Hallo semuanya aku janji bakal double up tapi minta tolong kasi ulasan di buku aku ya, bagian paling awal terserah kalian mau kasi bintang berapa tapi tolong komentar jujur kalian yaa terimakasih semuanyaa, love youu
“Ma….” Suara Rafael sangat pelan hampir tak terdengar. Wajahnya terlihat begitu syok namun dia tetap berusaha terlihat tenang.Mayang menatap putranya itu dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. Ada rasa kekecewaan dan kepedihan yang mendalam tersirat melalui sorot matanya.Sangat berat rasanya Rafael melihat cinta pertamanya, wanita yang sangat dia sayangi ini terlihat sesedih ini. Tanpa sadar Rafael mengepalkan tangannya emosi, tak henti hentinya dia berandai andai dalam pikirannya.Andai saja mamanya tidak menikah dengan papanya, andai saja semua ini tidak terjadi, andai saja papanya tidak seligkuh dulu andai saja mamanya tau semua hal ini, andai saja mamanya punya sifat curiga dan tidak terlalu gampang percaya dengan orang lain, andai saja.Namun semua itu hanya khayalannya, kini dia harus menghadapi kenyataan pahit yang ada di depan matanya sendiri.“M-ma aku bisa jelas—PLAK!Sebuah tamparan mendarat lagi di pipi kanan Rafael. Tak puas mendapat 2 tamparan dari mama mert
“MA!” Suara Rafael meninggi saat mengucapkannya. Ada rasa benci dan emosi yang dalam saat dia mendengar kata kata itu keluar dari mulut mamanya. Diantara semua manusia kenapa harus papanya sendiri? Orang yang paling Rafael benci yang tak akan pernah dia maafkan?“Kenapa? Kamu sulit menerima fakta itu? Kau anak kandungnya Rafael, kau punya sifat yang sama persis seperti papamu.” Napas Mayang terkecat saat mengucapkannya, dia memegang dadanya saat rasa sakit dari masa lalu yang belum sembuh itu kembali menghujamnya mengingatkan MAyang betapa sakit hatinya dia dengan semua ini sampai detik ini walau Abimanyu sudah meminta maaf berkali kali.“Mama….mama sudah merasakan itu semua Raf, mama tau bagaimana rasanya menjadi Monika dan mama tak akan pernah membiarkan kamu melakukan hal yang sama pada istrimu seperti apa yang mama alami dulu.” Mayang benar benar tak tau menau tentang apa yang terjadi, tapi rasa kecewanya dengan Rafael nyata adanya.Arghhh!! Rafael saat ingin berteriak saat ini dan
4 bulan kemudianSeorang pria dengan gaya pakaian casual dan rambut yang tertata sangat rapi berjalan dengan penuh wibawa melewati kerumunan orang orang yang tengah meliuk liukkan tubuhnya di lantai dansa.Suara musik yang begitu menggema, membuat Rafael sangat tak nyaman. Pria itu mengecek kembali hpnya untuk mengecek kembali pesan yang dikirim oleh Morgan.“Benar VVIP 1,” gumam pria tampan yang pakaiannya paling mencolok di sana. Rafael celingak celinguk di depan tangga, harusnya dia naik lift tapi sepertinya hanya tangga ini jalan satu satunya menuju ke area VVIP.Dengan langkah cepat dan sedikit tidak sabaran, Rafael berjalan menaiki satu persatu anak tangga yang ada di sana. Langkah kakinya yang lebar membuatnya dengan cepat sampai di lantai atas gedung itu.Sebuah lorong dengan gaya mewah dan penerangan yang cukup minim terpampang nyata di depannya. Ada beberapa pintu yang berisi tulisan di sana dan benar saja semua pintu itu bertuliskan ‘VVIP’Dengan perasaan lega, Rafael berjal
Seluruh mata terfokus ke arah pria tampan yang tengah berjalan membelah kerumunan. Tuan Muda Keluarga Adijaya yang paling tersohor berjalan tanpa rasa ragu di tengah tengah pesta besar yang diadakan keluarganya.Beberapa sorot mata secara terang terangan menunujukkan rasa kagumnya pada Rafael walau tau pesta ini adalah pesta perayaan untuk calon pewaris Keluarga Adijaya yang akan segera lahir.“Raf, kamu terlihat sangat cocok dengan setelan itu.” Rafael berhenti saat mamanya berdiri di depannya dengan mata yang terharu, ada beberapa bulir air mata di pelupuk matanya. Mayang sedang menahan tangisnya karena tak menyangka pada akhirnya kesabarannya selama beberapa bulan ini membuahkan hasil.Walau banyak kesalahan yang Rafael berbuat pria itu mau bertanggung jawab dan kini sudah menyadari kesalahannya dan menyadari betapa beruntungnya dia memiliki Monika sebagai istrinya. “Nak…terimakasih kamu sudah mau mendengarkan mama.” Rafael hanya tersenyum kaku saat mamanya mengatakannya, dia tidak
Suara isak tangis dari Marco, pria yang diketahui sebagai supir pribadi Monika itu membuat semua orang syok bukan main. Pria itu memeluk wanita yang persis seperti Monika itu dengan perut yang juga besar tanpa peduli ada semua orang yang menyaksikannya di sini.Marco hanya peduli dengan dunianya sendiir, yaitu Monika yang tiba tiba terjatuh dari tangga saat dia hendak berjalan medekat tiba-tiba semua orang berteriak meneriakkan nama Monika dan Marco dengan sigap langsung berlari.Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri Monikanya, Monika kesayangannya sudah tergeletak dengan darah yang mengucur dari kedua pahanya dan mengotori gaun putihnya.Dunia Marco langsung berhenti berputar, jika begini akhirnya tak ada gunanya dia hidup. “Monika….sayang lihat aku…sayang bangunlah.” Teriakan Marco semakin membuat keadaan memanas dengan bisik bisik dari para tamu yang hadir di sana.“Monikaaa……..sayang…..tidak! Kau tidak boleh meninggalkanku seperti ini, dan anak ki
“S-sayang….a-pa maksudmu?” Monika meremas gaun yang dia pakai saat Rafael mengucapkan itu. wajahnya sudah pucat pasi menatap mamanya yang juga mematung di sana dan Marco yang berani beraninya menatapnya dengan tatapan yang penuh rasa khawatir.Sial!Marco adalah perusak segalanya.“Rafael! Apa maksudmu bisa menjelaskannya? Ini hanya kesalah pahaman. Marco khawatir karena mengira wanita ini Monika lagi pula siapa yang menyuruhnya memakai pakaian yang persis seperti Monika?” Suara Erina meninggi saat mengucapkannya tapi sangat kentara kalau dia tengah tegang hingga tak sadar suaranya sedikit bergetar.“Ah benar! Mama bilang kalau Marco supir pribadku ini sudah sangat lama melayaniku kan? Kalau begitu Marco, kamu pasti sangat kahwatir tadi hingga tak sadar apa yang kamu ucapkan, bukan?” Monika berucap dengan nada yang dibuat buat seperti orang polos lalu mendelik Marco dengan mata tajamnya, berharap dia mengiyakan saja dan segera enyah dari sini sebelum Monika yang bertindak sendiri.Maya
“Mayang dengarkan aku!” Erina langsung menarik tangan Mayang dengan kasar untuk membuatnya mengadap dirinya dan berhenti menatap Rafael yang barusaja mengatakan seluruh kebenaran.“HEY! APA APAAN INI!” Beberapa pengawal langsung menarik Erina menjauh dari Mayang dan Rafael atas kode yang diberikan Rafael. “MPHHHHH!” pekiknya ketika pengawal itu membekap mulutnya.“Sudah aku katakan sejak awal, kau dilarang berbicara sebelum aku izinkan, biarkan ini menjadi antara aku dan mamaku, paham?” Dengan gaya khasnya yang arogan Rafael mengatakan kata kata itu hingga membuat wajah Erina langsung memerah. Dia menatap nanar ke arah Rafael dan Mayang.Semua ketakutannya akhirnya terjadi.“Sayang…. Dengar—“Berhenti di sana jangan mendekat!” Mayang mengangkat tangannya tanpa menoleh ke arah Abimanyu yang berniat akan berjalan mendekat ke arahnya.Hening saat Rafael selesai mengucapkan semuanya dan Mayang masih berusaha memproses semuanya.Wanita malang itu langsung menatap ke arah menantu kesayangann
“A-apa? Me-nyuap dokter? Omong kosong apa yang sedang kau katakan Rafael Nathan Adijaya? Apa ini etika yang diajarkan padamu sejak kecil hah? Menelantarkan istrimu sendiri dan memfitnahnya agar aku bisa lepas tanggung jawab?” Seluruh tubuh Erina bergetar saat mengucapkannya.Bibirnya kelu untuk berucap tapi dia berusaha berteriak walau nada suaranya bergetar karena cemas. Ekspresi wajahnya sangat menyeramkan, jauh berbeda dengan wajah anggun yang biasanya dia perlihatkan sehari hari, saat Rafael tetap saja sama. Pria itu jarang bisa tersulut emosinya bahkan di situasi segenting ini dia bisa tenang saat keempat orang lainnya yang ada di sana sudah kesusahan untuk bernapas dan berdiri.“M-mama….Aku…aku sungguh tidak mengerti apa yang terjadi di sini. M-mama yang bilang kan kalau suamiku itu menyayangiku sejak awal? T-tapi apa ini? Kenapa suamiku berubah menjadi seperti ini? Apa yang sudah aku lakukan?” Monika langsung berakting lagi untuk mendapat perhatian dan simpati dari Mayang.Tapi,