Share

Bab 2

Penulis: Liazta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-22 22:15:37

Perawat yang berada di dalam ruang NICU keluar memanggil dokter Rizki. "Dokter kondisi pasien semakin kritis."

Dokter itu beranjak dari duduknya dan berlari masuk ke ruang ICU.

Eliza sudah tidak berkata apa-apa lagi.

Wanita itu hanya terus berdoa agar sang putra bisa selamat. Dia tidak sanggup dan belum mampu untuk ditingkatkan putranya.

Bahkan, saat hari sudah berganti, wanita itu tetap duduk di depan ruangan.

Tulangnya sudah terasa lemas dan tidak sanggup untuk berdiri. Barulah ia merasakan denyutan nyeri di telapak kakinya saat efek bius menghilang. 

Ceklek!

Seorang perawat tampak membuka ruangan NICU.

Hal ini membuat Eliza seketika berdiri.

"Sus, apa saya boleh masuk ke dalam?" tanyanya.

"Maaf Bu, kita harus menunggu dokter dulu. Ibu juga di minta ke kasir, untuk menyelesaikan administrasi."

"Baik, Mbak."

Eliza menuruti perintah perawat untuk kasir.

Reaksi obat bius yang sudah mulai hilang membuat dia kembali merasakan sakit dan nyeri di telapak kakinya.

Wanita itu lantas berjalan dengan menyeret kakinya yang terasa sangat sakti.

Tak butuh waktu lama, administrasi dengan cepat diselesaikan.

Eliza kembali ke ruang NICU tempat anaknya dirawat dan dokter yang menangani putranya sudah di depan pintu NICU.

"Dok...?" Eliza bertanya dengan bibir gemetar, "Bagaimana kondisi anak saya?"

"Maaf, nyawa bayi, ibu tidak bisa tertolong."

Deg!

Mendengar perkataan sang dokter, jantung Eliza seakan berhenti berdetak. Penglihatannya mulai buram dan gelap. Dalam waktu beberapa detik, dia sudah tidak sadar.

Eliza dibawa ke ruang UGD untuk mendapatkan penanganan.

Tim medis yang ada di rumah sakit, hanya bisa memandang ibu muda itu dengan rasa kasihan.

Setelah pingsan sekitar 1 jam, Eliza kemudian sadar. Dia memandang ke sekelilingnya dan melihat perawat berada di dalam ruangan tersebut.

"Ibnu, Ibnu!" Eliza menangis histeris dan memanggil nama putranya.

"Ibu, harus tenang," kata perawat.

"Suster di mana anak saya? Anak saya tidak apa-apa kan sus? Anak saya sudah bisa saya bawa pulan kan sus?" Eliza bertanya dengan tersenyum. Namun cairan bening terus saja membasmi pipinya.

Eliza yakin bahwa apa yang dikatakan dokter itu hanya mimpi. Atau dokter itu hanya sedang bercanda.

"Tapi jika belum boleh di bawa pulang, tidak apa-apa juga. Saya tidak masalah jika bayi saya di rawat untuk beberapa hari. Jika dia sudah sembuh, saya akan bawa pulang." Elizabeth tersenyum memandang perawat yang berdiri di samping tempat tidurnya.

Perawat itu diam beberapa saat. Meskipun tidak tega namun dia tetap harus mengatakan kepada ibu dari pasiennya tersebut. "Jenazah bayi sedang disiapkan untuk dibawa pulang," jawab perawat.

Eliza menangis sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ketika mendengar jawaban si perawat.

"Anak saya pasti sehat, dia hanya demam." Eliza tertawa kecil. Dia terus menolak kenyataan yang ada.

"Ibu harus tabah, apa ada pihak keluarga yang bisa dihubungi terutama ayah pasien?" tanya perawat. Jika kondisi ibu bayi, depresi seperti ini mana mungkin bisa mengurus jenazah.

Eliza diam beberapa saat. Ini adalah suatu kenyataan yang harus dia terima. Dia harus bisa kuat demi anaknya. "Saya tidak punya keluarga sus, ayahnya juga sedang sibuk. Saya akan urus semuanya sendiri. Apa saya bisa di antarkan untuk melihat jenazah anak, saya?"

Hatinya begitu terluka, atas apa yang di lakukan oleh sang suami. Menghubungi Sandy, juga tidak ada gunanya.

Anaknya telah pergi!

Eliza juga tidak berniat meminta pria itu mengurus jenazah anaknya.

Diam-diam, perawat di samping Eliza merasa tidak tega. "Mari ibu saya antar."

"Terima kasih sus," Eliza berjalan dengan tertatih. Meskipun perawat menawarkan kursi roda, namun dia menolak dan memilih berjalan sendiri.

Eliza melihat anaknya yang sudah di tutup kain putih. Kakinya terasa lemas ketika melihat bayinya yang berumur 3 bulan, sedang berbaring di atas tempat tidur. Secara berlahan dia membuka kain dan melihat wajah bayinya.

"Nak, kenapa pergi tinggalkan ibu seperti ini. Ibu gak sanggup nak, benar-benar gak sanggup." Eliza menangis sambil memeluk anaknya.

Mengapa saat dia mengalami hal berat seperti ini, dia harus menjalaninya sendiri? 

Sebenarnya,  di mana kebahagiaan yang  dijanjikan suaminya?

Dulu Sandy datang ke desanya untuk melamarnya dan berjanji di depan ibunya, untuk membagikan Eliza. Namun ternyata pria itu ingkar!

Eliza terus menangis sambil memeluk tubuh yang sudah tidak bernyawa. Sedangkan perawat, hanya diam melihatnya.

"Kapan saya bisa membawa anak saya pulang?"

"1 jam lagi, apa ibu mau bayinya langsung dimandikan?"

 Eliza mengusap pipi bulat bayinya. "Tidak sus, saya ingin memandikan anak saya di rumah."

"Apa ibu mau membawa bayi ibu pakai ambulan?"

"Iya sus," jawabnya lemah.

"Apa suster bisa membantu saya untuk mengurus administrasinya?" Eliza mengusap air matanya. Tubuhnya terasa lemas, dan tidak mampu untuk berjalan.

"Baiklah tunggu sebentar," jawab si perawat.

Perawat itu pergi dan kemudian kembali dengan membawakan kwitansi pembayaran.

Eliza melihat nominal yang harus dibayar termasuk biaya mobil ambulans.

"Suster uang saya hanya ada segini dan ini cincin saya sebagai jaminan. Nanti setelah anak saya selesai pemakaman, saya akan datang lagi ke sini untuk membayar sisanya."

"Baik ibu," jawab si perawat yang kemudian pergi.

Eliza terus menangis sambil memeluk putranya. Apa yang terjadi hari ini, seperti mimpi untuknya. Kemarin dia baru menyaksikan sang putra bisa telungkup dan kembali telentang. Pagi semalam dia masih melihat senyum bayinya belum tumbuh gigi. Tadi malam, dia juga masih mendengar suara tangis putranya. Namun pagi ini dia sudah melihat jenazah buah hatinya.

"Ibu, ambulance nya sudah siap, mari saya antar ke parkir belakang."

Eliza hanya menganggukkan kepalanya sambil mengendong anaknya. Dia masuk ke dalam mobil ambulans dan duduk di kursi depan.

Duduk di dalam ambulance seperti ini mengingatkannya ketika sang ibu meninggal beberapa bulan yang lalu.

Namun sekarang dia kembali duduk di dalam mobil ambulans membawa putranya....

***

Tiba di rumah, beberapa tetangga terkejut akan kedatangan Eliza.

Terlebih, mendengar raungan Eliza terhadap sang putra.

"Ibnu, ayo bangun nak, ini sudah jam mimik." 

Kebetulan, air susu Eliza keluar dengan deras hingga membuat daster yang dipakainya basah. Biasanya jika seperti ini, maka ini sudah jadwal putranya meminum ASI.

Tapi, putranya justru terbujur kaku.

"Nak, jangan tinggalkan ibu di rumah ini sendiri. Ibu suka takut kalau sendiri di rumah." Eliza menangis pilu.

Suara tangisnya membuat orang yang mendengar tidak tega dan ikut menangis.

"Ibu tidak sanggup kalau Ibnu pergi. Siapa nanti yang menemani ibu tidur kalau malam?"

Suami Eliza sangat jarang pulang. Dalam satu Minggu, hanya satu hari di rumah. Selebihnya di luar kota, katanya.

Wanita paruh baya yang merupakan tetangga Eliza mencoba untuk menenangkan wanita muda itu.

"Eliza, sabar nak." 

Namun, Eliza terus menangis dan meratapi nasibnya. "Kenapa Ibnu tinggalkan ibu sendiri, Nak, ayo bangun." 

"Ada apa ini?"

Suara pria yang sangat dikenal Eliza tiba-tiba terdengar.

Sandy, sang suami, tampak masuk ke dalam rumah dengan kaki yang terasa begitu lemas.

Melihat wajah putranya yang seperti sedang tertidur membuat dia kembali menangis. 

Sedangkan wanita yang ikut bersama dengannya, duduk di samping Sandy sambil memeluk tubuh pria tersebut.

Terlihat jelas bahwa wanita itu menunjukkan bahwa dia sangat perduli terhadap Sandy. Tanpa menghiraukan Istri Sandy yang saat ini terpukul karena kehilangan anaknya.

"Sayang, apa yang terjadi? Mengapa anak kita meninggal?" Sandy tiba-tiba memegang tangan Eliza. Namun wanita itu menepis tangannya dengan kasar.

Marah, kecewa dan sakit akan kehilangan membuat Eliza begitu membenci suaminya.

Orang-orang yang berada di dalam rumah menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara tangis dan teriakan dari sana. Beberapa orang wanita dan pria kembali masuk ke dalam rumah.

Mereka adalah mertua dan saudara ipar Eliza!

"Apa yang terjadi terhadap cucuku, mengapa cucuku bisa meninggal?"

Mertua Eliza datang dan langsung membentaknya keras!

Eliza sendiri hanya menatap kosong. Jiwanya seolah sudah tak ada di situ.

Hal ini membuat sang mertua semakin murka. "Dasar wanita kampung tidak berguna. Hanya mengurus satu anak saja kau tidak bisa!" bentaknya, lalu menarik rambut Eliza di depan mayat cucunya....



Komen (55)
goodnovel comment avatar
Alluna
seru, penasaran selanjutnya
goodnovel comment avatar
Lusi Evita
seru sekali sy suka
goodnovel comment avatar
Erza Suherza
Mertua dan suami yg gk tanggung jawab itu ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 3

    Apa yang dilakukan oleh wanita itu membuat orang-orang di sana terkejut! Sandy sendiri langsung mencegah sang ibu. "Mama jangan seperti ini, kasihan Eliza!" ucapnya. "Kasihan kamu bilang? Wanita ini tidak becus. Dia benar-benar wanita kampung yang tidak berpendidikan. Sudah mama bilang sama kamu jangan menikahinya, kamu tetap saja menikahinya. Lihatlah mengurus satu anak pun dia tidak bisa. Lihat cucuku mati karena wanita ini. " Wati menangis dan semakin menarik kuat rambut Eliza. Namun, Eliza seperti sebongkah batu yang tidak merespon apapun. Matanya terus saja menatap tubuh mungil anaknya. "Seharusnya aku hanya memiliki menantu Mirna saja. Mirna wanita hebat, pintar, cerdas, berpendidikan dan memiliki pekerjaan yang baik tidak seperti kau benalu. Bahkan mengurus anak pun tidak bisa." Wati terus saja mengamuk dan menarik rambut Eliza sekuat tenaganya. Lagi-lagi, Eliza tetap tidak merespon perkataan Wati. Bahkan jika wanita itu ingin membunuhnya saat ini juga, dia akan mati

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 4.

    Nathan kini duduk di meja kerjanya.Matanya tertuju ke layar komputer namun pikirannya hanya terfokus dengan bayinya. Dia sudah mengatakan masalah ibu asi kepada maminya dan berharap sang mami bisa dengan cepat mendapatkan pendonor ASI untuk anaknya. Namun ternyata mencari pendonor ASI bukanlah hal yang mudah!Padahal, Maminya sudah mencari lewat perantara asisten rumah tangga, tetangga dekat rumah, dan teman-teman sesama sosialitanya. Namun tidak menemukan wanita yang bisa menjadi donor ASI. Karena untuk menjadi pendonor ASI ,wanita itu memang memiliki ASI yang banyak. Dan biasanya jika anak sudah berusia 1 tahun ke atas, produksi ASI pun berkurang. Kepala Nathan serasa ingin meledak ketika memikirkan ini semua.Jika tidak segera mendapatkan ibu susu untuk bayinya, dia mencemaskan tumbuh kembang anak malang tersebut. Pria itu menjangkau ponsel yang diletakkannya di atas meja dan menghubungi asisten pribadinya. Setelah berbicara dengan orang kepercayaannya itu, Nathan menutup

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 5.

    "Tentu saja rumah sakit ini sangat menerima donor ASI, kalau mbak ingin donor ASI langsung ke ruang perawatan bayi saja di lantai 4." Eliza tersenyum. "Baik mbak, terima kasih." Setelah administrasi selesai, ia pun pergi ke lantai 4 sesuai arahan dari wanita yang duduk di kasir tersebut. Eliza tahu di mana ruang perawatan bayi karena memang Ibnu lahir di sini. Setelah lahir, Ibnu sempat dimasukkan ke box inkubator karena sudah terlalu banyak minum air ketuban. Bahkan bayi Ibnu lahir dengan kondisi bibir biru dan tidak menangis.Jadi, Eliza selalu berkunjung ke ruang bayi sambil mengantarkan ASI untuk anaknya. Rumah sakit ini sungguh bersejarah.Tempat anaknya dilahirkan dan menghembuskan nafas terakhirnya.Dada Eliza seketika merasa sesak kala mengingat itu.Untungnya, dia sudah tiba di ruangan yang dimaksud.Jadi, Eliza berusaha tegar--membuka pintu dan melihat tiga perawat di ruang bayi. "Permisi sus." "Ya dek, ada apa?" tanya perawat yang sedang berjaga di ruang bayi.Mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 6

    Perawat itu diam selama beberapa detik ketika melihat senyum menawan pria satu anak tersebut. "Iya mas," jawabnya kemudian. Sudah satu minggu ini selalu bertemu dengan Nathan. Namun baru kali ini perawat itu melihat senyum di wajah tampan pria itu. "Asinya juga sangat banyak mas, jadi ini cukup untuk satu minggu ke depan." "Apa ibu itu mau menjadi pendonor tetap untuk anak saya?" "Saya belum tahu mas," jawab si perawat. "Apa saya bisa menghubungi ibu itu." Nathan sangat senang, karena dia tidak perlu susah-susah untuk mencari pendonor ASI. "Maaf mas, saya juga lupa tadi meminta nomor handphone," sesal si perawat. "Apa ibu itu meninggalkan alamat, agar saya bisa datangi ke rumahnya." Tanya dengan penuh semangat. "Maaf mas, alamatnya juga tidak ada." Nathan mendengus kesal. Dia berharap wanita yang memberikan ASI untuk anaknya bisa segera dihubungi namun ternyata tidak. "Kalau saya boleh tahu nama yang mendonorkan ASI untuk anak saya?" tanyanya dengan begitu pena

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 7

    Bagi semua orang, kuburan merupakan tempat yang paling menakutkan, namun tidak untuk Eliza. Wanita muda itu terlihat nyaman duduk di depan kuburan anaknya. Air mata mengalir dengan deras seakan tidak ada keringnya. Bahkan mata yang biasanya bulat dan besar, kini sudah terlihat sangat kecil dan sembab. "Nak, ibu mau cari kerjaan, biar gak suntuk di rumah. Ibu mau cari uang untuk beli kambing akikah, Ibnu. Soalnya ibu dah janji, untuk beli 2 kambing. Ibu juga akan membuatkan batu nisan yang cantik." Eliza memeluk tumpukan tanah kuburan anaknya dan berharap bisa melepaskan rasa rindu yang menyesakkan dada. Mau bagaimanapun orang mengatakan harus ikhlas, namun tetap Eliza belum bisa mengikhlaskan anaknya. "Nak, ibu pamit pulang ya soalnya sudah sore. Maafkan ibu yang tidak bisa meluk Ibnu. Andaikan waktu bisa di putar kembali, pagi itu ibu akan langsung bawa Ibnu ke rumah sakit. Agar Ibnu bisa langsung di rawat." Eliza mengusap papan nama anaknya dan kemudian memeluk papan itu cukup l

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 8

    Sudah 10 hari, namun rasa sakit di kakinya tidak juga hilang, hingga Eliza kesulitan berjalan. "Eliza," panggil seorang pria.Eliza tidak yakin ketika mendengar ada yang memanggil namanya. Namun tetap saja dia menghentikan langkah kakinya serta menoleh ke belakang."Hai, bagaimana kabar kamu?" Tanya pria dengan gaya sok akrabnya. "Baik," jawab Eliza yang sedikit tersenyum."Masih ingat dengan saya?" Dokter berwajah manis itu tersenyum ramah dan bertanya. "Dokter," jawab Eliza. Meskipun malam itu kondisinya sangat buruk, namun Eliza tidak bisa melupakan sang dokter yang sudah berusaha menyelesaikan anaknya. "Iya, saya dokter Rizki, senang bisa berjumpa dengan kamu lagi. Bagaimana kondisi kaki kamu?" Dokter itu bertanya dan memandang kaki Eliza.Saat Eliza lewat di depannya, dia sangat mengingat wanita muda tersebut. Rizki memanggil Eliza karena dia melihat wanita itu berjalan sambil menyeret kakinya."Masih sakit dok, mungkin sebentar lagi sehat." Eliza tersenyum dan memandang ke a

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 9

    Apa suntik mati katanya? Dokter Rizki tercengang ketika mendengar permintaan Elisa. "Saya takut suntik tapi kalau yang dikasih suntik mati, saya nggak takut." Eliza berkata dengan putus asa."Saya mengerti perasaan kamu, tapi kamu tidak boleh seperti ini. Kamu harus menyayangi diri kamu sendiri. Kasihan anak kamu, dia akan merasa sedih jika melihat ibunya menangis." Dokter itu beranjak dari duduknya dan berdiri di samping Eliza. Eliza dengan cepat menghapus air matanya. Dia hanya diam ketika dokter itu memeriksa detak jantung, perut dan tensi darahnya."Tensi darah rendah 90/70, asam lambung naik," kata dokter Rizky setelah melakukan pemeriksaan terhadap Eliza."Ada harapan untuk mati gak dok?" Eliza bertanya dengan antusias."Mati lagi yang di omongin." Dokter itu memandang Eliza dengan marah. "Yang sudah mati, dikubur, mereka menangis dan memohon agar bisa hidup kembali. Kamu yang masih hidup, malah sibuk ingin mati." Dokter itu berkata dengan kesal."Saya cuma nanya dok," Eli

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 10

    Jantung Eliza seakan ingin lepas karena terkejut melihat sosok yang berdiri di depan pintu. Pria itu seperti hantu yang seakan bisa membuat dia mati karena serangan jantung. Eliza semakin kesal ketika melihat wajah pria itu yang seakan tidak merasa bersalah padahal sudah membuat dia hampir mati karena serangan jantung. "Maaf mas saya permisi." Eliza keluar ketika pria itu sudah memberikan jalan untuknya. Sedangkan pria itu hanya diam memandang Eliza. "Tadi siapa? "Nathan bertanya ketika dia sudah duduk di depan Rizki. Sahabatnya itu seorang dokter spesialis anak, mustahil rasanya jika Rizky memiliki pasien yang sudah dewasa seperti wanita barusan. "Oh itu, cantik kan? "Rizky tidak menjawab, justru malah balik bertanya. "Selera kamu anak kecil," ejek Nathan "Walaupun kecil-kecil kan sudah bisa buat anak. Dia itu sangat baik dan ibu yang baik. Terkadang usia tidak menjamin seseorang akan lebih dewasa dan bertanggung jawab terhadap anaknya sendiri. "Rizky memandang Nath

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 307

    Kiara duduk di tepi tempat tidur dengan kaki menjuntai ke lantai. Jujur saja ia masih sangat malu ketika hendak memandang wajah tampan suaminya. Pada akhirnya wanita yang sudah berganti status itu hanya diam sambil menundukkan kepalanya."Apa ada yang hilang?" Rizky berkata sambil memandang istrinya. Kiara menggelengkan kepala dengan tersenyum malu-malu. "Jika tidak ada kenapa lihatnya ke bawah terus?" Rizky tersenyum kecil sambil menggoda istrinya. Kiara bingung harus menjawab apa. Ingin sekali mengatakan bahwa ia sedang malu dan juga gugup. Masak sih hal seperti ini Rizky tidak paham.Ya ampun kok kaku banget sih, bahkan candaannya pun garing. Rizki seakan mengutuk kebodohannya sendiri. Untuk mencari topik obrolan dengan istrinya saja dia sudah kebingungan. "Riasan make up, kamu apa nggak mau dihapus?" Rizky kembali bersuara karena istrinya itu hanya diam saja.Kiara memang sangat cantik dirias Mua terkenal. Namun tetap saja Rizki sangat suka fashion wajah natural Kiara. Yang

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 306

    Tatapan mata Aliya terus saja menuju ke arah Nathan. Dia begitu sangat kagum melihat duda satu anak tersebut. Nathan duduk sebagai saksi sambil memangku anaknya. Sedangkan Hermawan duduk memangku Yura. Gadis kecil yang bernasib malang. Eliza mengikuti arah pandangan Aliyah. Melihat tatapan Aliya yang tertuju ke arah Nathan membuat dia kesal. "Adik, Mas Nathan apa sudah punya calon istri?" Tanya Aliya dengan menunjukkan mimik wajah sebaik mungkin. Tips untuk mendapatkan pria yang diinginkan maka harus dekati adiknya. Aliya pun akan menerapkan hal tersebut. Selama ini ia beranggapan bahwa Nathan hanya menganggap Eliza sebatas adik saja, tanpa perasaan sama sekali.Belum sempat Eliza menjawab Aliya sudah menjawab sendiri pertanyaannya. "Sudah pasti belum dong ya, mana mungkin baru aja ditinggal istri sudah punya calon istri lagi." Aliya tertawa kecil sambil memandang ke arah Nathan. Mendengar jawaban dari Aliya membuat Eliza semakin kesal. Dadanya terasa panas ketika mengetahui Aliy

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 305

    Kiara sudah sangat cantik, dengan gaun berwarna putih, hijab dan juga makeup yang sempurna.Dilihatnya Mawar dan Eliza masuk ke dalam kamarnya. Kedua wanita itu tampak begitu sangat cantik, dan anggun."Kak ipar cantik sekali." Eliza tersenyum dan memuji kecantikan calon istri Rizky tersebut.Kiara tersenyum dan merasa jantungnya yang berdebar dengan cepat. Pernikahan ini seperti mimpi untuknya. Ia tidak pernah bermimpi menikah dengan Rizky, dokter yang menjadi idola di rumah sakit tempat kerjanya. Namun nyatanya pria itu akan mengucapkan ijab kabul untuknya. "Pak penghulu sudah datang, ayo kita keluar." Mawar berkata sambil mengusap tangan Kiara."Baik tante," jawab Kiara yang sudah beranjak dari duduknya. Di acara ijab kabul ini, Rizky memintanya untuk memakai hijab, karena ini merupakan acara sakral untuk mereka. "Kiara, Rizky itu memang suka cuek, tapi dia itu orangnya sangat baik sekali, pengertian juga. Tante yakin kamu sangat beruntung bisa menikah dengan Rizky." Mawar mencob

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 304

    Seorang pria berdiri di depan cermin berukuran besar dan memandang pantulan dirinya. Penampilan pria itu sudah sangat rapi dengan memakai jas putih serta peci putih. Dikeluarkannya kertas kecil dari dalam saku celananya, Iya kembaliUntuk pertama kalinya pria itu merasa gugup yang luar biasa. Dikeluarkannya kertas kecil dari dalam suka celana dan kemudian membacanya. Rizky mengulang kalimat yang sama berulang-ulang kali. Sampai dia yakin bahwa tidak ada yang salah. Dengan cepat pria itu menyimpan kertas kecil itu ke dalam saku celananya ketika melihat kepala Nathan nongol dari balik pintu. "Wow pengantin dadakan sangat keren sekali." Nanhan merupakan orang pertama yang memberikan pujian Untuk sahabatnya. Rizky tersenyum dan kembali memandang wajahnya dari pantulan cermin. "Menurutmu apa ada yang kurang?" Meskipun yakin bahwa tampilannya sudah sangat sempurna namun tetap saja dokter berwajah manis itu tidak percaya diri."Tidak ada yang kurang, sempurna," jawab Nathan sambil mengang

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 303

    "Dia kasih apa?" Rizky bertanya sambil melirik ke arah Nathan. Entah mengapa ia memiliki firasat yang tidak enak setelah mengetahui Nathan sudah menyiapkan kado untuknya. "Rahasia yang pasti katanya mas Nathan, kadonya bakal buat Liza cepat dapat keponakan." Eliza tersenyum nyengir. Eliza tidak bisa membayangkan seperti apa terkejutnya Rizky dan Kiara ketika membuka kado dari Nathan. Rizky mengerutkan keningnya ketika mendengar jawaban dari Eliza. "Dapat keponakan?"Dengan cepat Eliza menganggukkan kepalanya. "Apa yang dikasih?" tanya Rizky yang tampak begitu sangat penasaran."Rahasia," jawab Eliza yang tetap mempertahankan kepercayaan. Dia sudah berjanji dengan untuk tidak membocorkan isi kadonya. Karena itu Eliza berusaha untuk tidak mau memberitahukan isinya kepada Rizky."Nggak mungkin vitamin, Abang dokter Abang bisa kasih vitamin yang bagus untuk istri Abang." Rizky menebak-nebak kado apa yang sudah disiapkan oleh saudara angkatnya tersebut."Ya nggak mungkin vitamin," ja

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 302

    "Ya sudah pasti Nona, apalagi Nona adalah calon istri dari Dokter Rizki. Dokter Rizki itu sudah seperti anak kandung oleh Tuan Hermawan dan juga nyonya mawar. Karena itu mereka ingin acara ijab kabul ini tetap diselenggarakan dengan sangat baik. Walaupun waktunya mendadak," jelas bibi Eli.Kiara tersenyum sambil menundukkan kepalanya. Ada rasa bersalah di hatinya karena memaksa dokter itu untuk menikahinya saat ini juga. Tanpa membiarkan waktu untuk mempersiapkan pernikahan terlebih dahulu. Tapi jujur saja Kiara benar-benar takut, bagaimana jika acara belum terlaksana dan dia sudah ditemukan oleh ibu kandungnya sendiri. "Permisi," sapa seorang wanita berusia sekitar 40 tahun. Wanita itu datang dengan membawa tas makeup berukuran besar."Silakan masuk mbak." Si Bibi langsung mempersilakan wanita bertubuh gemuk tersebut. "Apa ini calon pengantinnya?" Wanita perias make up itu bertanya sambil memandang Kiara."Iya," jawab si Bibi sambil menganggukkan kepalanya."Apa sudah mandi?" Wani

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 301

    Yura harus dewasa meskipun usianya masih 4 tahun. Diusianya yang masih sangat kecil, Yura sudah merasakan kekejaman serta penganiayaan yang dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri. Gadis kecil itu sudah disuruh mencuci pakaian dengan tangan. Jika tidak bersih, tubuhnya akan dipukul dengan tali pinggang oleh Nita ataupun Indra. Yura di suruh memasak, jika gosong, tidak terasa garam, atau asin, tubuhnya akan dipukul dengan tali pinggang. Karena itu Yura selalu melakukan semuanya dengan sangat hati-hati. Bahkan adis kecil itu nyaris kehilangan nyawanya. Bersyukur ia bertemu dengan orang baik seperti Rizky. Karena itu Yura akan menjadi anak yang baik, tidak cengeng dan rajin. Yang penting Rizky tidak membuangnya."Cucu Oma pintar sekali. Bajunya bagus banget." Mawar tersenyum sambil mengusap air mata Yura. Melihat Mawar memperlakukannya dengan sangat baik membuat Yura senang. Ternyata wanita paruh baya itu tidak jahat dan juga kejam. "Iya Oma, ini Om dokter yang belikan," kata Yura denga

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 300

    "Aduhhh tante sakit, telinga aku," keluh Rizky. Didepan Mawar dokter yang penuh kharisma itu tampak seperti seekor kucing yang sangat patuh."Tahu sakit masih suka suka bikin ulah," omel Mawar. Wanita cantik itu berkata dengan marah. Namun yakinlah ini tidak marah sungguhan. Ini luapan kecemasan yang berlebihan. "Aku nggak bikin ula tante," jawab Rizky sambil memegang tangan Mawar agar tidak menambah kapasitas tenaganya."Terus ini apa namanya? Kamu itu sudah mau nikah tapi masih juga bikin orang cemas. Mana nikah main dadakan lagi?" Bibir tipis wanita paruh baya itu terus saja mengomel. Mungkin karena rasa bahagia dan juga cemas berkumpul menjadi satu."Iya, iya maaf." Rizky bernafas lega setelah Mawar melepaskan tangannya dari telinganya. Dokter berwajah manis itu mengusap telinganya yang terasa begitu sangat perih karena Mawar menarik telinganya dengan keras. Yura yang digendong Rizky tampak begitu marah memandang Mawar. Gadis kecil itu tidak suka ketika Mawar menyakiti Om dokte

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 299

    Kiara duduk dengan gelisah. Ia keluar jendela berharap Rizki segera datang. Namun sudah cukup lama menunggu dokter itu tidak kunjung datang dan hal ini yang membuat Kiara sangat cemas. Ingin sekali ia turun dari dalam mobil dan mencari dokter tersebut. Namun Kiara takut bertemu dengan Rini ataupun Lina dan juga Rudi. Pada akhirnya ia memilih untuk diam dan menunggu di dalam mobil. Kiara meremas-remas jari tanganya sendiri dan berharap rasa cemas ini segera hilang. Ia menunggu dengan jantung yang berdebar dengan cepat. Namun rasa cemasnya hilang seketika ketika melihat Rizky yang berjalan menuju ke parkiran bersama dengan Aliya dan juga Yura. Dengan cepat Kiara membukakan pintu dari dalam. Melihat pintu mobil yang sudah terbuka Rizky langsung memasukkan Yura di kursi penumpang dan disusul oleh Aliya. Aliya belum menyadari bahwa yang duduk di depan adalah sahabatnya sendiri. "Aliya, Yura." Kiara langsung menyapa Yura dan juga Aliya dengan wajah ceria. "Kiara! "Aliya tampak ti

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status