Share

80. Menyingkirkan Ulat

Penulis: Alya Feliz
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-27 20:10:29

Mereka sudah hampir sampai di kebun milik Om Dennis, tapi Evan masih saja tidak mau menjawab pertanyaan Ajeng.

"Apa salahnya sih kalau aku menjenguk Ella? Bagaimanapun juga, dia itu pernah menjadi sahabatku selama bertahun-tahun," protes Ajeng.

Evan memarkirkan mobil milik Ansel tak jauh dari kantor dan masih tetap diam.

"Mas! Jawab aja kenapa sih? Aku juga kepingin tahu bayinya gimana. Kamu bilang Tante Puspa dipenjara. Ella sama siapa? Memangnya Rudi mau merawat dia?"

Pria itu menghela nafas panjang dan menyugar rambutnya ke belakang. Terlihat semakin tampan di mata Ajeng. Dia mengerjap sekali. Mimpi apa dia bisa dicintai ugal-ugalan oleh pria seganteng ini? Padahal Dimas dulu tidak terlalu memperhatikan dia.

"Sayang, dia itu udah berusaha untuk membunuh kamu dan menjebak kamu biar kamu dinodai loh. Aku heran kenapa kamu masih mau menemui dia? Dia itu nggak tulus berteman sama kamu." Evan menghadap ke arahnya dan menatapnya dengan lekat.

Ajeng langsung tersipu dan jantungnya berdegu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    81. Perasaan Tersembunyi

    "Apaan sih, kak? Aku cuma mau ngasih Ansel support kok," kata Ajeng dengan kening mengernyit.Tiba-tiba Sander langsung menjauhkan wajahnya sambil mengerutkan hidung. Seperti jijik. "Mulut kamu kok bau? Kayak bau kecebong.""Uhuk! Uhuk!" Evan yang tersedak teh langsung menarik perhatian mereka.Mata Sander menyipit, lalu mendengkus. "Kalian ini memang nggak tahu tempat. Kirain langsung keluar dari mobil begitu aku datang, eh malah lanjut."Wajah Ajeng dan Evan langsung memerah. Apalagi Ajeng, langsung menutup mulutnya dengan rapat. Seharusnya tadi dia minum teh dulu."Udah, sekarang ayo ke bandara. Ayah sama ibu sebentar lagi sampai," kata Sander.Mata Ajeng membelalak. "Eh? Serius? Mereka kok nggak ngasih kabar dulu?""Nomormu kan ganti. Ibu yang ngabarin aku. Udah, siapa yang mau ikut?"Evan langsung berdiri. "Aku aja, Mas. Ajeng biar di sini. Kasihan dia nanti capek." Pria itu menjulurkan sebelah tangan ke arah Ajeng. "Sini sayang."Ajeng menurut. Dia mendekati suaminya dan ingin s

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    82. Sesuatu yang Salah

    Pesanan datang ketika Ansel menghampirinya. Entah apa yang dibicarakan oleh pria itu dengan teman-temannya hingga sampai selama ini. Ajeng meringis ketika melihat banyaknya piring yang ditata di atas meja. Ada gurame goreng, nila bakar, tumis pakcoy, cah brokoli, udang crispy saos Bangkok, dan sup ikan nila. Belum lagi dua piring nasi putih, dua cobek sambal terasi, dan tidak lupa dua gelas jeruk hangat."Maaf ya aku pesan sebanyak ini. Aku kepingin makan masakan kayak gini. Suasananya mendukung banget." Ajeng lupa kalau dia makan bukan dengan Evan. Membuatnya tak enak karena pasti menipiskan dompet Ansel."Loh, nggak apa-apa kak. Aku malah seneng kalau kamu makan yang banyak. Ikan kan bagus untuk ibu hamil," jawab Ansel sambil tersenyum.Selama sesaat, Ajeng merasa bahwa dia sedang bersama dengan Ansel yang dulu. Yang selalu bisa membuatnya tertawa. Tapi setelah mendengar pengakuan pria itu secara tak sengaja tadi, dia kembali merasa canggung."Jadi, gimana masalah di kantor kamu ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    83. Perasaan yang Terlarang

    Ajeng tidak tahu apa yang merasuki adik sepupunya itu sehingga berani bertindak di luar batas. Ketika Ansel melumat bibirnya, dia langsung mendorong pria itu dengan sekuat tenaga. Matanya membelalak tak percaya."Ansel! Apa yang kamu lakukan?" hardiknya marah.Dia mengusap bibirnya dengan mata berkaca-kaca. Merasa telah mengkhianati suaminya meskipun bukan dia yang memulainya. Dia memang sudah tahu Ansel memiliki perasaan lebih padanya, apalagi diperjelas dengan pernyataan pria itu di restoran. Tapi bukan berarti harus bertindak sejauh itu."Ma-maaf. Aku...aku nggak sengaja," ucap Ansel dengan wajah memerah dan terlihat shock dengan perbuatannya sendiri.Tanpa bisa dicegah, air mata Ajeng mengalir. Selama ini, dia tidak pernah mengkhianati suaminya. Baik ketika masih bersama Dimas maupun setelah menikah dengan Evan."Kak, tolong dengerin aku. Aku terbawa suasana. Aku benar-benar minta maaf," mohon Ansel sambil memegang tangan Ajeng, tapi langsung ditepis dengan kasar.Dengan cepat Aje

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    84. Ada yang Berbeda

    "Ayah sama ibu beneran nggak apa-apa ditinggal lagi?" tanya Evan begitu mereka memasuki kota Batu."Nggak apa-apa lah. Biarin mereka istirahat. Pasti capek habis naik pesawat," jawab Sander dengan santai.Hujan turun dengan lebatnya ketika mereka meninggalkan rumah orangtua Sander dan Ajeng. Dan sekarang masih belum ada tanda-tanda akan reda."Menurut kamu, kenapa Ansel membiarkan Rita bertahan di kantor itu? Kenapa harus nunggu Ajeng membongkar kebusukannya? Aku rasa nggak mungkin dia nggak tahu apa-apa. Laporan di lapangan dan laporan di kantor harus sama. Dan buktinya udah pasti diarsip biar nanti nggak dicurigai sama tim audit," tanya Evan.Sejujurnya dia merasa ada yang janggal. Memangnya perusahaan Om Dennis belum pernah diaudit, sehingga kecurangan yang dilakukan oleh Rita tidak pernah terungkap selama bertahun-tahun lamanya?Kenapa tidak ada satupun orang yang berani pada Rita? Sedangkan statusnya hanyalah seorang admin. Status ayah Rita tidak bisa menentukan wewenang Rita di

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    85

    Evan tahu, Ajeng pandai menyembunyikan emosinya. Tapi dia bisa merasakan bahwa istrinya menyimpan sesuatu. Hal yang lebih dari sekedar kangen pada sang ayah yang kini terlihat sehat dan bisa tertawa dengan bebas bersama putri bungsunya."Jeng, kamu ini gimana sih? Suami kamu bajunya basah begini, kok malah nggak diurus," tegur Sekar dengan kening berkerut."Eh, nggak apa-apa kok, Bu. Biarkan Ajeng melepaskan rindu pada ayahnya," sahut Evan sambil tersenyum tak enak.Sekar berdecak. Wanita itu menekan punggungnya agar berdiri, menyuruhnya untuk mendekat pada Ajeng."Sana, anterin suami kamu ke kamar dulu terus mandi. Nanti bisa masuk angin dan kena gejala flu," perintah Sekar dengan tegas."Aku masih kangen sama ayah, Bu," rengek Ajeng."Biarkan ayahmu beristirahat dulu. Kalian juga. Jangan sampai sakit. Bukannya kalian harus segera kembali ke Jakarta?"Ajeng tidak bisa membantah ibunya. Satu hal yang Evan baru tahu dari istrinya. Meskipun wanita itu terlihat membantah orangtua, tapi i

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    86

    Ketika mereka keluar dari kamar karena Evan benar-benar sudah kelaparan, Ajeng harus menahan diri untuk tidak berlari dan bersembunyi ketika melihat Ansel di ruang keluarga bersama sang ibu dan Sander.Godaan dan sindiran Sander mengenai aktivitas ranjang mereka yang tidak tahu malu bahkan tidak membuat Ajeng merasa rileks. Justru dia ingin segera pergi, karena Ansel menatapnya tajam. Terlihat marah."Mas, kita makan di kamar aja ya," ucapnya lirih."Hah? Kenapa?" Evan menatapnya heran."Mau ke mana? Ayo makan bareng. Udah mau magrib kan ini. Kalian ini masuk kamar kok ya nggak keluar-keluar. Memangnya ketiduran?" tanya Sekar sambil mendorong bahu Ajeng dan Evan untuk menuju ke ruang makan."Eh, aku nggak enak badan, Bu. Nggak nafsu makan juga," jawabnya memberi alasan.Tangannya mencengkeram lengan Evan ketika Ansel mendekat dan duduk tepat di hadapannya, sementara Sander duduk di sebelah pria itu."Yang, kita makan di sini aja. Nggak enak sama ibu," gumam Evan dengan mata memperinga

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    87

    "Jelaskan maksud kamu, Sel," perintah Mark dengan wajah memerah."Ayah, dia asal ngomong. Kejadiannya nggak gitu!" kata Ajeng meyakinkan.Dia melirik Ansel tak suka dengan mata melotot. Sepupunya itu makin lama makin menjadi-jadi setelah tingkah kurang ajarnya tadi. Entah kenapa mendadak timbul rasa benci di hatinya."Sebelum pulang ke sini, Kak Ajeng nangis-nangis setelah Mas Evan pergi. Setelah aku tanya, ternyata Mas Ansel malah pergi ke rumah istri pertamanya. Padahal waktu itu Kak Ajeng kan lagi hamil muda. Eh, malah suaminya pergi gitu aja. Ya udah, kami pulang ke sini akhirnya. Ternyata, setelah kami keluar dari rumah itu, rumahnya dibom.""Ansel, kamu jangan sembarangan ngomong ya!" hardik Ajeng.Evan yang sudah menyelesaikan makannya langsung menatap Ansel dengan kening berkerut."Kelihatannya sih kayak disengaja gitu, Pakde. Masa nunggu Mas Evan keluar dulu baru rumahnya di bom," lanjut Ansel sambil melirik Evan. Sudut bibirnya sedikit terangkat. "Apa jangan-jangan memang Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-11
  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    88

    "Mas, jangan terlalu keras pada Ajeng dan menantu kita. Bagaimanapun juga, operasi kamu nggak akan terlaksana tanpa bantuan dari Evan," bujuk Sekar sambil memegang tangan Mark dengan lembut.Awalnya, Mark sangat bersyukur karena akhirnya bisa menjalani operasi transplantasi jantung. Istrinya bilang, Ella yang meminjamkan uang itu pada mereka. Meskipun hal itu terasa aneh dan janggal.Sebaik apapun seorang sahabat, tidak mungkin meminjamkan uang sebesar 21 milyar dalam waktu singkat. Jangankan 21 milyar, meminjamkan 100 juta pun pastilah ada rasa tidak rela, karena hutang bisa memutuskan tali persahabatan dan persaudaraan.Tapi ketika dia sudah terbaring di salah satu rumah sakit di Singapura, bersiap untuk menjalani pemeriksaan sebelum dilakukan operasi, putrinya memberikan kabar yang sangat menghancurkan hatinya.Putri kesayangannya harus menjadi istri kedua dari suami Ella, sebagai balasan atas uang 21 milyar itu. Ajeng tidak tahu, Mark pingsan dan kondisi jantungnya langsung drop s

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    Extra Part 6

    H-1 sebelum pesta dilaksanakan di sebuah kapal pesiar mewah, Siska mengetuk pintu kamar Ajeng untuk menanyakan tentang kepastian acara besok. Dia lupa pesta diadakan jam berapa, karena betapa banyaknya pekerjaan di kantor yang harus dia selesaikan sebelum akhirnya naik ke kapal pesiar demi menghadiri pesta pernikahan sang sahabat."Jeng, kamu lagi sibuk nggak?" teriaknya setelah mengetuk pintu beberapa kali.Dia tadi melihat Evan bersama Dana sedang bercengkerama dengan bos besar dan nyonya besar Braun, jadi dia pikir Ajeng mungkin sedang berada di kamar untuk mempersiapkan segala sesuatu."Jeng?"Tidak ada jawaban. Dia mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci."Aku buka ya. Maaf kalau aku mengganggu," ucapnya sambil tersenyum. Tidak sabar untuk bergosip ria dengan Ajeng. "Besok pestanya jam bera...pa..."Siska langsung menganga dengan mata membelalak ketika melihat tubuh yang hanya dibalut dengan handuk di bagian bawah pinggul. Dia terengah kaget dan hal itu membuat sang pemilik

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    Extra Part 5

    Siska menatap mantan calon mertuanya tak percaya sekaligus geram. Padahal selama dia menjalin hubungan dengan Bayu, wanita itu begitu baik padanya. "Apa selama ini Tante hanya berpura-pura baik di depan saya? Kalau memang Bayu sudah bertunangan sejak kuliah, kenapa Tante menerima saya sebagai calon menantu?" tuntutnya.Ibu Bayu langsung gelagapan ketika Meliana mengerutkan kening, lalu menatap wanita itu curiga."Eh, ng-nggak kok Mel. Nggak usah percaya sama dia. Mama nggak kenal siapa dia. Bayu selalu setia sama kamu kok," kata ibu Bayu cepat-cepat.Hati Siska sakit sekali mendengarnya. Seandainya saja pernikahan itu sudah terlanjur terjadi, apakah dia akan ditindas oleh wanita itu? Dia jadi teringat dengan nasib Ajeng ketika menikah dengan Dimas. "Ck, ternyata memang bener ya. Orang jahat itu manipulatif dan pinter berpura-pura. Untung saya nggak jadi menikah sama Bayu. Nggak kebayang saya menjadi perempuan yang dibodohi oleh suami dan keluarganya."Siska beralih menatap Meliana.

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    Extra Part 4

    Siska terus menangis entah sudah berapa lama. Dadanya sesak sekali dan rasanya dia ingin menghilang dari dunia ini. Cintanya pada Bayu begitu besar. Dia sudah menyerahkan seluruh hatinya pada pria itu karena berpikir bahwa Bayu adalah belahan jiwanya."Kenapa pria yang terlihat baik dan setia seperti Bayu ternyata bajingan?" tanyanya setelah tangisnya reda, namun masih sesenggukan."Biasanya kan memang begitu," jawab Raka dengan santai.Siska langsung melotot pada pria yang telah bertahun-tahun menjadi rekan kerjanya menjadi orang kepercayaan Evan. Raka langsung mengangkat kedua tangannya."Biasanya memang begitu. Pria yang terlihat kalem dan nggak neko-neko tuh justru menyimpan banyak rahasia. Coba lihat Mr. Evan. Dia itu dingin, kelihatan nggak peduli sama perempuan. Eh tahu-tahu istrinya dua kan? Tapi kasusnya kan beda. Diam-diam dia bucin akut sama Ajeng."Siska menyeka air mata di wajahnya, tak peduli dengan make-up yang ikut luntur."Rasanya sakit banget, Ka. Kenapa aku nggak ja

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    Extra Part 3

    "Semua dokumen sudah lengkap?""Sudah, Mr.," jawab Siska dengan antusias. Jantungnya berdegup kencang karena sebentar lagi akan bertemu dengan tunangannya. Kesibukannya sebagai sekretaris CEO di perusahaan multinasional membuatnya begitu sibuk dan sering pulang malam, sehingga waktu untuk bertemu dengan tunangannya sangat sedikit."Semangat banget yang mau ketemu tunangan," goda Raka ketika mereka sampai di lobi perusahaan.Siska hanya tersenyum, namun debar dalam dadanya semakin kencang. Padahal mereka sebentar lagi menikah, tapi Siska merasa seperti baru saja jadian dengan sang tunangan.Mereka masuk ke dalam mobil dinas khusus CEO yang disediakan oleh perusahaan. Mobil mewah keluaran terbaru yang anti peluru, karena keselamatan Evan Braun sangatlah penting."Gimana liburannya di Malang, Pak?" tanya Raka membuka percakapan sambil fokus melihat jalanan di depannya."Menyenangkan. Istri saya pintar memilih tempat liburan yang bagus," jawab Evan sambil tersenyum.Siska yang duduk di s

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    Extra Part 2

    Dari sekian banyak orang yang mengenalnya, kenapa justru wanita itu yang datang menjenguknya? Bahkan orangtuanya sudah tidak peduli lagi, apalagi kekasihnya."Maaf ya baru bisa menjenguk kamu. Nih, aku bawain makanan kesukaan kamu," kata Ajeng sambil tersenyum."Kenapa?"Wanita itu mendongak. Gerakan tangannya meletakkan dua kotak makanan dan satu gelas minuman terhenti."Aku pengen bawain kamu makanan yang enak. Nggak aku kasih racun kok, udah diperiksa juga sama petugas," jawab Ajeng."Kenapa kamu mau repot-repot datang?" jelasnya.Ajeng menghela nafas panjang. Wanita itu terlihat lebih bercahaya dan tetap awet muda, persis seperti ketika dia pertama kali dikenalkan pada wanita itu oleh Ella dulu.Hanya Ajeng yang tidak pernah mengusiknya, meskipun tahu bahwa dia membawa pengaruh buruk pada sahabat wanita itu. Jadi ketika Ella ikut terjerumus ke dalam sekte sesat demi bisa menghancurkan Ajeng, Johan tidak mendukung Ella sama sekali.Baginya, Ajeng itu seperti kertas putih yang sayan

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    Extra Part 1

    "Kamu juga harus mati, Johan. Enak saja kamu masih hidup dengan tenang, sedangkan aku harus menjadi bulan-bulanan mereka."Johan membelalak ketika melihat Nadia mendekatinya dengan pakaian yang sama seperti terakhir kali dia melihat wanita itu. Rambut panjang Nadia acak-acakan. Perut wanita itu berlubang dan mengeluarkan banyak darah. Lalu di tangan kanan wanita itu....Janin merah yang tiba-tiba saja melihat ke arahnya dengan mata melotot. Bibir janin itu tertarik membentuk senyuman dengan gigi-gigi runcing yang terlihat tajam."Ayah."Johan menjerit ketakutan. Dia langsung berlari dengan sekuat tenaga. Nadia sudah mati, dia yakin itu. Dia sendiri yang mengatakan pada Ansel di mana keberadaan Nadia sebelum kabur ke Australia. Belum jauh dia berlari, kakinya tersandung. Membuatnya jatuh dengan keras. Dua orang berjubah hitam dan bertudung menarik tangannya dan memaksanya untuk berdiri. "Nggak! Nggak lepasin aku! Aku udah bukan bagian dari kalian lagi!""Siapapun yang menjadi pengkhi

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    166 - The End

    Pesta pernikahan Ajeng dan Evan diadakan di kapal pesiar yang mewah. Seluruh karyawan Deca di kantor pusat dan karyawan Ajeng di Otten Supermarket turut hadir dalam pesta.Banyak yang takjub dengan pesta mereka, apalagi Evan benar-benar maksimal dalam menjamu tamu. Mereka semua menikmati makanan mewah dan mahal yang biasanya hanya bisa dinikmati oleh kalangan atas."Ternyata Mr. Evan lebih bahagia bersama Ajeng ya," ucap salah satu karyawan Deca yang dulu satu divisi dengan Ajeng."Iya bener. Waktu sama Bu Ella dulu, dia nggak pernah tersenyum. Kaku banget kayak kanebo kering. Pestanya juga biasa aja nggak semewah ini," sahut yang lain."Pantesan Bu Marta langsung dipecat dan dijebloskan ke penjara begitu mencelakai Ajeng. Secinta itu orangnya sama Ajeng. Lihat aja deh, senyumnya nggak pernah luntur tuh. Benar-benar bucin akut.""Aku sih mendukung Ajeng. Dia emang baik orangnya. Bahkan meskipun sekarang udah menjadi istri konglomerat, dia nggak pernah lupa sama kita-kita.""Eh iya ben

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    165

    "Sudah tahu punya anak bayi, kenapa malah nggak pulang-pulang? Lihat nih, Dana sampai nangis ngejer kayak gini. Mbok ya diajak kalau jalan-jalan. Benar-benar nggak kasihan sama anak," omel Sekar begitu Ajeng dan Evan baru pulang setelah Maghrib.Ajeng langsung meraih Dana yang menangis sesenggukan sampai suaranya serak dan buru-buru menepuk-nepuk punggung bayi itu."Cup...cup...maaf ya mama baru pulang. Dana nyariin mama ya?" ucapnya dengan wajah bersalah.Dia langsung duduk di depan televisi dan menyusui bayi itu yang langsung diam. Perasaan bersalah kembali menyerangnya. Seharusnya mereka mengajak Dana. Siapa yang tahu bahwa anak itu mencari-carinya, padahal tadi Dana kelihatan senang ketika diajak oleh neneknya."Kalian ini kalau masih punya anak bayi, jangan sering ditinggal. Dia masih butuh perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya. Bayi itu peka. Jangan sampai dia merasa diabaikan," omel Sekar lagi.Kalau biasanya Ajeng menjawab, maka kali ini dia hanya diam saja. Dia jarang m

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    164

    "Sudah?" Evan langsung berdiri begitu melihat Ajeng keluar dari ruang kunjungan. "Kenapa kamu kelihatan sedih?"Ajeng hanya tersenyum tipis. Mendadak dia merasa energinya tersedot habis setelah melihat kondisi Ansel. Bagaimanapun juga, pria itu adalah adik sepupunya. Dulu, sebelum dia mengenal Ella, dia dan Ansel sudah seperti adik kakak. Mereka begitu akrab dan hangat, sampai-sampai Ajeng tidak sadar bahwa timbul rasa lain di hati Ansel.Secara agama, memang Ansel itu bukanlah mahramnya. Jadi ketika pria itu menaruh hati padanya, tidak ada yang salah, karena memang mereka halal untuk menikah. Tapi tetap saja, Ajeng merasa itu saru (tidak pantas)."Kita ke Selecta ya, Mas. Aku pengen ngadem. Pikiranku suntuk banget," pinta Ajeng sambil menggandeng lengan suaminya.Dana dititipkan ke kakek dan neneknya, dan tentu saja Sekar sangat senang sekali. Apalagi Dana tipe bayi yang tidak gampang rewel. Kecuali jika anak itu tidak suka pada seseorang yang juga tidak menyukainya. "Siap. Mas jug

DMCA.com Protection Status