Share

62|Keinginan Terdalam

Aku terbiasa bangun pagi meskipun hari Minggu, karena harus bersiap untuk beribadah. Karena perut sudah melilit, aku ke ruang makan lebih dahulu. Ulfa dan Tama menyapa aku dengan ramah. Air liurku terbit melihat makanan yang mereka sajikan di atas meja.

“Selamat pagi. Apa kalian sudah sarapan?” tanyaku. Mereka serentak mengangguk.

“Setelah Nyonya selesai makan, Tuan menunggu Anda di sebelah,” kata Tama sambil tersenyum penuh arti.

“Lo? Dia tidak sarapan?” tanyaku bingung.

“Sudah, Nyonya. Baru saja selesai,” jawab Ulfa.

Aku mengangguk mengerti. Tumben. Biasanya dia menunggu sampai aku turun ke ruangan ini untuk makan bersama. Baiklah. Biar saja dia menunggu. Aku mau makan banyak, karena sangat lapar. Roti panggangnya enak, apalagi ham dan sosisnya. Hm ….

“Galang? Apa ini?” tanyaku melihat dia berdiri begitu aku memasuki ruang kerjanya.

Dia memegang satu buket bunga mawar putih dan merah muda, serta sekotak cokelat. “‘Happy Valentine’s Day!’” serunya senang. “Akhirnya, aku punya seorang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status