Share

Mendapat Perhatian

Penulis: NHOVIE EN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 16:03:02
Kota Cimahi.

Rania sedang berdiri di tengah aula besar yang akan dihias menjadi tempat pertunangan mewah. Tangannya sibuk memegang lembaran sketsa dekorasi, sesekali menunjuk bagian tertentu kepada Icha dan Citra sambil memberikan arahan. Ia tampak serius, wajahnya memancarkan semangat dan fokus yang tak terganggu. Sinar matahari yang masuk melalui jendela besar memantulkan cahaya ke rambutnya, membuatnya tampak bersinar di mata seseorang yang diam-diam memperhatikan dari kejauhan.

Pria itu mengenakan setelan kasual yang tetap terlihat elegan. Ia berdiri di sudut ruangan, mengamati Rania dengan tatapan kagum. Senyum kecil menghiasi wajahnya saat melihat bagaimana Rania dengan cekatan mengatur segalanya, memimpin tim kecilnya dengan percaya diri dan penuh dedikasi. Ia lalu mengambil ponselnya, mencoba menangkap momen itu tanpa terlihat mencurigakan.

Klik.

Foto yang ia ambil menunjukkan Rania sedang membungkuk sedikit, memeriksa ornamen bunga di meja hias. Pria itu memeriksa hasilnya, te
NHOVIE EN

Apakah Aditya akan jadi orang ke tiga antara Bastian dan Rania? Atau sama saja seperti lelaki yang selama ini berusaha masuk ke kehidupan Rania, hilang begitu saja? Nanti kita lanjutkan ya ^_^

| 4
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Fatimah Azzahra
semoga si aditya ini jadi pesaing berat badtian buat ngedapatin rania sih
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
ada saingan. nih bakalan bastian aditya semoga saja dia beneran pria baik yg bisa mengalihkan perhatian rania yg bisa melindungi rania yg bisa memberi kenyamanan buat rania
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Sya
Weh Adit si Rania udah ada buntut loh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Aku, Sudah Punya Anak!

    Rania, Icha, dan Citra masuk ke dalam mobil minibus putih milik Aditya. Suasana awalnya terasa cukup nyaman, meski sedikit canggung karena mereka belum terlalu mengenal Aditya. Ketiganya duduk di bangku tengah, sementara bangku depan kosong.Setelah beberapa saat, Icha menoleh sambil berbisik pada Rania, “Mbak, masa depan kosong gitu? Nggak enak, lho. Dia kan bukan sopir kita.”Citra langsung menimpali, “Iya, Mbak. Mending mbak Rania duduk depan aja. Biar lebih sopan.”Rania mengerutkan kening. “Kenapa aku? Kalian aja yang maju.”Namun, keduanya langsung menggeleng serempak, memberikan alasan masing-masing. Icha menyahut, “Aku pusing kalau duduk di depan.”Sementara Citra menambahkan, “Aku nggak nyaman lihat jalan terlalu jelas.”Rania mendesah pelan. “Ya ampun, kalian berdua.” Akhirnya, ia menyerah dan berpindah ke kursi depan, meskipun sebenarnya ia lebih suka duduk be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Diberi Kesempatan

    Proses hukum terhadap Maya terus bergulir tanpa henti. Bastian bersikeras melanjutkan gugatannya meskipun keluarga Maya mencoba berbagai cara untuk menghentikannya. Maya telah resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh kepolisian, meskipun publik belum mengetahui hal tersebut karena orang tua Maya rela menggelontorkan dana besar untuk menutupi kasus ini dari media.Hari ini adalah mediasi pertama yang difasilitasi oleh pihak berwajib untuk mencari jalan damai sebelum kasus tersebut benar-benar naik ke pengadilan. Namun, Bastian tetap pada pendiriannya. Ia menolak segala tawaran damai yang diajukan oleh keluarga Maya, termasuk janji uang ataupun ancaman yang sebelumnya dilontarkan.Maya yang semakin terpojok merasa geram. Amarahnya mencuat, membuatnya bersikeras datang ke rumah Bastian bersama kedua orang tuanya, Gery dan Ami. Mereka berharap bisa berbicara langsung dengan Bastian untuk mencari celah memengaruhi keputusan pria itu.Ya, semenjak kasus Maya terus berg

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keakraban Yang Mulai Terjalin

    Rania meninggalkan Bastian di ruang tamu, sementara langkahnya menuju kamar terasa berat. Di dalam, si kecil Bintang yang kini hampir lima belas bulan tampak asyik menonton acara anak-anak di televisi. Rania mengangkat putranya dari ranjang kecil yang dipagari untuk keamanannya, lalu mengusap lembut kepala bocah itu sambil berbisik, “Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu, Nak.”Di ruang tamu, Cucu datang membawa secangkir kopi panas, senyumnya ramah seperti biasa. “Minumlah dulu kopinya, Nak Bastian. Perjalanan jauh pasti melelahkan,” katanya, meletakkan cangkir di meja kecil di hadapan Bastian.“Terima kasih, Tante," jawab Bastian dengan sopan. Ia mencoba bersikap santai, tapi pandangannya terus tertuju ke arah pintu kamar yang baru saja dimasuki Rania.Tak lama, Rania muncul kembali dengan Bintang dalam gendongannya. Bocah itu terlihat sehat dan lucu dengan rambutnya yang mulai tebal dan wajahnya yang polos. Rania mendekati ruang tamu, lalu duduk di sofa berseberangan dengan Bas

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Tetap Pada Pendirian

    Pagi di Lembang menyambut Bastian dengan udara segar yang menusuk kulit. Hembusan angin lembut membawa aroma tanah basah khas pegunungan. Ia berdiri di balkon kamar hotelnya, memandang jauh ke perbukitan hijau yang seakan menjadi pelipur hatinya yang selama ini dipenuhi kegalauan.Semalam masih segar di benaknya—tatapan lugu Bintang, tawa kecilnya saat mencoba mainan baru, dan momen singkat yang untuk pertama kalinya membuat Bastian merasa benar-benar utuh. Ada sesuatu yang selama ini hilang, dan ia menyadari, itu adalah peran seorang ayah yang selama ini ia abaikan.Namun, kenyataan memanggilnya kembali. Bastian tahu, ada banyak hal yang menunggunya di Jakarta, termasuk jadwal mediasi dengan Maya. Menghela napas panjang, ia mencoba menguatkan diri. Rasa enggan untuk meninggalkan Lembang begitu nyata, tapi tanggung jawab di kota besar tidak bisa ia hindari.Setelah membersihkan diri dan mengenakan setelan kasual yang rapi, Bastian turun ke restoran hotel u

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maya Kembali Tantrum

    Satu bulan berlalu, dan langkah Bastian yang teguh akhirnya membawa kasus ini masuk ke ranah pengadilan. Maya kini resmi berstatus sebagai terdakwa. Meski tidak ditahan, tekanan yang ia rasakan semakin berat. Orang tuanya mengerahkan segala upaya—dari koneksi hingga uang—untuk menjaga kasus ini tetap jauh dari sorotan publik. Nama baik keluarga dan reputasi perusahaan menjadi taruhan besar dalam situasi ini.Hari ini Maya menghadiri sidang pertama. Wajahnya tampak kusut, matanya menunjukkan tanda kelelahan yang tidak bisa disembunyikan. Setelah keluar dari ruang sidang, Maya masuk ke mobil mewah keluarganya yang menunggunya di luar. Namun, perjalanan kembali ke rumah terasa sepi, hanya diiringi dengan pikiran-pikiran yang berputar di kepalanya.Di tengah tekanan yang menghimpit, Maya masih mencoba memikirkan cara untuk berdamai dengan Bastian. Ia sadar bahwa kemungkinan terburuk, seperti penahanan atau hukuman berat, bisa saja menjadi kenyataan jika situasi ini terus berlanjut. Namun,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Makan Malam Bersama Rania

    Pengadilan di Jakarta pagi ini terasa lebih sibuk dari biasanya. Suara langkah kaki bercampur dengan dengungan suara dari ruang-ruang sidang yang penuh sesak. Di salah satu ruangan mediasi, suasana tegang masih terasa meskipun sesi sudah berakhir. Aroma kayu dari meja panjang dan bangku-bangku yang melingkar memenuhi ruangan itu, seolah menyerap setiap emosi yang meluap-luap sejak pagi.Bastian tampak duduk dengan tubuh sedikit membungkuk, tangannya memijat pelipis. Gurat kelelahan begitu jelas di wajahnya. Lingkaran hitam di bawah matanya menjadi saksi malam-malam panjang yang ia habiskan memikirkan jalan keluar dari semua kekacauan ini. Selama mediasi, ia lebih banyak diam, membiarkan pengacaranya berbicara. Sesekali ia mengangguk, tetapi sorot matanya kosong, seakan pikirannya berada di tempat lain.Maya, yang duduk di seberangnya, terus berusaha mendominasi pembicaraan. Sesekali ia menghela napas panjang, berusaha menunjukkan bahwa ia adalah pihak yang dirugikan. Sementara itu, Ami

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Aku, Ingin Memperbaiki Semuanya

    Beberapa menit berlangsung dengan keheningan. Baik Bastian maupun Rania tidak mengucap sepatah kata pun. Hanya senyuman yang terukir di bibir masing-masing sampai akhirnya terdengar kembali suara Bastian di antara mereka.“Rania,” suara Bastian terdengar pelan, hampir seperti bisikan, namun cukup untuk membuat Rania mendongak.“Hm?” sahut Rania singkat, meletakkan gelasnya perlahan. Tatapannya penuh kehati-hatian, seolah tak ingin terjebak dalam percakapan yang terlalu dalam.Bastian menarik napas panjang, mencoba menyusun kata-kata. Tangannya mengusap pelan tepi meja kayu itu. “Aku tahu… tidak mudah bagimu untuk setuju bertemu denganku malam ini.”Rania diam. Ia hanya memandangi Bastian, menunggu pria itu melanjutkan.Bastian tersenyum kecut, mencoba meredam gugup yang perlahan menjalari tubuhnya. “Aku ingin minta maaf, Rania. Atas semua yang terjadi di masa lalu. Atas tuduhan-tuduhan yang aku lonta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maya Mulai Tahu

    Mobil SUV hitam yang dikendarai Bastian perlahan berhenti di depan halaman rumah Rania. Malam di Lembang terasa sunyi, hanya diselingi suara gemerisik dedaunan yang tertiup angin. Rania membuka pintu mobil, lalu melangkah keluar sambil membenahi ujung jaket hangat yang dikenakannya. Ia menoleh ke arah Bastian dengan senyum tipis.“Terima kasih sudah mengantar,” ucap Rania dengan nada formal.Bastian membalas dengan senyum kecil. “Sama-sama.” Namun, alih-alih hanya membalas dari dalam mobil, ia ikut membuka pintu dan turun, seolah ingin mengabaikan kenyataan bahwa Rania tidak memberinya undangan untuk itu.Rania hanya bisa menghela napas, merasa tak punya alasan untuk menolak secara langsung. Ia melangkah menuju pintu rumah dengan Bastian mengikutinya beberapa langkah di belakang.Pintu rumah terbuka saat mereka mendekat. Cucu berdiri di ambang pintu dengan senyum ramah, seperti biasa. “Rania, kamu sudah pulang,” katanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bukti Perselingkuhan Maya?

    Hari itu, Rania dan keluarganya sedang bertandang ke Jakarta. Selain rumah mewah di Bandung, Boby memiliki rumah lain di ibu kota. Rumah megah dengan desain modern minimalis itu terletak di kawasan elit Jakarta Selatan. Tak hanya itu, Boby juga memiliki kantor cabang di pusat kota yang menjadi salah satu aset penting dalam jaringan bisnisnya.Pagi itu, keluarga mereka tiba di rumah tersebut. Rita tampak antusias mengenalkan setiap sudut rumah kepada Rania. “Lihat, ini ruang tamu utama. Desainnya memang lebih modern dibandingkan rumah di Bandung. Tapi aku tetap merasa nyaman di sini,” ucapnya sambil tersenyum.Boby menimpali dengan nada bercanda. “Nyaman, karena dekorasinya sesuai selera Mama, kan? Padahal dulu Papa ingin nuansa klasik.”Rania tersenyum mendengar celotehan kedua orang tuanya. Di sela-sela tur kecil itu, ia melihat Bintang berlari-lari kecil mengikuti langkah nenek dan kakeknya. Bocah itu tampak senang dengan lingkungan baru yang penuh kejutan.Setelah makan siang, mere

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Makan Malam Istimewa

    Malam itu, ruang makan di rumah mewah milik Boby dan Rita dipenuhi suasana hangat. Meja panjang yang dihiasi vas bunga mawar putih di tengahnya terlihat penuh dengan hidangan lezat. Keluarga kecil yang baru saja merasakan kebahagiaan sejati selama beberapa bulan terakhir duduk bersama, menikmati waktu makan malam yang istimewa.Di ujung meja, Bintang, bocah kecil berusia hampir dua tahun, duduk di kursi tinggi miliknya. Wajah mungilnya tampak berseri-seri, matanya berbinar penuh antusias saat menunjuk ke arah sepiring kue cokelat yang baru saja dihidangkan oleh pelayan rumah.“Mau kue itu, Ma!” serunya, suaranya nyaring dan penuh semangat.Rania, yang duduk di sampingnya, tersenyum lembut namun tetap tegas. “Bintang, kita makan nasi dulu, ya. Kalau sudah habis, baru boleh makan kue.”Bintang mengerucutkan bibirnya, tanda ia tidak setuju. “Enggak mau! Kue dulu!”Rita, yang duduk di sisi lain meja, langsung merespons dengan nada penuh kasih. “Biarkan saja, Rania. Oma ambilkan kuenya, ya

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kehadiran Satria

    Pagi itu, suasana kediaman keluarga Boby terasa berbeda. Sinar matahari menyelinap lembut di antara tirai jendela besar, menyinari seorang wanita muda yang berdiri di depan cermin panjang. Rania tampak luar biasa anggun dalam setelan blazer putih bersih yang dipadukan dengan rok pensil senada. Rambutnya disanggul rapi, memberikan kesan profesional namun tetap bersahaja. Sebuah bros kecil berbentuk bunga tersemat di kerah blazer, menambah sentuhan manis pada penampilannya.“Kamu sudah siap, Sayang?” suara berat namun lembut Boby terdengar dari balik pintu. Pria paruh baya itu melangkah masuk, mengenakan setelan jas hitam yang membuatnya tampak semakin berwibawa. Matanya penuh kebanggaan saat memandang putri semata wayangnya.“Sudah, Pa. Tapi… masih sedikit gugup,” jawab Rania sembari tersenyum tipis. Tangannya sibuk merapikan bros di blazer, mencoba mengusir rasa gugup yang perlahan menyeruak.Boby mendekat, menepuk pundak Rania dengan lembut. “Tidak perlu gugup. Kamu pasti bisa. Papa

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Dia Memang Maya!

    Hari masih pagi ketika Boby, Rita, dan Rania tiba di Surabaya. Perjalanan ini bukan perjalanan biasa, ada misi besar yang ingin mereka selesaikan. Bersama mereka, hadir seorang pengacara andal yang dipercaya Boby untuk menangani kasus ini dengan cermat.Berkat koneksi Boby, mereka dengan mudah mendapatkan akses untuk berbicara dengan salah satu tahanan—wanita yang menjadi otak di balik penyekapan Rania. Suasana di ruangan khusus tempat pertemuan berlangsung terasa dingin dan penuh ketegangan. Wanita itu duduk di seberang mereka, dengan raut wajah keras yang menggambarkan pengalaman hidup penuh lika-liku.“Siapa kalian? Apa yang kalian inginkan?” tanya wanita itu, memecah keheningan dengan nada menantang.Boby duduk dengan tenang, memperhatikan wanita itu dengan tatapan tajam. “Kami ingin tahu kebenaran. Siapa yang menyuruhmu mencelakai putriku?”Wanita itu mendengus, mengalihkan pandangannya. “Saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan.”Rita menghela napas, mencoba pendekatan yang lebih

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mereka Tertangkap

    Suasana malam itu masih hening. Boby dan Rita masih saling pandang seraya memerhatikan putri mereka yang terlihat banyak menyimpan luka.Rita kemudian meraih tangan Rania, menggenggamnya dengan lembut. “Kami tidak ingin memaksa, sayang. Apa pun keputusanmu, kami akan mendukungmu. Tapi jika suatu saat kamu merasa siap untuk menghadapi Bastian, kami akan ada di sisimu.”Rania menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca. “Terima kasih, Ma. Aku hanya butuh waktu untuk menyembuhkan semuanya.”Boby berdiri, berjalan mendekati putrinya. Ia menepuk pundak Rania dengan penuh kasih sayang. “Yang penting kamu bahagia, Rania. Itu yang paling utama.”Malam itu, Rania mencoba merenung di kamarnya. Ia tahu bahwa menghindari Bastian selamanya bukanlah solusi. Namun, hatinya masih terlalu terluka untuk kembali membuka pintu bagi pria itu. Kini, yang ia butuhkan adalah waktu—waktu untuk menemukan kembali kekuatannya, waktu untuk menyembuhkan lukanya, dan waktu untuk menentukan langkah berikutnya dalam hidu

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maya Melihat Rania Yang Baru

    Dua bulan berlalu, dan kehidupan Rania berubah drastis. Kini ia bukan lagi gadis sederhana yang hidup di Lembang, melainkan seorang wanita anggun yang memancarkan pesona luar biasa. Perubahan itu begitu kentara, dari caranya berbicara hingga kepercayaan diri yang perlahan tumbuh. Namun, selama dua bulan terakhir, Rania memilih menghindar dari dunia luar, termasuk dari Bastian. Ia memutuskan untuk fokus pada dirinya, mempersiapkan diri menjadi sosok yang baru.Hari ini adalah hari besar. Untuk pertama kalinya, Rania akan diperkenalkan kepada keluarga besar dan kolega Boby serta Rita. Sebuah acara istimewa digelar di ballroom mewah salah satu hotel bintang lima di Bandung.Sore itu, ballroom tersebut dipenuhi oleh dekorasi elegan bernuansa emas dan putih. Meja-meja bundar ditata sempurna, dikelilingi tamu undangan dari keluarga besar hingga kolega bisnis Boby. Semua hadir dengan antusias, tak sabar menyaksikan kejutan malam itu.Rania berdiri di balik pintu utama ballroom, mengenakan ga

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Terbuka Pada Rita dan Boby

    Setelah keheningan sejenak yang terasa membebani di pikiran Rania, Rania pun akhirnya membuka suara. Ia pandangi wajah Rita dan Boby bergantian, mencoba meyakinkan hati kalau memang sudah saatnya ia jujur.Pada akhirnya, Rania menghela napas panjang. Ia tahu, cepat atau lambat, ia harus menceritakan semuanya. Setelah beberapa saat, ia akhirnya bersuara.“Bastian…” Rania memulai dengan suara yang gemetar. Ia menatap Rita dan Boby bergantian, mencari keberanian di mata mereka yang penuh perhatian. “Dia adalah… ayah kandung Bintang.”Rita yang tadinya tenang kini sedikit terkejut. Matanya membulat, tapi ia tetap menjaga ekspresinya agar tidak membuat Rania merasa terhakimi. Boby pun mengernyit, namun tetap sabar menunggu penjelasan lebih lanjut.“Hubungan kami dulu sangat rumit,” lanjut Rania dengan suara yang mulai bergetar. “Kami sempat berpacaran ketika masih kuliah. Kami sempat punya Impian untuk hi

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Membuka Kisah Lama

    Udara malam di taman belakang rumah Boby dan Rita terasa sejuk, dihiasi gemerlap bintang di langit yang cerah. Gemericik air dari kolam kecil di tengah taman memberikan ketenangan tersendiri. Rania duduk di salah satu kursi taman, ditemani secangkir cokelat hangat yang mengepul di tangannya. Boby dan Rita duduk di seberangnya, masing-masing dengan secangkir cokelat dan sepiring brownies di atas meja kecil di antara mereka.Setelah Bintang terlelap, mereka memutuskan ini waktu yang tepat untuk berbincang lebih dalam. Boby membuka percakapan dengan suara lembut namun penuh ketegasan.“Rania,” katanya, menatap putrinya dengan penuh haru, “Ada hal yang selama ini belum sempat kami ceritakan. Kami ingin kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi dulu.”Rania memandang ayah kandungnya dengan ekspresi campur aduk. Ia tahu percakapan ini penting, namun ia tidak menyangka akan langsung membahas masa lalu.“Dulu,” Boby melanjutkan, &l

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kebahagiaan Baru Untuk Bintang

    Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam ketika sebuah mobil SUV hitam berhenti perlahan di depan rumah kecil yang dulunya dihuni oleh Rania di Lembang. Lampu depan mobil itu memancar terang, menerangi halaman yang tampak sunyi. Dari dalam mobil, seorang pria bertubuh tegap dengan wajah yang memancarkan ketegasan turun. Itu adalah Bastian.Langkahnya mantap menuju pintu utama. Tangannya mengetuk dengan sopan, berharap suara ketukan itu akan memanggil seseorang dari dalam. Namun, alih-alih melihat Rania atau Cucu, seorang gadis muda yang tak dikenalnya membuka pintu.“Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?” Gadis itu menyapa ramah, menatap Bastian dengan sedikit rasa heran.“Selamat malam,” Bastian menjawab sambil melirik ke dalam rumah yang terlihat berbeda dari yang ia ingat. “Rania dan Bintang ada di rumah?” tanyanya langsung.Gadis itu tersenyum kecil. “Oh, maaf, mbak Rania dan keluarganya sudah pindah ke Band

DMCA.com Protection Status