Share

59|Menghargai Privasi

Author: Meina H.
last update Last Updated: 2023-03-22 23:09:01

~Galang~

Entah apa rahasia yang dimaksudkan oleh Ekon sehingga Fay begitu marah kepadanya. Walau aku penasaran sekaligus kesal dia punya rahasia yang tidak aku ketahui, aku menghargai privasinya. Jika saatnya tiba juga dia akan menceritakan segalanya kepadaku.

Upacara hingga resepsi pernikahan Amara berjalan dengan lancar. Apa yang ditakutkan Fay tidak terjadi. Bahkan video yang viral itu membuat banyak orang penasaran mengenai kami. Mereka tidak mendatangi kami langsung, tetapi hanya melihat kami dari jauh.

Syukurnya, mereka orang-orang berduit yang memberi amplop tebal sebagai hadiah untuk kedua pengantin. Amara beruntung. Aku dan Fay lebih banyak dapat barang daripada uang dalam amplop. Namun semua klienku yang tidak hadir mentransfer uang ke rekeningku sebagai kado dari mereka untuk kami, dan jumlahnya fantastis sampai aku berulang kali menghitung nol yang tertera.

“Sampai nanti bulan Juni,” ucap Ekon kepada kami semua.

Kami membalas lambaian tangannya dan keluarganya. Mereka mem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   60|Merasa Direndahkan

    “Lang, apa yang kamu lakukan?” Dia mengangkat benda yang sudah aku buang ke tempat sampah.“Apa lagi? Membuang sampah pada tempatnya,” jawabku sekenanya.“Untung saja Tama menanyakan dahulu, jadi undangan berharga ini tidak terbuang sia-sia.” Dia duduk di depanku dan meletakkan sampah itu di atas meja.“Fay, itu sampah,” kataku, mengingatkan. “Mengapa kamu taruh di atas meja?”“Apa kamu tidak lihat plastik pembungkusnya sudah aku buka? Bagian dalamnya bersih,” katanya, tidak mau kalah.Undangan yang diberikan Trici semalam langsung aku buang ke tempat sampah di ruang depan. Aku tahu isinya sampah kering, jadi kertasnya tidak akan kotor. Namun bagiku, benda itu tetap sampah yang tidak seharusnya diletakkan di atas meja makan.“Mengapa kamu ambil lagi sampah itu? Kamu mau datang ke sana?” tanyaku heran.“Mereka sudah susah payah mengundang, tentu saja kita harus menghadirinya.”Aku mengangakan mulut, tidak percaya dengan pendengaranku sendiri. “Aku tidak ikut.”“Memangnya kamu tidak pen

    Last Updated : 2023-03-22
  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   61|Keraguan Terbesar

    ~Fayola~Dasar Galang bodoh. Ada undangan makan gratis, mengapa malah membuang kesempatan itu? Aku tidak peduli dengan perbuatan mereka di masa lalu, juga apa yang akan mereka rencanakan dengan mengirim undangan perayaan hari ulang tahun pernikahan mereka.Kasihan mereka sudah menyusun rencana dengan baik, masa aku menolak undangan itu? Aku juga mau tahu kejutan apa lagi yang sudah mereka siapkan untukku. Setelah video viral itu pasti menarik untuk melihat sendiri, mereka masih disegani orang banyak atau tidak.“Apa yang Kakak lakukan?” tanya Amara ketika kami sudah berada berdua saja di kamarnya.“Apa maksudmu?” tanyaku tidak mengerti. Aku melirik ke arah kamarnya. “Wow, Amara! Tempat tidur kalian bagus sekali! Persis seperti yang ada di istana Inggris!”“Kak, fokus!” Dia menarik tanganku, lalu mengajak aku duduk di sofa yang ada di dekat jendela.“Wow! Kursi ini empuk sekali!” Aku naik turun merasakan bahannya yang lembut, nyaman diduduki.“Kakak jatuh cinta kepada Kak Galang,” kata

    Last Updated : 2023-03-22
  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   62|Keinginan Terdalam

    Aku terbiasa bangun pagi meskipun hari Minggu, karena harus bersiap untuk beribadah. Karena perut sudah melilit, aku ke ruang makan lebih dahulu. Ulfa dan Tama menyapa aku dengan ramah. Air liurku terbit melihat makanan yang mereka sajikan di atas meja.“Selamat pagi. Apa kalian sudah sarapan?” tanyaku. Mereka serentak mengangguk.“Setelah Nyonya selesai makan, Tuan menunggu Anda di sebelah,” kata Tama sambil tersenyum penuh arti.“Lo? Dia tidak sarapan?” tanyaku bingung.“Sudah, Nyonya. Baru saja selesai,” jawab Ulfa.Aku mengangguk mengerti. Tumben. Biasanya dia menunggu sampai aku turun ke ruangan ini untuk makan bersama. Baiklah. Biar saja dia menunggu. Aku mau makan banyak, karena sangat lapar. Roti panggangnya enak, apalagi ham dan sosisnya. Hm ….“Galang? Apa ini?” tanyaku melihat dia berdiri begitu aku memasuki ruang kerjanya.Dia memegang satu buket bunga mawar putih dan merah muda, serta sekotak cokelat. “‘Happy Valentine’s Day!’” serunya senang. “Akhirnya, aku punya seorang

    Last Updated : 2023-03-22
  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   63|Rencana Jahatnya

    “Aw, aduh,” ringisku kesakitan. “Sudah tahu dia berbahaya, kamu malah menantangnya. Kamu ini memang tidak pernah ada jeranya! Apa kamu mau botak permanen?” ucap Galang dengan kesal. Aku tertawa kecil yang segera diganti dengan erangan kesakitan ketika perawat mengobati kulit kepalaku. Mengerikan. Sonya sampai membuat beberapa titik mengeluarkan darah. Untung saja kami menggunakan mobil Galang, kalau naik sepeda motor, aduh, helmnya akan menyakiti aku. Kapan keadaan buruk yang sahabatku katakan itu akan terjadi? Mengapa lama sekali perusahaan mereka jatuh? Aku sudah tidak sabar melihat sendiri mereka menjadi miskin dan tidak punya apa-apa lagi. Jadi, mereka tidak akan bisa bersikap arogan kepadaku. “Sudah selesai, Bu.” Perawat tadi pun pamit. “Ayo, kita pulang,” ajakku. Wajah Galang masih cemberut, maka aku mengecup bibirnya. “Yuk.” Dia mendesah pelan, lalu menuruti aku. Perempuan itu memang gila. Aku tidak berbuat salah, dia malah menyakiti aku. Seharusnya aku tadi membalasnya, t

    Last Updated : 2023-03-22
  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   64|Pembalasan Usil

    Supervisor baru itu memimpin rapat pertamanya mirip seperti Trici. Dia sama sekali tidak tahu tugas dan tanggung jawabnya, hanya menyuruh seseorang dari kami menjadi asistennya. Aku tersenyum kepada wanita malang itu agar memimpin rapat dengan baik dan mengabaikan aku.Tentu saja rekanku itu tidak tahu harus mengatakan apa mengenai tugas kami dalam minggu ini. Hanya supervisor yang mengetahuinya lewat pengumuman dari manajer. Aku penasaran. Berapa lama direktur utama kami akan membiarkan orang-orang ini menghancurkan usahanya?Aku berjalan menunduk, menghindari kamera CCTV saat keluar dari bilikku menuju pintu ruang kerja supervisor. Aku meletakkan paku payung di bawah karpet dekat pintu. Bagus. Benda tajam itu tidak akan bisa dilihat oleh mata orang biasa.“Apa yang Ibu lakukan?” tanya seorang wanita yang posisinya biliknya tepat di depan ruangan itu.“Dia sudah merusak bunga dari suamiku.” Aku meletakkan telunjuk di depan bibir dan melirik CCTV.Dia mengangguk mengerti. “Saya juga t

    Last Updated : 2023-03-23
  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   65|Bukan Solusi

    Aku tahu hal yang membuat Mama sedih, tetapi aku terpaksa melakukannya. Jika dia terus salah paham, maka dia akan semakin terluka karena berharap terlalu lama. Mama akan segera ceria lagi, dia hanya butuh waktu untuk mencerna informasi baru tersebut.Galang juga akan tahu apa yang sudah aku lakukan. Karena itu, aku tidak mengatakan rencanaku kepadanya. Dia akan menemukannya nanti.Kami berdiri bersama di teras mengantar kepulangan keluarga kami. Mereka melambaikan tangan dengan antusias, kecuali Mama yang belum bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Tama yang menutup dan mengunci pintu, maka aku menuju ruang kerja dan memeriksa anak anjing itu.“Dia sudah tidur, biarkan saja,” ucap Galang.Aku tertawa kecil melihat gaya tidurnya yang lucu. Dia tidur telentang layaknya manusia, manis sekali. Tidak mau membangunkannya, aku menuruti Galang dan keluar dari kamar itu. Kami menuju lantai atas, kemudian masuk ke kamar kami masing-masing.Setelah membersihkan diri di kamar mandi, berganti pakaia

    Last Updated : 2023-03-23
  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   66|Reuni Kampus

    Suasana aula yang semula ramai itu mendadak hening. Begitu sunyi sampai aku bisa mendengar setiap tarikan dan embusan napas orang di dekatku. Menduga dan mendengar sendiri tebakanku itu benar ternyata rasanya sangat berbeda. Aku sama terkejutnya dengan semua orang mengetahui bahwa Galang bukanlah satu-satunya pria yang pernah dia goda. Ada pria lain yang bahkan sudah tidur dengannya. Mereka bersikap seia sekata, saling mendukung di depan semua orang, ternyata pernikahan mereka hancur di dalam. “Diam kau!” teriak Sonya dengan keras. Kami menarik napas terkejut. Wow. Keadaan semakin seru. “Mengapa aku harus diam? Itu kenyataannya. Aku sudah cukup menutup mulut dan membiarkan kamu merusak kehidupan orang lain yang tidak bersalah,” kata pria itu dengan serius. “Aku juga,” kata pria lainnya, tidak mau kalah. “Aku sudah beberapa kali tidur dengan Sonya.” Wanita itu menyuruh mereka untuk diam. Doddy yang malang. Dia hanya bisa diam terpaku ketika satu per satu pria mengaku pernah tidur b

    Last Updated : 2023-03-24
  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   67|Bukan Barang

    ~Galang~ Fay bersikap sangat aneh akhir-akhir ini. Dia yang biasanya marah atau santai saja setiap aku dekat dengannya, malah terkejut atau menjauh. Pada saat yang lain, dia berinisiatif mencium aku lebih dahulu atau sekadar mengajak makan malam bersama. Apa mungkin sikapnya itu tidak ada hubungannya denganku, tetapi pekerjaannya? Ah, iya. Bisa jadi dia gelisah karena sudah dua kali mendapat skors dua bulan berturut-turut. Itu akan menjadi catatan buruk dalam berkasnya. Sialnya, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Keluarga Trici bukan lawanku. Namun semua pikiran itu tertepis saat kami terbawa suasana di balkon kamarnya. Aku hampir saja lepas kendali. Sebelum kami terlalu jauh, aku pergi dan berusaha untuk mengendalikan diri di kamarku. Aku tidak yakin aku bisa menunggu lebih lama lagi. “Aku ke toilet sebentar, ya,” pamitnya saat kami makan di restoran pilihannya. Aku mengangguk dan melihat dia berjalan menuju bagian restoran di belakangku. Dia pasti sudah menahannya dari tadi. Aku me

    Last Updated : 2023-03-24

Latest chapter

  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   Terima Kasih, Sahabat

    Aku, Galang, dan Fayola mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan teman-teman. Dari munculnya ide cerita pada 19 Juli 2021, sampai pertama kali diunggah di sini pada tanggal 31 Desember 2022, akhirnya tamat pada hari ini, tanggal 16 April 2023. 120 bab, 160.950 kata. Wow. (´⊙ω⊙`) Galang dan Fayola sering membuat pusing saat menyampaikan ide cerita, jadi aku yakin ada banyak kekurangan pada karya ini. Untuk itu, aku mohon maaf. Semoga aku bisa terus memperbaiki diri dan menyajikan novel yang semakin berkualitas nan menghibur pada karya berikutnya. Bila ada yang mau disampaikan langsung kepadaku, Galang, atau Fayola, silakan ke kolom komentar, ya. Pasti kami balas. ♡♡♡ Terima kasih banyak untuk setiap sumbangan gem lewat vote, komentar, dan aku masih menunggu review dari teman-teman pada “Tentang buku ini”. Jika suka dengan novel ini, bantu bagikan ke kenalan yang lain yang juga mencari bacaan bagus, ya. Uhuk. ≧ω≦ Akhir kata, sampai jumpa lagi. Sembari menunggu, silakan mampir k

  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   120|Teman Ributku

    Adakah orang di sisimu ketika duniamu runtuh di hadapanmu? Orang yang memegang tanganmu dan berkata, “Semuanya akan baik-baik saja. Ada aku di sini.” Sekalipun kamu tidak percaya, kalimat sederhana itu memberi kamu sepercik harapan. Air mata mengalir tiada henti di kedua pipimu, hatimu patah tidak mudah untuk disatukan kembali, dan tubuhmu nyeri menahan sakit yang luar biasa. Namun tangan itu memberi kamu kekuatan baru untuk merangkak lagi, memulai segalanya dari bawah. Aku ada. Orang itu bukan keluargaku, bukan pula sahabat yang aku percayakan semua rahasiaku, dia adalah teman ributku, Galang. Satu-satunya orang di dunia ini yang mengetahui rahasia terdalamku. Rahasia yang bahkan tidak berani aku ungkapkan kepada ibu kandungku. Menikah dengan sahabat sendiri itu geli. Sungguh. Bayangkan saja, orang yang kamu ketahui semua jeleknya, busuknya, hingga semua kebaikannya tertutupi. Apa bisa kamu mencium dia? Kamu pasti tertawa seperti pengalaman serius pertamaku dengan Galang. Kalau se

  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   119|Berganti Peran

    ~Fayola~Aku sangat mencintai suamiku, tetapi ada juga saat-saat aku membenci dia sampai ke ubun-ubun. Dalam peran kami sebagai orang tua, aku selalu menjadi antagonis, monster di mata anak-anak. Sedangkan dia, menjadi malaikat yang selalu menolong, menghibur, dan memaafkan mereka.Namun menyadari betapa pentingnya keseimbangan sebagai orang tua, aku terpaksa menuruti cara itu. Karena ada juga waktunya, akulah yang menjadi protagonisnya, sedangkan Galang yang menjadi orang jahatnya. Membesarkan anak benar-benar menguras tenaga, pikiran, dan emosi.Kasihan kepada Galang yang lemas melihat kondisi sofa favoritnya, aku pun memanggil jasa untuk memperbaikinya. Untuk sementara, aku memindahkan sofa dari ruang depan ke ruang keluarga. Sebentar saja, sofanya pun jadi bagus lagi. Busa dan kainnya diganti dengan yang baru.“Jangan bilang mereka mencoret sofa lagi,” ucapnya kepadaku ketika dia menuruti anak-anak yang menarik tangannya untuk masuk ke ruang keluarga. Aku hanya tersenyum.“Kejutan

  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   118|Anak Pintar

    “Apa kamu ini tidak bisa jalan dengan benar? Kamu tadi menyeret aku keluar kamar, lalu sekarang berhenti mendadak. Aku sampai tersandung. Untung saja aku tidak jatuh,” protes Fay. Aku memberi sinyal dengan mataku, dia malah memukul dadaku. “Ayo, cepat. Katanya sudah lapar, mengapa malah diam di sini?” Aku kembali melotot dan memberi tanda agar dia melihat ke arah depan kami. “Ada apa, sih? Lidah kamu terjepit?” “Jadi, ini yang dimaksud dengan naik gunung?” Mendengar kalimat itu, barulah Fay sadar dan menelan ludah dengan berat. Matanya yang semula mengantuk, terbuka lebar dan dia memasang senyum. Menginap di sini bukanlah rencanaku, jadi aku tidak mau menjawab pertanyaan itu. “Eh, anak mama ada di sini!” serunya pura-pura terkejut. “Hai, sayang! Ezio! Athena!” Dia mencium dan memeluk mereka satu per satu. “Kalian sudah rapi pakai seragam.” “Papa dan Mama benar naik gunung?” tanya Ezio lagi. Ayah dan Bunda yang berdiri di belakang mereka hanya menahan tawa. Melihat itu, aku memint

  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   117|Terwujud Juga

    “Mama perginya jangan lama-lama, ya. Cepat pulang, ya, Ma,” isak Ezio.Kami bicara baik-baik semalam mengenai kepergian kami Lombok. Mereka mengerti bahwa mereka akan tinggal bersama kakek dan nenek mereka selama kami tidak di rumah. Bangun tidur, segalanya masih baik-baik saja. Barulah di dalam taksi, mereka mulai menangis.Aku dan Fay jelas panik dengan sikap mereka tersebut. Namun membatalkan kepergian kami adalah pilihan yang tidak akan aku ambil. Perjalanan ini mungkin tidak akan bisa kami lakukan lagi dalam waktu dekat. Aku mengajukan cuti bukan untuk bersantai di rumah saja.“Papa janji akan pulang hari Rabu, jangan bohong, ya, Pa,” tangis Athena.Aku dan istriku saling bertukar pandang. “Sayang, kami pasti kembali hari Rabu. Kalian berjanji akan bersikap baik. Mana janjinya? Mengapa kalian malah menangis?” ucap Fay.“Jangan khawatir. Mereka akan baik-baik saja,” kata Bunda, menengahi. “Pergilah. Taksi sudah datang. Jangan sampai kalian terlambat sampai di bandara.”“Baik, Bund

  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   116|Membahagiakan Dia

    ~Galang~ Walau aku sangat marah kepada wanita perusak rumah tangga orang itu, aku bersyukur aku dalam keadaan tidak sadar ketika dia meniduri aku. Jadi, aku tidak mengingat apa pun yang terjadi di kamar hotel pada malam itu, yang menolong aku lebih cepat memaafkan diriku sendiri. Aku hanya mengenal tubuh istriku, setiap sentinya. Hanya wajahnya yang pernah aku lihat dalam keadaan paling intim. Yang paling penting, dia saja wanita yang aku inginkan. Aku merasa bersalah meski aku tidak ingat kejadian bersama Trici, tetapi aku akan membayarnya seumur hidupku dengan membuat istriku lebih bahagia dari sebelumnya. Membawa bunga setiap hari itu adalah salah satu contoh yang aku tahu akan membuat dia bahagia. Kalau dia melarang, maka aku menurutinya. Aku mau dia bahagia saat aku memberinya sesuatu, bukan merasa tidak enak. “Kamu pasti tidak sadar kita genap menikah selama empat bulan kemarin,” tebakku. Dia melihat aku dan tanganku yang ada di belakang tubuhku secara bergantian. “Kamu tahu

  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   115|Selalu Mengecewakan

    Aku hanya bisa menundukkan kepala dan pasrah dengan air mata yang tidak bisa aku kendalikan terus mengalir turun membasahi wajahku. Aku mendadak merasa kecut, karena yang selalu aku sampaikan kepada mereka adalah berita buruk. Mengapa tidak bisa satu kali saja, aku memberikan kabar baik kepada keluargaku? Aku mau melihat mereka tertawa dan bersorak bahagia seperti saat Amara menyampaikan kabar kehamilannya. Oh, Tuhan. Mengapa aku selalu menjadi pembawa kabar buruk dalam keluargaku? Sudah pasti mereka akan kecewa mendengar pengakuanku. Aku bukan hanya merusak suasana, aku juga akan menghancurkan kebahagiaan adikku. Seharusnya hari ini adalah hari bahagia bagi kami semua. Seandainya saja aku tidak mengundur hal ini …. “Lebih dari lima belas tahun yang lalu, aku keguguran dan harus menjalani operasi. Tetapi dokter menemukan adanya fibroid atau tumor yang tumbuh di sekitar rahim yang berukuran sangat besar. Aku sendirian dan harus memberikan keputusan segera.” Aku memejamkan mataku. “K

  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   114|Masih Berharap

    Aku tidak tahu harus melakukan apa, jadi aku menunggu mereka yang bergerak lebih dahulu. Sudah beberapa minggu ini hubungan kami sedang tidak enak. Jadi, mau tidak mau aku merasa canggung harus bersikap bagaimana.“Semoga kalian tidak keberatan aku mengajak mereka juga.” Bunda menoleh ke arahku. “Papa dan mamamu memaksa ingin ikut, jadi kami tadi menjemput mereka sebelum datang ke sini.”“Kami tidak keberatan, Bunda,” kataku dan Galang secara bersamaan.Ezio dan Athena bergantian memeluk Ayah dan Bunda, lalu mereka menatap ragu kepada Papa dan Mama. Cinta pertamaku itu yang lebih dahulu mendekat dan memeluk kedua anak tersebut. Mama pun melakukan hal yang sama.Aku tersenyum saat Galang merangkul bahuku, lalu mencium pelipisku. “Aku akan membeli tiket untuk kita,” bisiknya. Aku mengangguk.Anak-anak berjalan sambil menggandeng tangan Ayah dan Bunda, Papa mengikuti Galang menuju loket, sedangkan Mama mendekati aku. Dia memeluk aku, menghangatkan hatiku. Lega rasanya, kami sudah berbaik

  • Menjadi Istri Gadungan Sahabatku   113|Membutuhkan Kamu

    “Bisakah kalian pelan sedikit?” keluhku, melihat keempat makhluk tukang pamer itu berlari santai di depanku. Bukannya memperlambat lari mereka, ketiganya malah tertawa mengejek aku. Lala bahkan menyalak senang.Mereka bertiga bekerja sama agar aku bangun subuh dan ikut joging. Kalau bukan karena aku penasaran ingin mendaki Gunung Rinjani, aku tidak akan melakukan ini. Seandainya anak-anak sedikit lebih besar, pasti menyenangkan bisa pergi dengan mereka juga.Setelah joging, aku menolong Athena untuk mandi dan berganti pakaian di kamarnya, sedangkan Galang membantu Ezio. Barulah aku menuju kamar mandi di kamar tidur kami. Namun suamiku bergabung dan ikut mandi bersamaku.“Tidak, Lang. Kita bisa terlambat,” tolakku saat dia mengajak bercinta. Aku sangat menginginkan dia setelah berhari-hari puasa, tetapi kami tidak punya waktu untuk melakukan ini.“Kamu bilang kamu membutuhkan aku,” katanya, mengingatkan.“Semalam, bukan pagi ini,” ralatku.“Sayang sekali, aku selalu membutuhkan kamu se

DMCA.com Protection Status