Share

Aku, Sudah Punya Anak!

Author: NHOVIE EN
last update Last Updated: 2024-12-07 10:00:20

Rania, Icha, dan Citra masuk ke dalam mobil minibus putih milik Aditya. Suasana awalnya terasa cukup nyaman, meski sedikit canggung karena mereka belum terlalu mengenal Aditya. Ketiganya duduk di bangku tengah, sementara bangku depan kosong.

Setelah beberapa saat, Icha menoleh sambil berbisik pada Rania, “Mbak, masa depan kosong gitu? Nggak enak, lho. Dia kan bukan sopir kita.”

Citra langsung menimpali, “Iya, Mbak. Mending mbak Rania duduk depan aja. Biar lebih sopan.”

Rania mengerutkan kening. “Kenapa aku? Kalian aja yang maju.”

Namun, keduanya langsung menggeleng serempak, memberikan alasan masing-masing. Icha menyahut, “Aku pusing kalau duduk di depan.”

Sementara Citra menambahkan, “Aku nggak nyaman lihat jalan terlalu jelas.”

Rania mendesah pelan. “Ya ampun, kalian berdua.” Akhirnya, ia menyerah dan berpindah ke kursi depan, meskipun sebenarnya ia lebih suka duduk be

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Fatimah Azzahra
adit langsung mundur alon² ya dit tau punya anak,mungkin bukan krn anak yg bikin mundur,tapi kalo punya anak otomatis mikirnya punya suami,jd yaa mundur aja
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
rania bener2 rapatenjaga hatinya menjaga pergaulan nya..
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
yuahhh aditya kecewaaa penonton... kamu salah paham dit iyaa rania emang. punya anak tapi ga adanlakinya dit... yukkk aahh gassss pepeet
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Diberi Kesempatan

    Proses hukum terhadap Maya terus bergulir tanpa henti. Bastian bersikeras melanjutkan gugatannya meskipun keluarga Maya mencoba berbagai cara untuk menghentikannya. Maya telah resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh kepolisian, meskipun publik belum mengetahui hal tersebut karena orang tua Maya rela menggelontorkan dana besar untuk menutupi kasus ini dari media.Hari ini adalah mediasi pertama yang difasilitasi oleh pihak berwajib untuk mencari jalan damai sebelum kasus tersebut benar-benar naik ke pengadilan. Namun, Bastian tetap pada pendiriannya. Ia menolak segala tawaran damai yang diajukan oleh keluarga Maya, termasuk janji uang ataupun ancaman yang sebelumnya dilontarkan.Maya yang semakin terpojok merasa geram. Amarahnya mencuat, membuatnya bersikeras datang ke rumah Bastian bersama kedua orang tuanya, Gery dan Ami. Mereka berharap bisa berbicara langsung dengan Bastian untuk mencari celah memengaruhi keputusan pria itu.Ya, semenjak kasus Maya terus berg

    Last Updated : 2024-12-07
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keakraban Yang Mulai Terjalin

    Rania meninggalkan Bastian di ruang tamu, sementara langkahnya menuju kamar terasa berat. Di dalam, si kecil Bintang yang kini hampir lima belas bulan tampak asyik menonton acara anak-anak di televisi. Rania mengangkat putranya dari ranjang kecil yang dipagari untuk keamanannya, lalu mengusap lembut kepala bocah itu sambil berbisik, “Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu, Nak.”Di ruang tamu, Cucu datang membawa secangkir kopi panas, senyumnya ramah seperti biasa. “Minumlah dulu kopinya, Nak Bastian. Perjalanan jauh pasti melelahkan,” katanya, meletakkan cangkir di meja kecil di hadapan Bastian.“Terima kasih, Tante," jawab Bastian dengan sopan. Ia mencoba bersikap santai, tapi pandangannya terus tertuju ke arah pintu kamar yang baru saja dimasuki Rania.Tak lama, Rania muncul kembali dengan Bintang dalam gendongannya. Bocah itu terlihat sehat dan lucu dengan rambutnya yang mulai tebal dan wajahnya yang polos. Rania mendekati ruang tamu, lalu duduk di sofa berseberangan dengan Bas

    Last Updated : 2024-12-08
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Tetap Pada Pendirian

    Pagi di Lembang menyambut Bastian dengan udara segar yang menusuk kulit. Hembusan angin lembut membawa aroma tanah basah khas pegunungan. Ia berdiri di balkon kamar hotelnya, memandang jauh ke perbukitan hijau yang seakan menjadi pelipur hatinya yang selama ini dipenuhi kegalauan.Semalam masih segar di benaknya—tatapan lugu Bintang, tawa kecilnya saat mencoba mainan baru, dan momen singkat yang untuk pertama kalinya membuat Bastian merasa benar-benar utuh. Ada sesuatu yang selama ini hilang, dan ia menyadari, itu adalah peran seorang ayah yang selama ini ia abaikan.Namun, kenyataan memanggilnya kembali. Bastian tahu, ada banyak hal yang menunggunya di Jakarta, termasuk jadwal mediasi dengan Maya. Menghela napas panjang, ia mencoba menguatkan diri. Rasa enggan untuk meninggalkan Lembang begitu nyata, tapi tanggung jawab di kota besar tidak bisa ia hindari.Setelah membersihkan diri dan mengenakan setelan kasual yang rapi, Bastian turun ke restoran hotel u

    Last Updated : 2024-12-09
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maya Kembali Tantrum

    Satu bulan berlalu, dan langkah Bastian yang teguh akhirnya membawa kasus ini masuk ke ranah pengadilan. Maya kini resmi berstatus sebagai terdakwa. Meski tidak ditahan, tekanan yang ia rasakan semakin berat. Orang tuanya mengerahkan segala upaya—dari koneksi hingga uang—untuk menjaga kasus ini tetap jauh dari sorotan publik. Nama baik keluarga dan reputasi perusahaan menjadi taruhan besar dalam situasi ini.Hari ini Maya menghadiri sidang pertama. Wajahnya tampak kusut, matanya menunjukkan tanda kelelahan yang tidak bisa disembunyikan. Setelah keluar dari ruang sidang, Maya masuk ke mobil mewah keluarganya yang menunggunya di luar. Namun, perjalanan kembali ke rumah terasa sepi, hanya diiringi dengan pikiran-pikiran yang berputar di kepalanya.Di tengah tekanan yang menghimpit, Maya masih mencoba memikirkan cara untuk berdamai dengan Bastian. Ia sadar bahwa kemungkinan terburuk, seperti penahanan atau hukuman berat, bisa saja menjadi kenyataan jika situasi ini terus berlanjut. Namun,

    Last Updated : 2024-12-09
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Makan Malam Bersama Rania

    Pengadilan di Jakarta pagi ini terasa lebih sibuk dari biasanya. Suara langkah kaki bercampur dengan dengungan suara dari ruang-ruang sidang yang penuh sesak. Di salah satu ruangan mediasi, suasana tegang masih terasa meskipun sesi sudah berakhir. Aroma kayu dari meja panjang dan bangku-bangku yang melingkar memenuhi ruangan itu, seolah menyerap setiap emosi yang meluap-luap sejak pagi.Bastian tampak duduk dengan tubuh sedikit membungkuk, tangannya memijat pelipis. Gurat kelelahan begitu jelas di wajahnya. Lingkaran hitam di bawah matanya menjadi saksi malam-malam panjang yang ia habiskan memikirkan jalan keluar dari semua kekacauan ini. Selama mediasi, ia lebih banyak diam, membiarkan pengacaranya berbicara. Sesekali ia mengangguk, tetapi sorot matanya kosong, seakan pikirannya berada di tempat lain.Maya, yang duduk di seberangnya, terus berusaha mendominasi pembicaraan. Sesekali ia menghela napas panjang, berusaha menunjukkan bahwa ia adalah pihak yang dirugikan. Sementara itu, Ami

    Last Updated : 2024-12-10
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Aku, Ingin Memperbaiki Semuanya

    Beberapa menit berlangsung dengan keheningan. Baik Bastian maupun Rania tidak mengucap sepatah kata pun. Hanya senyuman yang terukir di bibir masing-masing sampai akhirnya terdengar kembali suara Bastian di antara mereka.“Rania,” suara Bastian terdengar pelan, hampir seperti bisikan, namun cukup untuk membuat Rania mendongak.“Hm?” sahut Rania singkat, meletakkan gelasnya perlahan. Tatapannya penuh kehati-hatian, seolah tak ingin terjebak dalam percakapan yang terlalu dalam.Bastian menarik napas panjang, mencoba menyusun kata-kata. Tangannya mengusap pelan tepi meja kayu itu. “Aku tahu… tidak mudah bagimu untuk setuju bertemu denganku malam ini.”Rania diam. Ia hanya memandangi Bastian, menunggu pria itu melanjutkan.Bastian tersenyum kecut, mencoba meredam gugup yang perlahan menjalari tubuhnya. “Aku ingin minta maaf, Rania. Atas semua yang terjadi di masa lalu. Atas tuduhan-tuduhan yang aku lonta

    Last Updated : 2024-12-11
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maya Mulai Tahu

    Mobil SUV hitam yang dikendarai Bastian perlahan berhenti di depan halaman rumah Rania. Malam di Lembang terasa sunyi, hanya diselingi suara gemerisik dedaunan yang tertiup angin. Rania membuka pintu mobil, lalu melangkah keluar sambil membenahi ujung jaket hangat yang dikenakannya. Ia menoleh ke arah Bastian dengan senyum tipis.“Terima kasih sudah mengantar,” ucap Rania dengan nada formal.Bastian membalas dengan senyum kecil. “Sama-sama.” Namun, alih-alih hanya membalas dari dalam mobil, ia ikut membuka pintu dan turun, seolah ingin mengabaikan kenyataan bahwa Rania tidak memberinya undangan untuk itu.Rania hanya bisa menghela napas, merasa tak punya alasan untuk menolak secara langsung. Ia melangkah menuju pintu rumah dengan Bastian mengikutinya beberapa langkah di belakang.Pintu rumah terbuka saat mereka mendekat. Cucu berdiri di ambang pintu dengan senyum ramah, seperti biasa. “Rania, kamu sudah pulang,” katanya

    Last Updated : 2024-12-11
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mencoba Menarik hati, Lagi

    Pagi itu, suasana ruang makan rumah Bastian dan Maya dipenuhi keheningan yang menyesakkan. Bastian duduk di ujung meja makan, mengenakan kemeja putih yang terlihat rapi namun tidak mengurangi kesan dingin pada dirinya. Maya, yang biasanya bersikap ceria, kini tampak lebih pendiam. Wajahnya dihiasi raut tegang saat ia berusaha mengaduk secangkir teh di depannya.Hanya suara lentingan cangkir dan piring yang beradu dengan sendok terdengar di antara mereka. Tidak ada kata yang terucap, tidak ada pandangan yang bersilang. Kehadiran mereka dalam satu ruang terasa seperti dua dunia yang terpisah.Beberapa menit berlalu, Maya menghela napas panjang. Ia meletakkan sendoknya dengan perlahan, menatap Bastian yang masih menunduk memandangi ponselnya. Dengan suara yang ia buat selembut mungkin, ia mulai membuka percakapan.“Bastian,” ucap Maya dengan nada penuh kehati-hatian. “Aku ingin meminta maaf. Aku tahu apa yang kulakukan dulu salah... dan aku hampir menghancurkan segalanya. Tapi aku benar-

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Ketegasan Rania

    Malam menjelang, suasana di kamar Rania terasa begitu hening. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar di sela-sela lamunannya. Ia duduk di tepi ranjang, memeluk lutut sambil menatap kosong ke arah jendela yang sedikit terbuka. Angin malam yang sejuk menyelinap masuk, mengusap lembut wajahnya yang terlihat sendu.Kehadiran Bastian tadi siang benar-benar mengusik pikirannya. Entah kenapa, ada perasaan yang sulit ia jelaskan setiap kali berhadapan dengan pria itu. Apalagi, saat melihat bagaimana Bastian memandang Bintang—anak yang selama ini ia besarkan sendiri tanpa kehadiran seorang ayah.Satria juga ada di sana. Pria itu seolah tidak pernah menyerah untuk mendekatinya dan berusaha mengambil peran dalam hidupnya dan Bintang. Rania menghela napas berat. Kepalanya semakin penuh dengan berbagai pikiran yang berputar tanpa henti.Tiba-tiba, suara nada dering ponselnya membuyarkan lamunannya. Dengan ragu, ia meraih ponsel yang tergeletak di meja nakas. Nama Bastian terpampang jel

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Pertemuan yang Penuh Ketegangan

    Hari itu, udara Bandung terasa sejuk dengan semilir angin yang menyusup di sela-sela pepohonan. Di rumah keluarga Rania, suasana terasa hangat. Di ruang makan, meja panjang telah dipenuhi hidangan, tanda mereka bersiap untuk makan siang bersama. Rania duduk bersama kedua orang tuanya, Rita dan Boby, serta ibu angkatnya, Cucu. Satria juga ada di sana, duduk di samping Bintang, sambil bercanda dengan bocah kecil itu.Tawa Bintang mengisi ruangan. Anak itu begitu riang ketika Satria menunjukkan cara membuat origami sederhana dari tisu."Om Satria bisa bikin ini lagi?" tanya Bintang sambil memegang hasil origami berbentuk burung kecil."Tentu, Bintang. Om bisa buat yang lebih bagus lagi kalau kamu mau," jawab Satria sambil tersenyum hangat.Namun, suasana ceria itu tiba-tiba terhenti ketika terdengar suara bel dari pintu depan. Semua kepala menoleh ke arah sumber suara."Siapa, ya?" gumam Rita sambil melirik Rania."Aku buka pintu, Ma," ujar Rania sambil beranjak.Saat pintu terbuka, Rani

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maaf, Aku Tidak Suka!

    Pagi itu, sinar matahari masuk melalui jendela ruang keluarga rumah Rania. Di atas meja, beberapa cangkir teh hangat tersusun rapi, sementara di ruang tamu terdengar tawa renyah Bintang yang sedang bermain di atas karpet bersama mobil-mobilan kecilnya.“Ma, lihat ini!” teriak Bintang sambil menunjukkan mainan barunya yang kemarin ia beli bersama Rania.Sebelum Rania sempat menjawab, suara bel rumah berbunyi.“Sebentar, Bintang,” kata Rania sambil melangkah ke pintu.Begitu pintu terbuka, seorang pria dengan setelan kasual—kaus putih dan celana jeans—tersenyum hangat. Satria, pria yang belakangan ini sering mampir ke rumah Rania, berdiri dengan sebuah kantong kertas besar di tangannya.“Pagi, Rania. Ini untuk Bintang,” ujarnya sambil menyerahkan kantong itu.Rania melirik kantong tersebut, lalu ke arah Satria dengan ekspresi sedikit bingung. “Kamu nggak perlu repot-repot setiap kali datang, Mas.”Satria hanya tertawa kecil. “Aku nggak merasa repot, kok. Aku senang bisa membawakan sesua

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Dunia Baru Maya

    Kepulan asap pesawat terbang tampak membumbung tinggi di udara Bandara Soekarno-Hatta. Maya berdiri di tepi jendela kaca besar di ruang tunggu, memandang ke arah landasan pacu. Matanya kosong, wajahnya lelah, tetapi bibirnya tetap membentuk garis tegas seolah ia tidak ingin menunjukkan kelemahan. Di tangannya, paspor dan tiket penerbangan ke Frankfurt, Jerman, tergenggam erat.Hari ini, segalanya berubah. Perceraian yang baru saja disahkan beberapa minggu lalu telah menghapus statusnya sebagai istri dari Bastian, seorang pengusaha ternama di Jakarta.“Bu Maya, sudah waktunya boarding,” suara sopir pribadinya memecah keheningan.Maya menoleh sekilas. “Kamu pulang saja. Terima kasih sudah mengantarkan,” jawabnya singkat.Pria itu mengangguk hormat sebelum pergi, meninggalkan Maya sendirian.Maya menarik napas panjang dan berjalan menuju gerbang keberangkatan. Sepanjang langkahnya, ingatan tentang rumah megah yang pernah ia tinggali bersama Bastian menghantui pikirannya. Di sana, ia pern

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kerinduan Terhadap Kampung Halaman

    Pagi ini, aroma embun bercampur harum bunga dari taman rumah Rania membuat suasana terasa sejuk. Udara segar Bandung menjadi pelengkap sempurna untuk perjalanan menuju Lembang. Sebuah mobil SUV hitam mewah sudah terparkir rapi di depan rumah, menunggu penumpangnya.Seorang sopir pribadi berdiri di sisi mobil, mengenakan seragam rapi, sementara seorang bodyguard berjaga tidak jauh darinya. Tugas mereka hari ini adalah memastikan perjalanan keluarga Rania berjalan lancar dan aman.Rania muncul dari dalam rumah, mengenakan pakaian kasual tetapi tetap elegan. Rambutnya yang tergerai membuat wajahnya terlihat segar meski kesibukan akhir-akhir ini menguras energinya. Di sampingnya, Bintang berlari kecil dengan semangat khas anak kecil, menggenggam tangan boneka superhero kesayangannya.“Mama, nanti di Lembang kita bisa lihat bunga banyak, kan?” tanya Bintang dengan mata berbinar.“Tentu saja, Sayang,” jawab Rania sambil mengusap kepala p

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keteguhan Hati Bastian

    Siang itu, matahari menyinari gedung perkantoran megah yang menjadi pusat kesibukan Bastian sehari-hari. Di lantai paling atas, ruangan kantor Bastian tampak luas dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta yang sibuk. Suasana ruangan beraroma kopi dan kayu cedar, mencerminkan kepribadian Bastian yang tegas dan profesional.Seorang asisten mengetuk pintu sebelum membukanya. “Pak Bastian, ada Bu Ami dan Pak Gery yang ingin bertemu.”Bastian, yang tengah duduk di belakang meja kerjanya, menghentikan pekerjaannya sejenak. Ia menatap asistennya dengan ekspresi tenang. “Persilakan mereka masuk.”Beberapa saat kemudian, Ami dan Gery memasuki ruangan. Ami mengenakan gaun pastel elegan, sementara Gery terlihat rapi dalam setelan formal. Mereka memasang senyum ramah, meskipun ketegangan terlihat di mata mereka.“Selamat siang, Mami, Papi,” sapa Bastian sambil berdiri dan menjabat tangan mereka. “Silakan duduk.”“Terima kasih, Nak,” jawab Ami dengan nada lembut, berusaha me

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Seketika Marah

    Pagi itu, sinar matahari yang hangat menerobos masuk melalui jendela besar di ruang makan. Aroma roti panggang yang baru keluar dari oven bercampur dengan wangi kopi hitam yang pekat memenuhi udara, menciptakan suasana nyaman di rumah keluarga Rania.Di meja makan besar, keluarga kecil itu berkumpul. Boby dan Rita duduk di sisi kepala meja, sementara Cucu, ibu angkat Rania, duduk bersebelahan dengan Bintang yang sibuk menyendokkan bubur ke mulut kecilnya. Rania, mengenakan gaun rumah sederhana berwarna pastel, duduk di sisi lain meja, tampak menikmati secangkir teh hangat.“Mama, tolong minta rotinya,” pinta Bintang dengan suaranya yang riang.Rania tersenyum, mengambil sepotong roti panggang dan menyerahkannya ke tangan kecil putranya. “Pelan-pelan makannya, Sayang. Jangan sampai tumpah lagi, ya.”“Iya, Ma,” jawab Bintang dengan pipi yang sudah menggembung karena bubur.Suasana pagi itu begitu hangat, dipenuhi c

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Berita Yang Mengusik

    Hujan deras mengguyur Bandung sejak semalam, menciptakan suasana dingin dan temaram yang terasa menusuk hingga ke tulang. Di dalam kamar bernuansa krem yang hangat, Rania duduk di tepi ranjang, menggenggam ponselnya dengan wajah terkejut. Portal berita yang terpampang di layar menampilkan sebuah judul yang membuat dadanya berdebar."Pebisnis Ternama Bastian Pramudista Akan Ceraikan Istrinya, Maya Kartika!"Rania membaca ulang judul itu, seolah ingin memastikan bahwa matanya tidak salah menangkap kata-kata yang terpampang di sana. Ia menelusuri artikel tersebut, membacanya perlahan dengan alis berkerut.Keputusan itu tak disangka. Bastian, pria yang dulu pernah mengisi ruang hatinya, kini menjadi pusat perhatian publik karena rencana perceraian ini. Nama Maya disebut-sebut terlibat dalam skandal yang mencoreng reputasi keluarga mereka.“Bastian...” bisik Rania lirih, hampir tidak percaya.Ia meletakkan ponselnya di samping, menarik napas panjang, lalu memandang keluar jendela. Rintik h

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keputusan Bulat Bastian

    Sore ini, Bastian duduk di ruang kerjanya dengan ekspresi wajah yang gelap. Di atas mejanya, berkas-berkas yang menjadi bukti nyata perselingkuhan Maya dan penyelewengan dana yang dilakukan bersama Ronal terhampar dengan jelas. Semua bukti telah ia kumpulkan, dari laporan transaksi mencurigakan hingga foto-foto dan pesan-pesan pribadi yang tidak dapat disangkal lagi.Bastian mengepalkan tangannya, mencoba mengendalikan amarah yang bergejolak dalam dadanya. Namun, semakin ia melihat bukti-bukti itu, semakin sulit baginya untuk menahan diri. Pernikahan yang ia jaga dengan segala usahanya ternyata dihancurkan begitu saja oleh orang yang seharusnya menjadi pasangannya.“Cukup sudah,” gumamnya, suaranya penuh dengan kemarahan yang tertahan.Ia mengambil tumpukan dokumen itu, lalu melangkah cepat menuju kamar utama. Pintu kamar didorongnya dengan keras, membuat Maya yang sedang duduk di depan cermin berdandan terkejut.“Bastian?” Maya berbalik, menatap suaminya dengan bingung.Bastian tidak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status