Share

Dress Hitam

Penulis: Yuu Otosaka
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-13 15:53:27

Tin!

Suara klakson mobil berwarna putih mengusik pendengarannya. Larrisa menatap tanpa gairah. Dia acuh, tidak menghiraukan mobil putih itu. Meski dia merasa aneh dan janggal saat menatap ke arah mobil tersebut. Larrisa terus fokus ke depan menunggu lampu jalan berubah warna.

Sekali lagi mobil itu mengklakson Larrisa, kini mobil itu tepat di sebelah perpijakannya. Awalnya dia mengira kalau mobil putih itu sedang menyapa wanita yg berdiri di sebelahnya, sampai akhirnya dia terbelalak melihat orang yang keluar dari mobil putih. Eliot turun dari dalam mobil dengan pakaian gagahnha. Yang paling membuat dia kaget setengah mati adalah ketika Eliot berjalan menghampiri dirinya.

"Ke-Kenapa kau bisa di sini?" Larrisa dengan bingung menatap ke sekeliling untuk memastikan bahwa Eliot memang menghampiri dirinya.

Larrisa bingung, kenapa seorang direktur yang sibuk semacam Eliot bisa secara kebetulan berada di dekat gedung. "Bukannya tadi kau kembali ke perusahaanmu?"

"Hanya kebetulan lewat," jawabnya membual. Dia menggaruk tengkuk lehernya.

Eliot pun merasa ada yang aneh dengan tingkahnya. Dia heran mengapa bisa berpikir untuk menghampiri Larrisa. Bahkan yang paling membuat dia merasa menjadi orang paling bodoh adalah ketika dengan nekat berani mengikuti Larrisa hingga ke gedung bak seorang penguntit.

Meski tidak percaya dengan kata kebetulan, Larrisa mencoba mengangguk dan meyakini perkataan Eliot. "Lalu kenapa kau malah turun dari mobil?" tanya Larrisa lagi.

Eliot terdiam sejenak. Dia pun sedang bertanya demikian pada dirinya sendiri. Jangankan Larrisa, dia pun bingung mengapa kakinya tiba-tiba menginjak rem mobil dan melangkah ringan menemui Larrisa.

"Kakekku ingin bertemu denganmu," jawab Eliot mengaur. Mulutnya asal celetuk. Hanya alasan itu yang terlintas di otaknya. Pria cerdas lulusan Oxford terbaik itu malah membodoh saat berbicara dengan Larrisa.

Eliot melonggarkan kerah bajunya lalu kemudian memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku. Seketika suasana menjadi begitu panas. Tenggorokannya kering setelah membual karangan bebas.

"Apa?!" Larrisa semakin tertekan. Bola matanya melebar besar seakan hendak keluar. "Secepat itu?"

"Intinya kau bersiap saja. Selanjutnya akan ku kabari nanti," sambung Eliot. Dengan cepat dia masuk ke dalam mobilnya tanpa berpamitan pada Larrisa.

Eliot tampak terburu-buru. Langkahnya seakan didesak waktu. Belum lagi karena tadi dia sempat salah arah saat berbalik ke arah mobilnya, membuat geraknya seperti orang salah tingkah.

Eliot menginjak pedal gas mobil milik managernya itu tanpa peduli akan Larrisa.

"Ada apa dengannya? Aneh sekali," kata Larrisa sambil melihat mobil putih itu menghilang dari pandangannya.

Larrisa tidak terlalu memikirkan tentang sikap awkward Eliot. Pikirannya kini dipenuh berisi tentang perjodohan dan kontrak perjanjian itu, apalagi setelah melihat wajah Eliot, dia semakin frustasi.

Dia sangat pusing hingga lupa dengan niatnya untuk pergi berjalan-jalan ke taman. Seleranya hilang sesaat melihat pria yang sudah membuatnya terpuruk menyedihkan.

Larissa kembali ke rumahnya, ingin mengurung diri selama beberapa hari kedepan. Dia tidak akan keluar meski dalam keadaan apa pun. Larrisa tampak terpuruk seperti orang hidup di bawah tekanan.

***

Fajar menyingsing dan menebus celah jendela kaca besar milik Larrisa. Membangunkan lelap malam itu. Dia membuka mata meski enggan melangkah. Mulai merangkak lambat sempoyongan membuka tirai tebal berwarna merah muda.

"Selamat pagi dunia fana!" teriak Larrisa sambil meregangkan badannya. Dia menghentakkan tangan dan kakinya, menghilangkan pegal di badan.

Larrisa turun dari kamarnya menuju meja makan untuk sarapan bersama ayahnya. Seperti biasanya, dia tidak pernah merapikan rambut kusutnya dan bahkan belum mencuci muka.

"Pagi, Ayah," sapa Larrisa.

Tuan Steven tersenyum bangga melihat putrinya, meski sedikit kecewa dengan penampilan putrinya yang begitu jorok dan pemalas.

"Wih, tumben Ayah tersenyum padaku pagi begini. Biasanya ceramah karena aku belum mandi," sindir Larrisa sambil menuangkan air ke gelas kosong di depannya. Dia langsung meneguk gelas yang penuh dalam sekali tegukan saja.

"Tidak … Ayah hanya sedang bersyukur," jawab Tuan Steven tanpa menghilangkan senyum indah itu. Dia terus menatap putrinya itu sambil berucap terima kasih karena akhirnya putrinya itu berhasil mendatangkan menantu idaman yang tampan dan cerdas.

"Benarkah? Ada kabar baik?"

"Tentu saja." Tuan Steven meletakkan potongan ayam di atas piring putrinya. "Putri Ayah akan segera menikah, siapa yang tidak senang?" Tuan Steven tertawa bahagia selepas mengucapkan kalimat syukurnya.

Uhuk!

Larrisa tersedak ayam goreng yang baru saja ditelan ke dalam mulutnya. "Siapa yang akan menikah?" tanya Larrisa dengan mata terbelalak.

"Hahaha, Tuan Erdogan bilang kalau cucunya sangat menyukai putri Ayah ini," jelas Tuan Steven.

Perasaan Larrisa sudah tidak enak. Dia mengkhawatirkan akhir dari kisahnya dengan Eliot. Semua hanya sandiwara, tapi kedua belah pihak keluarga begitu serius untuk menyunting Larrisa dan Eliot. Siapa yang menduga jika ternyata ayahnya sangat berharap dengan pernikahannya dengan Eliot?

Larrisa tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan ayahnya jika tahu kalau sebenarnya dia hanya berpura-pura menerima perjodohan tersebut. Dia tidak ingin ayahnya kecewa berulang kali karena dirinya, cukup untuk satu kebohongan, Larrisa tidak sanggup menambah kebohongan lainnya.

"Ayah, aku tidak benar-benar menginginkan pernikahan diantara kami," jelas Larrisa. Dia mengumpulkan keberanian untuk jujur kepada Tuan Steven. Dia merasa berdosa ketika harus menutupi tentang kontrak perjanjian yang dibuat oleh Eliot.

"Jangan terburu-buru, pelan-pelan saja." Tuan Steven tertawa lebar. Dia mengerti kisah anak muda, toh dia juga pernah mengalami. Tuan Steven murni mengira bahwa putrinya hanya kesulitan beradaptasi perihal perjodohan. "Nanti juga akan terbiasa," lanjutnya seolah paham.

Melihat raut wajah ayahnya yang begitu antusias, Larrisa putus asa. Dia merasa sia-sia bercerita pada ayahnya. Bagaimana menyadarkan orang yang sedang jatuh cinta? Begitulah sulitnya menjelaskan keadaan Larrisa pada Tuan Steven.

"Aku sudah kenyang. Mau mandi." Larrisa berhenti mengunyah. Dia mengecup pipi ayahnya dan kemudian naik ke atas kembali. "Semangat kerjanya, Ayah."

Di lain sisi pada waktu yang bersamaan, dengan keadaan yang sama. Eliot yang tengah sarapan pagi bersama kakeknya di ruangan besar dan mewah, terdengar perbincangan sunyi tentang perjodohan itu.

Meja bundar dikelilingi kursi berbaris melingkar, duduk seorang kakek dan cucu sedang menyantap masakan ala luar negeri. Dengan hanya ada pisau dan garpu di seberang tangan mereka. Masing-masing meletakkan kain putih di pangkuan mereka, mencegah percikan yang jatuh saat sedang menyuapi makan.

"Bagaimana…."

Belum sempat Tuan Erdogan menyelesaikan pertanyaannya, Eliot membuka mulut dan menyalip kalimat kakeknya itu. "Kakek bisa atur jadwal makan malam dengan putri Tuan Steven," katanya tanpa menatap Tuan Erdogan.

Trang!

Tuan Erdogan terbelalak dan berhenti dari suapan sendok garpu di tangannya. Dia meletakkan garpu itu lalu menatap cucunya dengan serius. "Apa yang kau katakan?"

Jantungnya hampir pecah saat cucunya yang kolot perihal wanita itu tiba-tiba membahas putri Tuan Steven. "Jangan main-main soal ini," sambung Tuan Erdogan tidak percaya.

Dia tidak yakin betul jika cucunya dengan mudah menerima perjodohan itu. Sudah berkali-kali dia ditipu cucunya, Eliot. Berulang kali dijanjikan pernikahan, sampai sekarang tidak ada satu wanita pun yang dihadirkan untuknya.

"Aku serius, Kakek," ucap Eliot meyakinkan. Meski wajahnya tidak melukiskan sebuah keyakinan.

"Jangan menipuku lagi. Aku sudah jera dijahili cucu durhaka sepertimu," jawab Tuan Erdogan tidak terpancing.

"Aku sudah mengundangnya. Tinggal memeberikan jadwal temu. Jika tidak bisa, aku akan batalkan." Jawaban Eliot begitu dingin. Seakan malas berdebat dengan kakeknya yang sukar percaya padanya. Memang salahnya karena terus menipu kakeknya soal calon istri, hingga kakeknya tidak percaya lagi padanya.

"Anak kurang ajar! Ajak dia sekarang, cepat!" kata Tuan Erdogan senang. Suaranya yang berat dan serak terdengar sangat bersemangat. Pipinya yang sudah berkerut itu melebar hingga sudut matanya menyipit. "Tentu saja dia harus sering makan dengan kita. Hubungan kalian harus lebih intim. Bukan begitu, Eliot, hahaha."

Bab terkait

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Kedatangan Tamu Tak Diundang

    Tidak ada kabar yang lebih membahagiakan dirinya selain daripada mendengar kabar tentang hubungan yang semakin erat antara cucunya dan putri Tuan Steven, yaitu Larrisa. Rasanya Tuan Erdogan sudah tidak sabar untuk menimang cicit, dia begitu terobsesi terhadap kebahagiaan cucunya, Eliot. Usianya tidak muda lagi, baginya keluarga adalah aset berharga, dan hanya Eliot lah satu-satunya keluarga yang tersisa dari keturunan Tuan Erdogan. Pintanya sebelum mati adalah melihat cucu kesayangannya itu hidup bahagia bersama keluarga baru, agar dia dapat meninggalkan Eliot dengan tenang pula. Dia tidak bisa meninggalkan Eliot sebelum memastikan kebahagiaan cucunya. Cucunya itu tidak mendapat kasih dari orang tua. Baru saja berusia delapan tahun, dia sudah ditinggal ayah ibu. Dia tahu betapa sulit dan menyakitkan perjalanan hidup Eliot untuk tumbuh dewasa. Eliot tidak penuh merasakan dekapan hangat dari ibu dan ayahnya. Hati kakek mana yang tidak teriris melihat cucunya ditinggal mati oleh anak da

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-14
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Perjalanan Jauh

    Kaki putih mulus milik gadis liar itu turun dari tangga dengan bungkusan heels panjang. Hentakan kakinya begitu ramah terdengar di tiap langkah. Sorotan mata langsung tertuju padanya. Sempat mereka terbelalak melihat gadis lusuh tidak beraturan tadi berubah menjadi putri anggun nan cantik. Dress hitam berpadu manik putih di lingkaran lengan bajunya membuat pesonanya kian bertambah. Di lehernya melingkar liontin bermata satu dan juga sepasang anting kecil yang menjadi aksesoris Larrisa. Rambutnya diikat dengan model ponytail hingga meracik aksen menggemaskan dan menawan dalam sekali gus. Dress hitam yang menutupi garis bahu hingga lutut itu membuat Eliot terperanjat dari diam. Deg!Eliot menyukai warna hitam itu. Apalagi Larrisa begitu pantas mengenakannya, melihat dress hitam dan juga heels hitam yang dipadukan dengan liontin serta sepasang anting, membuat dirinya menikmati gelap Larrisa sejenak. "Putri Ayah memang cantik. Pantas Eliot langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Villa Baru

    Tuan Erdogen kian sibuknya mempersiapkan sambutan hangat untuk cucu juga calon istri cucunya. Dia memerintahkan seluruh pelayanan di villa untuk mengatur segalanya sesuai keinginannya. Ketika mobil yang membawa Eliot dan Larrisa tiba, pintu pagar villa dengan cekatan dibuka oleh petugas jaga di pos. Ramai-ramai pelayan berpakaian hitam putih menunduk serentak dan sejajar berdiri lalu membungkuk menyapa kedatangan mereka. Tidak hanya sampai di situ saja, ketika pintu mewah menjulang tinggi itu terbuka lebar, barisan wanita dengan celemek putih kecil terikat di pinggang membungkuk seluruhnya. Sepanjang gelaran karpet merah di villa itu berjejer rapi pelayan-pelayan dengan senyuman ramah. Berdiri di ujung karpet itu seorang pria tua dengan jas rapi serta dasi bercorak abstrak. "Selamat datang, Eliot … dan juga … calon istri cucuku nantinya, Larrisa Camory." Tuan Erdogan tersenyum lebar bersamaan dengan kibaran tangan yang membentang, dia menunggu dekapan hangat dari keduanya. Larris

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-16
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   First Kiss

    Badan bidang milik Eliot hampir dirobohkan oleh gadis bernama Larrisa Camory. Gadis itu berlari mengejarnya dan kemudian menabrak punggungnya dari belakang. Terasa begitu keras hingga badan kecil Larrisa yang tidak sebanding dengan Eliot terpental hampir jatuh. Tak sengaja tubuhnya beradu dengan Eliot. Larrisa tidak bisa menghindari tabrakan tubuh tersebut karena Eliot berhenti melangkah ketika Larrisa sedang laju berlari."Apa yang kau lakukan?" Eliot berbalik menghadap Larrisa. "Ti-Tidak, cuma ingin mengikutimu saja," jawab Larrisa tidak berani menatap mata Eliot yang tajam dan menusuk." Kau mau kemana?" tanya Larrisa lagi. "Tidak lihat bajuku basah?" Eliot melirik kemeja hitamnya yang terkena semburan dari mulut Larrisa tadi."Tentu, tentu harus diganti. Kalau begitu biar kutemani," ucap Larrisa menawarkan diri. Eliot langsung berbalik pergi tak menghiraukan Larrisa. Dia berjalan lurus menuju kamar yang masih kental dengan bau cat baru itu. Larrisa terus mengejar. Dia tidak pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-19
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Wolfe Man

    Entah mimpi apa yang mengutuknya hingga kejadian hari ini terjadi padanya, dia kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya. Larrisa tidak terima karena ciuman pertama yang selalu dijaga olehnya telah hilang dalam sehari dirampas pria yang sangat menjengkelkan dalam hidupnya. Gadis itu mengepal kedua tangannya lalu menatap sinis netra Eliot. Pipinya yang semula merah malu berubah menjadi amarah. "Beraninya kau! Meski kau begitu memandang rendah diriku, tidak berarti kau dengan sesukamu menyentuh tubuhku!" Larrisa begitu murkanya mengamuki Eliot. Tangannya bahkan ikut menunjuk karena kesalnya. "Jika bukan karena ayahku, aku… Larrisa Camory, tidak akan pernah berhubungan denganmu!" Matanya sedikit berkaca-kaca menahan marahnya. "Aku akan membalas kelancanganmu ini!" Larrisa pergi meninggalkan Eliot dengan wajah murka penuh amarah. Dia tak dapat berkata-kata lagi, toh semua telah terjadi, tidak ada yang bisa diperbaiki. Bibirnya yang suci itu telah dicemari pria dingin menyebalkan.E

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-20
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Tercekam

    Bibir merah jambu yang begitu sendu tepat mengenai daun telinga Larrisa. Dengan jahil, Eliot sedikit memberatkan suaranya seolah ia bersenandung hingga menyapa kalbu gadis yang tengah gematar melawan godaan Eliot. Larrisa terjatuh ke lantai dengan keadaan hampir setengah sadar. Badannya lemas tidak bisa berdiri tegar. Matanya tak berkedip bahkan bernafas pun sulit. Tungkai kakinya tidak lagi seimbang bahkan tak bisa menopang berat badannya kini.Drug!Eliot terkejut dengan respon gadis itu. Dia mengira bahwa Larrisa si gadis keras kepala dan angkuh itu tidak akan tertindas sampai jatuh begitu. Larrisa tampak ketakutan sampai wajahnya sangat pucat. Eliot sempat panik melihat Larrisa. Secepatnya Eliot mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. Larrisa mengepal tangannya, meremas karpet lembut tempat badannya tersungkur jatuh. Dia ragu menjatahkan tangannya dan menerima bantuan Eliot. Dia takut jika uluran tangan itu hanyalah cara Eliot selanjutnya untuk menindas dirinya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-23
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   One Bed

    Semakin dia mencoba menenangkan hatinya yang gundah, semakin keras pula suara gagak itu menakuti Larrisa. Kini terdengar jelas dan dekat.. Dia tak tahu jelasnya mengapa burung gagak itu mengelilingi atap villa.Larrisa ketakutan apalagi dalam keadaan sendiri. Meski sudah mencoba untuk menguatkan diri. Namun suara cekikikan burung itu terus membara di telinganya. Dia berusaha keras agar suara itu tak menggoyahkan benaknya, walaupun pada akhirnya dia tak bisa bertahan berpura-pura berani dan tegar.Dia bangkit dari ranjangnya, berlari ke sebelah kamarnya yang jaraknya sangatlah dekat.Tok-Tok-Tok!Eliot tengah duduk bersantai di dekat jendela kaca sambil menatap pepohonan rindang di samping villa itu. Sungguh menyejukkan mata. Dia banyak mendapatkan ketenangan di villa itu. Ketenangan itu seketika buyar saat suara ketukan pintu mengusik lentera redup yang sudah hampir padam. "Masuk, tidak dikunci!" balas Eliot dari dalam kamar. Larrisa lantas masuk begitu saja tanpa berpikir panjang.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-24
  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Piyama

    Pelukan mentari yang begitu hangat memancarkan sinar sampai menyeruak masuk melalui ventilasi kamar dari balik dinding villa mewah yang kini menjadi milik Larrisa. Gadis itu terbangun dari lelapnya malam dimana tubuhnya berbaring ditemani kapas kasur lembut dan nyaman. Dia membuka matanya yang bulat berbarengan dengan mulut terbuka lebar, dia menguap Kemudian dia bangkit dari tidurnya sambil meregangkan tubuhnya yang ramping. Dia menoleh ke sisi kiri, hendak melihat penampakan Eliot bekas tunjangan kakinya malam itu. Dia ingin menikmati pemandangan menyedihkan dari pria angkuh tersebut.Saat mata hitam itu sampai menoleh hingga ke lantai, tak ada apa pun di tempat. Seingatnya pria itu jatuh tepat di sisi ranjang. Larrisa turun dari atas kasur lalu memeriksa ke bawah kasur, memastikan keberadaan pria itu. Dengan jelas dia melihat Eliot berada di bawah. Tidak mungkin pria itu pindah, mengingat betapa pulasnya Eliot tidur malam itu. Larrisa melihat jam yang tergantung di sisi dinding,

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26

Bab terbaru

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Piyama

    Pelukan mentari yang begitu hangat memancarkan sinar sampai menyeruak masuk melalui ventilasi kamar dari balik dinding villa mewah yang kini menjadi milik Larrisa. Gadis itu terbangun dari lelapnya malam dimana tubuhnya berbaring ditemani kapas kasur lembut dan nyaman. Dia membuka matanya yang bulat berbarengan dengan mulut terbuka lebar, dia menguap Kemudian dia bangkit dari tidurnya sambil meregangkan tubuhnya yang ramping. Dia menoleh ke sisi kiri, hendak melihat penampakan Eliot bekas tunjangan kakinya malam itu. Dia ingin menikmati pemandangan menyedihkan dari pria angkuh tersebut.Saat mata hitam itu sampai menoleh hingga ke lantai, tak ada apa pun di tempat. Seingatnya pria itu jatuh tepat di sisi ranjang. Larrisa turun dari atas kasur lalu memeriksa ke bawah kasur, memastikan keberadaan pria itu. Dengan jelas dia melihat Eliot berada di bawah. Tidak mungkin pria itu pindah, mengingat betapa pulasnya Eliot tidur malam itu. Larrisa melihat jam yang tergantung di sisi dinding,

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   One Bed

    Semakin dia mencoba menenangkan hatinya yang gundah, semakin keras pula suara gagak itu menakuti Larrisa. Kini terdengar jelas dan dekat.. Dia tak tahu jelasnya mengapa burung gagak itu mengelilingi atap villa.Larrisa ketakutan apalagi dalam keadaan sendiri. Meski sudah mencoba untuk menguatkan diri. Namun suara cekikikan burung itu terus membara di telinganya. Dia berusaha keras agar suara itu tak menggoyahkan benaknya, walaupun pada akhirnya dia tak bisa bertahan berpura-pura berani dan tegar.Dia bangkit dari ranjangnya, berlari ke sebelah kamarnya yang jaraknya sangatlah dekat.Tok-Tok-Tok!Eliot tengah duduk bersantai di dekat jendela kaca sambil menatap pepohonan rindang di samping villa itu. Sungguh menyejukkan mata. Dia banyak mendapatkan ketenangan di villa itu. Ketenangan itu seketika buyar saat suara ketukan pintu mengusik lentera redup yang sudah hampir padam. "Masuk, tidak dikunci!" balas Eliot dari dalam kamar. Larrisa lantas masuk begitu saja tanpa berpikir panjang.

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Tercekam

    Bibir merah jambu yang begitu sendu tepat mengenai daun telinga Larrisa. Dengan jahil, Eliot sedikit memberatkan suaranya seolah ia bersenandung hingga menyapa kalbu gadis yang tengah gematar melawan godaan Eliot. Larrisa terjatuh ke lantai dengan keadaan hampir setengah sadar. Badannya lemas tidak bisa berdiri tegar. Matanya tak berkedip bahkan bernafas pun sulit. Tungkai kakinya tidak lagi seimbang bahkan tak bisa menopang berat badannya kini.Drug!Eliot terkejut dengan respon gadis itu. Dia mengira bahwa Larrisa si gadis keras kepala dan angkuh itu tidak akan tertindas sampai jatuh begitu. Larrisa tampak ketakutan sampai wajahnya sangat pucat. Eliot sempat panik melihat Larrisa. Secepatnya Eliot mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. Larrisa mengepal tangannya, meremas karpet lembut tempat badannya tersungkur jatuh. Dia ragu menjatahkan tangannya dan menerima bantuan Eliot. Dia takut jika uluran tangan itu hanyalah cara Eliot selanjutnya untuk menindas dirinya.

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Wolfe Man

    Entah mimpi apa yang mengutuknya hingga kejadian hari ini terjadi padanya, dia kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya. Larrisa tidak terima karena ciuman pertama yang selalu dijaga olehnya telah hilang dalam sehari dirampas pria yang sangat menjengkelkan dalam hidupnya. Gadis itu mengepal kedua tangannya lalu menatap sinis netra Eliot. Pipinya yang semula merah malu berubah menjadi amarah. "Beraninya kau! Meski kau begitu memandang rendah diriku, tidak berarti kau dengan sesukamu menyentuh tubuhku!" Larrisa begitu murkanya mengamuki Eliot. Tangannya bahkan ikut menunjuk karena kesalnya. "Jika bukan karena ayahku, aku… Larrisa Camory, tidak akan pernah berhubungan denganmu!" Matanya sedikit berkaca-kaca menahan marahnya. "Aku akan membalas kelancanganmu ini!" Larrisa pergi meninggalkan Eliot dengan wajah murka penuh amarah. Dia tak dapat berkata-kata lagi, toh semua telah terjadi, tidak ada yang bisa diperbaiki. Bibirnya yang suci itu telah dicemari pria dingin menyebalkan.E

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   First Kiss

    Badan bidang milik Eliot hampir dirobohkan oleh gadis bernama Larrisa Camory. Gadis itu berlari mengejarnya dan kemudian menabrak punggungnya dari belakang. Terasa begitu keras hingga badan kecil Larrisa yang tidak sebanding dengan Eliot terpental hampir jatuh. Tak sengaja tubuhnya beradu dengan Eliot. Larrisa tidak bisa menghindari tabrakan tubuh tersebut karena Eliot berhenti melangkah ketika Larrisa sedang laju berlari."Apa yang kau lakukan?" Eliot berbalik menghadap Larrisa. "Ti-Tidak, cuma ingin mengikutimu saja," jawab Larrisa tidak berani menatap mata Eliot yang tajam dan menusuk." Kau mau kemana?" tanya Larrisa lagi. "Tidak lihat bajuku basah?" Eliot melirik kemeja hitamnya yang terkena semburan dari mulut Larrisa tadi."Tentu, tentu harus diganti. Kalau begitu biar kutemani," ucap Larrisa menawarkan diri. Eliot langsung berbalik pergi tak menghiraukan Larrisa. Dia berjalan lurus menuju kamar yang masih kental dengan bau cat baru itu. Larrisa terus mengejar. Dia tidak pe

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Villa Baru

    Tuan Erdogen kian sibuknya mempersiapkan sambutan hangat untuk cucu juga calon istri cucunya. Dia memerintahkan seluruh pelayanan di villa untuk mengatur segalanya sesuai keinginannya. Ketika mobil yang membawa Eliot dan Larrisa tiba, pintu pagar villa dengan cekatan dibuka oleh petugas jaga di pos. Ramai-ramai pelayan berpakaian hitam putih menunduk serentak dan sejajar berdiri lalu membungkuk menyapa kedatangan mereka. Tidak hanya sampai di situ saja, ketika pintu mewah menjulang tinggi itu terbuka lebar, barisan wanita dengan celemek putih kecil terikat di pinggang membungkuk seluruhnya. Sepanjang gelaran karpet merah di villa itu berjejer rapi pelayan-pelayan dengan senyuman ramah. Berdiri di ujung karpet itu seorang pria tua dengan jas rapi serta dasi bercorak abstrak. "Selamat datang, Eliot … dan juga … calon istri cucuku nantinya, Larrisa Camory." Tuan Erdogan tersenyum lebar bersamaan dengan kibaran tangan yang membentang, dia menunggu dekapan hangat dari keduanya. Larris

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Perjalanan Jauh

    Kaki putih mulus milik gadis liar itu turun dari tangga dengan bungkusan heels panjang. Hentakan kakinya begitu ramah terdengar di tiap langkah. Sorotan mata langsung tertuju padanya. Sempat mereka terbelalak melihat gadis lusuh tidak beraturan tadi berubah menjadi putri anggun nan cantik. Dress hitam berpadu manik putih di lingkaran lengan bajunya membuat pesonanya kian bertambah. Di lehernya melingkar liontin bermata satu dan juga sepasang anting kecil yang menjadi aksesoris Larrisa. Rambutnya diikat dengan model ponytail hingga meracik aksen menggemaskan dan menawan dalam sekali gus. Dress hitam yang menutupi garis bahu hingga lutut itu membuat Eliot terperanjat dari diam. Deg!Eliot menyukai warna hitam itu. Apalagi Larrisa begitu pantas mengenakannya, melihat dress hitam dan juga heels hitam yang dipadukan dengan liontin serta sepasang anting, membuat dirinya menikmati gelap Larrisa sejenak. "Putri Ayah memang cantik. Pantas Eliot langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Kedatangan Tamu Tak Diundang

    Tidak ada kabar yang lebih membahagiakan dirinya selain daripada mendengar kabar tentang hubungan yang semakin erat antara cucunya dan putri Tuan Steven, yaitu Larrisa. Rasanya Tuan Erdogan sudah tidak sabar untuk menimang cicit, dia begitu terobsesi terhadap kebahagiaan cucunya, Eliot. Usianya tidak muda lagi, baginya keluarga adalah aset berharga, dan hanya Eliot lah satu-satunya keluarga yang tersisa dari keturunan Tuan Erdogan. Pintanya sebelum mati adalah melihat cucu kesayangannya itu hidup bahagia bersama keluarga baru, agar dia dapat meninggalkan Eliot dengan tenang pula. Dia tidak bisa meninggalkan Eliot sebelum memastikan kebahagiaan cucunya. Cucunya itu tidak mendapat kasih dari orang tua. Baru saja berusia delapan tahun, dia sudah ditinggal ayah ibu. Dia tahu betapa sulit dan menyakitkan perjalanan hidup Eliot untuk tumbuh dewasa. Eliot tidak penuh merasakan dekapan hangat dari ibu dan ayahnya. Hati kakek mana yang tidak teriris melihat cucunya ditinggal mati oleh anak da

  • Menjadi Gadis Manis Tuan CEO   Dress Hitam

    Tin!Suara klakson mobil berwarna putih mengusik pendengarannya. Larrisa menatap tanpa gairah. Dia acuh, tidak menghiraukan mobil putih itu. Meski dia merasa aneh dan janggal saat menatap ke arah mobil tersebut. Larrisa terus fokus ke depan menunggu lampu jalan berubah warna. Sekali lagi mobil itu mengklakson Larrisa, kini mobil itu tepat di sebelah perpijakannya. Awalnya dia mengira kalau mobil putih itu sedang menyapa wanita yg berdiri di sebelahnya, sampai akhirnya dia terbelalak melihat orang yang keluar dari mobil putih. Eliot turun dari dalam mobil dengan pakaian gagahnha. Yang paling membuat dia kaget setengah mati adalah ketika Eliot berjalan menghampiri dirinya."Ke-Kenapa kau bisa di sini?" Larrisa dengan bingung menatap ke sekeliling untuk memastikan bahwa Eliot memang menghampiri dirinya.Larrisa bingung, kenapa seorang direktur yang sibuk semacam Eliot bisa secara kebetulan berada di dekat gedung. "Bukannya tadi kau kembali ke perusahaanmu?""Hanya kebetulan lewat," jawab

DMCA.com Protection Status