Share

Kedamaian Yang Semu?

Author: NHOVIE EN
last update Last Updated: 2024-12-03 10:00:08

Dua minggu berlalu dengan intensitas tinggi di kantor Bastian. Tim IT bekerja tanpa kenal lelah, dipimpin oleh Farel yang memastikan semua langkah diambil dengan cermat. Mereka berhasil melacak jejak digital penyusup, memulihkan data yang hilang, dan memperkuat sistem keamanan. Hari ini adalah hari yang sangat penting, laporan akhir akan disampaikan ke PT. Satria Jaya, dan Bastian merasa yakin bahwa semua telah terkendali.

Di ruang rapat utama, Bastian duduk bersama Farel, kepala IT, dan beberapa staf senior. Layar besar di depan mereka menunjukkan hasil analisis terakhir. Kepala IT membuka presentasi dengan nada serius.

“Pak Bastian, kami berhasil mengidentifikasi pelaku di balik serangan ini. Berdasarkan jejak digital yang tertinggal, pelaku adalah orang dalam.”

Ruangan menjadi sunyi seketika. Bastian mengerutkan kening. “Orang dalam? Siapa?”

Kepala IT melanjutkan. “Seseorang dengan akses tingkat tinggi ke sistem kami. Berdasarkan audit log, kami menemukan bahwa pelaku adalah—bu May
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Fatimah Azzahra
eh siapa itu? apa jangan² maya berulah lagi? bakal dalam bahaya g niih rania bintang dan cucu
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
waduhhh... siapa ini.. rania bintang dan cucu dalam intaian bahaya orang-orang Siapakah apakah orang-orang maya..?? maya sudah mengetahui posisi rania juga keberadaan bintang dan dia pengen melenyapkan mereka
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Sya
kira kira siapa yg mengintai apa Adrian suruhan Bastian ,tp apa mungkin ada orang lain lagi yg mengincar Rania
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Meminta Perlindungan, Lagi

    Maya berdiri di depan pintu rumah orang tuanya dengan wajah penuh keputusasaan. Tangisannya belum reda sejak kabar buruk itu menghantamnya dua hari lalu. Ia tak menyangka Bastian akan setega ini, melibatkan hukum dalam masalah mereka.“Mami... Papi...” lirih Maya dengan suara bergetar setelah pintu dibuka.Ami—ibunya—memandang putrinya dengan raut khawatir, sementara Gery—ayah Maya—mengerutkan dahi. “Ada apa lagi, Maya? Kenapa kamu datang ke sini dengan wajah seperti ini?”Tanpa menjawab, Maya langsung merangkul Ami dan menangis terisak. Ami membawa putrinya masuk ke ruang tamu, sementara Gery hanya berdiri diam, memperhatikan sikap Maya dengan kecurigaan.“Maya, tenang dulu. Ceritakan semuanya dengan jelas. Apa yang terjadi?” tanya Ami lembut, meski nada suaranya terdengar waspada.Maya duduk di sofa, mencoba mengatur napasnya yang tersengal. “Bastian... dia melaporkan aku ke polisi

    Last Updated : 2024-12-04
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Drama Maya Yang Terencana

    Maya duduk di kamarnya dengan tatapan kosong, memandangi layar ponsel yang menunjukkan pesan dari ibunya. Pesan itu mengabarkan bahwa Bastian tetap bersikeras melanjutkan laporan ke polisi. Ia menggigit bibirnya dengan geram, lalu mulai menyusun rencana manipulatif yang menurutnya adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya dari kehancuran.Sore ini, Maya memanggil kedua orang tuanya ke kamarnya. Ia berbicara dengan nada penuh keputusasaan.“Mami, Papi, aku nggak tahu lagi harus gimana. Kalau Bastian nggak mau mencabut laporan itu, hidupku selesai. Aku nggak bisa masuk penjara, aku nggak bisa kehilangan semuanya!” ujar Maya dengan suara bergetar, meski air mata yang mengalir di pipinya adalah hasil dari keahlian aktingnya.Gery dan Ami saling bertatapan. Ami mencoba menenangkan putrinya. “Maya, tenang. Kita sudah mencoba bicara dengan Bastian, tapi dia keras kepala. Kalau kamu benar-benar salah, kamu harus siap menerima konsekuensinya.

    Last Updated : 2024-12-05
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Merindukan Bintang

    Sore itu, suasana taman belakang rumah Bastian terasa tenang. Hembusan angin membawa aroma segar dari dedaunan yang berembun setelah hujan pagi tadi. Bastian duduk di kursi santai, menikmati segelas anggur merah yang memantulkan cahaya senja. Ia mencoba menenangkan pikirannya setelah beberapa hari yang penuh tekanan.Ketika ia sedang menikmati waktu sendirinya, suara pintu pagar terdengar dari kejauhan. Seorang ART datang melapor bahwa Nora dan Prakas, kedua orang tuanya, baru saja tiba. Bastian hanya mengangguk kecil, menandakan persetujuannya untuk menemui mereka.Tak lama, kedua orang tua Bastian sudah berada di taman belakang, duduk di kursi berhadapan dengannya. ART datang membawa teh dan kudapan, meletakkannya di meja kecil di antara mereka sebelum beranjak pergi.“Papi, Mami, ada yang bisa kubantu?” tanya Bastian dengan nada datar namun sopan.Prakas, dengan raut wajah tegas seperti biasanya, langsung memulai percakapan tanpa basa-basi. “Bastian, kami di sini untuk membicarakan

    Last Updated : 2024-12-05
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Balasan Dari Rania

    Lembang, kediaman Rania.Rania menatap ponselnya yang bergetar di sisi meja, sedikit terkejut melihat nama Bastian muncul di layar. Hatinya seketika bergemuruh, campuran rasa kesal, ragu, dan sedikit penasaran. Sudah lebih dari dua minggu sejak terakhir kali ia mendengar kabar tentang pria itu, dan ia berharap keadaan tetap tenang seperti hari-hari sebelumnya. Namun, keberadaan pesan ini seperti membawa awan gelap ke pikirannya yang sudah dipenuhi oleh desain dan deadline klien.Ia mencoba kembali fokus pada layar laptop, namun pikirannya sudah teralihkan. Pesan itu seolah memanggilnya, memaksa perhatian penuh.“Kenapa lagi sekarang?” gumam Rania pelan, sedikit kesal.Akhirnya, dengan tarikan napas panjang, Rania meraih ponselnya. Jemarinya sempat ragu untuk mengetuk layar, namun pada akhirnya ia membuka pesan itu.Pesan dari Bastian: “Rania, aku tahu kamu mungkin membenciku. Tapi aku hanya ingin tahu kabar Bintang. Apakah dia

    Last Updated : 2024-12-06
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mendapat Perhatian

    Kota Cimahi.Rania sedang berdiri di tengah aula besar yang akan dihias menjadi tempat pertunangan mewah. Tangannya sibuk memegang lembaran sketsa dekorasi, sesekali menunjuk bagian tertentu kepada Icha dan Citra sambil memberikan arahan. Ia tampak serius, wajahnya memancarkan semangat dan fokus yang tak terganggu. Sinar matahari yang masuk melalui jendela besar memantulkan cahaya ke rambutnya, membuatnya tampak bersinar di mata seseorang yang diam-diam memperhatikan dari kejauhan.Pria itu mengenakan setelan kasual yang tetap terlihat elegan. Ia berdiri di sudut ruangan, mengamati Rania dengan tatapan kagum. Senyum kecil menghiasi wajahnya saat melihat bagaimana Rania dengan cekatan mengatur segalanya, memimpin tim kecilnya dengan percaya diri dan penuh dedikasi. Ia lalu mengambil ponselnya, mencoba menangkap momen itu tanpa terlihat mencurigakan.Klik.Foto yang ia ambil menunjukkan Rania sedang membungkuk sedikit, memeriksa ornamen bunga di meja hias. Pria itu memeriksa hasilnya, te

    Last Updated : 2024-12-06
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Aku, Sudah Punya Anak!

    Rania, Icha, dan Citra masuk ke dalam mobil minibus putih milik Aditya. Suasana awalnya terasa cukup nyaman, meski sedikit canggung karena mereka belum terlalu mengenal Aditya. Ketiganya duduk di bangku tengah, sementara bangku depan kosong.Setelah beberapa saat, Icha menoleh sambil berbisik pada Rania, “Mbak, masa depan kosong gitu? Nggak enak, lho. Dia kan bukan sopir kita.”Citra langsung menimpali, “Iya, Mbak. Mending mbak Rania duduk depan aja. Biar lebih sopan.”Rania mengerutkan kening. “Kenapa aku? Kalian aja yang maju.”Namun, keduanya langsung menggeleng serempak, memberikan alasan masing-masing. Icha menyahut, “Aku pusing kalau duduk di depan.”Sementara Citra menambahkan, “Aku nggak nyaman lihat jalan terlalu jelas.”Rania mendesah pelan. “Ya ampun, kalian berdua.” Akhirnya, ia menyerah dan berpindah ke kursi depan, meskipun sebenarnya ia lebih suka duduk be

    Last Updated : 2024-12-07
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Diberi Kesempatan

    Proses hukum terhadap Maya terus bergulir tanpa henti. Bastian bersikeras melanjutkan gugatannya meskipun keluarga Maya mencoba berbagai cara untuk menghentikannya. Maya telah resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh kepolisian, meskipun publik belum mengetahui hal tersebut karena orang tua Maya rela menggelontorkan dana besar untuk menutupi kasus ini dari media.Hari ini adalah mediasi pertama yang difasilitasi oleh pihak berwajib untuk mencari jalan damai sebelum kasus tersebut benar-benar naik ke pengadilan. Namun, Bastian tetap pada pendiriannya. Ia menolak segala tawaran damai yang diajukan oleh keluarga Maya, termasuk janji uang ataupun ancaman yang sebelumnya dilontarkan.Maya yang semakin terpojok merasa geram. Amarahnya mencuat, membuatnya bersikeras datang ke rumah Bastian bersama kedua orang tuanya, Gery dan Ami. Mereka berharap bisa berbicara langsung dengan Bastian untuk mencari celah memengaruhi keputusan pria itu.Ya, semenjak kasus Maya terus berg

    Last Updated : 2024-12-07
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keakraban Yang Mulai Terjalin

    Rania meninggalkan Bastian di ruang tamu, sementara langkahnya menuju kamar terasa berat. Di dalam, si kecil Bintang yang kini hampir lima belas bulan tampak asyik menonton acara anak-anak di televisi. Rania mengangkat putranya dari ranjang kecil yang dipagari untuk keamanannya, lalu mengusap lembut kepala bocah itu sambil berbisik, “Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu, Nak.”Di ruang tamu, Cucu datang membawa secangkir kopi panas, senyumnya ramah seperti biasa. “Minumlah dulu kopinya, Nak Bastian. Perjalanan jauh pasti melelahkan,” katanya, meletakkan cangkir di meja kecil di hadapan Bastian.“Terima kasih, Tante," jawab Bastian dengan sopan. Ia mencoba bersikap santai, tapi pandangannya terus tertuju ke arah pintu kamar yang baru saja dimasuki Rania.Tak lama, Rania muncul kembali dengan Bintang dalam gendongannya. Bocah itu terlihat sehat dan lucu dengan rambutnya yang mulai tebal dan wajahnya yang polos. Rania mendekati ruang tamu, lalu duduk di sofa berseberangan dengan Bas

    Last Updated : 2024-12-08

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bukti Perselingkuhan Maya?

    Hari itu, Rania dan keluarganya sedang bertandang ke Jakarta. Selain rumah mewah di Bandung, Boby memiliki rumah lain di ibu kota. Rumah megah dengan desain modern minimalis itu terletak di kawasan elit Jakarta Selatan. Tak hanya itu, Boby juga memiliki kantor cabang di pusat kota yang menjadi salah satu aset penting dalam jaringan bisnisnya.Pagi itu, keluarga mereka tiba di rumah tersebut. Rita tampak antusias mengenalkan setiap sudut rumah kepada Rania. “Lihat, ini ruang tamu utama. Desainnya memang lebih modern dibandingkan rumah di Bandung. Tapi aku tetap merasa nyaman di sini,” ucapnya sambil tersenyum.Boby menimpali dengan nada bercanda. “Nyaman, karena dekorasinya sesuai selera Mama, kan? Padahal dulu Papa ingin nuansa klasik.”Rania tersenyum mendengar celotehan kedua orang tuanya. Di sela-sela tur kecil itu, ia melihat Bintang berlari-lari kecil mengikuti langkah nenek dan kakeknya. Bocah itu tampak senang dengan lingkungan baru yang penuh kejutan.Setelah makan siang, mere

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Makan Malam Istimewa

    Malam itu, ruang makan di rumah mewah milik Boby dan Rita dipenuhi suasana hangat. Meja panjang yang dihiasi vas bunga mawar putih di tengahnya terlihat penuh dengan hidangan lezat. Keluarga kecil yang baru saja merasakan kebahagiaan sejati selama beberapa bulan terakhir duduk bersama, menikmati waktu makan malam yang istimewa.Di ujung meja, Bintang, bocah kecil berusia hampir dua tahun, duduk di kursi tinggi miliknya. Wajah mungilnya tampak berseri-seri, matanya berbinar penuh antusias saat menunjuk ke arah sepiring kue cokelat yang baru saja dihidangkan oleh pelayan rumah.“Mau kue itu, Ma!” serunya, suaranya nyaring dan penuh semangat.Rania, yang duduk di sampingnya, tersenyum lembut namun tetap tegas. “Bintang, kita makan nasi dulu, ya. Kalau sudah habis, baru boleh makan kue.”Bintang mengerucutkan bibirnya, tanda ia tidak setuju. “Enggak mau! Kue dulu!”Rita, yang duduk di sisi lain meja, langsung merespons dengan nada penuh kasih. “Biarkan saja, Rania. Oma ambilkan kuenya, ya

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kehadiran Satria

    Pagi itu, suasana kediaman keluarga Boby terasa berbeda. Sinar matahari menyelinap lembut di antara tirai jendela besar, menyinari seorang wanita muda yang berdiri di depan cermin panjang. Rania tampak luar biasa anggun dalam setelan blazer putih bersih yang dipadukan dengan rok pensil senada. Rambutnya disanggul rapi, memberikan kesan profesional namun tetap bersahaja. Sebuah bros kecil berbentuk bunga tersemat di kerah blazer, menambah sentuhan manis pada penampilannya.“Kamu sudah siap, Sayang?” suara berat namun lembut Boby terdengar dari balik pintu. Pria paruh baya itu melangkah masuk, mengenakan setelan jas hitam yang membuatnya tampak semakin berwibawa. Matanya penuh kebanggaan saat memandang putri semata wayangnya.“Sudah, Pa. Tapi… masih sedikit gugup,” jawab Rania sembari tersenyum tipis. Tangannya sibuk merapikan bros di blazer, mencoba mengusir rasa gugup yang perlahan menyeruak.Boby mendekat, menepuk pundak Rania dengan lembut. “Tidak perlu gugup. Kamu pasti bisa. Papa

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Dia Memang Maya!

    Hari masih pagi ketika Boby, Rita, dan Rania tiba di Surabaya. Perjalanan ini bukan perjalanan biasa, ada misi besar yang ingin mereka selesaikan. Bersama mereka, hadir seorang pengacara andal yang dipercaya Boby untuk menangani kasus ini dengan cermat.Berkat koneksi Boby, mereka dengan mudah mendapatkan akses untuk berbicara dengan salah satu tahanan—wanita yang menjadi otak di balik penyekapan Rania. Suasana di ruangan khusus tempat pertemuan berlangsung terasa dingin dan penuh ketegangan. Wanita itu duduk di seberang mereka, dengan raut wajah keras yang menggambarkan pengalaman hidup penuh lika-liku.“Siapa kalian? Apa yang kalian inginkan?” tanya wanita itu, memecah keheningan dengan nada menantang.Boby duduk dengan tenang, memperhatikan wanita itu dengan tatapan tajam. “Kami ingin tahu kebenaran. Siapa yang menyuruhmu mencelakai putriku?”Wanita itu mendengus, mengalihkan pandangannya. “Saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan.”Rita menghela napas, mencoba pendekatan yang lebih

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mereka Tertangkap

    Suasana malam itu masih hening. Boby dan Rita masih saling pandang seraya memerhatikan putri mereka yang terlihat banyak menyimpan luka.Rita kemudian meraih tangan Rania, menggenggamnya dengan lembut. “Kami tidak ingin memaksa, sayang. Apa pun keputusanmu, kami akan mendukungmu. Tapi jika suatu saat kamu merasa siap untuk menghadapi Bastian, kami akan ada di sisimu.”Rania menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca. “Terima kasih, Ma. Aku hanya butuh waktu untuk menyembuhkan semuanya.”Boby berdiri, berjalan mendekati putrinya. Ia menepuk pundak Rania dengan penuh kasih sayang. “Yang penting kamu bahagia, Rania. Itu yang paling utama.”Malam itu, Rania mencoba merenung di kamarnya. Ia tahu bahwa menghindari Bastian selamanya bukanlah solusi. Namun, hatinya masih terlalu terluka untuk kembali membuka pintu bagi pria itu. Kini, yang ia butuhkan adalah waktu—waktu untuk menemukan kembali kekuatannya, waktu untuk menyembuhkan lukanya, dan waktu untuk menentukan langkah berikutnya dalam hidu

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maya Melihat Rania Yang Baru

    Dua bulan berlalu, dan kehidupan Rania berubah drastis. Kini ia bukan lagi gadis sederhana yang hidup di Lembang, melainkan seorang wanita anggun yang memancarkan pesona luar biasa. Perubahan itu begitu kentara, dari caranya berbicara hingga kepercayaan diri yang perlahan tumbuh. Namun, selama dua bulan terakhir, Rania memilih menghindar dari dunia luar, termasuk dari Bastian. Ia memutuskan untuk fokus pada dirinya, mempersiapkan diri menjadi sosok yang baru.Hari ini adalah hari besar. Untuk pertama kalinya, Rania akan diperkenalkan kepada keluarga besar dan kolega Boby serta Rita. Sebuah acara istimewa digelar di ballroom mewah salah satu hotel bintang lima di Bandung.Sore itu, ballroom tersebut dipenuhi oleh dekorasi elegan bernuansa emas dan putih. Meja-meja bundar ditata sempurna, dikelilingi tamu undangan dari keluarga besar hingga kolega bisnis Boby. Semua hadir dengan antusias, tak sabar menyaksikan kejutan malam itu.Rania berdiri di balik pintu utama ballroom, mengenakan ga

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Terbuka Pada Rita dan Boby

    Setelah keheningan sejenak yang terasa membebani di pikiran Rania, Rania pun akhirnya membuka suara. Ia pandangi wajah Rita dan Boby bergantian, mencoba meyakinkan hati kalau memang sudah saatnya ia jujur.Pada akhirnya, Rania menghela napas panjang. Ia tahu, cepat atau lambat, ia harus menceritakan semuanya. Setelah beberapa saat, ia akhirnya bersuara.“Bastian…” Rania memulai dengan suara yang gemetar. Ia menatap Rita dan Boby bergantian, mencari keberanian di mata mereka yang penuh perhatian. “Dia adalah… ayah kandung Bintang.”Rita yang tadinya tenang kini sedikit terkejut. Matanya membulat, tapi ia tetap menjaga ekspresinya agar tidak membuat Rania merasa terhakimi. Boby pun mengernyit, namun tetap sabar menunggu penjelasan lebih lanjut.“Hubungan kami dulu sangat rumit,” lanjut Rania dengan suara yang mulai bergetar. “Kami sempat berpacaran ketika masih kuliah. Kami sempat punya Impian untuk hi

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Membuka Kisah Lama

    Udara malam di taman belakang rumah Boby dan Rita terasa sejuk, dihiasi gemerlap bintang di langit yang cerah. Gemericik air dari kolam kecil di tengah taman memberikan ketenangan tersendiri. Rania duduk di salah satu kursi taman, ditemani secangkir cokelat hangat yang mengepul di tangannya. Boby dan Rita duduk di seberangnya, masing-masing dengan secangkir cokelat dan sepiring brownies di atas meja kecil di antara mereka.Setelah Bintang terlelap, mereka memutuskan ini waktu yang tepat untuk berbincang lebih dalam. Boby membuka percakapan dengan suara lembut namun penuh ketegasan.“Rania,” katanya, menatap putrinya dengan penuh haru, “Ada hal yang selama ini belum sempat kami ceritakan. Kami ingin kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi dulu.”Rania memandang ayah kandungnya dengan ekspresi campur aduk. Ia tahu percakapan ini penting, namun ia tidak menyangka akan langsung membahas masa lalu.“Dulu,” Boby melanjutkan, &l

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kebahagiaan Baru Untuk Bintang

    Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam ketika sebuah mobil SUV hitam berhenti perlahan di depan rumah kecil yang dulunya dihuni oleh Rania di Lembang. Lampu depan mobil itu memancar terang, menerangi halaman yang tampak sunyi. Dari dalam mobil, seorang pria bertubuh tegap dengan wajah yang memancarkan ketegasan turun. Itu adalah Bastian.Langkahnya mantap menuju pintu utama. Tangannya mengetuk dengan sopan, berharap suara ketukan itu akan memanggil seseorang dari dalam. Namun, alih-alih melihat Rania atau Cucu, seorang gadis muda yang tak dikenalnya membuka pintu.“Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?” Gadis itu menyapa ramah, menatap Bastian dengan sedikit rasa heran.“Selamat malam,” Bastian menjawab sambil melirik ke dalam rumah yang terlihat berbeda dari yang ia ingat. “Rania dan Bintang ada di rumah?” tanyanya langsung.Gadis itu tersenyum kecil. “Oh, maaf, mbak Rania dan keluarganya sudah pindah ke Band

DMCA.com Protection Status