Share

Bab 5.

Penulis: Liazta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-13 13:08:47

"Tentu saja rumah sakit ini sangat menerima donor ASI, kalau mbak ingin donor ASI langsung ke ruang perawatan bayi saja di lantai 4."

Eliza tersenyum. "Baik mbak, terima kasih." 

Setelah administrasi selesai, ia pun pergi ke lantai 4 sesuai arahan dari wanita yang duduk di kasir tersebut.

Eliza tahu di mana ruang perawatan bayi karena memang Ibnu lahir di sini. Setelah lahir, Ibnu sempat dimasukkan ke box inkubator karena sudah terlalu banyak minum air ketuban. Bahkan bayi Ibnu lahir dengan kondisi bibir biru dan tidak menangis.

Jadi, Eliza selalu berkunjung ke ruang bayi sambil mengantarkan ASI untuk anaknya.

Rumah sakit ini sungguh bersejarah.

Tempat anaknya dilahirkan dan menghembuskan nafas terakhirnya.

Dada Eliza seketika merasa sesak kala mengingat itu.

Untungnya, dia sudah tiba di ruangan yang dimaksud.

Jadi, Eliza berusaha tegar--membuka pintu dan melihat tiga perawat di ruang bayi. "Permisi sus."

"Ya dek, ada apa?" tanya perawat yang sedang berjaga di ruang bayi.

Memang, penampilan Eliza masih seperti remaja.

Tidak akan ada yang menyangka bahwa dia pernah melahirkan.

"Saya ingin donor ASI," kata Eliza pada akhirnya.

"Boleh, silahkan masuk."

Perawat itu tersenyum memandang Eliza yang akhirnya masuk ke dalam ruangan yang diisi banyak bayi.

Di dalam ruangan ini, Eliza dapat mendengar suara tangis bayi.

Hanya saja, tangisannya begitu mirip dengan tangisan Ibnu.

Mata Eliza memanas. Dia hampir menangis kalau saja seorang perawat tak menegurnya. "Mau donor ASI, Mbak?" 

Eliza menarik napas panjang, lalu mengangguk. "Iya," jawabnya.

"Kebetulan sekali di sini ada bayi yang sangat membutuhkan ASI. Bayinya lahir prematur dan tidak bisa dikasih susu formula," jelas si perawat.

"Oh yang mana sus anaknya?" tanya Eliza. Dia ingin tahu anak yang akan menjadi anak susunya nanti.

"Ini," jawab si perawat sambil menunjukkan box bayi yang tadi dilihat oleh Eliza.

"Lahir beratnya 1 kilo 2 ons. Sudah 1 minggu ini beratnya tetap tidak bertambah. Ibunya juga belum pernah datang ke sini untuk melihat. Biasanya yang datang hanya ayah dan neneknya."

Perawat itu menjelaskan secara singkat.

Eliza sendiri masih memandang bayi yang menangis itu.

Tanpa sadar, dia tersenyum kemudian dia memasukkan jarinya di celah kecil yang ada di dinding box. Senyum mengembang di bibirnya ketika menyentuh pipi bayi bertubuh sangat kecil tersebut.

Bayi yang tadi tidur kini membuka matanya dan melihat Eliza.

"Halo, apa kabar, nama aku Eliza." Eliza tersenyum memperkenalkan dirinya.

Bayi itu memandangnya dengan membulatkan bibirnya yang kecil.

"Ibu doakan agar berat badan kamu cepat naik, terus bisa keluar dari box ini. Bisa lihat matahari di saat pagi hari. Sinar matahari sangat bagus untuk bayi yang baru lahir." Eliza tersenyum sambil bercerita dengan si anak.

Bayi yang hanya memakai pampes itu terus saja memandang Eliza.

"Maaf, ini ASI siapa yang punya?" tanya si perawat tiba-tiba.

Rasanya, tidak mungkin jika ASI itu melik gadis yang berdiri di depannya?

Hanya saja, jawaban Eliza membuat perawat itu terkejut. "Ini ASI saya, sus." 

"ASI kamu?" 

Bukan hanya perawat yang berbicara dengan Eliza saja yang memandang, namun kedua perawat lain juga memandang Eliza.

"Iya," jawab Eliza.

"Kok bisa punya ASI?" tanya perawat yang satunya lagi.

"Saya sudah menikah dan memiliki anak," jawab Eliza yang bingung dengan pertanyaan si perawat.

"Oh kamu sudah menikah, kami kirain masih sekolah," kata si perawat yang lainnya.

Eliza hanya tersenyum mendengar perkataan si perawat.

"Ini sus, ASI nya." Eliza meletakkan tas ASI ke atas meja. Dia kemudian mengeluarkan kantong berisi ASI dari dalam tas.

"Ini tanggal dan jamnya sudah di buat ya." Perawat melihat tanggal yang tertera di kantong ASI.

"Iya, ini ASI nya saya simpan di freezer, karena waktu memompa ASI, saya gak tahu mau dikasih ke siapa." Eliza menunjukkan 8 kantong ASI yang dalam keadaan beku.

"Wah asinya banyak sekali mbak," kata si perawat.

Eliza hanya tersenyum mendengar ucapan si perawat.

"Anaknya mbak bagaimana, jika asinya didonorkan seperti ini?"

"Anak saya baru meninggal 1 minggu yang lalu karena itu saya pompa asi karena kebetulan ASI saya sangat banyak."

Seketika ruangan itu hening.

"Oh maaf ya Mbak yang sabar," kata si perawat merasa kasihan

Eliza menganggukkan kepalanya.

"Oh, iya. Beberapa hari lalu, saya sakit flu dan saya minum obat. Saya sudah tulis nama obatnya. Selain itu, saya tidak punya penyakit menular ataupun penyakit bawaan. Insya Allah saya sehat."

Dia menunjukkan beberapa kantong ASI yang diberi keterangan obat yang di konsumsi.

"Jika ASI yang ini tidak bisa diberikan untuk bayi, buang saja," ucapnya lagi

Sang perawat mengangguk. "Baik, Mbak. Kami akan konsultasikan dulu dengan dokter anaknya, apakah ASI boleh diberikan ke bayi atau tidak? Tapi biasanya selama ini tidak masalah, meskipun ibunya mengkonsumsi obat parasetamol," jawabnya.

Eliza tersenyum. "Baiklah kalau begitu saya permisi."

"Iya mbak," jawab si perawat.

Eliza lantas kembali melangkahkan kakinya ke arah box bayi yang akan menjadi anak susunya.

Dia tersenyum memandang bayi tersebut.

Eliza memasukkan jarinya di celah dinding box dan menyentuh jarinya. "Hai nak, ibu pamit pulang dulu."

***

Nathan sendiri datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi putranya.

Dari pagi hingga sore, dia menghabiskan waktu untuk mencari pendonor ASI.

Namun, hasilnya sangat mengecewakan. Bahkan pria itu hampir putus asa dan tidak tahu harus mencari kemana.

"Selamat sore, Mas Nathan," sapa perawat yang bertugas diruang perawatan bayi.

Nathan hanya sedikit menganggukkan kepalanya. "Saya belum menemukan pendonor ASI untuk bayi saya," ucapnya memerhatikan bayi mungilnya yang sedang tertidur.

Anehnya, putranya itu tampak sangat anteng sekali.


Sang perawat tersenyum. "Tidak apa-apa mas, kebetulan tadi siang ada seorang ibu yang mendonorkan ASI nya ke sini. Kami mengatakan kepada ibu itu, ASI yang diberikannya untuk anak mas Nathan."

Mendengar itu, mata Nathan terbuka lebar. "Apa itu benar?" 

Komen (230)
goodnovel comment avatar
Russ Nabil
jadi penasaran dgn nasib Eliza dan bayinya Nathan... buka kuncinya.....
goodnovel comment avatar
Imelda Andini Bawintil
bikin penasaran aja
goodnovel comment avatar
Tinah Mun
suka sekali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 6

    Perawat itu diam selama beberapa detik ketika melihat senyum menawan pria satu anak tersebut. "Iya mas," jawabnya kemudian. Sudah satu minggu ini selalu bertemu dengan Nathan. Namun baru kali ini perawat itu melihat senyum di wajah tampan pria itu. "Asinya juga sangat banyak mas, jadi ini cukup untuk satu minggu ke depan." "Apa ibu itu mau menjadi pendonor tetap untuk anak saya?" "Saya belum tahu mas," jawab si perawat. "Apa saya bisa menghubungi ibu itu." Nathan sangat senang, karena dia tidak perlu susah-susah untuk mencari pendonor ASI. "Maaf mas, saya juga lupa tadi meminta nomor handphone," sesal si perawat. "Apa ibu itu meninggalkan alamat, agar saya bisa datangi ke rumahnya." Tanya dengan penuh semangat. "Maaf mas, alamatnya juga tidak ada." Nathan mendengus kesal. Dia berharap wanita yang memberikan ASI untuk anaknya bisa segera dihubungi namun ternyata tidak. "Kalau saya boleh tahu nama yang mendonorkan ASI untuk anak saya?" tanyanya dengan begitu pena

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 7

    Bagi semua orang, kuburan merupakan tempat yang paling menakutkan, namun tidak untuk Eliza. Wanita muda itu terlihat nyaman duduk di depan kuburan anaknya. Air mata mengalir dengan deras seakan tidak ada keringnya. Bahkan mata yang biasanya bulat dan besar, kini sudah terlihat sangat kecil dan sembab. "Nak, ibu mau cari kerjaan, biar gak suntuk di rumah. Ibu mau cari uang untuk beli kambing akikah, Ibnu. Soalnya ibu dah janji, untuk beli 2 kambing. Ibu juga akan membuatkan batu nisan yang cantik." Eliza memeluk tumpukan tanah kuburan anaknya dan berharap bisa melepaskan rasa rindu yang menyesakkan dada. Mau bagaimanapun orang mengatakan harus ikhlas, namun tetap Eliza belum bisa mengikhlaskan anaknya. "Nak, ibu pamit pulang ya soalnya sudah sore. Maafkan ibu yang tidak bisa meluk Ibnu. Andaikan waktu bisa di putar kembali, pagi itu ibu akan langsung bawa Ibnu ke rumah sakit. Agar Ibnu bisa langsung di rawat." Eliza mengusap papan nama anaknya dan kemudian memeluk papan itu cukup l

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 8

    Sudah 10 hari, namun rasa sakit di kakinya tidak juga hilang, hingga Eliza kesulitan berjalan. "Eliza," panggil seorang pria.Eliza tidak yakin ketika mendengar ada yang memanggil namanya. Namun tetap saja dia menghentikan langkah kakinya serta menoleh ke belakang."Hai, bagaimana kabar kamu?" Tanya pria dengan gaya sok akrabnya. "Baik," jawab Eliza yang sedikit tersenyum."Masih ingat dengan saya?" Dokter berwajah manis itu tersenyum ramah dan bertanya. "Dokter," jawab Eliza. Meskipun malam itu kondisinya sangat buruk, namun Eliza tidak bisa melupakan sang dokter yang sudah berusaha menyelesaikan anaknya. "Iya, saya dokter Rizki, senang bisa berjumpa dengan kamu lagi. Bagaimana kondisi kaki kamu?" Dokter itu bertanya dan memandang kaki Eliza.Saat Eliza lewat di depannya, dia sangat mengingat wanita muda tersebut. Rizki memanggil Eliza karena dia melihat wanita itu berjalan sambil menyeret kakinya."Masih sakit dok, mungkin sebentar lagi sehat." Eliza tersenyum dan memandang ke a

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 9

    Apa suntik mati katanya? Dokter Rizki tercengang ketika mendengar permintaan Elisa. "Saya takut suntik tapi kalau yang dikasih suntik mati, saya nggak takut." Eliza berkata dengan putus asa."Saya mengerti perasaan kamu, tapi kamu tidak boleh seperti ini. Kamu harus menyayangi diri kamu sendiri. Kasihan anak kamu, dia akan merasa sedih jika melihat ibunya menangis." Dokter itu beranjak dari duduknya dan berdiri di samping Eliza. Eliza dengan cepat menghapus air matanya. Dia hanya diam ketika dokter itu memeriksa detak jantung, perut dan tensi darahnya."Tensi darah rendah 90/70, asam lambung naik," kata dokter Rizky setelah melakukan pemeriksaan terhadap Eliza."Ada harapan untuk mati gak dok?" Eliza bertanya dengan antusias."Mati lagi yang di omongin." Dokter itu memandang Eliza dengan marah. "Yang sudah mati, dikubur, mereka menangis dan memohon agar bisa hidup kembali. Kamu yang masih hidup, malah sibuk ingin mati." Dokter itu berkata dengan kesal."Saya cuma nanya dok," Eli

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 10

    Jantung Eliza seakan ingin lepas karena terkejut melihat sosok yang berdiri di depan pintu. Pria itu seperti hantu yang seakan bisa membuat dia mati karena serangan jantung. Eliza semakin kesal ketika melihat wajah pria itu yang seakan tidak merasa bersalah padahal sudah membuat dia hampir mati karena serangan jantung. "Maaf mas saya permisi." Eliza keluar ketika pria itu sudah memberikan jalan untuknya. Sedangkan pria itu hanya diam memandang Eliza. "Tadi siapa? "Nathan bertanya ketika dia sudah duduk di depan Rizki. Sahabatnya itu seorang dokter spesialis anak, mustahil rasanya jika Rizky memiliki pasien yang sudah dewasa seperti wanita barusan. "Oh itu, cantik kan? "Rizky tidak menjawab, justru malah balik bertanya. "Selera kamu anak kecil," ejek Nathan "Walaupun kecil-kecil kan sudah bisa buat anak. Dia itu sangat baik dan ibu yang baik. Terkadang usia tidak menjamin seseorang akan lebih dewasa dan bertanggung jawab terhadap anaknya sendiri. "Rizky memandang Nath

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 11

    Nathan berjalan dengan langkah ringan masuk ke dalam mansion mewah milik keluarganya. Senyum mengembang di bibirnya ketika melihat wanita paruh baya yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil menikmati secangkir teh hijau. Suasana hatinya sangat baik, hanya karena mendengar bahwa istrinya memberikan ASI untuk bayinya. Kemarahan yang sempat memuncak hilang dalam sekejap. "Apa kamu baru pulang dari rumah sakit?" tanya Mawar. Melihat raut bahagia yang terpancar di wajah putranya yang tampan, Mawar tahu bahwa saat ini suasana hati Nathan sedang bagus. "Iya mi," jawab Nathan dengan tersenyum. Pria itu kemudian duduk di sofa yang berbeda didepan wanita berparas cantik meskipun usianya sudah tidak muda lagi. "Bagaimana kondisi cucu, mami?" Mawar menanyakan tentang cucunya. "Tadi Rizky mengatakan bahwa kondisi anakku sudah jauh lebih baik. Berat badannya sudah bertambah 3 on." "Benarkah? mami sangat senang mendengarnya. Besok mami akan ke rumah sakit, sudah rindu pengen lihat cucu."

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 12

    Setelah tiga hari meminum obat yang diberikan dokter Rizky, Eliza merasakan kakinya yang jauh lebih baik. Bahkan dia sudah bisa memijalkan kakinya ketika berjalan.Hanya saja efek obat yang dikonsumsi, membuat matanya begitu mudah mengantuk. Atau mungkin karena Eliza yang tidak memiliki kesibukan apa-apa. Biasanya ada Ibnu yang di urus. Ganti celana setiap kali pipis. Memandikan dan bermain bersama bayi berwajah tampan itu. Namun kini semuanya hanya tinggal kenangan. Eliza mencoba untuk mengikhalskan namun ternyata semua itu terasa sangat sulit. "Nak, ibu rindu, rindu sekali." Eliza menatap foto anaknya.Andainya Eliza memiliki ponsel android, mungkin dia bisa melihat ratusan foto bayi Ibnu di sana. Eliza juga bisa menonton video bayinya yang sedang menangis. Melihat Ibnu yang baru saja pandai telungkup. Dan tersenyum ketika melihat bayi Ibnu tertawa terbahak-bahak setiap kali bermain. Namun nyatanya Eliza tidak bisa mendokumentasikan setiap momen indah itu karena dia yang hanya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 13

    Eliza membeku ketika mendengar kata-kata mutiara yang keluar dari mulut kakak iparnya."Aku juga nggak usah, aku males kalau dipegang sama orang seperti kamu," kata kakak Sandy yang bernama Tina. Kedua wanita itu memandang Eliza dengan jijik.Mengangguk paham, Eliza pergi ke dapur untuk membuat minum. Eliza sudah terbiasa mendengarkan caci maki serta hinaan seperti ini. Namun tetap saja hatinya terasa perih dan terluka. Apa lagi kondisi emosinya yang tidak stabil setelah kepergian anaknya.Eliza berusaha berjalan dengan cepat ke dapur. Setibanya di dapur yang berukuran kecil, dia tidak langsung membuat minuman. Namun menangis terlebih dahulu. Terkadang Eliza berpikir, sampai kapan bisa bertahan ditengah-tengah keluarga Sandy, yang selalu menghina dan merendahkannya. Keluarga yang mengaku menjunjung tinggi pendidikan, namun memperlakukan orang layaknya binatang. Apakah ini ciri-ciri orang yang berpendidikan tinggi?Eliza dengan cepat menyudahi tangisnya ketika mendengar Wati memangg

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 307

    Kiara duduk di tepi tempat tidur dengan kaki menjuntai ke lantai. Jujur saja ia masih sangat malu ketika hendak memandang wajah tampan suaminya. Pada akhirnya wanita yang sudah berganti status itu hanya diam sambil menundukkan kepalanya."Apa ada yang hilang?" Rizky berkata sambil memandang istrinya. Kiara menggelengkan kepala dengan tersenyum malu-malu. "Jika tidak ada kenapa lihatnya ke bawah terus?" Rizky tersenyum kecil sambil menggoda istrinya. Kiara bingung harus menjawab apa. Ingin sekali mengatakan bahwa ia sedang malu dan juga gugup. Masak sih hal seperti ini Rizky tidak paham.Ya ampun kok kaku banget sih, bahkan candaannya pun garing. Rizki seakan mengutuk kebodohannya sendiri. Untuk mencari topik obrolan dengan istrinya saja dia sudah kebingungan. "Riasan make up, kamu apa nggak mau dihapus?" Rizky kembali bersuara karena istrinya itu hanya diam saja.Kiara memang sangat cantik dirias Mua terkenal. Namun tetap saja Rizki sangat suka fashion wajah natural Kiara. Yang

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 306

    Tatapan mata Aliya terus saja menuju ke arah Nathan. Dia begitu sangat kagum melihat duda satu anak tersebut. Nathan duduk sebagai saksi sambil memangku anaknya. Sedangkan Hermawan duduk memangku Yura. Gadis kecil yang bernasib malang. Eliza mengikuti arah pandangan Aliyah. Melihat tatapan Aliya yang tertuju ke arah Nathan membuat dia kesal. "Adik, Mas Nathan apa sudah punya calon istri?" Tanya Aliya dengan menunjukkan mimik wajah sebaik mungkin. Tips untuk mendapatkan pria yang diinginkan maka harus dekati adiknya. Aliya pun akan menerapkan hal tersebut. Selama ini ia beranggapan bahwa Nathan hanya menganggap Eliza sebatas adik saja, tanpa perasaan sama sekali.Belum sempat Eliza menjawab Aliya sudah menjawab sendiri pertanyaannya. "Sudah pasti belum dong ya, mana mungkin baru aja ditinggal istri sudah punya calon istri lagi." Aliya tertawa kecil sambil memandang ke arah Nathan. Mendengar jawaban dari Aliya membuat Eliza semakin kesal. Dadanya terasa panas ketika mengetahui Aliy

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 305

    Kiara sudah sangat cantik, dengan gaun berwarna putih, hijab dan juga makeup yang sempurna.Dilihatnya Mawar dan Eliza masuk ke dalam kamarnya. Kedua wanita itu tampak begitu sangat cantik, dan anggun."Kak ipar cantik sekali." Eliza tersenyum dan memuji kecantikan calon istri Rizky tersebut.Kiara tersenyum dan merasa jantungnya yang berdebar dengan cepat. Pernikahan ini seperti mimpi untuknya. Ia tidak pernah bermimpi menikah dengan Rizky, dokter yang menjadi idola di rumah sakit tempat kerjanya. Namun nyatanya pria itu akan mengucapkan ijab kabul untuknya. "Pak penghulu sudah datang, ayo kita keluar." Mawar berkata sambil mengusap tangan Kiara."Baik tante," jawab Kiara yang sudah beranjak dari duduknya. Di acara ijab kabul ini, Rizky memintanya untuk memakai hijab, karena ini merupakan acara sakral untuk mereka. "Kiara, Rizky itu memang suka cuek, tapi dia itu orangnya sangat baik sekali, pengertian juga. Tante yakin kamu sangat beruntung bisa menikah dengan Rizky." Mawar mencob

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 304

    Seorang pria berdiri di depan cermin berukuran besar dan memandang pantulan dirinya. Penampilan pria itu sudah sangat rapi dengan memakai jas putih serta peci putih. Dikeluarkannya kertas kecil dari dalam saku celananya, Iya kembaliUntuk pertama kalinya pria itu merasa gugup yang luar biasa. Dikeluarkannya kertas kecil dari dalam suka celana dan kemudian membacanya. Rizky mengulang kalimat yang sama berulang-ulang kali. Sampai dia yakin bahwa tidak ada yang salah. Dengan cepat pria itu menyimpan kertas kecil itu ke dalam saku celananya ketika melihat kepala Nathan nongol dari balik pintu. "Wow pengantin dadakan sangat keren sekali." Nanhan merupakan orang pertama yang memberikan pujian Untuk sahabatnya. Rizky tersenyum dan kembali memandang wajahnya dari pantulan cermin. "Menurutmu apa ada yang kurang?" Meskipun yakin bahwa tampilannya sudah sangat sempurna namun tetap saja dokter berwajah manis itu tidak percaya diri."Tidak ada yang kurang, sempurna," jawab Nathan sambil mengang

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 303

    "Dia kasih apa?" Rizky bertanya sambil melirik ke arah Nathan. Entah mengapa ia memiliki firasat yang tidak enak setelah mengetahui Nathan sudah menyiapkan kado untuknya. "Rahasia yang pasti katanya mas Nathan, kadonya bakal buat Liza cepat dapat keponakan." Eliza tersenyum nyengir. Eliza tidak bisa membayangkan seperti apa terkejutnya Rizky dan Kiara ketika membuka kado dari Nathan. Rizky mengerutkan keningnya ketika mendengar jawaban dari Eliza. "Dapat keponakan?"Dengan cepat Eliza menganggukkan kepalanya. "Apa yang dikasih?" tanya Rizky yang tampak begitu sangat penasaran."Rahasia," jawab Eliza yang tetap mempertahankan kepercayaan. Dia sudah berjanji dengan untuk tidak membocorkan isi kadonya. Karena itu Eliza berusaha untuk tidak mau memberitahukan isinya kepada Rizky."Nggak mungkin vitamin, Abang dokter Abang bisa kasih vitamin yang bagus untuk istri Abang." Rizky menebak-nebak kado apa yang sudah disiapkan oleh saudara angkatnya tersebut."Ya nggak mungkin vitamin," ja

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 302

    "Ya sudah pasti Nona, apalagi Nona adalah calon istri dari Dokter Rizki. Dokter Rizki itu sudah seperti anak kandung oleh Tuan Hermawan dan juga nyonya mawar. Karena itu mereka ingin acara ijab kabul ini tetap diselenggarakan dengan sangat baik. Walaupun waktunya mendadak," jelas bibi Eli.Kiara tersenyum sambil menundukkan kepalanya. Ada rasa bersalah di hatinya karena memaksa dokter itu untuk menikahinya saat ini juga. Tanpa membiarkan waktu untuk mempersiapkan pernikahan terlebih dahulu. Tapi jujur saja Kiara benar-benar takut, bagaimana jika acara belum terlaksana dan dia sudah ditemukan oleh ibu kandungnya sendiri. "Permisi," sapa seorang wanita berusia sekitar 40 tahun. Wanita itu datang dengan membawa tas makeup berukuran besar."Silakan masuk mbak." Si Bibi langsung mempersilakan wanita bertubuh gemuk tersebut. "Apa ini calon pengantinnya?" Wanita perias make up itu bertanya sambil memandang Kiara."Iya," jawab si Bibi sambil menganggukkan kepalanya."Apa sudah mandi?" Wani

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 301

    Yura harus dewasa meskipun usianya masih 4 tahun. Diusianya yang masih sangat kecil, Yura sudah merasakan kekejaman serta penganiayaan yang dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri. Gadis kecil itu sudah disuruh mencuci pakaian dengan tangan. Jika tidak bersih, tubuhnya akan dipukul dengan tali pinggang oleh Nita ataupun Indra. Yura di suruh memasak, jika gosong, tidak terasa garam, atau asin, tubuhnya akan dipukul dengan tali pinggang. Karena itu Yura selalu melakukan semuanya dengan sangat hati-hati. Bahkan adis kecil itu nyaris kehilangan nyawanya. Bersyukur ia bertemu dengan orang baik seperti Rizky. Karena itu Yura akan menjadi anak yang baik, tidak cengeng dan rajin. Yang penting Rizky tidak membuangnya."Cucu Oma pintar sekali. Bajunya bagus banget." Mawar tersenyum sambil mengusap air mata Yura. Melihat Mawar memperlakukannya dengan sangat baik membuat Yura senang. Ternyata wanita paruh baya itu tidak jahat dan juga kejam. "Iya Oma, ini Om dokter yang belikan," kata Yura denga

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 300

    "Aduhhh tante sakit, telinga aku," keluh Rizky. Didepan Mawar dokter yang penuh kharisma itu tampak seperti seekor kucing yang sangat patuh."Tahu sakit masih suka suka bikin ulah," omel Mawar. Wanita cantik itu berkata dengan marah. Namun yakinlah ini tidak marah sungguhan. Ini luapan kecemasan yang berlebihan. "Aku nggak bikin ula tante," jawab Rizky sambil memegang tangan Mawar agar tidak menambah kapasitas tenaganya."Terus ini apa namanya? Kamu itu sudah mau nikah tapi masih juga bikin orang cemas. Mana nikah main dadakan lagi?" Bibir tipis wanita paruh baya itu terus saja mengomel. Mungkin karena rasa bahagia dan juga cemas berkumpul menjadi satu."Iya, iya maaf." Rizky bernafas lega setelah Mawar melepaskan tangannya dari telinganya. Dokter berwajah manis itu mengusap telinganya yang terasa begitu sangat perih karena Mawar menarik telinganya dengan keras. Yura yang digendong Rizky tampak begitu marah memandang Mawar. Gadis kecil itu tidak suka ketika Mawar menyakiti Om dokte

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 299

    Kiara duduk dengan gelisah. Ia keluar jendela berharap Rizki segera datang. Namun sudah cukup lama menunggu dokter itu tidak kunjung datang dan hal ini yang membuat Kiara sangat cemas. Ingin sekali ia turun dari dalam mobil dan mencari dokter tersebut. Namun Kiara takut bertemu dengan Rini ataupun Lina dan juga Rudi. Pada akhirnya ia memilih untuk diam dan menunggu di dalam mobil. Kiara meremas-remas jari tanganya sendiri dan berharap rasa cemas ini segera hilang. Ia menunggu dengan jantung yang berdebar dengan cepat. Namun rasa cemasnya hilang seketika ketika melihat Rizky yang berjalan menuju ke parkiran bersama dengan Aliya dan juga Yura. Dengan cepat Kiara membukakan pintu dari dalam. Melihat pintu mobil yang sudah terbuka Rizky langsung memasukkan Yura di kursi penumpang dan disusul oleh Aliya. Aliya belum menyadari bahwa yang duduk di depan adalah sahabatnya sendiri. "Aliya, Yura." Kiara langsung menyapa Yura dan juga Aliya dengan wajah ceria. "Kiara! "Aliya tampak ti

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status