Eliza membeku ketika mendengar kata-kata mutiara yang keluar dari mulut kakak iparnya."Aku juga nggak usah, aku males kalau dipegang sama orang seperti kamu," kata kakak Sandy yang bernama Tina. Kedua wanita itu memandang Eliza dengan jijik.Mengangguk paham, Eliza pergi ke dapur untuk membuat minum. Eliza sudah terbiasa mendengarkan caci maki serta hinaan seperti ini. Namun tetap saja hatinya terasa perih dan terluka. Apa lagi kondisi emosinya yang tidak stabil setelah kepergian anaknya.Eliza berusaha berjalan dengan cepat ke dapur. Setibanya di dapur yang berukuran kecil, dia tidak langsung membuat minuman. Namun menangis terlebih dahulu. Terkadang Eliza berpikir, sampai kapan bisa bertahan ditengah-tengah keluarga Sandy, yang selalu menghina dan merendahkannya. Keluarga yang mengaku menjunjung tinggi pendidikan, namun memperlakukan orang layaknya binatang. Apakah ini ciri-ciri orang yang berpendidikan tinggi?Eliza dengan cepat menyudahi tangisnya ketika mendengar Wati memangg
Bagaikan disambar petir di siang hari, berita ini begitu sangat ngejutkan. Bahkan jantungnya sampai berhenti berdetak beberapa saat. "Adek, mas mohon dengerin penjelasan mas dulu." Sandy menggenggam tangan Eliza. Eliza hanya diam tanpa mampu mengeluarkan satu kata pun dari bibirnya. Semua ini begitu sangat mengejutkan bahkan tangan dan kakinya sampai gemetar. Apakah ini yang dikatakan penghianatan? Apa suaminya mengkhianatinya? Tapi sejak kapan?"Mas pasti sedang bercandakan?" Eliza tersenyum dan berharap suaminya hanya bercanda."Gak dek, mas tidak sedang bercanda, mas serius. Kami sudah menikah satu bulan yang lalu." Kalimat itu dengan jelas diucapkan Sandy.Cairan bening yang sejak tadi ditahan akhirnya meluncur bebas di pipi mulusnya, ketika Sandy memperjelas pengakuannya. Bagaimana mungkin Sandy bisa berbuat seperti ini. Padahal hubungan mereka sangat baik. "Saya minta maaf, saya tidak tahu kalau mas Sandy sudah menikah. Saya juga minta maaf atas meninggalnya anak kamu. Pad
"Sebaiknya kalian tidak perlu membawa papa ke sini. "Marwan berkata dengan bersusah payah. Pria yang sudah tidak berguna itu menangis melihat ini semua. Marwan gagal menjadi ayah dan suami yang baik. Dia sudah gagal mendidik istri dan anak-anaknya. "Papa harus bisa tenang. Kalau bukan karena wanita udik ini, Sandy tidak mungkin melakukan hal seperti ini dengan gadis lain," tuding Wati, tangannya terus saja menunjuk kearah Eliza. "Kau mendukung perbuatan anakmu yang seperti ini?" Pria itu berkata dengan kalimat yang kurang jelas. "Pa, mama tidak mendukung perbuatan Sandy, tapi Sandy juga tidak salah. Menantu sialan ini yang salah, dia yang membuat jelek nama keluarga kita," kata Wati dengan suara yang kerasnya. Sandy dan Mirna merasa sangat bersyukur memiliki ibu serta calon mertua yang selalu membela mereka. Mau salah seperti apapun, dimata wanita itu anaknya tetaplah benar. Marwan memegang dadanya yang terasa sakit dan sesak. "Papa kenapa? Papa tidak boleh emosi seperti ini. P
Kilatan kemarahan dan kebencian terlihat jelas dari sorot mata Eliza. Sudah tidak ada lagi yang harus dipikirkan. Ia bisa pergi ke manapun meskipun tidak memiliki apa-apa. Dia ingin segera keluar dari lingkaran setan yang diciptakan oleh suaminya. Deg!Jantung Sandy berdetak hebat ketika mendengar perkataan Eliza. Mau sebanyak apapun luka yang digoreskan di hati istri udiknya itu namun dengan bodohnya wanita itu akan tetap bertahan.Dia yakin Eliza tidak akan pernah meminta bercerai karena perempuan kampung itu sangat mencintainya. Apa lagi Eliza tidak memiliki siapapun selain dirinya. Bercerai dan melepaskan Eliza, tidak akan pernah dia lakukan. "Sayang, mas minta maaf. Mas janji akan bersikap adil." Sandy berkata dengan sungguh-sungguh sambil menggenggam tangan istri pertamanya dengan erat."Aku hanya ingin kita bercerai. Jadi talak aku sekarang juga. "Eliza berkata dengan suara lantang. Sampai kapanpun ia tidak pernah terima dimadu. Baru saja memegang buku nikah namun sebentar
Cerai-cerai, enak sekali mulut kau bilang cerai. Kau bayar dulu hutang empat puluh juta, ketika melahirkan. Jika kamu ingin cerai dengan Sandy.Deg!Eliza membeku ketika mendengar kata hutang 40 juta. Hutang apa yang dimaksud?Wati mengeluarkan kertas dari dalam tasnya dan menunjukkan surat perjanjian hutang Eliza. "Saat kau melahirkan, Sandy hanya punya uang 5 juta, sisa 25 juta hutang dengan saya. Di surat perjanjian ini, kamu berhutang 25 juta dengan bunga 10% setiap bulan. Denda keterlambatan membayar 10 persen. Karena kamu sudah tidak membayar selama 3 bulan maka denda keterlambatan tujuan juta lima ratus. Bunga hutang tujuh juta lima ratus ribu. Jadi total 40 juta." Wati berkata dengan entengnya."Setelah acara resepsi dan mereka sudah kembali dari bulan madu, kamu akan tinggal di rumah saya."Wati tersenyum memandang Eliza. Meskipun wajah menantunya itu sudah pucat namun dia tidak merasa kasihan sedikitpun.Wanita itu sudah tidak sabar menunggu Eliza tinggal di rumahnya. Keha
"Kita tunggu saja Bu, karena saya tidak ingin menantu saya operasi." Wati kukuh dengan pendiriannya."Jika pihak keluarga tetap menolak maka harus menandatangi surat pernyataan. Bahwa pihak keluarga menolak rujuk ke rumah sakit." Ibu bidan mengeluarkan surat pernyataan dan meminta agar Sandy menandatangani surat tersebut.Sandy diam dan memandang Wati. Dia begitu sangat ragu untuk membubuhi tanda tangannya di surat pernyataan tersebut. Bagaimana jika istri dan anaknya tidak terselamatkan karena dia yang tidak bisa mengambil keputusan terbaik untuk istri dan anaknya. "Tidak apa-apa kamu tandatangani saja. Melahirkan memang seperti ini, bahkan dulu para wanita melahirkan sampai 1 bulan, mengalami kontraksi. Buktinya ibu dan anaknya selamat kok. Lagian istri kamu itu yang sok manja, padahal sakitnya nggak segitu-gitu kali lah. "Wati berkata tanpa rasa kasihan, rasa empati, dan rasa kemanusiaan.Meskipun mencemaskan istri dan calon anaknya, Sandy tetap menandatangani surat yang diberika
Eliza sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakit dan pusing. Begitu keluarga Sandy keluar dari rumah, wanita itu pun pingsan. Entah berapa jam Eliza tidak sadarkan diri dan kini dia terbangun dengan tubuh yang gemetar karena kedinginan Tubuhnya tidak tergeser sedikitpun di tempat tadi. Sandy pergi begitu saja tanpa berniat memindahkan dirinya ke atas tempat tidur.Jika seandainya pria itu tidak pernah mengatakan kata sayang, kata cinta, pasti rasanya tidak akan seperti ini.Tatapan kosong dengan senyuman tipis tersungging di bibir ketika mengingat perkataan madunya. Wanita muda berusia sembilan belas tahun itu tidak lagi menangis. Air matanya telah mengering. Banyak hal yang sudah dilewati dengan perjuangan luar biasa. Sebelum pernikahan, Eliza mendapatkan penolakan yang keras dari keluarga Sandy. Pada akhirnya mereka tetap menikah secara siri. Kemudian menjalani hubungan jarak jauh.Eliza merasa sangat bersyukur, menikah dengan Sandy. Meskipun menjalin hubungan jarak jauh namun sua
Nathan tersenyum sinis ketika mendengar ucapan wanita itu. Awalnya Dia mengira Sherly menghubunginya dan menanyakan kabar anaknya namun ternyata tidak.Setelah 3 Minggu pergi tanpa kabar, sekarang wanita itu kembali menghubunginya hanya untuk menanyakan masalah uang."Uang?" Nathan mengulang kembali ucapan dari wanita yang masih berstatus istrinya."Iya mas, uang bulanan aku," rengek Serly."Apa yang kau minta?" tanya Nathan dengan mengeratkan giginya. "Mas, kenapa semua kartu aku, kamu bekukan dan kamu juga tidak memberikan aku uang bulanan. Seharusnya uang sudah masuk ke rekening Paypal ku sejak tanggal 5, tapi ini sudah tanggal 10, kenapa masih tidak kamu kirimkan. Mas bulan ini aku minta uang seratus ribu dollar ya. Soalnya aku banyak keperluan. Aku juga ingin membeli sepatu, tas dan perhiasan. Sebenarnya seratus ribu dollar masih kurang. Aku butuh dua lima puluh ribu dollar." Wanita itu berkata dengan kesal.Karena kartu kredit dan uang bulanan yang belum dikirimkan Nathan, memb
Meskipun sudah diizinkan mengambil mangga, Dirga masih tetap belum bergerak dari duduknya. "Ambil mangganya sekarang, keburu kesorean nanti," kata Mawar mengingatkan.Melihat Dirga masih belum beranjak dari duduknya, tentu saja membuat Mawar gemes. Bagaimana jika Yuna benaran hamil? Kasihan sekali jika keinginannya tidak didapatkan. "Ya Tante tapi _" Dirga tidak melanjutkan ucapannya."Ada apa? "Mawar sangat penasaran dengan apa yang menjadi masalah bagi Dirga. "Begini tante." Dirga berkata sambil menggaruk kepalanya namun tatapan matanya mengarah ke Nathan."Ada apa kasih tahu saja," desak Hermawan. "Maaf Bos." Sebelum memulai perkataannya Dirga justru meminta maaf terlebih dahulu."Tidak usah memanggil saya bos, karena saya sekarang bukan lagi bos kamu." Nathan mengingatkan Dirga. Sekarang mereka sudah memiliki status yang sama. Sama-sama seorang Presdir. Tampaknya mertua Dirga sangat percaya kepada nya. Hingga memberikan jabatan presiden direktur kepada menantunya. Sebagai pem
"Tapi sepertinya tidak mungkin." Kata Yuna setelah diam beberapa saat. "Kenapa gak mungkin?" Tanya Kiara.Pertanyaan seperti ini sangat sulit untuk dijawab. Pernikahan resminya baru 20 hari. Namun insiden yang terjadi terhadapnya sudah 35 hari. Yuna baru teringat kalau dia sudah tidak datang bulan sejak kejadian itu. Tapi apa mungkin satu kali berbuat, langsung hamil?"Saran Kia, sebaiknya di cek deh. Atau mau Kia bantu untuk periksa pakai tespek?" "Kalau udah dicek tapi nggak positif gimana?" Yuna tampak ragu menerima tawaran dari Kiara. "Ya nggak apa-apa, tinggal dicoba lagi." Kiara tersenyum lebar. "Kalau gak positif, bang Dirga pasti kecewa banget." Yuna tampak ragu."Cobanya diam-diam aja. Jika garis dua muncul, baru deh kasih tahu ke suami, kakak," usul Eliza. "Benar, mau dicoba nggak, kebetulan ini ada tespek?" kata Kiara dengan semangat. "Emangnya ciri-ciri orang hamil seperti apa?" "Ciri-ciri di awal kehamilan nggak kelihatan, ini disebabkan karena perut yang belum mem
"Hai kak Yuna, kakak apa kabar" Eliza menyapa Yuna dengan tersenyum canggung. Kejadian ketika di perusahaan Nathan masih teringat jelas oleh Eliza. Karena itu dia merasa canggung jika berhadapan dengan Yuna seperti ini."Baik. "Yuna menjawab dengan wajah tersenyum. Eliza dapat melihat senyum tulus di bibir merah Yuna. Dari tatapan matanya tidak terlihat sedikitpun jika Yuna membenci Eliza. "Kak Yuna tambah cantik aja. Gimana bulan madunya kemarin?" Eliza mencoba berbicara dengan gaya ramah dan sok akrab. Alangkah baiknya permasalahan yang dulu tidak diingat lagi. Mereka sudah sama-sama menikah. Alangkah lebih baik jika menjadi teman. "Masak sih, perasaan Kakak tambah hitam deh." Yuna berkata sambil melihatkan tangannya. "Enggak lah kulit Kakak putih banget." Eliza berkata sambil memuji Yuna. "Ini kelihatan item banget. Sewaktu Honeymoon, Kakak sangat suka di pantai. Habis dari sana ya kayak gini jadinya." Yuna mulai curhat tentang apa yang terjadi dengannya.Yuna mulai cemas de
"Tas yang ini cantik sekali, mami suka." Mawar menunjukkan tas wanita berwarna coklat."Iya mi, cantik sekali," jawab Eliza sambil memperhatikan model tas tersebut. Mata Eliza terbelalak melihat harga tas yang ditunjukkan Mawar. Harga tas seharga mobil. Tapi uang mami mertuanya sudah berlebihan- lebih. Jadi tidak apa jika beli tas seharga ratusan juta. Jika masalah selera fashion, Mawar tidak perlu diragukan. Meskipun usianya sudah setengah abad, namun penampilan wanita itu trendy. Apa lagi postur tubuhnya yang langsing dan tinggi, membuat ia tampak lebih muda. Jika jalan ke mall bersama Eliza, orang suka beranggapan bahwa Mawar, kakaknya Eliza. Jadi bisa bayangkan seperti apa awet mudanya. Kalau kategori artis, mawar ini seperti Shopia Lajuba. "Mom." Eliza langsung menoleh ke belakang. Dia melihat Noah yang berlari mengejarnya. "Sayang, mommy." Eliza mengembalikan tangannya dan langsung memeluk tubuh putranya. "Anak ganteng mommy sudah bangun?" Tanya Eliza."Cuda," jawab Noah sa
Mawar sedang sibuk menata tempat tidur untuk Yura. Karena Rizky dan Kiara akan menetap di masion. "Akhirnya anak itu mau juga tinggal disini." Wajah Mawar tampak begitu bahagia ketika membayangkan suasana di masion yang semakin hidup dan juga ramai. "Iya mi, lagian kasihan kak Kiara. Jadwal kerja bang Rizky gak tetap. Kadang pulangnya sudah malam-malam sekali. Mana kak Kiara nggak mau pakai pembantu yang menetap di rumah. Liza aja merasa ngeri, membayangkan kak Kiara tinggal berdua sama Yura di rumah yang sangat besar." Eliza berkata dengan raut wajah serius. Mawar tertawa dan gemas melihat wajah menantunya. Ingin sekali ia mencubit pipi Eliza hingga merah, namun tidak tega. Belum lagi Nathan yang akan marah. "Nanti kalau kalian kasih mami cucu, mami mau yang cewek." Wanita paruh baya itu berkata dengan wajah tersenyum. Melihat wajah cantik Eliza dan ketampanan putranya, ia yakin cucunya pasti sangat cantik.Eliza tersenyum nyengir dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Tapi Liz
Rizky pulang ke rumah dengan tubuh yang terasa amat lelah. Bersyukur besok tidak ada jam praktek dan juga jadwal mengajar. Ia bisa beristirahat di rumah sambil memanjakan sang istri. Sesuai janjinya dengan Kiara, besok mereka sudah pindah ke masion milik Hermawan.Rizky membuka pintu rumahnya. Di jam seperti ini kondisi rumahnya sangat sepi. Yura dan Kiara pasti sudah tertidur. Pria itu terkejut ketika melihat Yura yang sedang sibuk mewarnai lukisan yang dibuatnya sendir."Yura!" Panggil Rizky.Yura menoleh ke belakang dan memandang Rizky dengan tersenyum. "Papi sudah pulang." Gadis kecil itu tertawa girang dan langsung mengejar Rizky yang berdiri sekitar 3 meter darinya."Iya, sudah," jawab Rizky yang langsung menggendong tubuh kecil Yura. "Anak kecil, Kenapa belum tidur?" Pria berwajah manis itu tersenyum sambil mencium pipi bulat Yura."Yura sedang membuat gambar, dan menunggu papi pulang." Yura berkata dengan tersenyum lebar."Besok-besok gak usah tunggu papi. Jam 10 setelah be
"Kenapa sudah dimatikan teleponnya? Padahal aku belum selesai bicara." Sherly kesal ketika panggilan telepon diputus sepihak oleh Nathan. "Aku mau minta foto Shelia, tapi sudah di matikan." Sherly mancak-mencak sendiri karena kesal. Dia kembali mencoba menghubungi nomor handphone Nathan, namun sayang nomor yang digunakannya sudah diblokir. Padahal ini sudah kartu yang ke-10 dibelinya dan semuanya sudah diblokir oleh mantan suaminya itu. "Bagaimana jika nanti Albert ingin melihat foto anakku? Kenapa sih anak itu suka nyusahin. Dasar anak pembawa sial." Sherly berkata dengan wajah kesal dan juga marah."Aku lupa, Anak itu masih sangat bermanfaat. Dia yang akan membuat aku kembali dengan Nathan. Jadi aku tidak boleh marah seperti ini." Mimik wajah Sherly yang tampak begitu sangat marah, langsung berubah dengan wajah ramah dan juga senyum merekah. "Kenapa aku bodoh sekali, aku bisa mencari foto anak-anak perempuan di internet. Aku tinggal katakan kalau itu adalah Shelia." Sherly tert
"Baik," jawab Nathan."Bagaimana dengan kabar istrimu? "Sherly berbasa-basi terlebih dahulu. "Sangat baik." Nathan berkata dengan raut wajah datar."Apa kamu tahu bahwa aku sangat merindukanmu." Sherly tahu bahwa Nathan masih sangat mencintainya. Karena itu ia mencoba untuk merayu mantan suaminya. "Jika tidak ada yang ingin kamu katakan aku akan menutup panggilan telepon.""Jangan honey, kamu jangan terlalu kejam kepadaku. Bagaimana kabar anak kita?"Kening Nathan berkerut mendengar pertanyaan dari mantan istrinya. Apa yang terjadi hingga Sherly menanyakan tentang anak mereka?"Honey, apa kamu tidak ingin memberi tahu aku tentang anak kita?" Sherly berkata dengan sangat lembut. Bahkan ia kembali memanggil Nathan honey, seperti dulu awal-awal mereka berpacaran.Nathan diam dan memandang layar handphonenya. "Honey, mengapa kamu diam saja?" "Kondisi anakku baik."Sherly diam sesaat ketika mendengar Nathan mengatakan anakku. Itu artinya pria itu sudah memutuskan hubungan antara diriny
Dirga menatap wajah istrinya dengan tersenyum. Rasa bahagia seakan tidak bisa terucap dengan kata. Namun satu hal yang tidak bisa ia pungkiri bahwa rasa cintanya sudah full untuk sang istri. "Sayang, I love you," kata Dirga kemudian. "I love you too," jawab Yuna yang tersenyum bahagia. Bisa menjadi istri Dirga, suatu kebahagiaan terbesar untuknya. Entah mengapa pria itu bisa mengendalikan emosinya yang tidak stabil. "Abang, ayo kita cetak anak." Tanpa malu Yuna langsung ke inti permasalahan. Wanita itu menarik tekuk leher suaminya dan kemudian mencium bibir Dirga. Cukup lama mereka saling berbagi air liur dan kemudian barulah berakhir setelah kedua-duanya kehabisan oksigen. Dirga menarik nafas panjang dan kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan. Begitu juga dengan Yuna. Hanya beberapa detik menghirup udara segar, Yuna kembali ingin menyerang suaminya. "Buka dulu riasan rambutnya." Dirga berkata ketika istrinya kembali ingin mengecup bibirnya. Di acara resepsi pern