Share

52

Martabak manis dan kopi hitam pahit memang perpaduan yang tepat. Walau baru beberapa jam menjadi istri Anan, Kinar tahu selera suaminya itu. Walau rasa lelah mendera tak berkesudahan di acara resepsi pernikahan sederhana keduanya, tetap saja tamu yang datang melebihi dari ekspektasi.

Bagaimana perasaan Kinar? Malu, tentu saja tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah keputusan yang Kinar ambil. Malu mau pun tidak, Kinar harus menemui semua tamu yang hadir guna memberinya selamat.

“Dari siang belum makan?” tanya Anan dengan nada yang cukup terkejut, maksudnya khawatir. Lantaran rasa canggung masih menyelimuti, Anan tidak tahu bagaimana cara bereaksi yang baik. “Kenapa diam saja? Kamu harusnya bilang biar bisa aku ambilkan. Kamu lupa kalau punya magh akut?”

“Lebay, deh!” cibir Kinar dengan suara merendah. Melirik sekilas ke sisi kirinya di mana Anan tengah mencemberutkan wajahnya. “Kant ahu sendiri keadaan tamu bagaimana. Lucu kalau tiba-tiba ditinggal makan.”

“Itu wajar. Kamu manusia dan buka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status