"Biannnnnnn!" Miranda benar-benar teriak saat masuk ke dalam. Abian sendiri sampai menjingkit, tapi beberapa saat kemudian pria itu tersenyum hangat seolah tidak mendengar percakapan Miranda dan Diana di depan tadi."Pembantu kamu itu bener-bener keterlaluan Bian! Dia berani ngelawan aku!""Memangnya kamu ngomong apa sampai Diana berani ngelawan?" pancing Abian. Sengaja ingin mendengar kejujuran pacarnya sendiri.Miranda lantas duduk di samping Abian sambil bergelayut. "Aku cuma nyuruh Diana jangan deket-deket sama kamu lagi. Memangnya aku salah ngomong gitu?""Engga salah Mir. Tapi sayangnya engga bisa. Gara-gara kamu ngusir Diana, gadis itu jadi pulang ke rumah Kakekku. Sekarang Kakek malah makin ketat, katanya Diana harus sering-sering ikut pergi sama aku.""Oh My God!" Miranda mendelik tak percaya. Hatinya begitu panas dan terbakar saat ini.Sementara Abian langsung mendorong Miranda agar jangan dekat-dekat darinya. Dia takut Diana keluar kamar dan melihat pemandangan ini. Bisa ga
Welcome to Bali.Sebuah vila dengan pemandangan pantai pasir putih yang luas menjadi santapan mata mereka begitu tiba di sana. Doni tampak berteriak puas, diikuti Raka yang tengah membuka beberapa minuman kaleng, dan Abian yang kerepotan karena terus ditempeli oleh Miranda dari sejak mereka berangkat tadi.Wanita itu terlihat ingin seklai memamerkan kemesraannya pada Diana semua orang, tapi sayangnya Diana terkesan tidak peduli karena ia asik mengobrol dengan Doni dan Raka.Satu-satunya manusia yang tidak bahagia dengan liburan kali ini hanyalah Abian seorang. Dia tidak bisa menikmati segalanya karena Miranda begitu posesif.Bahkan saat duduk di samping Diana karena tidak sengaja saja, Miranda langsung memasang muka jutek sambil mendorong tubuh Abian. Dia langsung duduk di tengah seakan memberi garis pada Diana agar jangan mendekati pacarnya.Diana pun berusaha masa bodo meski tak dipungkiri ada setitik rasa tidak nyaman dalam hati. Dia sadar kalau Abian memang milik gadis itu. Bagai
"Maaf Mas? Apa ada yang salah?" Diana memandang Raka takut-takut. Ekspresi Raka terlihat berubah sekali saat Diana mengucapkan kata itu."Nggak ada yang salah. Cuma aku kaget aja sama jawaban kamu! Aku rasa hubungan kita udah sejauh ini, masa cuma dianggap sahabat doang?" Raka menatap Diana dengan perasaan sedih. Jelas lubuk hatinya merasakan kekecewaan yang cukup dalam."Maaf Mas! Menurut aku hubungan kita memang tidak bisa lebih dari sekadar teman. Mas Raka tahu sendiri kalau statusku sekarang adalah suami orang?""Jangan jadikan hal itu sebagai alasan. Bukannya waktu itu aku sudah bilang mau sabar menunggu urusanmu dan suamimu selesai? Aku tidak menuntut lebih Diana. Aku hanya mau kamu bersikap wajar seperti biasa. Setidaknya jangan berubah karena aku tidak suka itu.""Tapi Mas Raka tetep nggak bisa menunggu sesuatu yang nggak pasti. Mas Raka akan kehilangan waktu berharganya Mas Raka kalau menungguku. Belum tentu aku cerai?""Memangnya kamu mau mempertahankan hubungan yang tidak je
"Memangnya kamu nggak mau sama aku?" Pertanyaan penuh serangan jahat yang dilayangkan Abian dengan nada manja itu membuat Diana tertegun.Lelaki itu lantas membuka risleting celana. Tangan nakal Abian menuntun tangan Diana untuk menyentuh benda tegang miliknya lebih dalam lagi.Saat jari-jemari Diana menyentuh benda itu dengan lembut, Abian mendesah. Kepalanya mendongak dengan mata setengah terpejam."Mass ...."Diana masih berusaha menahan untuk tidak terpancing dengan permintaan Abian."Aku takut!"Sejenak Abian kembali menatap gadis itu. "Apa yang kamu takutin? Miranda? Aku kan udah bilang kalau Miranda nggak ada.""Tapi Mas Raka bisa aja ngasih tahu ke Mbak Miranda kalau Mas Abian masuk ke kamarku, kan? Sumpah aku nggak mau kejadian waktu itu terulang kembali. Kalau sekarang aku sampai diusir lagi, aku harus gimana? Aku aja baru pertama kali ini pergi keluar pulau," aku Diana setengah panik.Hal itu membuat Abian tersenyum tipis. "Tenang aja. Nggak akan ada yang berani ngusir kamu
"Mas, apa aku berhak cemburu juga?" Detik berikutnya Abian tersentak. Kalimat Diana ini sungguh menyiksa batin, jiwa, bahkan raga pria itu sekalipun. Diana benar-benar membut Abian merasa jadi manusia paling jahat sedunia karena memanfaatkan tubuh gadis itu . Tapi bukankah Diana juga menyukainya?"Boleh," jawab pria itu lemah pada akhirnya.Melihat kegundaan tercetak jelas di mata Abian, Diana pun berusaha tersenyum menutupi lukanya. "Nggak Mas, aku cuma bercanda kok! Mas Bian nggak usah mikirin pertanyaan aku. Kayak yang Mas Abian bilang waktu itu, hubungan kita cuma sekadar simbiosis mutualisme. Dan aku sadar kalau aku nggak berhak untuk cemburu.""Kenapa harus ngomong gitu sih?" Tangan pria itu menangkup dua sisi wajah Diana. Jelas Abian langsung merasa bersalah apalagi setelah Diana berkata jangan pikirkan masalah itu.Kalau tidak mau dipikirkan kenapa harus diutarakan coba?"Aku sadar posisiku Mas! Gimanapun juga aku adalah orang ketiga di antara kalian. Jadi aku paham kalau po
Diana mematut-matut tubuhnya di depan cermin. Sore ini waktunya mereka ke pantai untuk melinat sunset. Namun ia merasa bimbang karena tidak ada baju yang cocok untuk dikenakan.Tadi ia sempat melihat Miranda memakai bikini seksi yang dipadu padankan dengan outer panjang, penampilan gadis itu terlihat sempurna, dan sebagai anak gadis jelas Diana ingin berpenampilan layaknya wanita lain juga.Apalagi di pantai Bali ini hampir semua wanita memakai pakaian seksi. Diana takut dibully oleh Miranda kalau pakaian yang ia kenakan paling kuno dan kampungan sendiri."Aku harus pakai baju yang mana? Kalau pakai celana kira-kira pantas tidak ya?" Gadis itu bermonolog. Dia menatap kaca sembari menggigit bibir bawahnya, bingung.Diana sibuk memilah-milah bajunya, bahkan sampai pintu kamarnya diketuk, gadis itu masih belum menemukan pakaian yang pas untuk dikenakan.Tok ... Tok. Gadis itu pun berlari ke luar. Masih menggunakan pakaian yang sama saat mereka berangkat tadi. "Eh Mas Raka?""Jadi ke pa
Sementara itu, Raka menjadi pihak yang paling tidak tenang. Dia terus kepikiran Diana, dan tentunya khawatir dengan kondisi gadis itu juga. Ia ingin sekali menyusul gadis itu tapi Raka tidak berani alias takut diusir seperti tadi."Kenapa woi! Kamu gak jadi liat sunset sama Diana? Abian saja sudah otw, bukannya romantis-romantisan malah mendekam di pinggir kolam. Kesambet?" ledek Doni. Lelaki itu setengah ngakak melihat penampilan Raka yang terlihat kusut."Anaknya ngambek gara-gara dihina sama Miranda dan Abian, Don. Dua manusia itu emang keterlaluan!" Raka mendengkus sembari melipat tangan di depan dada. Kini ia hanya mampu menunggu Diana kembali sambil memandang kolam yang tampak tenang."Lah, kenapa lagi?" Doni ikutan duduk di kursi sebelah."Entahlah! Kayaknya Miranda ada masalah pribadi sama Diana. Makanya dia benci banget sama Diana. Tadi Miranda menghina penampilan Diana habis-habisan sampai gadis itu nangis. Abian bukannya nasehatin pacarnya malah ikutan menghina juga! Aku ja
Abian terduduk di atas pasir sembari memijit pelipisnya. Dia menatap kepergian Miranda yang semakin jauh, tapi entah kenapa kakinya terasa berat untuk mengejar gadis itu.Pikirannya terlalu melanglang buana pada Diana yang tadi sempat menunjukkan wajah kecewa saat Abian mengejek bajunya. Apa gadis itu benar-benar serius menanggapi ucapan Abian? Padahal Abian hanya mengejek baju Diana yang jelek, bukan orangnya. Lagi pula baju itu Abian yang belikan, jadi sekalipun Abian mengejek, itu sama halnya Abian mengejek pilihannya sendiri."Apa aku harus cari Diana? Bagaimana jika dia sedang bersama Raka," gumam pria itu galau.Kegundaan menyelimuti hati Abian. Ia menatap ke arah Miranda di mana tubuh sintal wanita itu makin tidak terlihat dari jarak pandangnya.Abian terus menatap ke arah pacarnya hingga Miranda hilang dari pandangan lelaki itu. Kini Abian menunduk dengan kaki ditekuk. Dua tangannya bertumpu pada lutut. Matahari di jauh sana mulai tenggelam seolah menambah kesepian di hati A