia membuat Kevin yang tadi berbinar seketika mengubur senyumnya.Sejak dulu, Stevia memang selalu bersikap ketus padanya, kecuali kalau ada mau dan butuhnya saja. Padahal selama ini, Kevin selalu membantu Stevia dalam segala hal termasuk membuat rekening bank secara ilegal atas nama Anjani Stephani demi melancarkan aksi fitnah mereka."Stevia, percayalah bahwa kita akan aman. Jangan terlalu panik, bisa apa Anjani yang lemah itu, hah? Dia bahkan tidak bisa melakukan pembelaan saat kita sudutkan. L
"Jos, kok malah diam? Kamu mau kan bertemu dengan Fransisca besok di Surabaya?" Pertanyaan Hendra mengejutkan putranya yang sedang melamun karena bingung.Suami dari Anjani itu terperanjat, menjawab dengan kalimat belibet yang membuat Hendra semakin yakin kalau Josep memang memiliki ketertarikan kepada Anjani. Terlihat dari reaksi dan cara Josep menjawab pertanyaannya."Ah, Surabaya itu jauh, kondisi Ayah belum stabil kalau bepergian jauh," sahut Josep berkilah."Waktu itu saja ayah naik pesawat dari Singapura baik-baik saja," kilah Hendra."Kalau baik-baik saja, Ayah takkan naik kursi roda!" balas Josep merasa jengkel."Kalau begitu kita bisa naik jet pribadi supaya lebih cepat, lima detik juga sampai," gurau Hendra membuat Josep memutar bola matanya."Lima detik dari Hongkong? Sudahlah, Papa. Jangan cari-cari masalah, nanti kalau kondisi Papa sudah sembuh sepenuhnya, stabil, baru kita ke Surabaya," balas Josep tegas.Namun, hal yang tak diduga terjadi, Lasminingrat yang Josep harap
Hari persidangan tiba, Anjani menatap wajahnya di cermin yang berada di kamarnya lalu menghembuskan nafas kasar. Hari ini, dia akan memulai pertarungan.Josep yang juga sudah siap memeluknya dari belakang, mencium pucuk kepala istrinya cukup lama, memberikan kekuatan supaya wanita itu semakin tangguh menghadapi segalanya. Sebab meskipun sudah mengetahui siapa pelakunya, Pengadilan belum benar-benar memutuskan. Karenanya, Anjani berpikir bahwa segala kemungkinan masih bisa terjadi dan dirinya tidak akan terlalu percaya diri."Kita berangkat sekarang," ucap Anjani kepada Josep yang mengangguk.Lelaki itu membawa tangan istrinya untuk dia gandeng, dan mengelus punggung tangan Anjani yang putih mulus seraya berjalan menuruni anak tangga. Keduanya sama-sama memakai cincin kawin berlian yang serupa."Jos, kita berangkat dengan mobil yang berbeda, kan?" tanya Anjani.Josep mengangguk. "Tentu saja, aku sudah sediakan sopir untuk mengantar kamu dan Ayah ke Pengadilan," ucapnya."Kamu ke kanto