Nathan berjalan dengan langkah ringan masuk ke dalam mansion mewah milik keluarganya. Senyum mengembang di bibirnya ketika melihat wanita paruh baya yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil menikmati secangkir teh hijau. Suasana hatinya sangat baik, hanya karena mendengar bahwa istrinya memberikan ASI untuk bayinya. Kemarahan yang sempat memuncak hilang dalam sekejap. "Apa kamu baru pulang dari rumah sakit?" tanya Mawar. Melihat raut bahagia yang terpancar di wajah putranya yang tampan, Mawar tahu bahwa saat ini suasana hati Nathan sedang bagus. "Iya mi," jawab Nathan dengan tersenyum. Pria itu kemudian duduk di sofa yang berbeda didepan wanita berparas cantik meskipun usianya sudah tidak muda lagi. "Bagaimana kondisi cucu, mami?" Mawar menanyakan tentang cucunya. "Tadi Rizky mengatakan bahwa kondisi anakku sudah jauh lebih baik. Berat badannya sudah bertambah 3 on." "Benarkah? mami sangat senang mendengarnya. Besok mami akan ke rumah sakit, sudah rindu pengen lihat cucu."
Setelah tiga hari meminum obat yang diberikan dokter Rizky, Eliza merasakan kakinya yang jauh lebih baik. Bahkan dia sudah bisa memijalkan kakinya ketika berjalan.Hanya saja efek obat yang dikonsumsi, membuat matanya begitu mudah mengantuk. Atau mungkin karena Eliza yang tidak memiliki kesibukan apa-apa. Biasanya ada Ibnu yang di urus. Ganti celana setiap kali pipis. Memandikan dan bermain bersama bayi berwajah tampan itu. Namun kini semuanya hanya tinggal kenangan. Eliza mencoba untuk mengikhalskan namun ternyata semua itu terasa sangat sulit. "Nak, ibu rindu, rindu sekali." Eliza menatap foto anaknya.Andainya Eliza memiliki ponsel android, mungkin dia bisa melihat ratusan foto bayi Ibnu di sana. Eliza juga bisa menonton video bayinya yang sedang menangis. Melihat Ibnu yang baru saja pandai telungkup. Dan tersenyum ketika melihat bayi Ibnu tertawa terbahak-bahak setiap kali bermain. Namun nyatanya Eliza tidak bisa mendokumentasikan setiap momen indah itu karena dia yang hanya m
Eliza membeku ketika mendengar kata-kata mutiara yang keluar dari mulut kakak iparnya."Aku juga nggak usah, aku males kalau dipegang sama orang seperti kamu," kata kakak Sandy yang bernama Tina. Kedua wanita itu memandang Eliza dengan jijik.Mengangguk paham, Eliza pergi ke dapur untuk membuat minum. Eliza sudah terbiasa mendengarkan caci maki serta hinaan seperti ini. Namun tetap saja hatinya terasa perih dan terluka. Apa lagi kondisi emosinya yang tidak stabil setelah kepergian anaknya.Eliza berusaha berjalan dengan cepat ke dapur. Setibanya di dapur yang berukuran kecil, dia tidak langsung membuat minuman. Namun menangis terlebih dahulu. Terkadang Eliza berpikir, sampai kapan bisa bertahan ditengah-tengah keluarga Sandy, yang selalu menghina dan merendahkannya. Keluarga yang mengaku menjunjung tinggi pendidikan, namun memperlakukan orang layaknya binatang. Apakah ini ciri-ciri orang yang berpendidikan tinggi?Eliza dengan cepat menyudahi tangisnya ketika mendengar Wati memangg
Bagaikan disambar petir di siang hari, berita ini begitu sangat ngejutkan. Bahkan jantungnya sampai berhenti berdetak beberapa saat. "Adek, mas mohon dengerin penjelasan mas dulu." Sandy menggenggam tangan Eliza. Eliza hanya diam tanpa mampu mengeluarkan satu kata pun dari bibirnya. Semua ini begitu sangat mengejutkan bahkan tangan dan kakinya sampai gemetar. Apakah ini yang dikatakan penghianatan? Apa suaminya mengkhianatinya? Tapi sejak kapan?"Mas pasti sedang bercandakan?" Eliza tersenyum dan berharap suaminya hanya bercanda."Gak dek, mas tidak sedang bercanda, mas serius. Kami sudah menikah satu bulan yang lalu." Kalimat itu dengan jelas diucapkan Sandy.Cairan bening yang sejak tadi ditahan akhirnya meluncur bebas di pipi mulusnya, ketika Sandy memperjelas pengakuannya. Bagaimana mungkin Sandy bisa berbuat seperti ini. Padahal hubungan mereka sangat baik. "Saya minta maaf, saya tidak tahu kalau mas Sandy sudah menikah. Saya juga minta maaf atas meninggalnya anak kamu. Pad
"Sebaiknya kalian tidak perlu membawa papa ke sini. "Marwan berkata dengan bersusah payah. Pria yang sudah tidak berguna itu menangis melihat ini semua. Marwan gagal menjadi ayah dan suami yang baik. Dia sudah gagal mendidik istri dan anak-anaknya. "Papa harus bisa tenang. Kalau bukan karena wanita udik ini, Sandy tidak mungkin melakukan hal seperti ini dengan gadis lain," tuding Wati, tangannya terus saja menunjuk kearah Eliza. "Kau mendukung perbuatan anakmu yang seperti ini?" Pria itu berkata dengan kalimat yang kurang jelas. "Pa, mama tidak mendukung perbuatan Sandy, tapi Sandy juga tidak salah. Menantu sialan ini yang salah, dia yang membuat jelek nama keluarga kita," kata Wati dengan suara yang kerasnya. Sandy dan Mirna merasa sangat bersyukur memiliki ibu serta calon mertua yang selalu membela mereka. Mau salah seperti apapun, dimata wanita itu anaknya tetaplah benar. Marwan memegang dadanya yang terasa sakit dan sesak. "Papa kenapa? Papa tidak boleh emosi seperti ini. P
Kilatan kemarahan dan kebencian terlihat jelas dari sorot mata Eliza. Sudah tidak ada lagi yang harus dipikirkan. Ia bisa pergi ke manapun meskipun tidak memiliki apa-apa. Dia ingin segera keluar dari lingkaran setan yang diciptakan oleh suaminya. Deg!Jantung Sandy berdetak hebat ketika mendengar perkataan Eliza. Mau sebanyak apapun luka yang digoreskan di hati istri udiknya itu namun dengan bodohnya wanita itu akan tetap bertahan.Dia yakin Eliza tidak akan pernah meminta bercerai karena perempuan kampung itu sangat mencintainya. Apa lagi Eliza tidak memiliki siapapun selain dirinya. Bercerai dan melepaskan Eliza, tidak akan pernah dia lakukan. "Sayang, mas minta maaf. Mas janji akan bersikap adil." Sandy berkata dengan sungguh-sungguh sambil menggenggam tangan istri pertamanya dengan erat."Aku hanya ingin kita bercerai. Jadi talak aku sekarang juga. "Eliza berkata dengan suara lantang. Sampai kapanpun ia tidak pernah terima dimadu. Baru saja memegang buku nikah namun sebentar
Cerai-cerai, enak sekali mulut kau bilang cerai. Kau bayar dulu hutang empat puluh juta, ketika melahirkan. Jika kamu ingin cerai dengan Sandy.Deg!Eliza membeku ketika mendengar kata hutang 40 juta. Hutang apa yang dimaksud?Wati mengeluarkan kertas dari dalam tasnya dan menunjukkan surat perjanjian hutang Eliza. "Saat kau melahirkan, Sandy hanya punya uang 5 juta, sisa 25 juta hutang dengan saya. Di surat perjanjian ini, kamu berhutang 25 juta dengan bunga 10% setiap bulan. Denda keterlambatan membayar 10 persen. Karena kamu sudah tidak membayar selama 3 bulan maka denda keterlambatan tujuan juta lima ratus. Bunga hutang tujuh juta lima ratus ribu. Jadi total 40 juta." Wati berkata dengan entengnya."Setelah acara resepsi dan mereka sudah kembali dari bulan madu, kamu akan tinggal di rumah saya."Wati tersenyum memandang Eliza. Meskipun wajah menantunya itu sudah pucat namun dia tidak merasa kasihan sedikitpun.Wanita itu sudah tidak sabar menunggu Eliza tinggal di rumahnya. Keha
"Kita tunggu saja Bu, karena saya tidak ingin menantu saya operasi." Wati kukuh dengan pendiriannya."Jika pihak keluarga tetap menolak maka harus menandatangi surat pernyataan. Bahwa pihak keluarga menolak rujuk ke rumah sakit." Ibu bidan mengeluarkan surat pernyataan dan meminta agar Sandy menandatangani surat tersebut.Sandy diam dan memandang Wati. Dia begitu sangat ragu untuk membubuhi tanda tangannya di surat pernyataan tersebut. Bagaimana jika istri dan anaknya tidak terselamatkan karena dia yang tidak bisa mengambil keputusan terbaik untuk istri dan anaknya. "Tidak apa-apa kamu tandatangani saja. Melahirkan memang seperti ini, bahkan dulu para wanita melahirkan sampai 1 bulan, mengalami kontraksi. Buktinya ibu dan anaknya selamat kok. Lagian istri kamu itu yang sok manja, padahal sakitnya nggak segitu-gitu kali lah. "Wati berkata tanpa rasa kasihan, rasa empati, dan rasa kemanusiaan.Meskipun mencemaskan istri dan calon anaknya, Sandy tetap menandatangani surat yang diberika
Cukup lama menenangkan hati, akhirnya malam ini Eliza bisa tertidur lelap. Eliza baru terbangun ketika hari sudah pagi. Dan dia baru menyadari bahwa tadi malam tidur sendiri, tanpa Noah. Seharusnya ia senang karena bisa tertidur dengan lelap tanpa ada gangguan dari anak susunya. Namun nyatanya hatinya terasa semakin sakit dan juga perih. Apakah memang seperti ini cara Nathan memisahkannya dengan Noha. Lagi-lagi air mata Eliza mengalir dengan sendirinya. Rasa sayang yang diberikannya untuk Noha, benar-benar tulus dan sepenuh hati. Namun mengapa ia harus berpisah dari Noha?Dulu Nathan dan Mawar pernah mengatakan bahwa Eliza boleh menjadi mommy Noha, untuk selamanya. Apakah janji yang mereka ucapkan sudah tidak berlaku? Eliza menangis sambil memegang dadanya yang terasa begitu sangat sakit. Berulang kali mengusap air matanya, namun tetap saja air mata itu meluncur dengan sendirinya. Mungkin terlalu banyak menangis, hingga mata Eliza mengecil dan sembab.Setelah puas menangis, ia
Mengapa waktu berjalan sangat lambat. Eliza sangat tidak bersemangat dan hanya berbaring di dalam kamar. Apalagi Noha dibawa Mawar pergi berkunjung ke rumah kerabatnya. Sudah 3 hari terakhir, Mawar dan Herman tampak sangat sibuk. Sedangkan Nathan, tidak terlihat sama sekali. Eliza tahu bahwa pria itu tidak pulang selama beberapa hari. Namun apa masalahnya, ia juga tidak tahu."Nona Eliza, ini makan malamnya." Bibi Eli berkata sambil meletakkan menu makan malam untuk Eliza."Terimakasih Bi," jawab Eliza dengan tidak bersemangat. Eliza lebih memilih makan di dalam kamar daripada makan di meja makan. Karena hanya dia sendiri yang ada di rumah sedangkan Hermawan dan Mawar belum pulang dari rumah kerabatnya. "Iya Nona Eliza, jika tidak ada yang dibutuhkan, bibi permisi," jawab Bibi Eli dengan tersenyum."Bi, Mas Nathan ke mana?" Eliza tidak tenang karena tidak tahu kabar Nathan. Suasana di masion juga terasa dingin. Tidak ada candaan, ketika sarapan pagi, dan makan malam. Biasanya Natha
Nathan memandang Eliza yang duduk di sebelahnya. Sejak tadi Eliza hanya diam dan memejamkan matanya. Tampak sekali bahwa wanita itu sedang menahan rasa sakit. "Sakit sekali ya?" Nathan mengusap kepala Eliza dengan penuh kasih sayang. Melihat Eliza yang sakit seperti ini tentu membuatnya tidak tega. Dia tidak menyangka ternyata memberikan ASI kepada anak akan berdampak seperti ini terhadap ibunya. Eliza menganggukkan kepalanya. "Sakit banget, berdenyut juga." "Coba mas pegang?" Nathan meminta izin terlebih dahulu sebelum menyentuh balon Eliza. Mata Eliza yang terpejam, langsung terbuka dan memandang Nathan dengan bringas. "He... He.... Mas cuma mau periksa." Nathan tersenyum nyengir sambil menggaruk kepalanya ."Gak boleh," tolak Eliza."Mau mas bantuin?" Nathan bertanya dengan jantung berdebar cepat. Jika Eliza menyetujui, ia akan melakukan seperti apa yang disarankan dokter. Nathan tidak berniat untuk kurang ajar, namun ini semua dilakukannya untuk mengurangi rasa sakit Eliza.
Nathan duduk di samping Eliza dan seorang dokter perempuan. Untuk permasalahan seperti ini Nathan memang tidak mengizinkan dokter laki-laki yang menanganinya. "Keluhannya apa, Eliza?" Dokter itu bertanya sambil memandang Eliza yang sedang meringis menahan rasa sakit."Saya baru menghentikan ASI untuk anak saya dok. Dan ini baru jalan di hari pertama," jelas Eliza. Jujur saja Eliza tidak nyaman membahas masalah ini di depan Nathan. Namun pria keras kepala itu sangat sulit untuk diajak kompromi, bahkan memaksa masuk ke dalam ruangan."Oh apakah payudaraanya membengkak, terasa sakit, berdenyut dan juga nyeri?" Dokter perempuan itu langsung merespon dengan cepat. Eliza menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu saya periksa dulu."Eliza menganggukkan kepalanya dan berbaring di atas tempat tidur. Sedangkan Nathan sudah seperti seorang suami yang sangat waspada dan mencemaskan istrinya. Dia mengikuti Eliza dan berdiri di samping tempat tidur. Jika Nathan bukanlah bosnya, Eliza pasti sudah
Nathan menjemput Eliza ke kampus. Karena tidak melihat Eliza di parkiran, Nathan langsung ke kelas. Dilihatnya Eliza yang duduk di dalam kelas dan meletakkan tas di bagian dadanya. Sedangkan wajahnya tampak sedang menahan rasa sakit. "Eliza!" Nathan memanggil Eliza dengan cemas. Eliza memandang Nathan dengan wajah meringis. "Kenapa Mas jemput Liza lama?"Biasanya Eliza tidak pernah bertanya seperti ini jika Nathan lambat menjemput. Karena Nathan memberi tahu kalau dia bertemu dengan klien. "Maaf ya, tadi Mas ada ketemu klien. Klien itu minta ketemunya secara dadakan." Nathan memandang Eliza dan kemudian mengusap kepalanya. "Apa kamu sakit?" Nathan menempelkan punggung tangannya di kening Eliza. Namun ia tidak merasakan suhu tubuh Eliza yang panas. "Enggak," jawab Eliza yang kebingungan menjelaskan kondisi tubuhnya saat ini. "Terus kenapa mukanya jadi pucat gini?" Nathan tidak puas dengan jawaban dari Eliza. "Noha sudah berhenti nyusu, Mas. "Nathan bingung mendengar jawaban dar
Pagi ini wajah Mawar tampak berseri-seri ketika seluruh anggota keluarga berkumpul dan sarapan pagi bersama. Yang membuat wanita itu semakin bahagia karena ada Kiara yang merupakan warga baru dalam keluarganya. Begitu juga dengan Yura yang menjadi cucunya. Mawar tidak pernah menyangka bahwa anak angkatnya akan menikah. Selain membawa istri, Rizky juga memberikannya seorang cucu perempuan. Hati Mawar terlalu baik dan juga tulus. Sehingga kehadiran Yura diterima dengan sangat baik. Selain itu juga dia menganggap Yura seperti cucunya."Kalian akan tinggal di sini kan?" Mawar bertanya sambil memandang Rizki dan juga Kiara secara bergantian. Kiara tidak bisa menjawab, dia justru melirik ke arah suaminya. "Kami akan pindah dan tinggal di rumah yang sudah aku beli lama Tante," jawab Rizki. Rumah mewah sudah ada hanya saja selama ini belum ditempatinya karena merasa sepi di rumah yang begitu sangat besar. Selama ini juga rumah itu hanya diurus oleh asisten rumah tangganya yang menetap di s
Yuna diam memandang punggung Nathan dari belakang. Ditolak berulang-ulang kali bukanlah hal yang baru untuknya. Namun tetap saja ada rasa sakit yang menusuk dihatinya. Wajah, cantik sempurna dengan hidung yang mancung. Bibir kecil serta gigi yang tersusun dengan rapi. Membuat wajahnya tidak memiliki kekurangan sedikitpun. bentuk tubuh langsing dan tinggi semampai. Warna kulit, juga putih bersih. Yuna merupakan sosok gadis yang nyaris sempurna. Namun mengapa Nathan tidak tertarik dengannya. "Apa kamu sudah makan?" Yuna yang termenung sedikit terkejut ketika ada seorang pria yang berbicara dengannya. Dia menoleh ke samping dan melihat Dirga yang sudah berdiri dan tersenyum memandangnya."Mas Dirga." Yuna berkata dengan sedikit tersenyum. Dia senang bertemu dengan Dirga di sini. Itu artinya dia tidak merasa kesepian lagi "Apa Sudah makan?" Dirga kembali mengulang pertanyaannya.Yuna menggelengkan kepalanya. Selera makannya hilang seketika ketika melihat Nathan yang begitu sangat dingi
Eliza memandang Nathan dengan kesal. Kehadiran Yuna membuat api cemburu berkobar di hatinya. Namun mengapa bisa dia seperti ini? Eliza semakin tidak tahu diri serta tidak sadar posisi. Karena sudah berani mencintai majikannya."Kenapa Mas tidak suka sama Mbak Yuna? Padahal Mbak Yuna itu kan cantik sekali." Eliza bertanya karena rasa penasaran terhadap sikap serta perasaan Nathan terhadap Yuna. "Ya karena sudah terlanjur dianggap adik," jawab Nathan dengan santai. Tanpa diketahuinya jawabannya membuat Eliza tertampar dengan keras. Jika Nathan tidak bisa menyukai Yuna karena sudah terlanjur menganggap adik, lalu bagaimana dengan dirinya. Eliza hanya ibu asuh serta ibu ASI untuk Noah. Rasanya begitu sangat keterlaluan karena berharap pria itu memiliki sedikit perasaan untuknya.Entah sejak kapan Eliza memiliki pemikiran seperti ini. Mungkin karena terlalu dimanja dan disayang Mawar serta Hermawan membuat ia lupa diri. "Kalau menganggap adik, kenapa cuek sekali?" Eliza bertanya lebih
"Kamu cantik sekali." Nathan mencoba memperlihatkan rasa sukanya terhadap Eliza. Berhubung sebentar lagi mereka akan segera menikah. Karena itu ia mencoba memuji. Pada nyatanya perkataannya bukanlah sebuah kebohongan, karena Eliza memang sangat cantik malam ini. Gaun berwarna biru dongker, melekat indah di tubuh ramping Eliza."Iya, banyak yang bilang seperti itu," jawab Eliza tersenyum bangga. Meskipun tidak menjadi peran utama di acara pernikahan ini namun Eliza tidak henti-hentinya mendapatkan pujian. Acara akad nikah Rizky dilakukan dengan sangat mendadak. Meskipun seperti itu Hermawan dan Mawar mengundang orang-orang penting seperti relasi bisnis serta kerabat dekat. Banyak para tamu yang menyangka bawa Eliza adalah keponakan dari Hermawan. Dan mereka pun tidak segan meminta agar Eliza menjadi menantunya.Wajah Nathan masam mendengar jawaban dari Eliza. Melihat Eliza yang tak henti-hentinya dipuji baik oleh tamu perempuan ataupun tamu laki-laki yang masih bujangan, tentu saja m