Share

100

Sebagian besar pelayat sudah pergi meninggalkan area pemakaman umum, meninggalkan Ajeng yang masih meneteskan air mata di pelukan Evan.

Kondisinya yang sedang hamil muda membuatnya tidak bisa terlalu larut dalam kesedihan, atau janin di dalam perutnya akan ikut stres.

"Ikhlaskan. Memang sudah ini jalannya," kata Evan sambil mengelus-elus lengannya.

"Kalau tahu begini, seharusnya aku kembali ke sini lebih cepat," ucap Ajeng di sela-sela tangisannya.

"Kita nggak tahu kapan seseorang akan pergi dari dunia ini. Doakan dia diampuni."

Tangan Ajeng gemetar ketika mengusap air mata di wajahnya. Dia menatap gundukan tanah yang masih baru dan dipenuhi dengan bunga. Rasanya masih seperti mimpi. Baru juga dia berbicara dengan Ella, lalu tiba-tiba saja wanita itu tergeletak di atas lantai dan menghembuskan nafas terakhir di depan matanya sendiri.

"Kamu udah maafin dia kan, Mas?" Air mata tidak mau berhenti dari netra Ajeng.

Biar bagaimanapun juga, mereka sudah bersahabat sejak tahun awal perkuliah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status