Share

BAB 16 - Menjaga

Penulis: R.D. Skypigeon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-12 10:00:03

Setelah kembali dari UKS, Viera, Renna, dan Fanny memutuskan untuk menghabiskan jam kosong di kelas. Mereka duduk melingkar di bangku belakang, berbagi cemilan sambil bergosip tentang berbagai hal. Tak lama kemudian, Felix menghampiri dan bergabung dalam obrolan.

"Eh Felix, gabung nih?" goda Fanny sambil menyikut Renna.

Renna yang mengerti kode dari Fanny langsung menyambung, "Kalian berdua ini sebenernya kenapa sih nggak pacaran aja? Udah keliatan banget cocoknya."

Felix tersenyum tipis mendengar godaan itu. "Maunya sih gitu," jawabnya sambil melirik ke arah Viera. "Tapi kayaknya Viera nggak mau deh."

Viera yang sedang meminum air mineralnya hampir tersedak. "Bukan gitu," ia mencoba menjelaskan. "Gue emang nggak mau pacaran. Gue pengennya pacaran sama suami aja nanti, s

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 17 - Prinsip

    Siang itu, matahari masih menggantung tinggi di langit kota. Lapangan basket sekolah terlihat ramai oleh kegiatan ekstrakurikuler. Viera, Renna, dan Fanny bergabung dengan adik-adik kelas mereka untuk latihan cheerleader. Meskipun sebagai siswi kelas 12 mereka tidak lagi wajib mengikuti kegiatan ini, tapi ketiganya memutuskan untuk tetap berpartisipasi sekaligus mengisi waktu luang.Di sisi lain lapangan, beberapa siswa laki-laki sedang bermain basket. Felix ada di antara mereka, sesekali mencuri pandang ke arah tim cheerleader. Atau lebih tepatnya, ke arah Viera."Eh, Ra," Renna berbisik saat mereka sedang beristirahat. "Felix dari tadi merhatiin loe terus tuh."Fanny mengangguk menyetujui. "Iya, setiap loe lompat atau gerak, matanya nggak lepas dari loe."Viera mengambil botol minumnya, berusaha mengabaikan godaan kedua sahabatnya. "Udah dong, jangan bahas itu lagi.""Tapi, Ra," Renna merendahkan suaranya. "Kasihan lho dia. Keliatan banget cintanya bertepuk sebelah tangan.""Kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 18 - Keraguan

    Begitu sampai di rumah, Viera langsung bergegas ke kamar mandi. Air hangat yang membasahi tubuhnya seolah berusaha membilas kegelisahan yang menyelimuti pikirannya sejak melihat kejadian di sekolah tadi. Selesai mandi, ia mengenakan kaus longgar dan celana pendek favoritnya, lalu menghempaskan diri ke kasur empuk yang seakan memeluk tubuhnya yang lelah.Tangannya meraih ponsel yang tergeletak di nakas. Entah dorongan apa yang membuatnya membuka aplikasi Outstagram dan mengetikkan nama "Berlian Gunawan" di kolom pencarian. Jemarinya bergerak ragu sebelum akhirnya menekan tombol "cari".Dan di situlah akun Ian, dengan foto profil yang menampilkan sosoknya yang tengah tersenyum formal dalam balutan jas hitam. Viera mengamati feed Ian yang ternyata tidak terlalu aktif. Hanya ada beberapa foto yang kebanyakan adalah momen-momen ketika ia berlibur ke luar negeri.Mata Viera terhenti pada sebuah foto yang diambil di depan Menara Eiffel. Ian tampak santai dengan kaus putih dan celana jeans, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 19 - Makan Malam

    "Makan malam sudah siap!" suara Mamanya terdengar dari arah ruang makan lantai satu. Viera yang masih berbaring di kamar mengusap sisa-sisa air mata di pipinya, merapikan rambut, dan bergegas turun.Di meja makan, Papanya sudah duduk di kursinya yang biasa, kacamata bacanya masih bertengger di hidung sementara tangannya membolak-balik halaman koran hari ini. Mamanya sibuk menata piring-piring berisi nasi goreng spesial buatannya, lengkap dengan telur mata sapi dan acar kesukaan Viera."Kok matanya bengkak, sayang?" tanya Mamanya begitu Viera mengambil tempat duduknya. "Kamu habis nangis?"Viera menggeleng cepat, berusaha tersenyum. "Enggak kok, Ma. Cuma capek aja habis latihan cheerleader tadi."Papanya melipat korannya dan menatap Viera dengan seksama. "Bener? Kalau ada apa-apa cerita sama Papa dan Mama ya?""Iya, Pa," jawab Viera sambil mengaduk-aduk nasi gorengnya."Oh iya, Ra," Mama mengambil tempat di sebelah Suaminya. "Tadi Mama sudah bicara sama Tante Citra, mamanya Ian. Besok

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 20 - Dingin

    Selasa pagi yang cerah. Viera berangkat ke sekolah dengan perasaan yang masih bercampur aduk. Setidaknya pagi ini ia tidak terlambat bangun, dan Pak Mamad sudah siap mengantarnya tepat waktu. Mobil Alvhard putih yang sudah siap itu melaju pelan meninggalkan pekarangan rumah.Sesampainya di gerbang sekolah, Viera baru saja akan melangkah menuju gedung utama ketika sebuah Innovasi hitam melintas di sampingnya. Mobil Ian. Tidak ada tanda-tanda pengendaranya menoleh atau bahkan menyadari keberadaannya. Viera menghela napas panjang. Ya, memang begini seharusnya. Di sekolah, mereka hanyalah guru dan murid. Tidak lebih."VIERAAAAA!"Tepukan di kedua bahunya membuat Viera terlonjak kaget. Renna dan Fanny sudah berdiri di belakangnya dengan cengiran lebar."Duh, ngagetin aja!" pr

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 21 - Perjalanan Sunyi

    Sisa jam pelajaran hari itu terasa begitu panjang bagi Viera. Meski matanya tertuju pada papan tulis, pikirannya melayang jauh, kembali pada percakapan singkat namun menyakitkan di koridor tadi. Kata-kata Ian terus bergema di kepalanya: "Karena kadang, kita tidak punya pilihan."Bel pulang sekolah berbunyi tepat pukul setengah tiga sore, tapi hari Viera masih belum berakhir. Ada bimbingan belajar Fisika yang harus diikutinya, persiapan untuk ujian sekolah yang semakin dekat. Biasanya, Viera selalu antusias dengan pelajaran Fisika. Tapi hari ini, bahkan rumus-rumus yang biasanya ia kuasai terasa begitu asing."Jadi, dalam gerak parabola, komponen kecepatan pada sumbu x bersifat konstan, sedangkan pada sumbu y dipengaruhi percepatan gravitasi," suara Pak Rudi, guru bimbel Fisikanya, terdengar samar-samar.Viera mencob

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 22 - Sandiwara

    BRAK! Mobil berhenti mendadak, membuat Viera tersentak bangun dari tidurnya. Jantungnya berdegup kencang karena kaget. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari di mana ia berada - di dalam mobil yang sudah familiar namun terasa begitu asing."Ya ampun! Kenapa nggak dibangunin biasa aja sih?" omel Viera sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Ia melirik ke arah spion, melihat rambut hitam panjangnya yang kini kusut masai."Sudah sampai," jawab Ian datar, tanpa menoleh sedikitpun. Rahangnya mengeras, seolah menahan kata-kata yang ingin keluar.Viera mendengus kesal, mengambil tas dan buku pianonya, lalu keluar dari mobil dengan langkah menghentak. Sepatu sneakers putihnya berderap di atas aspal, meninggalkan jejak kemarahan yang tak terucap. Ia masuk ke gedung tempat les piano tanpa menoleh ke belakang, mening

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 23 - Kelompok

    Rabu pagi datang terlalu cepat bagi Viera. Mentari baru saja mengintip dari balik awan ketika ia melangkah memasuki gerbang sekolah. Hari ini, jam pertama adalah matematika - pelajaran yang sangat tidak ia kuasai.Tepat pukul 07.00, suara langkah tegas terdengar di koridor. Ian melangkah masuk ke kelas dengan kemeja putih rapi dan dasi biru tua yang terpasang sempurna. Tidak ada yang berubah dari penampilannya - tetap rapi, dingin, dan tepat waktu. Bahkan detak jarum jam seolah segan untuk mendahului langkahnya."Selamat pagi," sapanya datar, meletakkan buku-buku di meja guru. Matanya sekilas bertemu dengan mata Viera, sebelum keduanya sama-sama mengalihkan pandangan.Viera mengeratkan genggaman pada pensilnya. Hari ini, ia bertekad untuk fokus. Kejadian hari Senin kemarin masih membekas di ingatannya - bagaimana Ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 24 - Degup Jantung di UKS

    Begitu bel tanda pelajaran wirausaha usai berbunyi, Viera bergegas membereskan bukunya. Hatinya riang membayangkan makan siang bersama Felix. Sepanjang koridor menuju kantin, beberapa teman menyapanya dengan hangat."Viera! Makasih ya udah bantuin aku bikin proposal," seru Dinda dari kelas sebelah."Viera, makasih ya kemarin udah ngajarin cheerleader," tambah Lisa sambil tersenyum.Viera membalas sapaan mereka dengan ramah. Ia memang dikenal sebagai siswi yang ceria dan selalu siap membantu. Banyak yang menyukainya karena sifatnya yang mudah bergaul dan tidak pelit berbagi ilmu, terutama soal cheerleader - hobinya sejak kecil.Sesampainya di kantin, matanya langsung menangkap sosok Felix yang sudah duduk di salah satu meja. Hari ini menu makan siang tampak istimewa - ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 46 - Awal Baik

    "Jadi..." Ian memecah keheningan setelah tawa mereka mereda. "Kamu masih marah sama aku?"Viera menghela napas panjang, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan setelah bangun tidur. "Menurut Tuan Ian bagaimana?""Aku tau aku salah," Ian bergeser sedikit lebih dekat. "Aku harusnya percaya sama kamu. Harusnya aku nggak langsung marah-marah waktu itu.""Kamu tau nggak sih rasanya dituduh nyontek?" Viera menatap Ian dengan mata berkaca-kaca. "Apalagi sama orang terdekat. Aku kira kamu yang paling tau aku kayak gimana."Ian mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Viera dengan lembut. "Iya, aku tau. Makanya aku minta maaf. Aku... aku cuma takut dengan masa depanmu.""Maksudnya?""

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 45 - Penjelasan

    Setelah kepulangan Mama, Viera kembali ke kelasnya dengan perasaan lebih ringan. Renna dan Fanny yang sudah menunggunya langsung menghampiri. Dengan suara pelan, Viera menceritakan semua yang terjadi di ruang kepala sekolah, termasuk pengakuan Pak Karyo tentang keterlibatan Reggina."Tuh kan, gue bilang juga apa," Renna memeluk Viera erat. "Loe nggak mungkin ngelakuin hal kayak itu."Fanny ikut memeluk dari sisi lain. "Kita selalu percaya sama loe, Ra. Tapi ngomong-ngomong, Reggina nggak masuk hari ini.""Mungkin dia udah tau kalo bakal ketahuan," Felix tiba-tiba muncul dan bergabung dalam pembicaraan. "Aku juga nggak pernah percaya kalo kamu nyontek, Ra. Nggak masuk akal aja."Meski kebenaran sudah terungkap, Viera masih bisa mendengar bisik-bisik di sekitarnya. Beberap

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 44 - Kebenaran (2)

    "Dan kalau kita lihat rekaman hari berikutnya..." Mama meminta staf IT memindahkan ke rekaman hari selanjutnya. "Reggina memberikan amplop pada Pak Karyo."Wajah Pak Darto memucat. Tanpa diminta, ia segera menelepon Pak Karyo.Beberapa menit kemudian, Pak Karyo masuk ke ruangan dengan wajah tertunduk, kedua tangannya saling meremas dengan gugup."Pak Karyo," Pak Darto memulai dengan suara tegas, "bisa jelaskan kenapa Reggina memberikan amplop kepada Bapak?"Pak Karyo terdiam sejenak, keringat mulai membasahi dahinya. "Sa-saya..." suaranya bergetar."Pak Karyo," Mama Viera berkata lembut, ada empati dalam suaranya, "tolong ceritakan yang sebenarnya. Ini menyangkut masa depan anak-anak."

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 43 - Kebenaran (1)

    Pagi itu, Viera dan Mamanya berjalan beriringan memasuki gedung sekolah. Langkah mereka mantap menuju ruang guru, meskipun jantung Viera berdegup kencang.Di sepanjang koridor, beberapa siswa berbisik-bisik sambil melirik ke arahnya. Viera bisa mendengar samar-samar nama Reggina dan Ian disebut-sebut. Ia menundukkan kepala, mencoba mengabaikan tatapan menghakimi dari teman-temannya. Mama yang menyadari hal itu langsung menggenggam tangannya erat, memberinya kekuatan."Kamu tidak sendirian," bisik Mama sambil tersenyum meyakinkan.Viera membalas genggaman tangan Mamanya. Dalam hati, ia bersyukur memiliki ibu yang selalu mendukungnya. Bahkan di saat-saat terberatnya seperti ini."Selamat pagi, Bu," sapa Pak Darto begitu mereka memasuki ruangannya. "Silakan duduk."

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 42 - Kekecewaan

    Di dalam mobil, Viera memandang kosong ke luar jendela. Matanya masih terasa panas setelah dimarahi Pak Darto. Getaran ponsel di sakunya membuat ia tersentak - nama Ian muncul di layar."Halo," Viera menjawab dengan suara pelan."Aku dengar kamu mencontek saat try out Kimia," suara Ian terdengar dingin, lebih dingin dari biasanya."Ian, aku tidak—""Kenapa?" potong Ian. "Kenapa kau melakukan hal yang paling aku benci, Viera?""Aku tidak mencontek!" Viera berusaha menahan suaranya agar tidak terdengar oleh Pak Mamad. "Aku yakin ini perbuatan Reggina. Dia—""Jangan menuduh orang lain, Viera," Ian mendengus. "Contekan itu ada di mejamu. Dan kamu tahu prosedurnya - sebelum

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 41 - Peringatan

    Minggu ini, seluruh siswa kelas 12 disibukkan dengan try out untuk persiapan ujian kelulusan. Pagi itu, suasana kelas terasa tegang saat try out Kimia berlangsung. Viera duduk di bangkunya dengan tenang, sesekali mengetuk-ngetuk pensil ke meja sambil berpikir. Soal-soal di hadapannya tidak terlalu sulit berkat persiapannya yang matang selama seminggu terakhir.Pak Darto, guru yang terkenal dengan kedisiplinannya yang ketat, berjalan mengawasi dengan langkah berat. Kacamatanya yang tebal menambah kesan serius pada wajahnya yang kaku. Suara sepatunya yang berketuk di lantai membuat beberapa siswa merasa was-was."Ingat, waktu tinggal 30 menit lagi," suara berat Pak Darto memecah keheningan.Viera tetap fokus pada pekerjaannya, tidak menyadari Pak Darto yang kini berhenti di samping mejanya. Guru senior itu mengerutkan

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 40 - Ancaman

    Bel pulang sekolah berbunyi nyaring, menandakan berakhirnya sesi bimbel sore itu. Viera membereskan bukunya dengan tenang, sementara Renna dan Fanny masih menggerutu tentang kejadian pagi tadi."Gila ya si cabe gatal itu," Renna mendengus kesal sambil memasukkan buku ke dalam tasnya. "Sok banget sih dia. Mentang-mentang rambutnya di-blow tiap hari.""Iya! Udah gitu pake acara bawa-bawa nama Pak Ian segala," Fanny menimpali. "Padahal dia sendiri yang ganjen sama Pak Ian."Viera hanya tersenyum mendengar ocehan kedua sahabatnya. "Udah, biarin aja. Nanti juga capek sendiri."Belum sempat mereka melangkah keluar kelas, sosok Reggina muncul di ambang pintu, diapit oleh Daisy dan Ingrid - duo tak terpisahkan yang selalu mengekorinya kemanapun. Daisy dengan rambut pirang platin

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 39 - Munculnya Villain

    Keesokan harinya, Viera melangkah memasuki kelas dengan langkah berat. Meski kepalanya sudah tidak sakit, namun hatinya masih was-was menghadapi bisik-bisik yang tak kunjung reda. Ia duduk di bangkunya seperti biasa, mengeluarkan buku pelajaran sambil sesekali melirik sekeliling."Wah, wah... si anak rajin sudah datang rupanya," suara sinis itu membuat Viera mendongak. Reggina, gadis populer itu berdiri di depan mejanya dengan tangan terlipat di dada. Rambut panjangnya yang dicat coklat keemasan terlihat berkilau, hasil blow di salon mahal langganannya.Riasan wajahnya lebih tebal dari siswi lain - dengan eye shadow kecoklatan dan lipstik merah muda yang mencolok. Jam tangan Cartier berkilau di pergelangan tangannya, senada dengan kalung berlian yang selalu ia pamerkan. Tak heran banyak yang menyebutnya 'Princess' sekolah, mengingat ayahnya adalah salah satu pe

  • Menjadi Istri Dadakan Guru Killer   BAB 38 - Mulai Mencair?

    Pagi itu, Viera memandang keluar jendela mobil Pak Mamad yang melaju pelan memasuki gerbang sekolah. Perasaannya campur aduk - antara lega bisa kembali ke sekolah dan gelisah menghadapi gosip yang mungkin beredar. Kepalanya sudah tidak pusing lagi, tapi memori tentang perhatian Ian kemarin masih terasa hangat di benaknya."Sudah merasa baikan, Non?" tanya Pak Mamad sambil menghentikan mobil di depan gedung sekolah."Sudah jauh lebih baik, Pak. Terima kasih," jawab Viera sambil tersenyum, lalu turun dari mobil dengan hati-hati.Belum sempat Viera melangkah jauh, suara familiar menyambutnya dengan penuh semangat. "Vieraaaa!" Renna dan Fanny berlari kecil menghampirinya, wajah mereka dipenuhi kekhawatiran sekaligus kelegaan."Ya Ampun, loe benar-benar sudah sembuh?" tanya F

DMCA.com Protection Status