Hallo maaf ya kemarin liburnya lama sekarang bakal lebih rajin lagi. Thank you yang udah vote yaa
Rafael sangat menikmati saat saat seperti ini seumur hidupnya. Dia memang tak pernah merasa dirinya seorang malaikat yang baik hati, namun sebaliknya, Rafael adalah iblis dengan balutan wajah bak pangeran.Buktinya, dia benar benar menikmati ekspresi dan seluruh ekspresi yang ditunjukkan oleh wanita ini. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, wanita ini terlihat persis seperti Monika, hanya saja versi lebih dewasa dengan postur tubuh yang lebih berisi karea memang Monika sangat menjaga bentuk tubuhnya agar tetap langsing.Mama mertuanya ini benar benar mengingatkan Rafael pada Monika, wanita ular itu. Dan bahkan bukan hanya mengingatkannya pada fitur wajah atau fisik dari Monika, seluruh emosi yang bisanya hanya dia rasakan saat berbicara dengan Monika atau berada di dekatnya juga Rafael rasakan saat ini, saat dia sedang bericara dengan mama mertuanya.Sungguh ajaib.Apa itu karena tebakan Rafael tepat sasaran? Kalau Monika saja bisa berbuat selicik dan sejahat itu demi kepentingan
Plak!Mama Monika kembali menampar Rafael, di sisi pipi yang sama hingga membuat Rafael terpaksa memiringkan wajahnya karena tamparannya begitu keras.Bukannya kapok dengan tamparan pertama sebelumnya tamaparan itu malah membuatnya semakin memanas, dia juga bersemangat untuk berperang dengan wanita ini karene memang sejak awal mama Monikalah yang terlebih dahulu memulai semua drama ini.Dia yang menyeret Rafael ke sini dan berniat memutar balikkan fakta dan berusaha menyalahkan Rafael karena tidak becus menjadi suami atas perselingkuhan anaknya. Entah logika macam apa itu tapi jika wanita ini ingin menjatuhkan Rafael maka tidak akan semudah itu.Mungkin wanita ini berpikir Rafael akan sama seperti Abimanyu yang bisa dengan mudah diajak untuk bekerja sama tanpa memikirkan untung rugi tapi Rafael berbeda. Dia memiliki sifat yang jauh lebih keras dan tak tersentuh.Kini mata mama Monika sudah memerah dan melotot tajam seakan akan bisa keluar kapan saja. Tatapannya setajam pisau dan itu me
Drtt Drtt DrttSuara dering dari hpnya yang ada di saku celananya membuat lamunan Rafael buyar. Dia masih setia berdiri di rooftop dengan beberapa botol soda di sampingnya. Pria tampan yang biasanya sangat rapi itu kini terlihat sangat kacau.Rafael awalnya ingin mengabaikan panggilan telpon itu karena memang dia pikir itu dari mamanya akan tetapi tiba tiba dia punya firasat kalau itu panggilan dari orang yang sudah Rafael tunggu tunggu sejak berjam jam tadi.Dengan gerakan cepat, Rafael meraih saku celananya untuk mengambil hpnya. Dia melihat dengan segera siapa nama yang tertera di sana. Rafael tak dapat lagi mendeskripsikan betapa dia merasa lega saat melihat nama Morgan di sana.Tanpa berlama lama lagi, Rafael langsung menggeser layar hpnya dan berbicara dengan Morgan dengan nada tak sabaran. “Bagaimana, kau sudah mencari tau?” Rafael berdiri tegak dengan pikiran yang terfokus sepenuhnya pada Morgan karena pria ini memang satu satunya harapannya.Dulu, Rafael terbiasa melakukannya
“Ma….” Suara Rafael sangat pelan hampir tak terdengar. Wajahnya terlihat begitu syok namun dia tetap berusaha terlihat tenang.Mayang menatap putranya itu dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. Ada rasa kekecewaan dan kepedihan yang mendalam tersirat melalui sorot matanya.Sangat berat rasanya Rafael melihat cinta pertamanya, wanita yang sangat dia sayangi ini terlihat sesedih ini. Tanpa sadar Rafael mengepalkan tangannya emosi, tak henti hentinya dia berandai andai dalam pikirannya.Andai saja mamanya tidak menikah dengan papanya, andai saja semua ini tidak terjadi, andai saja papanya tidak seligkuh dulu andai saja mamanya tau semua hal ini, andai saja mamanya punya sifat curiga dan tidak terlalu gampang percaya dengan orang lain, andai saja.Namun semua itu hanya khayalannya, kini dia harus menghadapi kenyataan pahit yang ada di depan matanya sendiri.“M-ma aku bisa jelas—PLAK!Sebuah tamparan mendarat lagi di pipi kanan Rafael. Tak puas mendapat 2 tamparan dari mama mert
“MA!” Suara Rafael meninggi saat mengucapkannya. Ada rasa benci dan emosi yang dalam saat dia mendengar kata kata itu keluar dari mulut mamanya. Diantara semua manusia kenapa harus papanya sendiri? Orang yang paling Rafael benci yang tak akan pernah dia maafkan?“Kenapa? Kamu sulit menerima fakta itu? Kau anak kandungnya Rafael, kau punya sifat yang sama persis seperti papamu.” Napas Mayang terkecat saat mengucapkannya, dia memegang dadanya saat rasa sakit dari masa lalu yang belum sembuh itu kembali menghujamnya mengingatkan MAyang betapa sakit hatinya dia dengan semua ini sampai detik ini walau Abimanyu sudah meminta maaf berkali kali.“Mama….mama sudah merasakan itu semua Raf, mama tau bagaimana rasanya menjadi Monika dan mama tak akan pernah membiarkan kamu melakukan hal yang sama pada istrimu seperti apa yang mama alami dulu.” Mayang benar benar tak tau menau tentang apa yang terjadi, tapi rasa kecewanya dengan Rafael nyata adanya.Arghhh!! Rafael saat ingin berteriak saat ini dan
4 bulan kemudianSeorang pria dengan gaya pakaian casual dan rambut yang tertata sangat rapi berjalan dengan penuh wibawa melewati kerumunan orang orang yang tengah meliuk liukkan tubuhnya di lantai dansa.Suara musik yang begitu menggema, membuat Rafael sangat tak nyaman. Pria itu mengecek kembali hpnya untuk mengecek kembali pesan yang dikirim oleh Morgan.“Benar VVIP 1,” gumam pria tampan yang pakaiannya paling mencolok di sana. Rafael celingak celinguk di depan tangga, harusnya dia naik lift tapi sepertinya hanya tangga ini jalan satu satunya menuju ke area VVIP.Dengan langkah cepat dan sedikit tidak sabaran, Rafael berjalan menaiki satu persatu anak tangga yang ada di sana. Langkah kakinya yang lebar membuatnya dengan cepat sampai di lantai atas gedung itu.Sebuah lorong dengan gaya mewah dan penerangan yang cukup minim terpampang nyata di depannya. Ada beberapa pintu yang berisi tulisan di sana dan benar saja semua pintu itu bertuliskan ‘VVIP’Dengan perasaan lega, Rafael berjal
Seluruh mata terfokus ke arah pria tampan yang tengah berjalan membelah kerumunan. Tuan Muda Keluarga Adijaya yang paling tersohor berjalan tanpa rasa ragu di tengah tengah pesta besar yang diadakan keluarganya.Beberapa sorot mata secara terang terangan menunujukkan rasa kagumnya pada Rafael walau tau pesta ini adalah pesta perayaan untuk calon pewaris Keluarga Adijaya yang akan segera lahir.“Raf, kamu terlihat sangat cocok dengan setelan itu.” Rafael berhenti saat mamanya berdiri di depannya dengan mata yang terharu, ada beberapa bulir air mata di pelupuk matanya. Mayang sedang menahan tangisnya karena tak menyangka pada akhirnya kesabarannya selama beberapa bulan ini membuahkan hasil.Walau banyak kesalahan yang Rafael berbuat pria itu mau bertanggung jawab dan kini sudah menyadari kesalahannya dan menyadari betapa beruntungnya dia memiliki Monika sebagai istrinya. “Nak…terimakasih kamu sudah mau mendengarkan mama.” Rafael hanya tersenyum kaku saat mamanya mengatakannya, dia tidak
Suara isak tangis dari Marco, pria yang diketahui sebagai supir pribadi Monika itu membuat semua orang syok bukan main. Pria itu memeluk wanita yang persis seperti Monika itu dengan perut yang juga besar tanpa peduli ada semua orang yang menyaksikannya di sini.Marco hanya peduli dengan dunianya sendiir, yaitu Monika yang tiba tiba terjatuh dari tangga saat dia hendak berjalan medekat tiba-tiba semua orang berteriak meneriakkan nama Monika dan Marco dengan sigap langsung berlari.Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri Monikanya, Monika kesayangannya sudah tergeletak dengan darah yang mengucur dari kedua pahanya dan mengotori gaun putihnya.Dunia Marco langsung berhenti berputar, jika begini akhirnya tak ada gunanya dia hidup. “Monika….sayang lihat aku…sayang bangunlah.” Teriakan Marco semakin membuat keadaan memanas dengan bisik bisik dari para tamu yang hadir di sana.“Monikaaa……..sayang…..tidak! Kau tidak boleh meninggalkanku seperti ini, dan anak ki