Share

BAB 12 - Kejutan (2)

Penulis: R.D. Skypigeon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-08 10:00:46

Ian tersadar lebih dulu. Ia berdehem pelan dan segera menarik diri, kembali ke posisi normalnya di belakang kemudi. Tanpa berkata apa-apa, ia menjalankan mobil, membelah keheningan malam Jakarta.

Viera merasakan jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Selama 17 tahun hidupnya, tak pernah ada laki-laki yang berada sedekat itu dengannya—bahkan Felix sekalipun. Ia mencuri pandang ke arah Ian yang tetap fokus menyetir dengan wajah datarnya yang biasa.

'Bagaimana dia bisa setenang itu?' batin Viera kesal, tangannya meremas ujung gaunnya.

Perjalanan pulang dilalui dalam diam. Tidak ada obrolan, tidak ada gandengan tangan seperti tadi—hanya suara mesin mobil dan degup jantung Viera yang entah mengapa tak kunjung normal.

Pukul setengah sepuluh, mobil Ian a

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 13 - Kacau (1)

    Sinar matahari yang menerobos celah tirai kamar Viera tidak mampu membangunkannya dari tidur lelap. Berulang kali mamanya mengetuk pintu kamar dan mencoba menelepon, namun Viera masih terbuai dalam dunia mimpinya. Pintu kamar yang terkunci membuat mamanya tidak bisa masuk untuk membangunkannya secara langsung."Viera! Bangun, Sayang! Sudah jam setengah tujuh!" teriak mamanya sambil mengetuk pintu kamar Viera dari luar kamar, suaranya penuh kekhawatiran.Setelah beberapa saat, mata Viera akhirnya terbuka perlahan. Begitu melihat jam digital di meja nakasnya menunjukkan pukul 06.30, matanya langsung terbelalak lebar. Jantungnya berdegup kencang menyadari bahwa ia hanya punya waktu setengah jam untuk sampai ke sekolah jika tidak ingin terlambat."Oh My God, kenapa aku bisa kesiangan?!" rutuknya sambil melompat dari tem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 14 - Kacau (2)

    Suasana kelas begitu hening ketika Ian mulai menjelaskan materi matematika di depan kelas. Papan tulis putih dipenuhi dengan rumus-rumus dan angka-angka yang dituliskan dengan rapi oleh tangan tegasnya. Semua murid mendengarkan dengan seksama, mencatat setiap detail penjelasan yang diberikan oleh guru muda itu. Namun tidak dengan Viera.Pikirannya melayang entah kemana, tatapannya kosong ke arah jendela. Sesekali ia mencoret-coret bukunya tanpa arti, sementara penjelasan Ian hanya lewat begitu saja di telinganya. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Tanpa ia sadari, sepasang mata tajam Ian telah menangkap gelagat tidak fokusnya sejak tadi."Nona Viera," suara tegas Ian memecah lamunannya. "Bisa tolong jelaskan kembali apa yang baru saja saya terangkan?"Seisi kelas mendadak sunyi. Viera terkesiap, matanya membu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 15 - Aroma Mint

    "Aduh, gimana nih?" keluh Viera pada Renna dan Fanny saat ia ingat bahwa setelah pelajaran Matematika usai, akan ada pelajaran olahraga. "Gue nggak bawa baju olahraga. Kesiangan sih tadi pagi."Renna mengerutkan keningnya. "Terus loe mau gimana? Pak Dani kan terkenal tegas soal aturan seragam olahraga.""Iya, minggu lalu aja ada yang lupa bawa sepatu olahraga, disuruh lari keliling lapangan lima kali," tambah Fanny sambil mengambil baju olahraganya di tas.Viera menghela napas panjang. "Kayaknya gue bakal izin aja deh. Bilang sakit kepala atau apa gitu.""Yakin?" tanya Renna dengan nada khawatir. "Bohong itu nggak baik lho.""Gue tau, tapi daripada dihukum? Lagian cuma sekali ini kok," jawab Viera meyakinkan temannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 16 - Menjaga

    Setelah kembali dari UKS, Viera, Renna, dan Fanny memutuskan untuk menghabiskan jam kosong di kelas. Mereka duduk melingkar di bangku belakang, berbagi cemilan sambil bergosip tentang berbagai hal. Tak lama kemudian, Felix menghampiri dan bergabung dalam obrolan."Eh Felix, gabung nih?" goda Fanny sambil menyikut Renna.Renna yang mengerti kode dari Fanny langsung menyambung, "Kalian berdua ini sebenernya kenapa sih nggak pacaran aja? Udah keliatan banget cocoknya."Felix tersenyum tipis mendengar godaan itu. "Maunya sih gitu," jawabnya sambil melirik ke arah Viera. "Tapi kayaknya Viera nggak mau deh."Viera yang sedang meminum air mineralnya hampir tersedak. "Bukan gitu," ia mencoba menjelaskan. "Gue emang nggak mau pacaran. Gue pengennya pacaran sama suami aja nanti, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 17 - Prinsip

    Siang itu, matahari masih menggantung tinggi di langit kota. Lapangan basket sekolah terlihat ramai oleh kegiatan ekstrakurikuler. Viera, Renna, dan Fanny bergabung dengan adik-adik kelas mereka untuk latihan cheerleader. Meskipun sebagai siswi kelas 12 mereka tidak lagi wajib mengikuti kegiatan ini, tapi ketiganya memutuskan untuk tetap berpartisipasi sekaligus mengisi waktu luang.Di sisi lain lapangan, beberapa siswa laki-laki sedang bermain basket. Felix ada di antara mereka, sesekali mencuri pandang ke arah tim cheerleader. Atau lebih tepatnya, ke arah Viera."Eh, Ra," Renna berbisik saat mereka sedang beristirahat. "Felix dari tadi merhatiin loe terus tuh."Fanny mengangguk menyetujui. "Iya, setiap loe lompat atau gerak, matanya nggak lepas dari loe."Viera mengambil botol minumnya, berusaha mengabaikan godaan kedua sahabatnya. "Udah dong, jangan bahas itu lagi.""Tapi, Ra," Renna merendahkan suaranya. "Kasihan lho dia. Keliatan banget cintanya bertepuk sebelah tangan.""Kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 18 - Keraguan

    Begitu sampai di rumah, Viera langsung bergegas ke kamar mandi. Air hangat yang membasahi tubuhnya seolah berusaha membilas kegelisahan yang menyelimuti pikirannya sejak melihat kejadian di sekolah tadi. Selesai mandi, ia mengenakan kaus longgar dan celana pendek favoritnya, lalu menghempaskan diri ke kasur empuk yang seakan memeluk tubuhnya yang lelah.Tangannya meraih ponsel yang tergeletak di nakas. Entah dorongan apa yang membuatnya membuka aplikasi Outstagram dan mengetikkan nama "Berlian Gunawan" di kolom pencarian. Jemarinya bergerak ragu sebelum akhirnya menekan tombol "cari".Dan di situlah akun Ian, dengan foto profil yang menampilkan sosoknya yang tengah tersenyum formal dalam balutan jas hitam. Viera mengamati feed Ian yang ternyata tidak terlalu aktif. Hanya ada beberapa foto yang kebanyakan adalah momen-momen ketika ia berlibur ke luar negeri.Mata Viera terhenti pada sebuah foto yang diambil di depan Menara Eiffel. Ian tampak santai dengan kaus putih dan celana jeans, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 19 - Makan Malam

    "Makan malam sudah siap!" suara Mamanya terdengar dari arah ruang makan lantai satu. Viera yang masih berbaring di kamar mengusap sisa-sisa air mata di pipinya, merapikan rambut, dan bergegas turun.Di meja makan, Papanya sudah duduk di kursinya yang biasa, kacamata bacanya masih bertengger di hidung sementara tangannya membolak-balik halaman koran hari ini. Mamanya sibuk menata piring-piring berisi nasi goreng spesial buatannya, lengkap dengan telur mata sapi dan acar kesukaan Viera."Kok matanya bengkak, sayang?" tanya Mamanya begitu Viera mengambil tempat duduknya. "Kamu habis nangis?"Viera menggeleng cepat, berusaha tersenyum. "Enggak kok, Ma. Cuma capek aja habis latihan cheerleader tadi."Papanya melipat korannya dan menatap Viera dengan seksama. "Bener? Kalau ada apa-apa cerita sama Papa dan Mama ya?""Iya, Pa," jawab Viera sambil mengaduk-aduk nasi gorengnya."Oh iya, Ra," Mama mengambil tempat di sebelah Suaminya. "Tadi Mama sudah bicara sama Tante Citra, mamanya Ian. Besok

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 20 - Dingin

    Selasa pagi yang cerah. Viera berangkat ke sekolah dengan perasaan yang masih bercampur aduk. Setidaknya pagi ini ia tidak terlambat bangun, dan Pak Mamad sudah siap mengantarnya tepat waktu. Mobil Alvhard putih yang sudah siap itu melaju pelan meninggalkan pekarangan rumah.Sesampainya di gerbang sekolah, Viera baru saja akan melangkah menuju gedung utama ketika sebuah Innovasi hitam melintas di sampingnya. Mobil Ian. Tidak ada tanda-tanda pengendaranya menoleh atau bahkan menyadari keberadaannya. Viera menghela napas panjang. Ya, memang begini seharusnya. Di sekolah, mereka hanyalah guru dan murid. Tidak lebih."VIERAAAAA!"Tepukan di kedua bahunya membuat Viera terlonjak kaget. Renna dan Fanny sudah berdiri di belakangnya dengan cengiran lebar."Duh, ngagetin aja!" pr

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 80 - Penjelasan

    Di kedai es krim, Viera menyendok es krim vanilanya perlahan, sesekali mencuri pandang ke arah Ian yang duduk di hadapannya."Ada yang mengganggumu?" tanya Ian, menangkap kegelisahan di mata Viera."Tadi..." Viera meletakkan sendoknya, "saat di kantin, Fanny sepertinya sudah mulai curiga. Dia... dia selalu bisa membaca situasi dengan baik."Ian mengangguk pelan. "Dia memang sangat perhatian padamu.""Aku merasa bersalah," Viera berbisik, matanya mulai berkaca-kaca. "Mereka selalu ada untukku. Bahkan saat aku kehilangan ingatan, mereka yang menceritakan ulang setiap detail hidupku. Tapi sekarang... aku malah menyembunyikan sesuatu sebesar ini dari mereka.""Hey," Ian mengulurkan tangannya, nyaris menyentuh tangan Viera sebelum teringat mereka masih di tempat umum. "Kamu tidak perlu merasa bersalah. Ini... ini bukan sesuatu yang mudah untuk dibagi.""Tapi sampai kapan?" Viera menatap es krimnya yang mulai mencair. "Sampai kapan kita harus bersembunyi seperti ini?"Ian terdiam sejenak, m

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 79 - Ketahuan

    Langit sudah mulai memerah saat Viera mengendap-endap ke parkiran belakang sekolah. Koridor-koridor sudah sepi, hanya tersisa beberapa siswa yang masih mengikuti kegiatan klub. Ian sudah menunggu di mobilnya, seperti yang mereka sepakati sebelumnya. "Maaf lama," Viera berbisik saat masuk ke mobil. "Tadi harus mastiin dulu Renna udah pulang." Ian tersenyum, menyalakan mesin mobil. "Tidak apa-apa. Kamu yakin tidak ada yang lihat?" Viera mengangguk, meski ada keraguan samar yang menggelayut di dadanya. Dia tidak menyadari sosok Fanny yang berdiri di balik pilar, mengamati dengan mata melebar saat mobil Ian mulai bergerak meninggalkan area parkir. Sementara itu di dalam mobil Fanny. "Pak Man, Bisa ikuti mobil itu? Yang Innovasi Hitam itu." Sopir paruh baya itu mengernyit heran. "Nona Fanny yakin? Bukannya itu mobil guru matematika..." "Please," Fanny memotong dengan nada mendesak. "Ini penting." Di mobil Ian, Viera mulai merasa rileks. Dia menyandarkan kepalanya ke jok, merasakan ke

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 78 - Peka

    Bel istirahat berbunyi seperti penyelamat bagi Viera. Dia menghembuskan napas yang tanpa sadar ditahannya selama dua jam pelajaran matematika itu. "Oke, sampai di sini dulu," Ian mengumumkan, membereskan bukunya. "Jangan lupa kerjakan latihan halaman 45." Saat Ian melangkah keluar kelas, Viera bisa merasakan tatapannya yang sekilas tertuju padanya. Tatapan yang membuat jantungnya melompat, meski hanya sepersekian detik. "Ra," Fanny mendadak sudah berdiri di samping mejanya, "ke kantin, yuk?" Ada sesuatu dalam nada suara Fanny yang membuat Viera gelisah. "Ah... gue..." dia melirik tasnya, mencari-cari alasan. "Ayolah!" Renna menarik tangannya dengan antusias. "Gue laper banget nih setelah dipaksa mikir limit tadi." Viera tidak punya pilihan selain mengikuti kedua sahabatnya. Mereka berjalan menyusuri koridor yang ramai, dengan Renna yang terus mengoceh tentang betapa sulitnya pelajaran hari ini. "Tapi aneh ya," Renna tiba-tiba menoleh pada Viera, "tumben banget loeu nggak

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 77 - Tatapan

    "Viera!" Suara familiar Renna membuatnya tersentak dari lamunannya. Sahabatnya itu berlari kecil menghampirinya, dengan Fanny yang mengikuti dengan langkah lebih tenang di belakang. "Tumben agak siang?" Renna mengaitkan lengannya dengan lengan Viera, gestur yang sudah menjadi kebiasaan mereka. "Biasanya loe sudah nunggu di depan gerbang." Viera merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. Memori tentang sore kemarin masih begitu segar di benaknya. "Ah... iya, tadi bangun agak telat." Fanny, dengan kepekaannya yang biasa, menatap Viera dengan seksama. "Loe... kelihatan berbeda hari ini." "Berbeda?" Viera mencoba tertawa, meski suaranya terdengar sedikit bergetar. "Berbeda gimana?" "Entahlah," Fanny mengangkat bahu, tapi matanya masih menatap penuh selidik. "Kayak... ada sesuatu yang berbeda." Renna mengangguk antusias. "Iya! Gue juga ngerasa gitu. Loe... kayak lagi happy banget?" Viera menggigit bibirnya, merasakan rona hangat mulai merambat di pipinya. Tepat saat itu, sosok Ian

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 76 - Rahasia Kecil

    Viera mengeratkan genggamannya pada pembatas buku di tangannya, mendadak teringat pada dua sosok yang selama ini selalu ada di sampingnya. Renna dan Fanny - sahabatnya sejak SMA yang selalu mendukungnya tanpa syarat, bahkan saat dia kehilangan ingatannya."Ian..." Viera mendongak, menatap pria yang kini menjadi guru matematikanya itu. "Bagaimana dengan Renna dan Fanny?"Ada jeda sejenak sebelum Ian menjawab, seolah dia juga baru tersadar akan kompleksitas situasi mereka. Memang, hubungan guru dan murid ini bukanlah sesuatu yang sederhana untuk dijelaskan, bahkan pada sahabat terdekat sekalipun."Mereka... pasti akan mengerti," Ian akhirnya berkata, meski ada keraguan tipis dalam suaranya. "Mereka sahabatmu yang paling dekat, kan?"Viera menggigit bibirnya, mengingat baga

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 75 - Bunga

    Viera menatap pembatas buku di tangannya, jemarinya menelusuri permukaan bunga yang telah diawetkan itu dengan hati-hati. Ada sesuatu yang menggelitik dalam dadanya - perasaan hangat yang familiar sekaligus asing, seperti menemukan potongan puzzle yang telah lama hilang."Masih ingat waktu kita pertama kali menemukan bunga-bunga ini?" tanya Ian, suaranya lembut seperti angin sore yang membelai dedaunan di atas mereka.Viera mengangguk pelan, matanya masih terpaku pada pembatas buku itu. Memori-memori yang sempat terkubur perlahan mengapung ke permukaan - musim panas yang panjang, tawa yang riang, dan janji-janji kecil yang terucap di bawah pohon mangga ini."Waktu itu kamu bilang bunganya seperti bintang yang jatuh ke bumi," Viera tersenyum kecil, mengingat kata-kata polos mereka di masa kecil. "Dan aku percaya begi

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 74 - Menyatakan

    Viera terdiam, matanya berkaca-kaca menatap tulisan di halaman terakhir buku itu. Tangannya sedikit bergetar saat menyentuh kertas yang menguning, merasakan tekstur dari janji masa kecil mereka."Kamu..." suara Viera tercekat, "kamu benar-benar menyebalkan, Ian."Ian mengerjap bingung, "Eh?""Menciumku di bawah meja guru, membuatku cemburu pada adikmu sendiri, dan sekarang..." Viera mengangkat wajahnya, ada air mata yang mulai jatuh di pipinya, "sekarang kamu mengungkapkan perasaanmu dengan cara yang begitu... begitu sempurna."Ian tersenyum lembut, tangannya bergerak mengusap air mata di pipi Viera. "Maaf membuatmu menunggu lama.""Bodoh," Viera memukul dada Ian pelan. "Kamu yang menunggu lebih lama. Bahkan saat aku lupa, ka

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 73 - Payah

    "IAAANN!" Viera berteriak tertahan, tapi yang tersisa hanya gema langkah kaki Ian yang semakin menjauh dan aroma mint samar yang masih tertinggal di udara. Dia menyentuh bibirnya lagi, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi."Dasar menyebalkan," gumamnya, tapi ada senyum kecil yang tak bisa dia tahan. Dia bersandar pada meja guru, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih tidak beraturan.Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang terjatuh dari buku Ian - selembar kertas yang terlipat rapi. Tangannya bergerak mengambil kertas itu. Seharusnya dia tidak membukanya, tapi ada sesuatu yang mendorongnya untuk melakukan hal itu.Di dalamnya, ada tulisan tangan yang rapi: "Untuk adikku tersayang, Terima kasih sudah membantu kakak selama ini. Kamu benar - aku harus lebih berani mengungkapkan perasaanku pad

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 72 - First Kiss

    Tanpa pikir panjang, Viera beranjak dari kursinya. Kakinya melangkah cepat menyusuri koridor, mencari sosok Ian yang baru saja menghilang di balik pintu perpustakaan. Ada sesuatu yang mendorongnya - entah keberanian yang tiba-tiba muncul atau rasa frustasi yang sudah mencapai batasnya.Ruang guru. Tentu saja - Ian selalu ke sana setelah jam pelajaran usai. Viera mempercepat langkahnya, jantungnya berdegup kencang bukan hanya karena berlari kecil, tapi juga karena kata-kata yang sudah menumpuk di ujung lidahnya.Ruangan itu sepi ketika dia masuk. Hanya ada Ian yang sedang membereskan berkas-berkasnya. "Ian," panggilnya, suaranya sedikit terengah. "Tentang yang tadi-"Suara langkah kaki di koridor membuat kata-katanya terputus. Tanpa berpikir, tubuhnya bergerak secara naluriah - bersembunyi di bawah meja Ian. Posisi y

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status