Home / Romansa / Menjadi Gadis Manis Tuan CEO / Kedatangan Tamu Tak Diundang

Share

Kedatangan Tamu Tak Diundang

Author: Yuu Otosaka
last update Last Updated: 2022-10-14 07:02:44

Tidak ada kabar yang lebih membahagiakan dirinya selain daripada mendengar kabar tentang hubungan yang semakin erat antara cucunya dan putri Tuan Steven, yaitu Larrisa. Rasanya Tuan Erdogan sudah tidak sabar untuk menimang cicit, dia begitu terobsesi terhadap kebahagiaan cucunya, Eliot. Usianya tidak muda lagi, baginya keluarga adalah aset berharga, dan hanya Eliot lah satu-satunya keluarga yang tersisa dari keturunan Tuan Erdogan. Pintanya sebelum mati adalah melihat cucu kesayangannya itu hidup bahagia bersama keluarga baru, agar dia dapat meninggalkan Eliot dengan tenang pula. Dia tidak bisa meninggalkan Eliot sebelum memastikan kebahagiaan cucunya.

Cucunya itu tidak mendapat kasih dari orang tua. Baru saja berusia delapan tahun, dia sudah ditinggal ayah ibu. Dia tahu betapa sulit dan menyakitkan perjalanan hidup Eliot untuk tumbuh dewasa. Eliot tidak penuh merasakan dekapan hangat dari ibu dan ayahnya. Hati kakek mana yang tidak teriris melihat cucunya ditinggal mati oleh anak dan menantunya?

Jika diukur kasih sayang Tuan Erdogen belum lah sebanding , dan tentunya masih sangat kurang. Apalagi dia adalah seorang pebisnis, hari-harinya dihabiskan untuk mengurus perusahaannya. Akhirnya cucunya itu pun jauh dari perhatian darinya.

Namun kini bisnis Tuan Erdogan mulai dikerjakan oleh Eliot sehingga waktu luangnya begitu banyak. Sekarang saat Tuan Erdogan memberikan kasih sayang dan perhatian penuh pada cucunya, layaknya seorang kakek sekaligus pengganti rumahnya. Dia hanya ingin membuat Eliot bahagia, hanya itu impiannya saat ini. Semua akan dia berikan kepada sang cucu, sampai dia rela berkorban demi kebahagiaan sang cucu.

"Kapan kau berikan aku cicit?" tanya Tuan Erdogan menyeletuk sesak tidak bersabar.

Uhuk!

Air yang tengah diteguk Eliot seakan sulit ditelan. Dia menyapu bibirnya dengan kain putih bersih di sebelahnya. "Kami tidak akan menikah secepat itu," jawab Eliot dengan jantung yang berdetak laju. Telinganya terasa panas karena tidak menyukai pertanyaan kakeknya yang terlalu jauh. "Ba-Bagaimana mau punya anak, menikah saja masih andai-andai," sambungnya menggerutu. Pipinya memerah malu menjawab pertanyaan kakeknya.

"Aih, jaman sekarang punya anak baru menikah sudah biasa. Aku merestui hubungan seperti itu," ucap Tuan Erdogen tanpa menyaring perkataannya. Dia benar-benar sudah tidak sabar dengan kehadiran cicit, jalur ilegal pun dia rela.

"Kakek, aku ini pria yang bertanggung jawab, sesuai kode etik. Aku akan menjaga Nona Larrisa dengan baik. Jangan bahas ke sana lagi, kami baru saja memulai hubungan ini," jelas Eliot panjang lebar. Dengan cepat dia melerai kakeknya untuk tidak membahas apa pun tentang Larrisa.

"Dasar anak kolot," cemooh Tuan Erdogan. "Dimana Joan? Kenapa aku tidak melihatnya?" Tuan Erdogan menatap sekeliling. Biasanya manager cucunya itu sudah akan hadir di pagi hari menjemput Eliot. Hari ini dia tak melihat batang hidung Joan.

"Dia tidak akan datang," jawab Eliot.

"Tumben sekali?" Tuan Erdogen keheranan. "Dia tidak bekerja hari ini?" tanyanya lagi.

"Aku membawa mobilnya, dia tidak punya transport untuk menjemputku."

"Kenapa kau bawa mobil Joan? Kemana mobilmu?"

"Di gudang," jawabnya singkat.

"Lalu?"

Eliot langsung berdiri dari kurisnya. Dia menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya, lalu merapikan dasi yang dia kenakan. "Aku permisi, Kek. Sudah jam kerja."

Dia meninggalkan Tuan Erdoga dikala masih banyak pertanyaan yang ingin dia lontarkan.

"Kakek masih belum selesai membahas Larrisa!" teriak Tuan Erdogan memanggil cucunya yang begitu pembangkang.

***

Dua hari telah berlalu. Kehidupan Larrisa tidak berubah sama sekali, dia melakukan aktivitas seperti biasanya. Tanpa ada kekangan dari pihak manapun.

Meski tampak santai, dalam diamnya dia sudah mempersiapkan mental untuk menghadapi Eliot dan Kakeknya. Semakin hari jantung Larrisa bertambah kencang berdegup. Seolah hari yang dia lewati terasa mengerikan karena frustasi mengingat perihal makan bersama Tuan Erdogan. Direktur Will Group itu tidak ada kabar dua hari sudah berlalu, atau bahkan hanya sekedar memberitahu jadwal makan malam bersama kakeknya pun tidak ada.

"Apa dia sudah lupa dengan kontrak itu?" batinnya kebingungan. "Aish, kenapa aku malah mempertanyakan hal itu? Bukankah itu bagus Larrisa?" Secepatnya Larrisa menghentikan lamunannya.

Tok-Tok!

Suara ketukan pintu berulang dan kasar dari luar kamarnya terdengar munusuk ke telinganya. Larrisa lantas membukanya langsung, melihat siapa yang begitu rusuh mengganggu keheningan kamarnya.

"Siapa yang menggedor pintu, ha?!" Tangannya menggenggam pintu dengan kuat lalu menariknya dengan kencang. Mukanya terlihat murka, tidak senang dengan orang yang sudah mengetuk pintu dengan keras. Sungguh dia sangat terganggu.

"Bi Sayi?" Larrisa memadamkan amarahnya sesaat melihat wanita paruh baya itulah yang telah menganggu lamunannya. Dia langsung tersenyum mengubah raut wajahnya.

"Nona Risa, Tuan Eliot berada di bawah menunggu Anda," kata Bi Sayi menyampaikan keadan rumahnya yang dihebohkan dengan kedatangan Eliot.

"Ke-Kenapa dia bisa datang ke sini?" Larrisa dengan panik tidak tahu harus apa, langsung menutup pintunya dan turun ke bawah. Dia tidak peduli dengan pakaian rumahan yang dia kenakan. Tangan baju yang menjuntai menutupi seluruh tangannya, dan celana panjang yang sangat longgar. Tampak pakaiannya terlalu besar di tubuh gadis ramping itu. Rambutnya juga begitu kusut. Hanya dijepit jedai kecil dan selebihnya terurai tidak beraturan.

"Apa yang kau lakukan di sini?!" Larrisa berteriak sambil menunjuk Eliot dengan jari lentiknya. Dia berjalan cepat ke arah Eliot dengan mata terbelalak kaget melihat kehadiran pria itu.

Tuan Steven yang duduk berbincang santai bersama Eliot langsung menelan ludah melihat penampakan putrinya yang begitu gaduh, tidak ada anggun-anggunnya.

"Larrisa, jaga sikap!" Tuan Steven menegur putrinya dengan sedikit senyum menekan. Dadanya sesak melihat putrinya datang dengan kondisi mengerikan itu di depan Eliot, si pria yang paling perfeksionis.

"Kenapa kau bisa ke sini?" Larrisa berdiri di samping Eliot yang tengah duduk dengan tampang tidak terusik melihat kebisingan yang diciptakan Larrisa. Dia menebalkan telinga dan matanya agar menghindari Larrisa yang membuat Eliot picing mata saat memandangi gadis rusuh itu.

"Eliot, Larrisa memang suka melantur sehabis bangun siang. Dia akan berkemas. Jangan ambil pusing," kata Tuan Steven pada Eliot. Harga dirinya seolah dipertaruhkan karena putrinya yang tidak tahu aturan itu. Tuan Steven begitu cemas jika sampai Eliot mengurungkan niatan menikahi Larrisa. Cepat-cepat dia menyuruh Bi Sayi membawa Larrisa pergi berkemas.

"Untuk apa aku berkemas? Hey! Hanya aku yang tidak tahu apa-apa di sini." Larrisa mencoba tetap berdiri di perpajakannya meminta penjelasan, meski Bi Sayi terus menarik Larrisa, mengajak gadis itu berkemas.

"Tunggu dulu, Bi! Kenapa aku harus berkemas begini?" Larrisa tetap saja banyak bertanya selama tangan Bi Sayi menarik Larrisa naik ke atas kamar gadis itu.

"Hari ini Tuan Erdogan mengajak Nona Larrisa makan di villa pribadi keluarga William," jelas Bi Sayi dengan rangkuman.

"Aku belum setuju! Kenapa langsung suruh aku berkemas?" Larrisa berontak ingin turun ke bawah lagi, untuk menyampaikan penolakan tersebut.

Dengan cepat Bi Sayi menahan gadis liar itu sekuat tenaga. Dia menarik tangan Larrisa lalu memasukkan ke dalam kamar bersama dengannya. Gadis yang sudah dianggapnya sebagai cucu sendiri itu memang sulit dikendalikan, bahkan dia, sebagai pengasuh Larrisa sejak kecil cukup letih menghadapi gadis itu.

"Nona Larrisa sebaiknya berkemas dengan cepat, jangan membuat Tuan Eliot menunggu di bawah. Tuan Steven akan marah pada Anda nantinya," terang Bi Sayi.

Meski berat melangkah, Larrisa dengan terpaksa mengganti pakaiannya dan berdandan.

"Anda tidak mandi?" tanya Bi Sayi saat melihat gadis itu memilah baju di lemari.

"Aku baru selesai mandi, Bi. Ada apa?"

"Ti-Tidak." Bi Sayi terdiam seketika.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Cahaya Karlina
panjangin dong thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Perjalanan Jauh

    Kaki putih mulus milik gadis liar itu turun dari tangga dengan bungkusan heels panjang. Hentakan kakinya begitu ramah terdengar di tiap langkah. Sorotan mata langsung tertuju padanya. Sempat mereka terbelalak melihat gadis lusuh tidak beraturan tadi berubah menjadi putri anggun nan cantik. Dress hitam berpadu manik putih di lingkaran lengan bajunya membuat pesonanya kian bertambah. Di lehernya melingkar liontin bermata satu dan juga sepasang anting kecil yang menjadi aksesoris Larrisa. Rambutnya diikat dengan model ponytail hingga meracik aksen menggemaskan dan menawan dalam sekali gus. Dress hitam yang menutupi garis bahu hingga lutut itu membuat Eliot terperanjat dari diam. Deg!Eliot menyukai warna hitam itu. Apalagi Larrisa begitu pantas mengenakannya, melihat dress hitam dan juga heels hitam yang dipadukan dengan liontin serta sepasang anting, membuat dirinya menikmati gelap Larrisa sejenak. "Putri Ayah memang cantik. Pantas Eliot langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

    Last Updated : 2022-10-15
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Villa Baru

    Tuan Erdogen kian sibuknya mempersiapkan sambutan hangat untuk cucu juga calon istri cucunya. Dia memerintahkan seluruh pelayanan di villa untuk mengatur segalanya sesuai keinginannya. Ketika mobil yang membawa Eliot dan Larrisa tiba, pintu pagar villa dengan cekatan dibuka oleh petugas jaga di pos. Ramai-ramai pelayan berpakaian hitam putih menunduk serentak dan sejajar berdiri lalu membungkuk menyapa kedatangan mereka. Tidak hanya sampai di situ saja, ketika pintu mewah menjulang tinggi itu terbuka lebar, barisan wanita dengan celemek putih kecil terikat di pinggang membungkuk seluruhnya. Sepanjang gelaran karpet merah di villa itu berjejer rapi pelayan-pelayan dengan senyuman ramah. Berdiri di ujung karpet itu seorang pria tua dengan jas rapi serta dasi bercorak abstrak. "Selamat datang, Eliot … dan juga … calon istri cucuku nantinya, Larrisa Camory." Tuan Erdogan tersenyum lebar bersamaan dengan kibaran tangan yang membentang, dia menunggu dekapan hangat dari keduanya. Larris

    Last Updated : 2022-10-16
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   First Kiss

    Badan bidang milik Eliot hampir dirobohkan oleh gadis bernama Larrisa Camory. Gadis itu berlari mengejarnya dan kemudian menabrak punggungnya dari belakang. Terasa begitu keras hingga badan kecil Larrisa yang tidak sebanding dengan Eliot terpental hampir jatuh. Tak sengaja tubuhnya beradu dengan Eliot. Larrisa tidak bisa menghindari tabrakan tubuh tersebut karena Eliot berhenti melangkah ketika Larrisa sedang laju berlari."Apa yang kau lakukan?" Eliot berbalik menghadap Larrisa. "Ti-Tidak, cuma ingin mengikutimu saja," jawab Larrisa tidak berani menatap mata Eliot yang tajam dan menusuk." Kau mau kemana?" tanya Larrisa lagi. "Tidak lihat bajuku basah?" Eliot melirik kemeja hitamnya yang terkena semburan dari mulut Larrisa tadi."Tentu, tentu harus diganti. Kalau begitu biar kutemani," ucap Larrisa menawarkan diri. Eliot langsung berbalik pergi tak menghiraukan Larrisa. Dia berjalan lurus menuju kamar yang masih kental dengan bau cat baru itu. Larrisa terus mengejar. Dia tidak pe

    Last Updated : 2022-10-19
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Wolfe Man

    Entah mimpi apa yang mengutuknya hingga kejadian hari ini terjadi padanya, dia kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya. Larrisa tidak terima karena ciuman pertama yang selalu dijaga olehnya telah hilang dalam sehari dirampas pria yang sangat menjengkelkan dalam hidupnya. Gadis itu mengepal kedua tangannya lalu menatap sinis netra Eliot. Pipinya yang semula merah malu berubah menjadi amarah. "Beraninya kau! Meski kau begitu memandang rendah diriku, tidak berarti kau dengan sesukamu menyentuh tubuhku!" Larrisa begitu murkanya mengamuki Eliot. Tangannya bahkan ikut menunjuk karena kesalnya. "Jika bukan karena ayahku, aku… Larrisa Camory, tidak akan pernah berhubungan denganmu!" Matanya sedikit berkaca-kaca menahan marahnya. "Aku akan membalas kelancanganmu ini!" Larrisa pergi meninggalkan Eliot dengan wajah murka penuh amarah. Dia tak dapat berkata-kata lagi, toh semua telah terjadi, tidak ada yang bisa diperbaiki. Bibirnya yang suci itu telah dicemari pria dingin menyebalkan.E

    Last Updated : 2022-10-20
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Tercekam

    Bibir merah jambu yang begitu sendu tepat mengenai daun telinga Larrisa. Dengan jahil, Eliot sedikit memberatkan suaranya seolah ia bersenandung hingga menyapa kalbu gadis yang tengah gematar melawan godaan Eliot. Larrisa terjatuh ke lantai dengan keadaan hampir setengah sadar. Badannya lemas tidak bisa berdiri tegar. Matanya tak berkedip bahkan bernafas pun sulit. Tungkai kakinya tidak lagi seimbang bahkan tak bisa menopang berat badannya kini.Drug!Eliot terkejut dengan respon gadis itu. Dia mengira bahwa Larrisa si gadis keras kepala dan angkuh itu tidak akan tertindas sampai jatuh begitu. Larrisa tampak ketakutan sampai wajahnya sangat pucat. Eliot sempat panik melihat Larrisa. Secepatnya Eliot mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. Larrisa mengepal tangannya, meremas karpet lembut tempat badannya tersungkur jatuh. Dia ragu menjatahkan tangannya dan menerima bantuan Eliot. Dia takut jika uluran tangan itu hanyalah cara Eliot selanjutnya untuk menindas dirinya.

    Last Updated : 2022-10-23
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   One Bed

    Semakin dia mencoba menenangkan hatinya yang gundah, semakin keras pula suara gagak itu menakuti Larrisa. Kini terdengar jelas dan dekat.. Dia tak tahu jelasnya mengapa burung gagak itu mengelilingi atap villa.Larrisa ketakutan apalagi dalam keadaan sendiri. Meski sudah mencoba untuk menguatkan diri. Namun suara cekikikan burung itu terus membara di telinganya. Dia berusaha keras agar suara itu tak menggoyahkan benaknya, walaupun pada akhirnya dia tak bisa bertahan berpura-pura berani dan tegar.Dia bangkit dari ranjangnya, berlari ke sebelah kamarnya yang jaraknya sangatlah dekat.Tok-Tok-Tok!Eliot tengah duduk bersantai di dekat jendela kaca sambil menatap pepohonan rindang di samping villa itu. Sungguh menyejukkan mata. Dia banyak mendapatkan ketenangan di villa itu. Ketenangan itu seketika buyar saat suara ketukan pintu mengusik lentera redup yang sudah hampir padam. "Masuk, tidak dikunci!" balas Eliot dari dalam kamar. Larrisa lantas masuk begitu saja tanpa berpikir panjang.

    Last Updated : 2022-10-24
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Piyama

    Pelukan mentari yang begitu hangat memancarkan sinar sampai menyeruak masuk melalui ventilasi kamar dari balik dinding villa mewah yang kini menjadi milik Larrisa. Gadis itu terbangun dari lelapnya malam dimana tubuhnya berbaring ditemani kapas kasur lembut dan nyaman. Dia membuka matanya yang bulat berbarengan dengan mulut terbuka lebar, dia menguap Kemudian dia bangkit dari tidurnya sambil meregangkan tubuhnya yang ramping. Dia menoleh ke sisi kiri, hendak melihat penampakan Eliot bekas tunjangan kakinya malam itu. Dia ingin menikmati pemandangan menyedihkan dari pria angkuh tersebut.Saat mata hitam itu sampai menoleh hingga ke lantai, tak ada apa pun di tempat. Seingatnya pria itu jatuh tepat di sisi ranjang. Larrisa turun dari atas kasur lalu memeriksa ke bawah kasur, memastikan keberadaan pria itu. Dengan jelas dia melihat Eliot berada di bawah. Tidak mungkin pria itu pindah, mengingat betapa pulasnya Eliot tidur malam itu. Larrisa melihat jam yang tergantung di sisi dinding,

    Last Updated : 2022-10-26
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Perjodohan

    "Tidak Akan!" tegas gadis bermata bulat berwana hitam pekat. Dia Larrisa Camory. Anak pengusaha sukses yang periang dan liar. Memiliki wajah mungil, berpipi cabi. Dia adalah sosok putri semata wayang yang manja, dan perangainya tidak bisa dikontrol oleh siapapun, bahkan ayahnya sendiri.Usianya kini menginjak 22 tahun, tapi belum juga memiliki pendamping. Bahkan sekedar pacar semalam pun tiada. Sikapnya yang susah diatur penyebab pria enggan mengencani dirinya. "Ayah sudah list pria yang akan kau kencani." Steven Camory bersikeras memaksa putri semata wayangnya mencari pendamping hidup. Mengingat usianya yang sudah rentan, sementara perusahaan butuh pemimpin yang sehat dan bugar. Larrisa tak ingin menjamah perihal perusahaan, dia stress bila membahas tentang bisnis. Otak mungilnya hanya digunakan untuk menghafal gerakan tarian sesuai minat bakatnya. "Ayah, aku mengencani 2 pria seharian ini. Apa Ayah ingin menjual putrimu? Maksud Ayah begitu?!""Risa, Ayah hanya ingin ….""Cukup,

    Last Updated : 2022-09-08

Latest chapter

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Piyama

    Pelukan mentari yang begitu hangat memancarkan sinar sampai menyeruak masuk melalui ventilasi kamar dari balik dinding villa mewah yang kini menjadi milik Larrisa. Gadis itu terbangun dari lelapnya malam dimana tubuhnya berbaring ditemani kapas kasur lembut dan nyaman. Dia membuka matanya yang bulat berbarengan dengan mulut terbuka lebar, dia menguap Kemudian dia bangkit dari tidurnya sambil meregangkan tubuhnya yang ramping. Dia menoleh ke sisi kiri, hendak melihat penampakan Eliot bekas tunjangan kakinya malam itu. Dia ingin menikmati pemandangan menyedihkan dari pria angkuh tersebut.Saat mata hitam itu sampai menoleh hingga ke lantai, tak ada apa pun di tempat. Seingatnya pria itu jatuh tepat di sisi ranjang. Larrisa turun dari atas kasur lalu memeriksa ke bawah kasur, memastikan keberadaan pria itu. Dengan jelas dia melihat Eliot berada di bawah. Tidak mungkin pria itu pindah, mengingat betapa pulasnya Eliot tidur malam itu. Larrisa melihat jam yang tergantung di sisi dinding,

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   One Bed

    Semakin dia mencoba menenangkan hatinya yang gundah, semakin keras pula suara gagak itu menakuti Larrisa. Kini terdengar jelas dan dekat.. Dia tak tahu jelasnya mengapa burung gagak itu mengelilingi atap villa.Larrisa ketakutan apalagi dalam keadaan sendiri. Meski sudah mencoba untuk menguatkan diri. Namun suara cekikikan burung itu terus membara di telinganya. Dia berusaha keras agar suara itu tak menggoyahkan benaknya, walaupun pada akhirnya dia tak bisa bertahan berpura-pura berani dan tegar.Dia bangkit dari ranjangnya, berlari ke sebelah kamarnya yang jaraknya sangatlah dekat.Tok-Tok-Tok!Eliot tengah duduk bersantai di dekat jendela kaca sambil menatap pepohonan rindang di samping villa itu. Sungguh menyejukkan mata. Dia banyak mendapatkan ketenangan di villa itu. Ketenangan itu seketika buyar saat suara ketukan pintu mengusik lentera redup yang sudah hampir padam. "Masuk, tidak dikunci!" balas Eliot dari dalam kamar. Larrisa lantas masuk begitu saja tanpa berpikir panjang.

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Tercekam

    Bibir merah jambu yang begitu sendu tepat mengenai daun telinga Larrisa. Dengan jahil, Eliot sedikit memberatkan suaranya seolah ia bersenandung hingga menyapa kalbu gadis yang tengah gematar melawan godaan Eliot. Larrisa terjatuh ke lantai dengan keadaan hampir setengah sadar. Badannya lemas tidak bisa berdiri tegar. Matanya tak berkedip bahkan bernafas pun sulit. Tungkai kakinya tidak lagi seimbang bahkan tak bisa menopang berat badannya kini.Drug!Eliot terkejut dengan respon gadis itu. Dia mengira bahwa Larrisa si gadis keras kepala dan angkuh itu tidak akan tertindas sampai jatuh begitu. Larrisa tampak ketakutan sampai wajahnya sangat pucat. Eliot sempat panik melihat Larrisa. Secepatnya Eliot mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. Larrisa mengepal tangannya, meremas karpet lembut tempat badannya tersungkur jatuh. Dia ragu menjatahkan tangannya dan menerima bantuan Eliot. Dia takut jika uluran tangan itu hanyalah cara Eliot selanjutnya untuk menindas dirinya.

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Wolfe Man

    Entah mimpi apa yang mengutuknya hingga kejadian hari ini terjadi padanya, dia kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya. Larrisa tidak terima karena ciuman pertama yang selalu dijaga olehnya telah hilang dalam sehari dirampas pria yang sangat menjengkelkan dalam hidupnya. Gadis itu mengepal kedua tangannya lalu menatap sinis netra Eliot. Pipinya yang semula merah malu berubah menjadi amarah. "Beraninya kau! Meski kau begitu memandang rendah diriku, tidak berarti kau dengan sesukamu menyentuh tubuhku!" Larrisa begitu murkanya mengamuki Eliot. Tangannya bahkan ikut menunjuk karena kesalnya. "Jika bukan karena ayahku, aku… Larrisa Camory, tidak akan pernah berhubungan denganmu!" Matanya sedikit berkaca-kaca menahan marahnya. "Aku akan membalas kelancanganmu ini!" Larrisa pergi meninggalkan Eliot dengan wajah murka penuh amarah. Dia tak dapat berkata-kata lagi, toh semua telah terjadi, tidak ada yang bisa diperbaiki. Bibirnya yang suci itu telah dicemari pria dingin menyebalkan.E

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   First Kiss

    Badan bidang milik Eliot hampir dirobohkan oleh gadis bernama Larrisa Camory. Gadis itu berlari mengejarnya dan kemudian menabrak punggungnya dari belakang. Terasa begitu keras hingga badan kecil Larrisa yang tidak sebanding dengan Eliot terpental hampir jatuh. Tak sengaja tubuhnya beradu dengan Eliot. Larrisa tidak bisa menghindari tabrakan tubuh tersebut karena Eliot berhenti melangkah ketika Larrisa sedang laju berlari."Apa yang kau lakukan?" Eliot berbalik menghadap Larrisa. "Ti-Tidak, cuma ingin mengikutimu saja," jawab Larrisa tidak berani menatap mata Eliot yang tajam dan menusuk." Kau mau kemana?" tanya Larrisa lagi. "Tidak lihat bajuku basah?" Eliot melirik kemeja hitamnya yang terkena semburan dari mulut Larrisa tadi."Tentu, tentu harus diganti. Kalau begitu biar kutemani," ucap Larrisa menawarkan diri. Eliot langsung berbalik pergi tak menghiraukan Larrisa. Dia berjalan lurus menuju kamar yang masih kental dengan bau cat baru itu. Larrisa terus mengejar. Dia tidak pe

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Villa Baru

    Tuan Erdogen kian sibuknya mempersiapkan sambutan hangat untuk cucu juga calon istri cucunya. Dia memerintahkan seluruh pelayanan di villa untuk mengatur segalanya sesuai keinginannya. Ketika mobil yang membawa Eliot dan Larrisa tiba, pintu pagar villa dengan cekatan dibuka oleh petugas jaga di pos. Ramai-ramai pelayan berpakaian hitam putih menunduk serentak dan sejajar berdiri lalu membungkuk menyapa kedatangan mereka. Tidak hanya sampai di situ saja, ketika pintu mewah menjulang tinggi itu terbuka lebar, barisan wanita dengan celemek putih kecil terikat di pinggang membungkuk seluruhnya. Sepanjang gelaran karpet merah di villa itu berjejer rapi pelayan-pelayan dengan senyuman ramah. Berdiri di ujung karpet itu seorang pria tua dengan jas rapi serta dasi bercorak abstrak. "Selamat datang, Eliot … dan juga … calon istri cucuku nantinya, Larrisa Camory." Tuan Erdogan tersenyum lebar bersamaan dengan kibaran tangan yang membentang, dia menunggu dekapan hangat dari keduanya. Larris

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Perjalanan Jauh

    Kaki putih mulus milik gadis liar itu turun dari tangga dengan bungkusan heels panjang. Hentakan kakinya begitu ramah terdengar di tiap langkah. Sorotan mata langsung tertuju padanya. Sempat mereka terbelalak melihat gadis lusuh tidak beraturan tadi berubah menjadi putri anggun nan cantik. Dress hitam berpadu manik putih di lingkaran lengan bajunya membuat pesonanya kian bertambah. Di lehernya melingkar liontin bermata satu dan juga sepasang anting kecil yang menjadi aksesoris Larrisa. Rambutnya diikat dengan model ponytail hingga meracik aksen menggemaskan dan menawan dalam sekali gus. Dress hitam yang menutupi garis bahu hingga lutut itu membuat Eliot terperanjat dari diam. Deg!Eliot menyukai warna hitam itu. Apalagi Larrisa begitu pantas mengenakannya, melihat dress hitam dan juga heels hitam yang dipadukan dengan liontin serta sepasang anting, membuat dirinya menikmati gelap Larrisa sejenak. "Putri Ayah memang cantik. Pantas Eliot langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Kedatangan Tamu Tak Diundang

    Tidak ada kabar yang lebih membahagiakan dirinya selain daripada mendengar kabar tentang hubungan yang semakin erat antara cucunya dan putri Tuan Steven, yaitu Larrisa. Rasanya Tuan Erdogan sudah tidak sabar untuk menimang cicit, dia begitu terobsesi terhadap kebahagiaan cucunya, Eliot. Usianya tidak muda lagi, baginya keluarga adalah aset berharga, dan hanya Eliot lah satu-satunya keluarga yang tersisa dari keturunan Tuan Erdogan. Pintanya sebelum mati adalah melihat cucu kesayangannya itu hidup bahagia bersama keluarga baru, agar dia dapat meninggalkan Eliot dengan tenang pula. Dia tidak bisa meninggalkan Eliot sebelum memastikan kebahagiaan cucunya. Cucunya itu tidak mendapat kasih dari orang tua. Baru saja berusia delapan tahun, dia sudah ditinggal ayah ibu. Dia tahu betapa sulit dan menyakitkan perjalanan hidup Eliot untuk tumbuh dewasa. Eliot tidak penuh merasakan dekapan hangat dari ibu dan ayahnya. Hati kakek mana yang tidak teriris melihat cucunya ditinggal mati oleh anak da

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Dress Hitam

    Tin!Suara klakson mobil berwarna putih mengusik pendengarannya. Larrisa menatap tanpa gairah. Dia acuh, tidak menghiraukan mobil putih itu. Meski dia merasa aneh dan janggal saat menatap ke arah mobil tersebut. Larrisa terus fokus ke depan menunggu lampu jalan berubah warna. Sekali lagi mobil itu mengklakson Larrisa, kini mobil itu tepat di sebelah perpijakannya. Awalnya dia mengira kalau mobil putih itu sedang menyapa wanita yg berdiri di sebelahnya, sampai akhirnya dia terbelalak melihat orang yang keluar dari mobil putih. Eliot turun dari dalam mobil dengan pakaian gagahnha. Yang paling membuat dia kaget setengah mati adalah ketika Eliot berjalan menghampiri dirinya."Ke-Kenapa kau bisa di sini?" Larrisa dengan bingung menatap ke sekeliling untuk memastikan bahwa Eliot memang menghampiri dirinya.Larrisa bingung, kenapa seorang direktur yang sibuk semacam Eliot bisa secara kebetulan berada di dekat gedung. "Bukannya tadi kau kembali ke perusahaanmu?""Hanya kebetulan lewat," jawab

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status