Stevia dan Kevin membuat janji untuk bertemu keesokan harinya untuk membicarakan segala kemungkinan yang akan terjadi pada saat sidang nanti.Mereka bertemu di apartemen milik Kevin atas permintaan lelaki itu supaya lebih privat karena apa yang akan mereka bicarakan sangat rahasia."Selamat datang di apartemenku, Stev. Ini pertama kalinya kamu datang ke sini, ya?" ujar Kevin menyambut wanita yang dia sukai sejak lama."Jangan banyak basa-basi, Kevin, aku sangat cemas dari kemarin!" sahut Stevia membuat Kevin yang tadi berbinar seketika mengubur senyumnya.Sejak dulu, Stevia memang selalu bersikap ketus padanya, kecuali kalau ada mau dan butuhnya saja. Padahal selama ini, Kevin selalu membantu Stevia dalam segala hal termasuk membuat rekening bank secara ilegal atas nama Anjani Stephani demi melancarkan aksi fitnah mereka."Stevia, percayalah bahwa kita akan aman. Jangan terlalu panik, bisa apa Anjani yang lemah itu, hah? Dia bahkan tidak bisa melakukan pembelaan saat kita sudutkan. L
"Jos, kok malah diam? Kamu mau kan bertemu dengan Fransisca besok di Surabaya?" Pertanyaan Hendra mengejutkan putranya yang sedang melamun karena bingung.Suami dari Anjani itu terperanjat, menjawab dengan kalimat belibet yang membuat Hendra semakin yakin kalau Josep memang memiliki ketertarikan kepada Anjani. Terlihat dari reaksi dan cara Josep menjawab pertanyaannya."Ah, Surabaya itu jauh, kondisi Ayah belum stabil kalau bepergian jauh," sahut Josep berkilah."Waktu itu saja ayah naik pesawat dari Singapura baik-baik saja," kilah Hendra."Kalau baik-baik saja, Ayah takkan naik kursi roda!" balas Josep merasa jengkel."Kalau begitu kita bisa naik jet pribadi supaya lebih cepat, lima detik juga sampai," gurau Hendra membuat Josep memutar bola matanya."Lima detik dari Hongkong? Sudahlah, Papa. Jangan cari-cari masalah, nanti kalau kondisi Papa sudah sembuh sepenuhnya, stabil, baru kita ke Surabaya," balas Josep tegas.Namun, hal yang tak diduga terjadi, Lasminingrat yang Josep harap
Hari persidangan tiba, Anjani menatap wajahnya di cermin yang berada di kamarnya lalu menghembuskan nafas kasar. Hari ini, dia akan memulai pertarungan.Josep yang juga sudah siap memeluknya dari belakang, mencium pucuk kepala istrinya cukup lama, memberikan kekuatan supaya wanita itu semakin tangguh menghadapi segalanya. Sebab meskipun sudah mengetahui siapa pelakunya, Pengadilan belum benar-benar memutuskan. Karenanya, Anjani berpikir bahwa segala kemungkinan masih bisa terjadi dan dirinya tidak akan terlalu percaya diri."Kita berangkat sekarang," ucap Anjani kepada Josep yang mengangguk.Lelaki itu membawa tangan istrinya untuk dia gandeng, dan mengelus punggung tangan Anjani yang putih mulus seraya berjalan menuruni anak tangga. Keduanya sama-sama memakai cincin kawin berlian yang serupa."Jos, kita berangkat dengan mobil yang berbeda, kan?" tanya Anjani.Josep mengangguk. "Tentu saja, aku sudah sediakan sopir untuk mengantar kamu dan Ayah ke Pengadilan," ucapnya."Kamu ke kanto
Josep yang mendapat kabar dari orang kepercayaannya bahwa sidang ditunda selama dua jam ke depan langsung bergerak, berkoordinasi dengan pihak beberapa bank yang sudah sampai di kantor Pengadilan untuk memastikan bahwa mereka tidak mendapat intimidasi dari pihak Kevin dan Stevia.Lelaki itu sibuk ke sana ke mari, demi memperjuangkan nasib sang istri."Kami takkan semudah itu goyah dalam membela kebenaran, Tuan Josep. Adapun perkara mengenai Kevin Sanjaya yang membuat rekening anonim atas nama Anjani Stephani di bank kami, itu dilakukan dengan cara ilegal."Pak Kevin menggunakan oknum orang dalam yang tidak bertanggung jawab, dan kami sudah mengamankan orang itu di ruang sebelah. Kami akan memecatnya setelah selesai persidangan."Mendengar jawaban dari pihak bank tersebut, Josep dapat bernafas lega. Sementara pihak bank lain dari rekening milik Stevia, Kevin, dan Anjani juga mengatakan sudah siap membeberkan rekening koran sebagai bukti transaksi yang dilakukan pemilik rekening dari en
(Tunggu aku di Restaurant Skye jam lima sore, kita akan rayakan kemenanganmu di sana. Aku sudah menyiapkan segalanya.)Pesan dari suaminya membuat Anjani tersenyum, wanita itu membayangkan segala sesuatu hal yang indah seperti saat pertama kali Josep memberikan kejutan ulang tahun padanya di tempat yang sama.Anjani beranjak dari ruang sidang yang telah memberikan banyak warna dan rasa yang dia harap takkan pernah lagi menginjakkan kaki di sana setelah bersalaman dengan para Hakim dan semua yang hadir di sana."Kita harus merayakan ini semua, Anjani, kamu menang, kebenaran telah memenangkan pertarungan ini!"Renata yang juga turut hadir dan mengikuti sidang dari awal hingga akhir memeluk sahabatnya dengan perasaan haru campur bahagia. Dia ingin mengajak Anjani makan-makan sebagai sebuah tanda perayaan.Namun, Anjani ingat kalau Josep sudah mengajaknya makan malam."Aku sangat lelah, Re, bagaimana kalau kita merayakannya besok saja?" tolak Anjani baik-baik."Ya Tuhan ... aku lupa kalau
Jam lima sudah lewat setengah jam, makanan yang terhidang di meja juga sudah dingin dan kehilangan selera. Anjani termenung, menatap layar ponselnya yang masih menunjukkan kolom percakapannya dengan Josep yang centang duanya masih abu-abu.Entah ke mana Josep sekarang, padahal dia sendiri yang membuat janji, tapi dia juga yang tidak menepati."Apa kamu baik-baik saja, Jos?" Gumam Anjani cemas. Takut jika sesuatu hal yang buruk terjadi kepada suaminya.Semilir angin mulai terasa menyentuh kulit dan perlahan menusuk hingga ke tulang. Anjani memutuskan memasuki kamar, tak tahan dengan hawa dingin di sana sebab tak ada Josep yang menghangatkan tubuhnya.Membaringkan tubuh di atas ranjang, Anjani mencoba menahan amarah yang mulai menerpa hatinya. Namun, sebisa mungkin Anjani berusaha berbaik sangka, sebab bisa saja suaminya tiba-tiba mendapat urusan yang mendesak, 'kan?Di kediaman Hendra Anggara, para tamu mulai bersiap untuk makan malam setelah Josep tiba di sana. Lelaki yang sejak tadi m
Hendra, Lasminingrat, Heri, Grace, dan Fransisca sedang berkumpul di ruang keluarga rumah mewah Hendra, berbincang hangat mengenai urusan pribadi dan bisnis yang sama-sama sedang berkembang pesat. Baik di Jakarta maupun di Surabaya."Aku mau melamar kerja di J Cirporation," celetuk Fransisca menatap Hendra dengan seksama."Bukankah kamu akan menjadi pewaris juga di perusahaan ayahmu? Mengapa jauh-jauh melamar bekerja di Jakarta?!" sahut Lasminingrat bertanya.Gadis yang kerap dipanggil Sisca itu terdiam sejenak, malu mengatakan alasan yang sebenarnya bahwa dia ingin mendekati lelaki yang sejak awal dilihat dari foto saja Sisca sudah suka karena begitu tampan dan berkarisma di usianya yang masih muda."Sisca mau PDKT sama Josep, ya?" goda Hendra membuat gadis itu merona.Heri dan Grace yang sudah merasakan kalau putri mereka memang menyukai Josep hanya bisa tertawa, mereka tentu akan sangat mendukung kalau Sisca menikah dengan pewaris J Corporation yang jumlah harta kekayaannya sudah t
Untuk pertama kalinya setelah satu bulan, Anjani menginjakkan kaki kembali di perusahaan yang selama delapan tahun ini menjadi tempatnya mencari nafkah. Anjani disambut dengan suka cita, bersalaman dan saling tukar kabar dengan para karyawan yang sudah kembali berpihak kepadanya.Josep sendiri sudah berangkat lebih pagi dan langsung berkoordinasi dengan Hendra yang akan datang untuk melakukan rapat direksi bersama Anjani, sekaligus memperkenalkan sekretaris baru sebagai pengganti Stevia, sementara posisi Kevin sebagai asisten Hendra Anggara akan dikosongkan.“Selamat datang kembali, Anjani, semoga kamu bersedia bekerja di sini lagi,”ucap Hendra seraya mempersilakan wanita itu duduk.Anjani mebungkukkan badannya dan duduk dengan elegan di hadapan para direksi yang kemarin turut hadir juga di persidangan. Pandangan mata Anjani lalu beralih ke seorang gadis yang duduk di samping Hendra. Dia adalah Fransisca.“Perkenalkan ini Fransisca, dia akan menjadi sekretarismu selama menjadi pimpina