Tamat riwayat Monika, vote for next thank you semua atas kritik dan sarannya yaa
Seluruh mata terfokus ke arah pria tampan yang tengah berjalan membelah kerumunan. Tuan Muda Keluarga Adijaya yang paling tersohor berjalan tanpa rasa ragu di tengah tengah pesta besar yang diadakan keluarganya.Beberapa sorot mata secara terang terangan menunujukkan rasa kagumnya pada Rafael walau tau pesta ini adalah pesta perayaan untuk calon pewaris Keluarga Adijaya yang akan segera lahir.“Raf, kamu terlihat sangat cocok dengan setelan itu.” Rafael berhenti saat mamanya berdiri di depannya dengan mata yang terharu, ada beberapa bulir air mata di pelupuk matanya. Mayang sedang menahan tangisnya karena tak menyangka pada akhirnya kesabarannya selama beberapa bulan ini membuahkan hasil.Walau banyak kesalahan yang Rafael berbuat pria itu mau bertanggung jawab dan kini sudah menyadari kesalahannya dan menyadari betapa beruntungnya dia memiliki Monika sebagai istrinya. “Nak…terimakasih kamu sudah mau mendengarkan mama.” Rafael hanya tersenyum kaku saat mamanya mengatakannya, dia tidak
Suara isak tangis dari Marco, pria yang diketahui sebagai supir pribadi Monika itu membuat semua orang syok bukan main. Pria itu memeluk wanita yang persis seperti Monika itu dengan perut yang juga besar tanpa peduli ada semua orang yang menyaksikannya di sini.Marco hanya peduli dengan dunianya sendiir, yaitu Monika yang tiba tiba terjatuh dari tangga saat dia hendak berjalan medekat tiba-tiba semua orang berteriak meneriakkan nama Monika dan Marco dengan sigap langsung berlari.Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri Monikanya, Monika kesayangannya sudah tergeletak dengan darah yang mengucur dari kedua pahanya dan mengotori gaun putihnya.Dunia Marco langsung berhenti berputar, jika begini akhirnya tak ada gunanya dia hidup. “Monika….sayang lihat aku…sayang bangunlah.” Teriakan Marco semakin membuat keadaan memanas dengan bisik bisik dari para tamu yang hadir di sana.“Monikaaa……..sayang…..tidak! Kau tidak boleh meninggalkanku seperti ini, dan anak ki
“S-sayang….a-pa maksudmu?” Monika meremas gaun yang dia pakai saat Rafael mengucapkan itu. wajahnya sudah pucat pasi menatap mamanya yang juga mematung di sana dan Marco yang berani beraninya menatapnya dengan tatapan yang penuh rasa khawatir.Sial!Marco adalah perusak segalanya.“Rafael! Apa maksudmu bisa menjelaskannya? Ini hanya kesalah pahaman. Marco khawatir karena mengira wanita ini Monika lagi pula siapa yang menyuruhnya memakai pakaian yang persis seperti Monika?” Suara Erina meninggi saat mengucapkannya tapi sangat kentara kalau dia tengah tegang hingga tak sadar suaranya sedikit bergetar.“Ah benar! Mama bilang kalau Marco supir pribadku ini sudah sangat lama melayaniku kan? Kalau begitu Marco, kamu pasti sangat kahwatir tadi hingga tak sadar apa yang kamu ucapkan, bukan?” Monika berucap dengan nada yang dibuat buat seperti orang polos lalu mendelik Marco dengan mata tajamnya, berharap dia mengiyakan saja dan segera enyah dari sini sebelum Monika yang bertindak sendiri.Maya
“Mayang dengarkan aku!” Erina langsung menarik tangan Mayang dengan kasar untuk membuatnya mengadap dirinya dan berhenti menatap Rafael yang barusaja mengatakan seluruh kebenaran.“HEY! APA APAAN INI!” Beberapa pengawal langsung menarik Erina menjauh dari Mayang dan Rafael atas kode yang diberikan Rafael. “MPHHHHH!” pekiknya ketika pengawal itu membekap mulutnya.“Sudah aku katakan sejak awal, kau dilarang berbicara sebelum aku izinkan, biarkan ini menjadi antara aku dan mamaku, paham?” Dengan gaya khasnya yang arogan Rafael mengatakan kata kata itu hingga membuat wajah Erina langsung memerah. Dia menatap nanar ke arah Rafael dan Mayang.Semua ketakutannya akhirnya terjadi.“Sayang…. Dengar—“Berhenti di sana jangan mendekat!” Mayang mengangkat tangannya tanpa menoleh ke arah Abimanyu yang berniat akan berjalan mendekat ke arahnya.Hening saat Rafael selesai mengucapkan semuanya dan Mayang masih berusaha memproses semuanya.Wanita malang itu langsung menatap ke arah menantu kesayangann
“A-apa? Me-nyuap dokter? Omong kosong apa yang sedang kau katakan Rafael Nathan Adijaya? Apa ini etika yang diajarkan padamu sejak kecil hah? Menelantarkan istrimu sendiri dan memfitnahnya agar aku bisa lepas tanggung jawab?” Seluruh tubuh Erina bergetar saat mengucapkannya.Bibirnya kelu untuk berucap tapi dia berusaha berteriak walau nada suaranya bergetar karena cemas. Ekspresi wajahnya sangat menyeramkan, jauh berbeda dengan wajah anggun yang biasanya dia perlihatkan sehari hari, saat Rafael tetap saja sama. Pria itu jarang bisa tersulut emosinya bahkan di situasi segenting ini dia bisa tenang saat keempat orang lainnya yang ada di sana sudah kesusahan untuk bernapas dan berdiri.“M-mama….Aku…aku sungguh tidak mengerti apa yang terjadi di sini. M-mama yang bilang kan kalau suamiku itu menyayangiku sejak awal? T-tapi apa ini? Kenapa suamiku berubah menjadi seperti ini? Apa yang sudah aku lakukan?” Monika langsung berakting lagi untuk mendapat perhatian dan simpati dari Mayang.Tapi,
Suara robekan kertas memecah suasana yang awalnya kacau balau berubah menjadi hening. Kedua jemari tangan Mayang bergetar saat wanita itu membuka amplop lain yang diberikan Rafael.Tidak! Dia masih menyangkal semuanya sampai detik tadi. Tapi, ekspresi dan kecemasan di wajah menantu dan besannya membuat Mayang mau tak mau berperang untuk menghadapi pahitnya kenyataan.Sebelum mengambil kertas itu dari dalam amplop, Mayang mengambil waktu sejenak untuk menoleh ke arah Rafael, Monika dan Erina. Ketiga orang yang menjadi pusat kekacauan malam ini.Saking beratnya beban mental yang dirasakan Mayang saat ini, dia bahkan tak merasa terganggu sedikitpun dengan fakta bahwa Rafael, putranya sudah menyiapkan surat cerai yang sudah lengkap hanya tinggal ditanda tangani saja untuk masalah ini.Itu menandakan pria ini sudah menyiapkannya sejak dulu, atau mungkin 4 bulan ini selama dia diam saja, Rafael pasti sedang mengerjaakan ini entah benar atau tidaknya Mayang masih belum bisa berpikir dengan je
PLAK!!Tangan kekar milik Tuan Wardana menampar keras pipi kanan istrinya, Erina. Semua orang yang ada di rumah sakit itu mematung seketia, kecuali Mayang yang terbaring lemah dengan bibir yang pucat.Keadaan yang awalnya sunyi kini berubah menjadi semakin mencekam semenjak kehadiran Tuan Wardana yang tak lain adalah papa Monika. Pria itu barusaja datang dari dinasnya ke luar negeri dan mendapatkan telpon mendadak dari istrinya yang langsung menangis hebat melalui telpon mengatakan kalau Keluarga Adijaya sudah mempermalukan harkat dan martabat Keluarga Wardana.Walau mendengar masalah terjadi, pria itu tetap berusaha tenang. Dia langsung memesan tiket pulang tanpa membuat asumsi berlebihan di kepalanya mengingat sampai kapanpun Tuan Wardana tak akan pernah melupakan pengorbanan Tuan Adijaya dengan memberikannya suntikan dana dan juga saham dari rumah sakitnya. Semuanya dia lakukan untuk menolongnya dulu, dan kali ini dia tak ingin gegabah.Oleh karena itulah Tuan Wardana langsung pulan
Rafael menenteng begitu banyak barang sambil berjalan dengan terburu-buru. Pria tampan itu tampak rapi dengan setelan jas berwarna biru dongker dengan warna pita yang matching dengan pakaiannya menambah aura bos yang dipancarkan pria itu.Walau sudah berusia cukup matang, 35 tahun tapi tak sedikit banyak wanita muda jatuh hati dan kepincut dengan pesona pewaris satu satunya Adijaya Corp itu. Kini, pria tampan itu berjalan terburu-buru, kaca mata hitam bertengger di wajahnya. Dan dibelakang pria itu ada sekitar 7 pengawal yang mengekor sambil membawa tas belanja juga.Setelah mengabaikan salam dari pegawai di resepsionis dengan berlalu cepat tanpa menoleh, kini Rafael sudah ada di dalam lift di sebuah apartement termewah di Singapura. Suara sepatu kulitnya yang bersentuhan dengan lantai lift memenuhi lift itu.Butuh waktu sekitar 2 menit untuk sampai di lantai 34 dan Rafael bahkan tak kuasa untuk menunggu 1 detik lebih lama lagi, terbukti dari betapa cepatnya ketukan sepatunya sembari