Share

Part 23. Perlahan Mati Rasa

Waktu masih menunjukkan jam sembilan pagi, saat aku sibuk menyuapi sarapan ke mulut Harry. Bocah laki-laki itu asik menonton beberapa anak laki-laki dan perempuan berusia SD yang tengah bermain kelereng di depan rumah, sambil mengunyah nasi goreng di mulutnya.

Harry terlihat kegirangan saat Lila dan Rani anak tetangga yang berumur sekitar delapan tahun menggodanya. Harry memang mudah akrab dengan siapa saja yang menampakkan wajah bersahabat padanya.

Dering ponsel tanda panggilan masuk terdengar dari arah kamar, di mana ponselku berada. Aku beranjak masuk setelah menitipkan Harry pada Lila dan Rani.

"Assalamu'alaikum," sapaku pada si penelpon setelah panggilan tersambung.

"Wa'alaikumsalaam, Na,"

"Ada apa, Fa?"

"Kamu bilang semalem Haikal di rumah, kok aku malah liat Haikal di sini!"

"Iya, Fa, semalem Bang Haikal memang pulang, terus pagi tadi buru-buru pergi lagi. Emang ketemu Bang Haikal di mana?"

"Di apotik, sebelah masjid waktu kita berhenti sholat tempo hari. Apa mungkin Haik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status