~Fayola~Dasar Galang bodoh. Ada undangan makan gratis, mengapa malah membuang kesempatan itu? Aku tidak peduli dengan perbuatan mereka di masa lalu, juga apa yang akan mereka rencanakan dengan mengirim undangan perayaan hari ulang tahun pernikahan mereka.Kasihan mereka sudah menyusun rencana dengan baik, masa aku menolak undangan itu? Aku juga mau tahu kejutan apa lagi yang sudah mereka siapkan untukku. Setelah video viral itu pasti menarik untuk melihat sendiri, mereka masih disegani orang banyak atau tidak.“Apa yang Kakak lakukan?” tanya Amara ketika kami sudah berada berdua saja di kamarnya.“Apa maksudmu?” tanyaku tidak mengerti. Aku melirik ke arah kamarnya. “Wow, Amara! Tempat tidur kalian bagus sekali! Persis seperti yang ada di istana Inggris!”“Kak, fokus!” Dia menarik tanganku, lalu mengajak aku duduk di sofa yang ada di dekat jendela.“Wow! Kursi ini empuk sekali!” Aku naik turun merasakan bahannya yang lembut, nyaman diduduki.“Kakak jatuh cinta kepada Kak Galang,” kata
Aku terbiasa bangun pagi meskipun hari Minggu, karena harus bersiap untuk beribadah. Karena perut sudah melilit, aku ke ruang makan lebih dahulu. Ulfa dan Tama menyapa aku dengan ramah. Air liurku terbit melihat makanan yang mereka sajikan di atas meja.“Selamat pagi. Apa kalian sudah sarapan?” tanyaku. Mereka serentak mengangguk.“Setelah Nyonya selesai makan, Tuan menunggu Anda di sebelah,” kata Tama sambil tersenyum penuh arti.“Lo? Dia tidak sarapan?” tanyaku bingung.“Sudah, Nyonya. Baru saja selesai,” jawab Ulfa.Aku mengangguk mengerti. Tumben. Biasanya dia menunggu sampai aku turun ke ruangan ini untuk makan bersama. Baiklah. Biar saja dia menunggu. Aku mau makan banyak, karena sangat lapar. Roti panggangnya enak, apalagi ham dan sosisnya. Hm ….“Galang? Apa ini?” tanyaku melihat dia berdiri begitu aku memasuki ruang kerjanya.Dia memegang satu buket bunga mawar putih dan merah muda, serta sekotak cokelat. “‘Happy Valentine’s Day!’” serunya senang. “Akhirnya, aku punya seorang
“Aw, aduh,” ringisku kesakitan. “Sudah tahu dia berbahaya, kamu malah menantangnya. Kamu ini memang tidak pernah ada jeranya! Apa kamu mau botak permanen?” ucap Galang dengan kesal. Aku tertawa kecil yang segera diganti dengan erangan kesakitan ketika perawat mengobati kulit kepalaku. Mengerikan. Sonya sampai membuat beberapa titik mengeluarkan darah. Untung saja kami menggunakan mobil Galang, kalau naik sepeda motor, aduh, helmnya akan menyakiti aku. Kapan keadaan buruk yang sahabatku katakan itu akan terjadi? Mengapa lama sekali perusahaan mereka jatuh? Aku sudah tidak sabar melihat sendiri mereka menjadi miskin dan tidak punya apa-apa lagi. Jadi, mereka tidak akan bisa bersikap arogan kepadaku. “Sudah selesai, Bu.” Perawat tadi pun pamit. “Ayo, kita pulang,” ajakku. Wajah Galang masih cemberut, maka aku mengecup bibirnya. “Yuk.” Dia mendesah pelan, lalu menuruti aku. Perempuan itu memang gila. Aku tidak berbuat salah, dia malah menyakiti aku. Seharusnya aku tadi membalasnya, t
Supervisor baru itu memimpin rapat pertamanya mirip seperti Trici. Dia sama sekali tidak tahu tugas dan tanggung jawabnya, hanya menyuruh seseorang dari kami menjadi asistennya. Aku tersenyum kepada wanita malang itu agar memimpin rapat dengan baik dan mengabaikan aku.Tentu saja rekanku itu tidak tahu harus mengatakan apa mengenai tugas kami dalam minggu ini. Hanya supervisor yang mengetahuinya lewat pengumuman dari manajer. Aku penasaran. Berapa lama direktur utama kami akan membiarkan orang-orang ini menghancurkan usahanya?Aku berjalan menunduk, menghindari kamera CCTV saat keluar dari bilikku menuju pintu ruang kerja supervisor. Aku meletakkan paku payung di bawah karpet dekat pintu. Bagus. Benda tajam itu tidak akan bisa dilihat oleh mata orang biasa.“Apa yang Ibu lakukan?” tanya seorang wanita yang posisinya biliknya tepat di depan ruangan itu.“Dia sudah merusak bunga dari suamiku.” Aku meletakkan telunjuk di depan bibir dan melirik CCTV.Dia mengangguk mengerti. “Saya juga t
Aku tahu hal yang membuat Mama sedih, tetapi aku terpaksa melakukannya. Jika dia terus salah paham, maka dia akan semakin terluka karena berharap terlalu lama. Mama akan segera ceria lagi, dia hanya butuh waktu untuk mencerna informasi baru tersebut.Galang juga akan tahu apa yang sudah aku lakukan. Karena itu, aku tidak mengatakan rencanaku kepadanya. Dia akan menemukannya nanti.Kami berdiri bersama di teras mengantar kepulangan keluarga kami. Mereka melambaikan tangan dengan antusias, kecuali Mama yang belum bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Tama yang menutup dan mengunci pintu, maka aku menuju ruang kerja dan memeriksa anak anjing itu.“Dia sudah tidur, biarkan saja,” ucap Galang.Aku tertawa kecil melihat gaya tidurnya yang lucu. Dia tidur telentang layaknya manusia, manis sekali. Tidak mau membangunkannya, aku menuruti Galang dan keluar dari kamar itu. Kami menuju lantai atas, kemudian masuk ke kamar kami masing-masing.Setelah membersihkan diri di kamar mandi, berganti pakaia
Suasana aula yang semula ramai itu mendadak hening. Begitu sunyi sampai aku bisa mendengar setiap tarikan dan embusan napas orang di dekatku. Menduga dan mendengar sendiri tebakanku itu benar ternyata rasanya sangat berbeda. Aku sama terkejutnya dengan semua orang mengetahui bahwa Galang bukanlah satu-satunya pria yang pernah dia goda. Ada pria lain yang bahkan sudah tidur dengannya. Mereka bersikap seia sekata, saling mendukung di depan semua orang, ternyata pernikahan mereka hancur di dalam. “Diam kau!” teriak Sonya dengan keras. Kami menarik napas terkejut. Wow. Keadaan semakin seru. “Mengapa aku harus diam? Itu kenyataannya. Aku sudah cukup menutup mulut dan membiarkan kamu merusak kehidupan orang lain yang tidak bersalah,” kata pria itu dengan serius. “Aku juga,” kata pria lainnya, tidak mau kalah. “Aku sudah beberapa kali tidur dengan Sonya.” Wanita itu menyuruh mereka untuk diam. Doddy yang malang. Dia hanya bisa diam terpaku ketika satu per satu pria mengaku pernah tidur b
~Galang~ Fay bersikap sangat aneh akhir-akhir ini. Dia yang biasanya marah atau santai saja setiap aku dekat dengannya, malah terkejut atau menjauh. Pada saat yang lain, dia berinisiatif mencium aku lebih dahulu atau sekadar mengajak makan malam bersama. Apa mungkin sikapnya itu tidak ada hubungannya denganku, tetapi pekerjaannya? Ah, iya. Bisa jadi dia gelisah karena sudah dua kali mendapat skors dua bulan berturut-turut. Itu akan menjadi catatan buruk dalam berkasnya. Sialnya, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Keluarga Trici bukan lawanku. Namun semua pikiran itu tertepis saat kami terbawa suasana di balkon kamarnya. Aku hampir saja lepas kendali. Sebelum kami terlalu jauh, aku pergi dan berusaha untuk mengendalikan diri di kamarku. Aku tidak yakin aku bisa menunggu lebih lama lagi. “Aku ke toilet sebentar, ya,” pamitnya saat kami makan di restoran pilihannya. Aku mengangguk dan melihat dia berjalan menuju bagian restoran di belakangku. Dia pasti sudah menahannya dari tadi. Aku me
~Fayola~ Orang-orang bertaruh mengenai hubungan persahabatan kami, bukanlah masalah bagiku. Berbeda jika Galang sendiri yang bertaruh. Aku tidak percaya dia tega melakukan ini. Kami berteman sangat lama dan akhirnya memutuskan untuk menikah, aku pikir dia tulus kepadaku. Ternyata dia juga berkhianat di belakangku seperti Sonya. Dia mempermainkan perasaanku dengan mempertaruhkan uang sebanyak itu. Apa selama dua bulan ini dia benar-benar bersandiwara demi uang? Mengapa? Mengapa dia sampai hati menyakiti aku seperti ini? Aku menghentikan langkahku ketika menyadari aku tidak punya tempat untuk pulang. Rumah Galang adalah satu-satunya tempat untukku kembali pada malam ini. Dengan berat hati, aku menyeka wajahku dan kembali ke restoran. “Selamat malam,” katanya sebelum kami berpisah di ujung tangga. Kamarnya ada di sebelah kiri, sedangkan aku di sebelah kanan. “Selamat malam,” balasku. Ucapan itu mengingatkan aku pada kejadian malam sebelumnya. Kami berciuman di balkon kamar, lalu dia