Share

Perjalanan Jauh

Penulis: Yuu Otosaka
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-15 21:33:24

Kaki putih mulus milik gadis liar itu turun dari tangga dengan bungkusan heels panjang. Hentakan kakinya begitu ramah terdengar di tiap langkah. Sorotan mata langsung tertuju padanya. Sempat mereka terbelalak melihat gadis lusuh tidak beraturan tadi berubah menjadi putri anggun nan cantik.

Dress hitam berpadu manik putih di lingkaran lengan bajunya membuat pesonanya kian bertambah. Di lehernya melingkar liontin bermata satu dan juga sepasang anting kecil yang menjadi aksesoris Larrisa. Rambutnya diikat dengan model ponytail hingga meracik aksen menggemaskan dan menawan dalam sekali gus. Dress hitam yang menutupi garis bahu hingga lutut itu membuat Eliot terperanjat dari diam.

Deg!

Eliot menyukai warna hitam itu. Apalagi Larrisa begitu pantas mengenakannya, melihat dress hitam dan juga heels hitam yang dipadukan dengan liontin serta sepasang anting, membuat dirinya menikmati gelap Larrisa sejenak.

"Putri Ayah memang cantik. Pantas Eliot langsung jatuh cinta pada pandangan pertama."

Lelucon Tuan Steven menegur Eliot dari kekagumannya. Dia langsung mengalihkan bola matanya ke arah berlainan dan menunduk kemudian. Sebisa mungkin Eliot menutup kekagumannya.

"Ehm." Eliot mendeham untuk menghilangkan gugupnya. Dia langsung membuka kancing tangan bajunya dan melipat hingga ke siku.

Larrisa langsung menjegilkan matanya ke arah Eliot. Bibir yang sudah dibalur lipstik merah merona itu mengerucut samar-samar karena perangai Eliot. Sudah lelah berdandan, tapi pria itu sama sekali tidak menoleh padanya. "Ck," decaknya kesal.

"Ayo, kalian berangkat sekarang. Tuan Erdogan sudah menunggu lama," ucap Tuan Steven menghancurkan keheningan.

"Kalau begitu, kami pamit dulu, Tuan Steven." Eliot dengan formalnya membungkuk pada ayah Larrisa.

"Jangan terlalu kaku begitu. Kau panggil ayah saja," gurau Tuan Steven sambil menepuk bahu pria yang tingginya tidak setara dengannya.

"Tentu saja, Ayah."

Deg!

Larrisa langsung ternganga mendengar mulut ringan Eliot dengan mudahnya memanggil ayah pada Tuan Steven, tentu dengan panggilan yang sama seperti dia. Larrisa tak habis pikir kalau pria itu dengan berani melakonkan sandiwara yang amat sempurna. Bahkan dia saja sampai bergetar hatinya melihat sandiwara Eliot.

Keduanya kemudian dihantarkan Tuan Steven dan juga Bi Sayi sampai naik ke dalam mobil. Mereka melambai bahagia ketika Larrisa, putrinya pergi bersama Eliot.

"Entah kebaikan apa yang kulakukan di masa lalu, sampai bisa punya menantu seperti Eliot," syukur Tuan Steven tersenyum.

Bi Sayi hanya bisa membalas dengan senyuman.

***

Di dalam mobil, keduanya duduk di belakang supir pribadi kakeknya Eliot. Tidak ada perbincangan diantara mereka. Larrisa terus menatap ke samping memandang jalan, sedangkan Eliot terus memainkan ponsel genggam miliknya tanpa henti.

"Tuan Erdogan sudah sampai di villa, Tuan," lapor sopir pribadi kakeknya itu.

"Hmm," angguk Eliot tanpa menatap supir itu. Matanya terus fokus memainkan ponsel genggam miliknya dan tak peduli dengan sekeliling.

Jengkel dengan Eliot, Larrisa menepuk tangannya sekali dengan sangat keras, hingga Eliot menatap ke arah gadis itu.

Plak!

Sekali lagi dia menepuk tangannya. Kali ini dia mengangkat agak sedikit jauh dari tepukan yang pertama.

"Apa yang kau lakukan?" Eliot menatap Larrisa dengan heran. Dia menaikkan sebelah alisnya merasa aneh melihat Larrisa.

"Tidak, ada nyamuk," jawab Larrisa cepat. Matanya tidak berkedip sama sekali. Dia melebarkan matanya sedikit ke arah Eliot lalu tersenyum kaku pada pria itu. Seolah sedang melemparkan kemarahan pada Eliot.

"Nyamuk? Apa mengganggu Anda, Nona?" tanya sopir itu panik.

"Tentu." Tatapa nmata Larrisa kembali dilemparkan pada Eliot. "Aku sangat terganggu," sambungnya lagi. Larrisa menyipitkan matanya hingga sudut tajam tatapannya jelas menusuk Eliot. Dia seakan mengecam Eliot tanpa jera.

Ponsel yang tengah dipegang Eliot langsung dimasukkannya ke dalam saku. Dia menggulir bola matanya ke arah jendela mobil karena merasa terancam dengan tatapan wanita itu.

Larrisa membuka kaca mobil dan kemudian mengeluarkan kepanya sedikit ke arah jalan. Dia menikmati angin sejuk yang menghembus wajahnya. Senyum tipis pun terukir sempurna di wajah Larrisa, dia begitu senang dengan suasana saat ini. Begitu tenang, hingga sejenak dia lupa dengan masalah hidupnya.

"Pak, naikkan kaca mobilnya!" perintah Eliot.

Larrisa melirik Eliot dan kemudian perlahan memasukkan wajahnya. Dia cemberut berat sampai raut wajahnya terlihat menyebalkan. Larrisa begitu marah di dalam hatinya, karena Eliot mengganggu kesenangannya.

Kaca mobil itu kemudian tertutup rapat hingga angin tak dapat menembus. Larrisa meremuk dress hitam yang sedang dia kenakan karena merasa kesal dengan tingkah Eliot. Rasanya ingin memukul kepala pria itu hingga jatuh pingsan. Tangan gadis itu sudah terkepal kuat seolah bersiap melemparkan tinjuan maut ke arah Eliot. Dia mengeraskan rahangnya dan menggerutu hebat di dalam hatinya.

"Bajingan kurang kerjaan," benaknya merutuk pria yg duduk di sebelahnya.

Perjalanan mereka begitu jauh, sudah hampir satu jam belum juga sampai ke tujuan. Mata Larrisa sudah sangat berat hingga tidak mampu menahan kantuk. Dia menyenderkan kepalanya ke samping jendela lalu tertidur dengan pulas.

Duk!

Duk!

Suara ketukan kepala Larrisa ke kaca jendela mobil terdengar. Terus menganggu telinga Eliot dengan suara yang ditimbulkan Larrisa. Dia menarik nafasnya panjang, lalu meletakkan telapak tangannya di kepala Larrisa, hingga kepalanya tidak lagi terbentur ke kaca jendela tersebut. Dia merasa bising dan terganggu dengan suara itu.

Namun kini setelah menyalipkan telapak tangannya di kepala Larrisa, dia malah menyesal, tangannya keram karena terlalu lama menggantung menahan kepala Larrisa. Tangannya kini benar-benar kesemutan, karena sudah tak tahan lagi, Eliot tidak sengaja menarik tangan panjangnya dari sisi Larrisa.

Dug!

Benturan keras terdengar dari kepala Larrisa.

"Auh!" Larrisa merintih kesakitan. Dia terbangun dari tidurnya dan dengan mata sayu melihat sekeliling. Tidak ada yang berbeda sejak saat matanya terpejam hingga terbuka kemabli, mereka tetap berada di dalam mobil, dengan keheningan yang begitu menusuk. Larrisa menatap Eliot, dan kemudian sopir yang membawa keduanya.

Eliot langsung mengalihkan pandangannya. Dia takut jika gadis itu menyadari perbuatan yang telah dia lakukan. Dia takut jika Larrisa menyadari bahwa Eliot sudah diam-diam melindunginya.

"Ini kapan sampainya?" tanya Larrisa bosan.

"Sebentar lagi, Nona," jawab Sopir itu.

"Lama sekali," tambah Larrisa. "Berapa menit lagi?" Larrisa terus menanyai sopir itu dengan pertanyaan beruntun.

Eliot dengan nada datar dan dingin ikut menimpali. "Turun saja dari sini! Berisik."

Larrisa terdiam tidak berani berkutik. Meski dalam hatinya sudah antri mengutuk pria kejam tak berperasaan itu. Hatinya yang lemah itu seakan teriris dengan perkataan Eliot.

Dia menyandarkan badannya dan membuang wajah dari Eliot.

"Aku mau pipis," desis Larrisa dalam hati. Dia menggenggam tangannya lalu menekan sedikit perutnya, sejajar dengan kantung kemihnya. Dia menggigit bibirnya keras untuk menahan rasa ingin buang air itu.

"Pak, masih lama, tidak?" tanya Larrisa dengan muka kaku menahan rasa ingin buang air kecil.

Eliot langsung menangkap raut wajah Larrisa namun tidak terlalu menanggapi. Dia terus fokus ke arah jalan tanpa menghiraukan gadis itu.

Larrisa sudah benar-benar tidak tahan. Seakan sekantong air akan menerobos keluar dari dalam sana. Dia memegang tangan Eliot spontan dan dengan muka memelas mengadu pada pria itu. "Aku tidak tahan lagi." Larrisa meremas lengan baju Eliot dan sedikit menjepit kedua pahanya.

Eliot terkejut dengan sentuhan tangan kecil wanita itu. Lekas dia menyuruh sopir pribadi kakeknya itu berhenti di sebuah kedai kecil di pinggir jalan.

Saat mobil itu berhenti, Larrisa melompat dan berlari dengan kencang ke toilet di kedai itu. Tanpa basa-basi dia mendobrak pintu kedai dan masuk ke dalam.

"Ehm." Larrisa tersenyum lega saat seluruh air itu keluar. Dia kini kembali nyaman dan tidak merasa kesulitan lagi.

Bab terkait

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Villa Baru

    Tuan Erdogen kian sibuknya mempersiapkan sambutan hangat untuk cucu juga calon istri cucunya. Dia memerintahkan seluruh pelayanan di villa untuk mengatur segalanya sesuai keinginannya. Ketika mobil yang membawa Eliot dan Larrisa tiba, pintu pagar villa dengan cekatan dibuka oleh petugas jaga di pos. Ramai-ramai pelayan berpakaian hitam putih menunduk serentak dan sejajar berdiri lalu membungkuk menyapa kedatangan mereka. Tidak hanya sampai di situ saja, ketika pintu mewah menjulang tinggi itu terbuka lebar, barisan wanita dengan celemek putih kecil terikat di pinggang membungkuk seluruhnya. Sepanjang gelaran karpet merah di villa itu berjejer rapi pelayan-pelayan dengan senyuman ramah. Berdiri di ujung karpet itu seorang pria tua dengan jas rapi serta dasi bercorak abstrak. "Selamat datang, Eliot … dan juga … calon istri cucuku nantinya, Larrisa Camory." Tuan Erdogan tersenyum lebar bersamaan dengan kibaran tangan yang membentang, dia menunggu dekapan hangat dari keduanya. Larris

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-16
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   First Kiss

    Badan bidang milik Eliot hampir dirobohkan oleh gadis bernama Larrisa Camory. Gadis itu berlari mengejarnya dan kemudian menabrak punggungnya dari belakang. Terasa begitu keras hingga badan kecil Larrisa yang tidak sebanding dengan Eliot terpental hampir jatuh. Tak sengaja tubuhnya beradu dengan Eliot. Larrisa tidak bisa menghindari tabrakan tubuh tersebut karena Eliot berhenti melangkah ketika Larrisa sedang laju berlari."Apa yang kau lakukan?" Eliot berbalik menghadap Larrisa. "Ti-Tidak, cuma ingin mengikutimu saja," jawab Larrisa tidak berani menatap mata Eliot yang tajam dan menusuk." Kau mau kemana?" tanya Larrisa lagi. "Tidak lihat bajuku basah?" Eliot melirik kemeja hitamnya yang terkena semburan dari mulut Larrisa tadi."Tentu, tentu harus diganti. Kalau begitu biar kutemani," ucap Larrisa menawarkan diri. Eliot langsung berbalik pergi tak menghiraukan Larrisa. Dia berjalan lurus menuju kamar yang masih kental dengan bau cat baru itu. Larrisa terus mengejar. Dia tidak pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-19
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Wolfe Man

    Entah mimpi apa yang mengutuknya hingga kejadian hari ini terjadi padanya, dia kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya. Larrisa tidak terima karena ciuman pertama yang selalu dijaga olehnya telah hilang dalam sehari dirampas pria yang sangat menjengkelkan dalam hidupnya. Gadis itu mengepal kedua tangannya lalu menatap sinis netra Eliot. Pipinya yang semula merah malu berubah menjadi amarah. "Beraninya kau! Meski kau begitu memandang rendah diriku, tidak berarti kau dengan sesukamu menyentuh tubuhku!" Larrisa begitu murkanya mengamuki Eliot. Tangannya bahkan ikut menunjuk karena kesalnya. "Jika bukan karena ayahku, aku… Larrisa Camory, tidak akan pernah berhubungan denganmu!" Matanya sedikit berkaca-kaca menahan marahnya. "Aku akan membalas kelancanganmu ini!" Larrisa pergi meninggalkan Eliot dengan wajah murka penuh amarah. Dia tak dapat berkata-kata lagi, toh semua telah terjadi, tidak ada yang bisa diperbaiki. Bibirnya yang suci itu telah dicemari pria dingin menyebalkan.E

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-20
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Tercekam

    Bibir merah jambu yang begitu sendu tepat mengenai daun telinga Larrisa. Dengan jahil, Eliot sedikit memberatkan suaranya seolah ia bersenandung hingga menyapa kalbu gadis yang tengah gematar melawan godaan Eliot. Larrisa terjatuh ke lantai dengan keadaan hampir setengah sadar. Badannya lemas tidak bisa berdiri tegar. Matanya tak berkedip bahkan bernafas pun sulit. Tungkai kakinya tidak lagi seimbang bahkan tak bisa menopang berat badannya kini.Drug!Eliot terkejut dengan respon gadis itu. Dia mengira bahwa Larrisa si gadis keras kepala dan angkuh itu tidak akan tertindas sampai jatuh begitu. Larrisa tampak ketakutan sampai wajahnya sangat pucat. Eliot sempat panik melihat Larrisa. Secepatnya Eliot mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. Larrisa mengepal tangannya, meremas karpet lembut tempat badannya tersungkur jatuh. Dia ragu menjatahkan tangannya dan menerima bantuan Eliot. Dia takut jika uluran tangan itu hanyalah cara Eliot selanjutnya untuk menindas dirinya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-23
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   One Bed

    Semakin dia mencoba menenangkan hatinya yang gundah, semakin keras pula suara gagak itu menakuti Larrisa. Kini terdengar jelas dan dekat.. Dia tak tahu jelasnya mengapa burung gagak itu mengelilingi atap villa.Larrisa ketakutan apalagi dalam keadaan sendiri. Meski sudah mencoba untuk menguatkan diri. Namun suara cekikikan burung itu terus membara di telinganya. Dia berusaha keras agar suara itu tak menggoyahkan benaknya, walaupun pada akhirnya dia tak bisa bertahan berpura-pura berani dan tegar.Dia bangkit dari ranjangnya, berlari ke sebelah kamarnya yang jaraknya sangatlah dekat.Tok-Tok-Tok!Eliot tengah duduk bersantai di dekat jendela kaca sambil menatap pepohonan rindang di samping villa itu. Sungguh menyejukkan mata. Dia banyak mendapatkan ketenangan di villa itu. Ketenangan itu seketika buyar saat suara ketukan pintu mengusik lentera redup yang sudah hampir padam. "Masuk, tidak dikunci!" balas Eliot dari dalam kamar. Larrisa lantas masuk begitu saja tanpa berpikir panjang.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-24
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Piyama

    Pelukan mentari yang begitu hangat memancarkan sinar sampai menyeruak masuk melalui ventilasi kamar dari balik dinding villa mewah yang kini menjadi milik Larrisa. Gadis itu terbangun dari lelapnya malam dimana tubuhnya berbaring ditemani kapas kasur lembut dan nyaman. Dia membuka matanya yang bulat berbarengan dengan mulut terbuka lebar, dia menguap Kemudian dia bangkit dari tidurnya sambil meregangkan tubuhnya yang ramping. Dia menoleh ke sisi kiri, hendak melihat penampakan Eliot bekas tunjangan kakinya malam itu. Dia ingin menikmati pemandangan menyedihkan dari pria angkuh tersebut.Saat mata hitam itu sampai menoleh hingga ke lantai, tak ada apa pun di tempat. Seingatnya pria itu jatuh tepat di sisi ranjang. Larrisa turun dari atas kasur lalu memeriksa ke bawah kasur, memastikan keberadaan pria itu. Dengan jelas dia melihat Eliot berada di bawah. Tidak mungkin pria itu pindah, mengingat betapa pulasnya Eliot tidur malam itu. Larrisa melihat jam yang tergantung di sisi dinding,

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Perjodohan

    "Tidak Akan!" tegas gadis bermata bulat berwana hitam pekat. Dia Larrisa Camory. Anak pengusaha sukses yang periang dan liar. Memiliki wajah mungil, berpipi cabi. Dia adalah sosok putri semata wayang yang manja, dan perangainya tidak bisa dikontrol oleh siapapun, bahkan ayahnya sendiri.Usianya kini menginjak 22 tahun, tapi belum juga memiliki pendamping. Bahkan sekedar pacar semalam pun tiada. Sikapnya yang susah diatur penyebab pria enggan mengencani dirinya. "Ayah sudah list pria yang akan kau kencani." Steven Camory bersikeras memaksa putri semata wayangnya mencari pendamping hidup. Mengingat usianya yang sudah rentan, sementara perusahaan butuh pemimpin yang sehat dan bugar. Larrisa tak ingin menjamah perihal perusahaan, dia stress bila membahas tentang bisnis. Otak mungilnya hanya digunakan untuk menghafal gerakan tarian sesuai minat bakatnya. "Ayah, aku mengencani 2 pria seharian ini. Apa Ayah ingin menjual putrimu? Maksud Ayah begitu?!""Risa, Ayah hanya ingin ….""Cukup,

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Pria Misterius

    Dalam dua hari, Larrisa memecahkan rekor terbaru. Dia mengencani pria sebanyak lima belas orang. Entah kekuatan apa yang dia miliki, hingga bisa membuat semua pria menolaknya. "Bukan salahku," kata Larrisa pada Ayahnya. "Bagaimana bisa semua menolak putriku yang cantik?" tanya Tuan Steven keheranan. "Tidak tahu, Ayah." "Atau kau berbuat sesuatu hingga semua menolakmu?" tuduh Tuan Steven curiga. Larrisa menggeleng kepala menangkis tuduhan ayahnya itu. Dia segera membakar hangus pemikiran ayahnya, meski memang benar firasat Tuan Steven tentang Larrisa."Aku akan pergi kencan hari ini," kata Larrisa. "Tersisa satu lagi. Kalau tidak cocok, ayah akan menjodohkanmu dengan pria luar negeri. Yang ada di kota ini sudah habis kau tolak semua.""Bukan salahku, Ayah. Standar mereka terlalu tinggi. Aku mungkin saja berada dibawah rata-rata, sebab itu tidak diterima oleh mereka," jelas Larrisa menolak disalahkan. Larrisa hendak beranjak keluar dari ruang kerja ayahnya untuk bersiap mengganti

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-08

Bab terbaru

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Piyama

    Pelukan mentari yang begitu hangat memancarkan sinar sampai menyeruak masuk melalui ventilasi kamar dari balik dinding villa mewah yang kini menjadi milik Larrisa. Gadis itu terbangun dari lelapnya malam dimana tubuhnya berbaring ditemani kapas kasur lembut dan nyaman. Dia membuka matanya yang bulat berbarengan dengan mulut terbuka lebar, dia menguap Kemudian dia bangkit dari tidurnya sambil meregangkan tubuhnya yang ramping. Dia menoleh ke sisi kiri, hendak melihat penampakan Eliot bekas tunjangan kakinya malam itu. Dia ingin menikmati pemandangan menyedihkan dari pria angkuh tersebut.Saat mata hitam itu sampai menoleh hingga ke lantai, tak ada apa pun di tempat. Seingatnya pria itu jatuh tepat di sisi ranjang. Larrisa turun dari atas kasur lalu memeriksa ke bawah kasur, memastikan keberadaan pria itu. Dengan jelas dia melihat Eliot berada di bawah. Tidak mungkin pria itu pindah, mengingat betapa pulasnya Eliot tidur malam itu. Larrisa melihat jam yang tergantung di sisi dinding,

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   One Bed

    Semakin dia mencoba menenangkan hatinya yang gundah, semakin keras pula suara gagak itu menakuti Larrisa. Kini terdengar jelas dan dekat.. Dia tak tahu jelasnya mengapa burung gagak itu mengelilingi atap villa.Larrisa ketakutan apalagi dalam keadaan sendiri. Meski sudah mencoba untuk menguatkan diri. Namun suara cekikikan burung itu terus membara di telinganya. Dia berusaha keras agar suara itu tak menggoyahkan benaknya, walaupun pada akhirnya dia tak bisa bertahan berpura-pura berani dan tegar.Dia bangkit dari ranjangnya, berlari ke sebelah kamarnya yang jaraknya sangatlah dekat.Tok-Tok-Tok!Eliot tengah duduk bersantai di dekat jendela kaca sambil menatap pepohonan rindang di samping villa itu. Sungguh menyejukkan mata. Dia banyak mendapatkan ketenangan di villa itu. Ketenangan itu seketika buyar saat suara ketukan pintu mengusik lentera redup yang sudah hampir padam. "Masuk, tidak dikunci!" balas Eliot dari dalam kamar. Larrisa lantas masuk begitu saja tanpa berpikir panjang.

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Tercekam

    Bibir merah jambu yang begitu sendu tepat mengenai daun telinga Larrisa. Dengan jahil, Eliot sedikit memberatkan suaranya seolah ia bersenandung hingga menyapa kalbu gadis yang tengah gematar melawan godaan Eliot. Larrisa terjatuh ke lantai dengan keadaan hampir setengah sadar. Badannya lemas tidak bisa berdiri tegar. Matanya tak berkedip bahkan bernafas pun sulit. Tungkai kakinya tidak lagi seimbang bahkan tak bisa menopang berat badannya kini.Drug!Eliot terkejut dengan respon gadis itu. Dia mengira bahwa Larrisa si gadis keras kepala dan angkuh itu tidak akan tertindas sampai jatuh begitu. Larrisa tampak ketakutan sampai wajahnya sangat pucat. Eliot sempat panik melihat Larrisa. Secepatnya Eliot mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. Larrisa mengepal tangannya, meremas karpet lembut tempat badannya tersungkur jatuh. Dia ragu menjatahkan tangannya dan menerima bantuan Eliot. Dia takut jika uluran tangan itu hanyalah cara Eliot selanjutnya untuk menindas dirinya.

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Wolfe Man

    Entah mimpi apa yang mengutuknya hingga kejadian hari ini terjadi padanya, dia kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya. Larrisa tidak terima karena ciuman pertama yang selalu dijaga olehnya telah hilang dalam sehari dirampas pria yang sangat menjengkelkan dalam hidupnya. Gadis itu mengepal kedua tangannya lalu menatap sinis netra Eliot. Pipinya yang semula merah malu berubah menjadi amarah. "Beraninya kau! Meski kau begitu memandang rendah diriku, tidak berarti kau dengan sesukamu menyentuh tubuhku!" Larrisa begitu murkanya mengamuki Eliot. Tangannya bahkan ikut menunjuk karena kesalnya. "Jika bukan karena ayahku, aku… Larrisa Camory, tidak akan pernah berhubungan denganmu!" Matanya sedikit berkaca-kaca menahan marahnya. "Aku akan membalas kelancanganmu ini!" Larrisa pergi meninggalkan Eliot dengan wajah murka penuh amarah. Dia tak dapat berkata-kata lagi, toh semua telah terjadi, tidak ada yang bisa diperbaiki. Bibirnya yang suci itu telah dicemari pria dingin menyebalkan.E

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   First Kiss

    Badan bidang milik Eliot hampir dirobohkan oleh gadis bernama Larrisa Camory. Gadis itu berlari mengejarnya dan kemudian menabrak punggungnya dari belakang. Terasa begitu keras hingga badan kecil Larrisa yang tidak sebanding dengan Eliot terpental hampir jatuh. Tak sengaja tubuhnya beradu dengan Eliot. Larrisa tidak bisa menghindari tabrakan tubuh tersebut karena Eliot berhenti melangkah ketika Larrisa sedang laju berlari."Apa yang kau lakukan?" Eliot berbalik menghadap Larrisa. "Ti-Tidak, cuma ingin mengikutimu saja," jawab Larrisa tidak berani menatap mata Eliot yang tajam dan menusuk." Kau mau kemana?" tanya Larrisa lagi. "Tidak lihat bajuku basah?" Eliot melirik kemeja hitamnya yang terkena semburan dari mulut Larrisa tadi."Tentu, tentu harus diganti. Kalau begitu biar kutemani," ucap Larrisa menawarkan diri. Eliot langsung berbalik pergi tak menghiraukan Larrisa. Dia berjalan lurus menuju kamar yang masih kental dengan bau cat baru itu. Larrisa terus mengejar. Dia tidak pe

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Villa Baru

    Tuan Erdogen kian sibuknya mempersiapkan sambutan hangat untuk cucu juga calon istri cucunya. Dia memerintahkan seluruh pelayanan di villa untuk mengatur segalanya sesuai keinginannya. Ketika mobil yang membawa Eliot dan Larrisa tiba, pintu pagar villa dengan cekatan dibuka oleh petugas jaga di pos. Ramai-ramai pelayan berpakaian hitam putih menunduk serentak dan sejajar berdiri lalu membungkuk menyapa kedatangan mereka. Tidak hanya sampai di situ saja, ketika pintu mewah menjulang tinggi itu terbuka lebar, barisan wanita dengan celemek putih kecil terikat di pinggang membungkuk seluruhnya. Sepanjang gelaran karpet merah di villa itu berjejer rapi pelayan-pelayan dengan senyuman ramah. Berdiri di ujung karpet itu seorang pria tua dengan jas rapi serta dasi bercorak abstrak. "Selamat datang, Eliot … dan juga … calon istri cucuku nantinya, Larrisa Camory." Tuan Erdogan tersenyum lebar bersamaan dengan kibaran tangan yang membentang, dia menunggu dekapan hangat dari keduanya. Larris

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Perjalanan Jauh

    Kaki putih mulus milik gadis liar itu turun dari tangga dengan bungkusan heels panjang. Hentakan kakinya begitu ramah terdengar di tiap langkah. Sorotan mata langsung tertuju padanya. Sempat mereka terbelalak melihat gadis lusuh tidak beraturan tadi berubah menjadi putri anggun nan cantik. Dress hitam berpadu manik putih di lingkaran lengan bajunya membuat pesonanya kian bertambah. Di lehernya melingkar liontin bermata satu dan juga sepasang anting kecil yang menjadi aksesoris Larrisa. Rambutnya diikat dengan model ponytail hingga meracik aksen menggemaskan dan menawan dalam sekali gus. Dress hitam yang menutupi garis bahu hingga lutut itu membuat Eliot terperanjat dari diam. Deg!Eliot menyukai warna hitam itu. Apalagi Larrisa begitu pantas mengenakannya, melihat dress hitam dan juga heels hitam yang dipadukan dengan liontin serta sepasang anting, membuat dirinya menikmati gelap Larrisa sejenak. "Putri Ayah memang cantik. Pantas Eliot langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Kedatangan Tamu Tak Diundang

    Tidak ada kabar yang lebih membahagiakan dirinya selain daripada mendengar kabar tentang hubungan yang semakin erat antara cucunya dan putri Tuan Steven, yaitu Larrisa. Rasanya Tuan Erdogan sudah tidak sabar untuk menimang cicit, dia begitu terobsesi terhadap kebahagiaan cucunya, Eliot. Usianya tidak muda lagi, baginya keluarga adalah aset berharga, dan hanya Eliot lah satu-satunya keluarga yang tersisa dari keturunan Tuan Erdogan. Pintanya sebelum mati adalah melihat cucu kesayangannya itu hidup bahagia bersama keluarga baru, agar dia dapat meninggalkan Eliot dengan tenang pula. Dia tidak bisa meninggalkan Eliot sebelum memastikan kebahagiaan cucunya. Cucunya itu tidak mendapat kasih dari orang tua. Baru saja berusia delapan tahun, dia sudah ditinggal ayah ibu. Dia tahu betapa sulit dan menyakitkan perjalanan hidup Eliot untuk tumbuh dewasa. Eliot tidak penuh merasakan dekapan hangat dari ibu dan ayahnya. Hati kakek mana yang tidak teriris melihat cucunya ditinggal mati oleh anak da

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Dress Hitam

    Tin!Suara klakson mobil berwarna putih mengusik pendengarannya. Larrisa menatap tanpa gairah. Dia acuh, tidak menghiraukan mobil putih itu. Meski dia merasa aneh dan janggal saat menatap ke arah mobil tersebut. Larrisa terus fokus ke depan menunggu lampu jalan berubah warna. Sekali lagi mobil itu mengklakson Larrisa, kini mobil itu tepat di sebelah perpijakannya. Awalnya dia mengira kalau mobil putih itu sedang menyapa wanita yg berdiri di sebelahnya, sampai akhirnya dia terbelalak melihat orang yang keluar dari mobil putih. Eliot turun dari dalam mobil dengan pakaian gagahnha. Yang paling membuat dia kaget setengah mati adalah ketika Eliot berjalan menghampiri dirinya."Ke-Kenapa kau bisa di sini?" Larrisa dengan bingung menatap ke sekeliling untuk memastikan bahwa Eliot memang menghampiri dirinya.Larrisa bingung, kenapa seorang direktur yang sibuk semacam Eliot bisa secara kebetulan berada di dekat gedung. "Bukannya tadi kau kembali ke perusahaanmu?""Hanya kebetulan lewat," jawab

DMCA.com Protection Status